Wajah Baru Stasiun Purwakarta, Akhirnya Segera Dilengkapi Kanopi

Siapa yang tak kenal Stasiun Purwakarta? Ya, stasiun yang merupakan paling besar di Kota Purwakarta ini merupakan stasiun berikutnya yang nantinya akan memiliki bangunan kanopi. Bagi masyarakat, stasiun yang dijuluki sebagai ‘kuburan kereta api’ tentu mendapat respon positif khususnya penumpang kereta api.

Seperti diketahui bahwa Stasiun Purwakarta sama sekali tak memiliki atap yang terpasang di peron. Atap yang terpasang hanya berada dan tersambung pada stasiun saja. Jadi jika dalam keadaan cuaca sedang hujan, tentu sangat merepotkan bagi penumpang yang hendak naik dan turun kereta api.

Penumpang memadati Stasiun Purwakarta.

Tak hanya pembangunan kanopi pada peron stasiun, bagian peron di Stasiun Purwakarta pun diperpanjang. Mengingat kereta api yang datang dan berhenti di stasiun besar ini biasanya melebihi peron dan cukup kesulitan tentunya kepada penumpang.

Terlihat saat ini pembangunan kanopi Stasiun Purwakarta masih tahap pengerjaan namun tiang dan besi penyangga sudah terpasang dengan rapi dan sempurna. Belum diketahui, setelah kanopi selesai dibangun apakah peron dibuat tinggi atau tidak. Namun yang jelas, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) yang menunjuk Stasiun Purwakarta untuk fokus menyelesaikan pembangunan kanopi sebagai prioritas utama.

Hingga kini Stasiun Purwakarta masih digemari masyarakat yang ingin destinasi dengan lokasi yang terjangkau atau sekedar menikmati kuliner di pusat kota. Tak heran, banyak kereta api dengan rute Bandung – Cikampek atau pun sebaliknya singgah di stasiun yang memiliki cagar budaya ini.

Selain itu, jika mengingat Stasiun Purwakarta, pasti benak yang terlintas adalah ‘kuburan kereta’. Bagaimana tidak, stasiun ini juga dijuluki masyarakat sebagai stasiun yang memiliki keunikan.

Sebab, kawasan tersebut merupakan kuburan gerbong dan kereta. Kuburan ini menyimpan ratusan gerbong kereta berwarna-warni yang ditumpuk hingga ketinggian 7 meter di salah satu sisi pinggiran rel kereta. Gerbong dan kereta yang dimakamkan di sini merupakan bekas dipo lokomotif dan KRL Ekonomi Non-AC yang sudah tidak beroperasi. Karena keunikannya, kuburan kereta ini sering menjadi lokasi foto-foto wisatawan maupun warga sekitar.

Selain Berusia Satu Abad, Stasiun Purwakarta Adalah Awal Jalur KA Menanjak dan Berkelok Menuju Bandung

Ternyata Nama Jembatan Kewek di Yogyakarta Diambil dari Bahasa Belanda, Berikut Penjelasannya

Menggunakan kereta api (KA) melintasi antara Stasiun Yogyakarta dan Lempuyangan pasti melewati jembatan yang dibawahnya terpampang sebagjan Kota Yogyakarta. Ya, jembatan tersebut dikenal dengan nama Jembatan Kewek yang membentang di atas Jalan Abubakar Ali. Jembatan sekaligus viaduct yang melintas di atas Kali Code ini juga merupakan salah satu ikon Yogyakarta.

Nsh, sebagian masyarakat khususnya diluar Yogyakarta bertanya-tanya, mengapa dinamakan Jembatan Kewek? Ternyata ada penjelasannya. Sebab saat era Kolonial Belanda pernah ada jembatan jalan menuju gereja di seberangnya Kali Code. Dan orang Belanda menyebutnya jalan tersebut dengan sebutan Jalan Kerkweg. Kemudian orang Jawa terbiasa dengan menyebutnya secara mudah adalah Jembatan Kewek.

Perpaduan Jembatan Kewek dulu dan sekarang. (Foto: Dok. Istimewa)

Jembatan tersebut adalah tanda dari wilayah strategis untuk menuju pusat kota dan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Karena sebagai penghubung antara Jalan Malioboro dengan Jalan Mangkubumi yang mampu menampilkan wajah Kota Yogyakarta.

Dalam wilayah perkeretaapian, jembatan ini ternyata cukup istimewa. Pasalnya berdiri antara Stasiun Tugu Yogyakarta dengan Stasiun Lempuyangan di Kilometer 166+500. Selain itu, penumpang kereta api (KA) akan sadar dengan sendirinya bahwa saat itu sedang melintas di Yogyakarta

Sejarah menyebutkan pada tahun 1872, NIS membangun jembatan KA yang berada di utara jembatan kembar tersebut. Namun pada tahun 1976, jembatan baru telah terbangun di selatannya, dan menyusul pembangunan jalur ganda pada tahun 2005 lalu. Sementara itu, jembatan NIS tersebut pun mangkrak.

