Arab Saudi Bangun Terminal Baru Berkapasitas 40 Juta Penumpang di Bandara King Salman

Arab Saudi terus mempercepat laju modernisasi infrastruktur nasionalnya. Rencana ambisius terbaru mengungkapkan pembangunan terminal penumpang baru di Bandara Internasional King Salman (King Salman International Airport – KSIA) di Riyadh, dengan kapasitas penanganan hingga 40 juta penumpang setiap tahunnya.

Terminal ini akan menjadi fase awal dari mega-proyek Bandara King Salman, yang bertujuan menjadikan Riyadh sebagai global logistics and aviation hub yang kompetitif.

Detail mengenai terminal berkapasitas 40 juta penumpang ini dikonfirmasi oleh CEO sementara KSIA, Marco Mejia, dan dilaporkan secara luas oleh media regional dan internasional pada 26–27 November 2025.

Proyek KSIA secara keseluruhan dikembangkan oleh Public Investment Fund (PIF), dana kekayaan kedaulatan Arab Saudi, dan diluncurkan secara resmi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada November 2022. Konstruksi untuk fase baru ini, termasuk terminal 40 juta, hanggar pesawat baru, dan infrastruktur sisi udara (airside), dijadwalkan dimulai pada 2026 dan Terminal baru ini diharapkan mulai beroperasi pada 2029.

Proyek Bandara King Salman yang baru ini dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 57 kilometer persegi dan direncanakan akan memiliki enam landasan pacu paralel serta beberapa terminal baru untuk melayani penerbangan internasional, regional, dan domestik.

KSIA akan menjadi markas utama (home base) bagi maskapai penerbangan nasional baru Saudi, Riyadh Air, yang diluncurkan untuk bersaing di rute-rute internasional. Proyek ini diharapkan menyumbang sekitar SR27 miliar (sekitar US$7,2 miliar) setiap tahun untuk Produk Domestik Bruto (PDB) non-minyak Saudi, sejalan dengan tujuan diversifikasi ekonomi.

KSIA dirancang sebagai “aerotropolis” yang mencakup fasilitas pendukung bandara, area komersial, fasilitas rekreasi, dan logistik, menciptakan pusat perkotaan baru di sekitar bandara.

Dengan dimulainya pembangunan terminal berkapasitas 40 juta ini, Saudi Arabia menegaskan keseriusannya untuk mengubah Riyadh menjadi salah satu dari sepuluh kota ekonomi teratas dunia.

Sukseskan Visi 2030, Arab