Akan tetapi saat ini, bagian sisi barat tiang pangkal dari jembatan yang masih tersisa tersebut dirobohkan karena akan dipakai untuk jembatan kendaraan jalan raya. Jembatan jala raya tersebut kini berfungsi untuk mengurai kemacetan Jalan Malioboro.

Bentang Jembatan Kewek ini memiliki panjang mencapai 72 meter, terdiri dari 32 meter bagian jembatan yang membentang di atas sungai dan 20 meter yang membentang di atas jalan raya bagian barat serta 20 meter di atas jalan raya bagian timur.

Saat ini kondisi jembatan tersebut dengan pilar penyangga terlihat kondisi masih sangat dengan perawatan rutin oleh petugas jalan rel dan jembatan di wilayah Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta. Mengingat makin banyak perjalanan KA yang melintas di Jembatan Kewek.

Diketahui bahwa Kali Code merupakan aliran yang berhulu di Gunung Merapi yang pada beberapa tahun lalu mendapat tumpahan material vulkanik atau banjir lahar yang cukup banyak. Namun meskipun adanya kejadian tersebut, jembatan kembar ini tetap kokoh dan terus dilewati KA baik dari barat maupun timur Pulau Jawa.

Lempuyangan, Sejarah Panjang Stasiun KA Ekonomi di Yogyakarta

Tak Hanya Naik KA, ‘West Java Traincation’ Bakal Ajak Kalian Berwisata Menarik di Jawa Barat

Jelajah perjalanan di Jawa Barat menggunakan kereta api tentu sangat menyenangkan hati saat menikmatinya. Tak Cuma menawarkan pemandangan yang super indah, namun masyarakat juga merasakan akan kampung halaman. Jalur kereta api (KA) di wilayah Provinsi Jawa Barat sangat lengkap dengan pemandangan alamnya, seperti hamparan sawah, bukit dan gunung yang menjulang, deretan rumah dipedesaan dan masih banyak lagi.

Tak hanya panorama yang menawan, jalur KA yang dilewati pun tak luput dari peninggalan sejarah perkeretaapian yang tinggi. Beberapa contohnya adalah bangunan stasiun, terowongan, jembatan, dan jalur kereta itu sendiri. Adanya kereta api yang melintasi jalur di kawasan Jawa Barat, tentunya menambah pengalaman dan sensasi yang luar biasa. Seperti pada jalur utara yang terkenal dengan hamparan sawah, tambak, dan ladang. Sedangkan jalur selatan memiliki pemandangan yang lebih indah, salah satunya pegunungan.

Nah, baru-baru ini ada peluncuran program baru yang dikemas mengasyikkan dalam melakukan perjalanan menggunakan kereta api. Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) berkolaborasi dengan sejumlah pihak termasuk PT. Kereta Api Indonesia (KAI) menghadirkan program West Java Traincation. Inovasi ini bagian dari upaya mengembangkan sektor pariwisata di Jabar.

Interior kereta Panoramic. (Foto: Dok. KAI)

Bentuk kerja sama Pemprov Jabar dan KAI pada program West Java Traincation, meliputi penyediaan sarana kereta api wisata, integrasi tiket dan paket perjalanan, peningkatan fasilitas layanan di stasiun, serta promosi bersama di tingkat nasional hingga internasional.

West Java Traincation merupakan salah satu upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar yang mengemas program wisata berbasis jalur KA. Program ini juga diproyeksikan menjadi motor penggerak ekonomi lokal di sepanjang jalur KA.

Soft Launching West Java Traincation dilakukan pada Selasa, 14 Oktober 2025. Wisatawan peserta West Java Traincation akan diajak menikmati keindahan pesona alam dari balik jendela kereta api dan dapat turun di beberapa titik pemberhentian. Wisatawan akan diajak mengenali budaya serta kuliner khas dari masing-masing daerah yang disinggahi.

Selain wisata alam dan budaya, melalui program ini, Pemprov Jabar juga menawarkan wisata sejarah perkeretaapian. Program ini menjadi langkah awal dalam mewujudkan visi besar menjadikan Jawa Barat sebagai epicentrum wisata berbasis rel di Indonesia, dengan menggabungkan kekuatan potensi alam, budaya, dan sejarah yang berada di sepanjang jalur kereta api.

Dalam kegiatan Famtrip, Disparbud Jabar memperkenalkan empat rute utama wisata berbasis rel:

• High-Speed Railway Trip – Karawang–Purwakarta–Subang
Mengangkat tema wisata industri, sejarah, dan budaya di jalur cepat KCIC Whoosh.

• Railways Heritage – Bogor -Sukabumi
Menghadirkan pengalaman wisata sejarah dan alam di kawasan Situ Gunung, Kampung Eling, dan Museum Prabu Siliwangi. (Soft Launching West Java Traincation dilakukan di rute ini, di Stasiun Bogor Paledang).

• Railways Unveiling Culture – Jakarta–Cirebon–Kuningan
Menelusuri jejak budaya dan sejarah klasik melalui Keraton Kasepuhan, Goa Sunyaragi, dan Batik Trusmi.

• Railways Scenic Panoramic – Bandung–Garut–Tasikmalaya
Menawarkan panorama alam dan pengalaman budaya seperti Kampung Naga, Candi Cangkuang, hingga Jembatan Cirahong.

Keempat rute tersebut dirancang untuk menghubungkan destinasi wisata dengan sistem transportasi berbasis rel yang aman, berkelanjutan, dan mudah diakses. Mendorong Pergerakan Wisatawan dan Ekonomi Lokal. Selain itu, kolaborasi dengan masyarakat lokal juga diharapkan mampu menciptakan peluang ekonomi kreatif baru.

Dibalik Kemewahan Kereta Compartment Suites, Ada Dukungan KAI Services

Penumpang Wajib Tahu! Mulai Jumat, KRL Tujuan Tanah Abang Pindah Peron di Stasiun Rangkasbitung

Pembangunan Stasiun Rangkasbitung yang digadang-gadang menjadi lebih luas dan megah sudah pasti mengalami perubahan untuk naik dan turun kereta api. Penumpang pun selalu di himbau oleh petugas stasiun untuk diarahkan agar tidak terjadi salah naik dan turun kereta. Tak hanya itu, saat ini pembangunan bagian peron membuat jalur kereta api yang seharusnya disinggahi, kini bakal ada perubahan.

Diketahui perubahan ini dilakukan seiring dengan pelaksanaan switch over tahap kedua dalam proses pembangunan Stasiun Rangkasbitung. Hal ini membuat jalur pemberangkatan Commuter Line tujuan Tanah Abang dari Stasiun Rangkasbitung akan berpindah ke jalur 4 dan 5 yang baru mulai hari ini, Jumat (17/10).

Ilustrasi KRL Commuter Line.

KAI Commuter yang bekerja sama dengan DJKA dan Balai Teknik menyelenggarakan switch over tahap dua tersebut mencakup proses pekerjaan seperti persinyalan, jalur rel, dan fasilitas layanan pengguna di area stasiun. Pembangunan Stasiun Rangkasbitung ini telah mencapai progres fisik sebesar 92 persen per 16 Oktober 2025.

Pemberangkatan Commuter Line tujuan Tanah Abang dilayani pada peron jalur 4 dan 5. Sebelumnya, perjalanan tersebut menggunakan peron sementara pada jalur 5 dan 7 yang kini tidak dipakai. Sementara itu untuk flow pengguna Commuter Line yang akan masuk ke area peron stasiun masih menggunakan akses eksisting yang saat ini telah digunakan.

Lalu bagi penumpang pengguna kereta lokal menuju Stasiun Cilegon, Serang, hingga Merak masih tetap di jalur 2 Stasiun Rangkasbitung. Termasuk pada boarding pass stasiun, penumpang masih diarahkan di jalur yang sama. Karena pengerjaan tahap selanjutnya tidak mempengaruhi jalur kereta Commuter Line Merak tersebut.

KAI Commuter optimis pembangunan stasiun ini diharapkan dapat melayani hingga 83 ribu pengguna Commuter Line setiap harinya. Angka tersebut melonjak dibanding rata-rata harian sebelumnya yang hanya mencapai 24 sampai 26 ribu orang.

Saat ini, Stasiun Rangkasbitung melayani 120 perjalanan Commuter Line Jabodetabek serta 14 perjalanan Commuter Line Merak setiap harinya. KAI Commuter mengimbau para pengguna yang naik atau turun di Stasiun Rangkasbitung agar menyesuaikan peron keberangkatan dan kedatangan sesuai jalur yang baru.

KAI Commuter terus mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur perkeretaapian agar perjalanan kereta semakin lancar dan dapat melayani lebih banyak pengguna Commuter Line.

Naik Kereta Api Cuma Bayar Tiga Ribu Rupiah aja, Jalan – jalan ke Banten, Yuk

Selain Nagreg Ternyata Ada Pula Stasiun Tertinggi di Wilayah Lain, Apakah Itu?

Hampir semua masyarakat tahu bahwa stasiun tertinggi yang dimiliki berada di wilayah Kabupaten Bandung yaitu Stssiun Nagreg. Stasiun aktif ini letaknya pada ketinggian +848 meter yang merupakan satu-satunya di wilayah Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung.

Sebenarnya ada stasiun yang dicap oleh PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) sebagai stasiun paling tinggi di Indonesia yaitu Stasiun Cikajang. Stasiun ini memiliki ketinggian +1.246 meter, namun sudah tidak beroperasi sejak November 1982.

Nah, ternyata Stasiun Nagreg ada saingannya untuk ketinggian tersebut. Bahkan pemandangannya lebih bagus dan jauh dari keramaian jalan raya. Stasiun di wilaysh ini pun terkenal cukup dekat dan memilki nama yang sama sebagai cagar budaya oleh PT KAI. Stasiun ini bernama Stasiun Mrawan.

Nagreg, Mengenal Stasiun Kereta Aktif Tertinggi Di Indonesia

YA, menurut kabar dari sumber, ternyata Stasiun Mrawan merupakan stasiun tertinggi yang dimiliki wilayah Daop 9 Jember. Namun kalau ditanya soal ketinggian, jelas masih rekor dipegang oleh Stasiun Nagreg. Nah, Stasiun Mrawan ini lokasinya berada di ketinggian +524 meter di atas permukaan laut.

Stasiun kecil ini memiliki 2 jalur yang tersedia. Namun karena semua kereta api (KA) tidak berhenti disini, jalur yang sering digunakan adalah jalur 2 saja. Wilayah Daop 9 Jembet rata-rata memiliki sistim persinyalan secara mekanik (manual) termasuk Stasiun Mrawan ini.

Meski bangunannya kecil, namun peran stasiun ini tak main-main, lho. Stasiun Mrawan ternyata menjadi penggerak roda perekonomian wilayah Jember dan Banyuwangi. Sejak awal, stasiun itu menjadi jalur utama pengangkutan hasil perkebunan seperti kopi, gula, dan beras ke berbagai daerah di Indonesia.

Nama Mrawan berasal dari nama sebuah sungai yang mengalir di dekat kompleks stasiun mrawan maupun terowongan. Selain ketinggian stasiun, masyarakat yang biasa melakukan perjalanan dengan KA baik dari Banyuwangi maupun sebaliknya pun pasti melewati Terowongan Mrawan yang tentunya sangat legendaris.

Terowongan Mrawan dibangun sejak tahun 1902 dan selesai pada 1910 oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial Belanda. Pembangunan dimulai dengan mendirikan tembok di kedua sisi terowongan pada periode 1901-1902, kemudian dilanjutkan dengan konstruksi lengkung penutup yang memakan waktu delapan tahun.

Terowongan Mrawan. (Foto: Dok. Istimewa)

Terowongan itu berada di antara Stasiun Mrawan dan Stasiun Kalibaru. Tepatnya di KM 30+777. Sampai saat ini, Terowongan Mrawan merupakan terowongan aktif terpanjang kedua di Indonesia, Cuma kalah dari terowongan Sasaksaat, bagian dari jalur kereta api yang menghubungkan Padalarang – Purwakarta – Cikampek, yang memiliki panjang 949 meter.

Setiap perjalanan di jalur ini tentunya membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi serta mempertegas kontribusi KAI terhadap pengembangan wilayah. Dengan nilai sejarah yang kuat, lanskap alam yang memukau, dan potensi peran strategis dalam pergerakan ekonomi, Stasiun Mrawan berdiri sebagai simbol harmoni antara transportasi modern, potensi lokal, dan kebanggaan nasional.

Sempat Hancur Dilanda Gempa, Terowongan Mrawan Kembali Kokoh Hingga Ratusan Tahun

Jejak Kereta Api Masa Kolonial: Stasiun Tulungagung dan Kisah Jalur Cabang Trem ke Trenggalek dan Tugu

Di Pulau Jawa pada masa era Kolonial Belanda memang banyak sekali pembangunan jaringan jalur kereta api. Pada jalur utama khususnya, banyak memiliki percabangan di setiap stasiun yang berada di kofa-kota besar Pulau Jawa. Gunanya adalah untuk memudahkan masyarakat maupun angkutan barang seperti hasil bumi yang akan dikirim ke berbagai dari kota besar.

Tak hanya Pulau Jawa, diketahui memang Belanda banyak sekali membangun jaringan rel kereta api di wilayah lain, seperti Madura, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, tak terkecuali di Tulungagung pada era kolonialisme dulu.

Nah, pada tahun 1939 diperkirakan menjadi tahun terakhir Belanda membangun jalur rel. Hal ini tercatat dalam sejarah pembangunan jalur rel pada masa Netherland-Indische, hingga. Bahkan total panjang keseluruhan jalan rel di Indonesia mencapai 6811 kilometer.

Tentu pembangunannya dilaksanakan beberapa perusahaan pemerintah dan swasta Belanda, seperti Staat Spoorwegen dan Netherland Indische Spoorwegemaatschappi. Selain itu perusahaan kereta api pemerintah kolonial, juga seperti Oost Java Spoorwegemaatschappij, Soerabaja Stoomtram Maatschappij, dan masih banyak lagi sebagai perusahaan swasta.

Jalur kereta api Tulungagung – Trenggalek era Kolonial Belanda. (Foto: Dok. Heritage Kereta Api)

Di Tulungagung sendiri, ternyata banyak sekali jaringan kereta api percabangan di pusat kota tersebut. Baik adanya jalur trem, jalur kereta api utama, maupun jalur kereta api percabangan (jalur simpang). Namun dari tahun ke tahun, jalur-jalur kereta api tidak semakin bertambah, malah semakin berkurang panjangnya.

Jalur kereta api ini memainkan peran vital dalam menghubungkan daerah-daerah pedalaman, termasuk wilayah Tulungagung hingga kecamatan Tugu. Jalur tersebut pertama kali selesai pada tahun 1923 dan dikenal dengan nama “Trem,” kereta berukuran kecil yang menjadi andalan transportasi antarwilayah.

Padahal trem ini tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga membawa dampak ekonomi besar bagi masyarakat yang berada di sepanjang jalur tersebut. Namun sayangnya, jalur trem ini resmi dinonaktifkan pada 1 November 1932, dan kini hanya meninggalkan jejak sejarah yang tersebar di berbagai tempat di sekitar Tulungagung.

Jalur-jalur yang mati, banyak di antaranya karena kurangnya okupansi angkutan, kalah persaingan dengan moda angkutan lain, atau sebab lain. Jalur kereta yang mati, ada yang mati setelah Indonesia merdeka, bahkan sebelum Indonesia merdeka, atau masih dijajah juga ada yang terpaksa dimatikan.

Stasiun Tulungagung Diperluas! PT KAI Siap Mulai Proyek Perombakan Atasi Lahan Sempit Akhir Tahun 2025

Banyak jalur rel yang mati atau dinonaktifkan untuk sementara, bahkan ada yang dibongkar paksa oleh Jepang yang menjajah pada tahun 1942-1945, untuk diangkut dan dibangun kembali di Burma. Salah satu lintas jalur KA yang terpaksa dimatikan sebelum Indonesia merdeka adalah jalur mati Tulungagung-Trenggalek-Tugu.

Lintas Tulungagung-Trenggalek merupakan jalur cabang yang dibuka dalam 2 tahap pembangunan, yaitu 15 Juli 1921 (Tulungagung-Boyolangu-Campurdarat) sepanjang 14 Km, dan 1 Juli 1922 (Campurdarat-Bandung-Kedunglurah-Ngetal-Trenggalek-Tugu) sepanjang 25 Km.

Hingga saat ini, Stasiun Tulungagung tetap menjadi stasiun penting yang melayani perjalanan kereta api jarak jauh, melanjutkan fungsinya sebagai penghubung antarwilayah di Jawa. Meski jalur trem telah lama ditinggalkan, semangat transportasi yang menghubungkan Tulungagung dengan berbagai kota masih tetap hidup di stasiun ini, menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Stasiun Tulungagung, Dahulu Pernah Dilengkapi Turn Table Lokomotif

Bak Chinatown, Stasiun Prabumulih Jadi Andalan Masyarakat Palembang untuk Berkumpul di Era Kolonial Belanda

Berada di wilayah Divisi Regional (Divre) 3 Palembang, inilah stasiun yang selalu ramai oleh penumpang setelah Kertapati. Ya, Stasiun Prabumulih merupakan stasiun besar sekaligus stasiun dengan jalur percabangan mengarah ke Tanjung Karang, Lampung dan ke Lubuklinggau.

Stasiun ini berfungsi sebagai persinggahan bagi berbagai perjalanan kereta api lintas Sumatera. Dengan letaknya yang strategis, Stasiun Prabumulih menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang ingin bepergian ke berbagai kota di Sumatera, seperti Palembang, Lubuklinggau, dan Bandar Lampung.

Aktivitas kereta api di Stasiun Prabumulih. (Foto: Dok. Tangkapan Layar Youtube “Ikhsan Adilianta”)

Stasiun ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung kenyamanan penumpang, termasuk ruang tunggu, loket tiket, area parkir, serta aksesibilitas yang memudahkan mobilitas pengguna layanan kereta api. Selain itu, stasiun ini juga melayani berbagai kelas perjalanan, mulai dari ekonomi hingga eksekutif.

Tak hanya di jalur Pulau Jawa, Stasiun Prabumulih juga memiliki sejarah perkeretaapian yang legendaris. Stasiun yang merupakan salah satu bagian dari jaringan perkeretaapian di Sumatera Selatan ini, telah beroperasi sejak zaman kolonial Belanda.

Stasiun Prabumulih mulai dikenal pada tahun 1915 ketika Hindia Belanda membangun jalur kereta Kertapati – Prabumulih sepanjang 78 km dan jalur Prabumulih-Muara Enim sejauh 73 km pada tahun 1917.

Lalu pada periode tahun 1960 hingga 2000-an Stasiun Prabumulih adalah salah satu tempat tumpuan mencari nafkah bagi masyarakat sekitar, terutama warga Karang Raja Kecamatan Prabumulih Timur. Selain itu di lingkungan stasiun ini banyak juga tempat-tempat hiburan, dan tempat berkumpul sehabis mengumpulkan receh dengan segala profesi mereka.

Karena pada masa itu alat transportasi yang dianggap paling efesien dalam hal mengirimkan barang-barang dari satu kota ke kota lain adalah kereta api. Pengiriman hasil karet, beras, gula, bahkan buah-buahan seperti pisang, kelapa, jeruk, dan lain sebagainya dilakukan menggunakan kereta api.

Punya Nama Unik, Stasiun “Belatung” Berada Diantara Lampung dan Palembang

Stasiun ini juga disebut-sebut sebagai Chinatown-nya Prabumulih karena disekitar stasiun selalu ramai dikunjungi. Para pedagang berjejer di sepanjang jalan depan stasiun, sedangkan di amplasemen terlihat para pedagang asongan seperti minuman dan makanan yang terbilang komplit.

Tak jauh dari stasiun juga ada penginapan sederhana atau losmen yang berjejer. Masyarakat pun juga tak luput menyempatkan bermalam di losmen tersebut untuk beristirahat atau melepas lelah dari perjalanan naik kereta api.

Nah, setelah memasuki periode tahun 2000-an ke atas, stasiun ini mulai lebih tertib, para pedagang asongan terlihat lebih rapi dan sudah lebih teratur serta jauh dari kesan kumuh. Fasilitas untuk calon penumpang kereta api pun sudah mulai lengkap hingga sekarang. Kenyamanan, keamanan, dan ketertiban sudah terasa di stasiun ini.

Modernisasi pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penumpang yang semakin meningkat. Selain itu, jalur kereta yang melewati stasiun ini juga terus dikembangkan untuk mengakomodasi perjalanan jarak jauh dan menghubungkan berbagai kota penting di Sumatera.

Saat ini, Stasiun Prabumulih menjadi salah satu pusat transportasi penting di wilayah Sumatera Selatan, mendukung mobilitas masyarakat serta pertumbuhan ekonomi daerah dengan layanan transportasi yang efisien dan nyaman.

Stasiun Payakabung Jadi Tempat Unboxing Kereta Ukur Terbaru

Mau Cita-cita Masinis? Yuk, Simak Daftar Sekolah Masinis di Indonesia

Menjadi masinis tentu sangat didambakan semua masyarakat yang telah lulus menjalani pendidikan bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan jenjang karir yang terjamin, menjadi seorang masinis tentu fokus dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

Mengingat betapa besar peran masinis di bidang perkeretaapian, tentu penting untuk memiliki ilmu dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan peran tersebut. Seperti pada informasi mengenai lowongan pekerjaan sebagai masinis. Umumnya, terdapat syarat minimal pendidikan minimal, yakni SMA atau SMK.

Untuk SMA dibutuhkan yang mengambil peminatan jurusan IPA, sedangkan untuk lulusan SMK yang diutamakan adalah jurusan mesin, listrik, dan otomotif. Meski demikian di tingkat perguruan tinggi, ada program studi khusus yang lulusannya diproyeksikan untuk bekerja di bidang perkeretaapian. Jurusan tersebut adalah Program Studi Perkeretaapian.

Wajib Pendidikan Militer? Fakta Unik dan Tugas Sesungguhnya Seorang Calon Masinis KAI

Eits, tapi setelah melamar pekerjaan dan masuk kategori sebagai masinis, pelamar harus mengikuti program studi yang sudah dibentuk tentunya mengenai sistem perkeretaapian. Program studi ini biasanya terdapat di perguruan tinggi atau institusi pendidikan yang menawarkan program sarjana (S1) atau diploma (D3) di bidang teknik atau transportasi.

Nah, beberapa mata kuliah yang akan diajarkan seperti: teknik perkeretaapian, sistem operasi kereta api, teknologi kereta api, transportasi logistik, dan keamanan serta keselamatan. Adanya program studi perkeretaapian ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli yang mampu bekerja di berbagai sektor terkait perkeretaapian, termasuk di perusahaan kereta api, perencanaan transportasi, manajemen operasi, konsultansi perkeretaapian, dan bidang terkait lainnya.

Masinis Kereta Api. (Foto: Dok. Istimewa)

Dengan mata kuliah tentang perkeretaapian, tentu dari kalian mencari sekolah pilihan yang berkaitan tentang karier sebagai masinis. Nah, berikut ini daftar nama sekolah masinis di Indonesia:

1. Politeknik Perkeretaapian Indonesia (API)
Politeknik Perkeretaapian Indonesia, sebelumnya dikenal sebagai Akademi Perkeretaapian Indonesia (API), didirikan pada tahun 2009. Politeknik ini berada di bawah Badan Pengembangan SDM Perkeretaapian Perhubungan.

Politeknik Perkeretaapian Indonesia menawarkan lima program studi diploma III yang berkaitan dengan perkeretaapian, seperti perkeretaapian, teknik bangunan dan jalur perkeretaapian, teknik elektro perkeretaapian, teknik mekanika perkeretaapian, dan manajemen transportasi perkeretaapian.

2. Politeknik Negeri Madiun
Politeknik Negeri Madiun, pada tahun 2018, secara resmi membuka program studi teknik perkeretaapian jenjang Diploma IV (D4). Program studi ini memberikan pengetahuan tentang infrastruktur perkeretaapian, konstruksi kereta api, analisis rangkaian listrik, elektronika digital, dan sistem daya listrik kereta api.

3. Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD)
STTD merupakan sebuah kampus yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan. STTD menawarkan program studi jenjang diploma III dengan kurikulum yang mencakup berbagai bidang, seperti teknik sarana perkeretaapian, teknik persinyalan, teknik kelistrikan, teknik telekomunikasi, perencanaan operasi dan grafik perjalanan kereta api, serta perundangan-undangan perkeretaapian.

4. Institut Teknologi Sumatera (Itera)
Institut Teknologi Sumatera di Lampung menyediakan program studi teknik perkeretaapian. Itera berfokus pada pengembangan sistem transportasi darat, khususnya kereta api, di wilayah Sumatera. Program studi ini juga mencakup aspek teknologi masa depan seperti sistem digitalisasi, energi alternatif, kecepatan kereta, dan perubahan iklim.

Nah, itulah beberapa sekolah masinis yang bisa kalian daftar jika ingin bercita-cita sebagai masinis. Setelah fokus mendalami pendidikan dan lulus di sekolah teknik, alhasil cita-cita yang sebelumnya hanya harapan bakal jadi kenyataan.

Inilah Semboyan yang Wajib Kalian Tahu Saat Bepergian Menggunakan Kereta Api

Sangat Ikonik! Satu-satunya Panorama di Pesisir Laut Utara, Paling Digemari Penumpang KA

Perjalanan sangat identik dengan panorama gunung, sawah, pedesaan, dan pantai. Terlebih yang membuat nyaman penumpang dalam melihat pemandangan adalah saat berjalan di siang hari karena tentu saja dapat melibat secara rinci meskipun kereta api berjalan secara cepat. Nah, dari perjalanan tersebut tentu ada pemandangan yang terkenal luar biasa indah, bahkan menjadi ikonik di daerah tersebut.

Salah satunya berada di jalur utara Pulau Jawa. Selain menawarkan pemandangan yang indah, tak jauh dari lokasi tersebut juga terdapat stasiun kereta api (KA) yang hingga kini masih aktif untuk melayani perjalanan KA. Ya, stasiun ini adalah Stasiun Plabuan. Jika kalian pernah mendengar nama stasiun tersebut, pasti yang terlintas adalah panorama hamparan laut utara yang luas.

Perjalanan kereta api yang melewati Kabupaten Batang ini tentu mengasyikkan karena rel yang melintas persis di sisi Laut Jawa. Nah, Stasiun Plabuan inilah satu-satunya stasiun KA yang berada pinggir pantai di Indonesia. Lokasinya berada di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Pengoperasian stasiun dengan elevasi hanya +4 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini ada di bawah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.

Rangkaian kereta api melewati pesisir laut di area Stasiun Plabuan. (Foto: Dok. Instagram/@muhammadpuguhmadani)

Sebenarnya stasiun ini sudah eksis sejak lama, yiatu tahun 1898. Fungsinya adalah sebagai tempat pengisian air bagi lokomotif pada zaman dahulu yang masih memakai tenaga uap. Jadi tentu saja banyak kereta api yang singgah di Stasiun Plabuan ini.

Hingga memasuki awal tabun 2000-an, Stasiun Plabuan masih melayani naik dan turun penumpang. Bahkan stasiun ini masih melayani pembelian tiket secara langsung. KA yang berhenti di Stasiun Plabuan adalah KA Kaligung yang masih menggunakan rangkaian Kereta Rel Diesel (KRD). Sisanya merupakan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) yang berhenti, namun hanya berhenti menunggu pergantian jalur dengan KA lainnya.

Sangat disayangkan, saat memasuki pembangunan jalur ganda (double track) , Stasiun Plabuan sudah tak melayani naik dan turun penumpang lagi. Meskipun stasiun ini masih aktif beroperasi, namun hanya melayani perjalanan KA yang melintas secara langsung saja.

Disisi lain pihak dari PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) sadar betul akan keunikan dan keindahan dari stasiun ini. Karena saat menggunakan kereta api khususnya kelas eksekutif maupun wisata, setiap kali akan melintas di Stasiun Plabuan, kondektur memberitahu bahwa kereta akan melewati jalur tepi laut. Jadi, sebagai penumpang ini momen paling berharga dan tentu saja bisa menyiapkan kamera untuk mengabadikan keindahannya.

Mengingat sudah tidak ada kereta api yang berhenti di Stasiun Plabuan, mau tidak mau untuk berkunjung ke stasiun ini pun harus mencari cara lain. Biasanya untuk bisa ke tempat itu, masyarakat memakai kendaraan pribadi seperti kendaraan roda dua atau roda empat.

Akses menuju Stasiun Plabuan pun kini lebih mudah. Bisa dari Jalan Raya Alas Roban dengan patokan keluar melalui Pasar Plelen serta memasuki Hutan Siluwok atau nantinya bisa melalui keluar Gerbang Tol KIT Batang – Gringsing yang sebentar lagi akan dibuka untuk umum.

Bagaimana, kalian berminat menikmati keindahan laut dari sudut pandang Stasiun Plabuan?

[Video] Stasiun Plabuan – Stasiun Aktif di Indonesia yang Berdiri Kokoh di Tepi Laut Jawa

Menikmati ‘Slow Travel’ Berkelas: Mengintip Kemewahan Kereta Wisata Ikonik The Vietage di Vietnam

The Vietage adalah satu-satunya gerbong kereta mewah yang beroperasi di Vietnam. Kereta ini menawarkan pengalaman perjalanan yang unik dan sangat eksklusif, jauh dari hiruk pikuk jalur kereta komuter biasa, dengan mengedepankan konsep slow travel yang mewah dan penuh nostalgia.

Dioperasikan oleh jaringan hotel dan resor mewah Anantara, The Vietage bukan sekadar alat transportasi, melainkan destinasi itu sendiri, yang membawa penumpang melintasi pemandangan paling indah di Vietnam Tengah.

The Vietage pertama kali diluncurkan pada tahun 2020 oleh Anantara Hotels, Resorts & Spas. Proyek ini bertujuan untuk mengisi ceruk pasar wisata mewah di Vietnam dengan menawarkan rute kereta api yang dramatis, menghubungkan resor-resor Anantara yang terletak di sepanjang pantai Vietnam Tengah.

Gerbong mewah ini secara teknis merupakan gerbong tunggal yang dimodifikasi secara eksklusif dan kemudian disambungkan ke salah satu rangkaian kereta komersial milik Vietnam Railways (sering disebut Reunification Express). Konsep ini memungkinkan penumpang menikmati rute bersejarah dengan privasi dan layanan bintang lima.

Konsep utama The Vietage adalah “Slow Travel”—menekankan pada pengalaman menikmati pemandangan dan pelayanan daripada kecepatan tiba. Perjalanan ini dirancang sebagai pelengkap bagi wisatawan kelas atas yang menginap di properti mewah di Da Nang, Hoi An, Quy Nhon, atau Nha Trang.

The Vietage menjanjikan pengalaman intim dan eksklusif, karena kereta ini hanya terdiri dari satu hingga dua gerbong eksklusif dengan kapasitas penumpang yang sangat terbatas, yang mana maksimal 12 penumpang per perjalanan. Terdapat enam bilik pribadi yang luas di setiap gerbong, yang masing-masing dapat menampung dua orang. Setiap tempat duduk diletakkan di sisi jendela panorama.

Layanan Bintang Lima
Santapan Gourmet termasuk dalam tiket adalah hidangan gourmet tiga menu yang disiapkan oleh koki, menampilkan perpaduan rasa Vietnam dan Perancis. Penumpang disuguhi minuman sepuasnya (free-flow) yang meliputi anggur pilihan, mocktail, cocktail khas, bir, dan minuman ringan.

Gerbong dilengkapi dengan area bar duduk yang mewah di mana penumpang dapat bersosialisasi dan menyaksikan mixologist menyiapkan minuman. Layanan pijat gratis (biasanya pijat kepala dan bahu selama 15-30 menit) tersedia di area spa mini di dalam gerbong.

Orient Express, ‘Berjuta Cerita’ dari kereta Mewah Legendaris Eropa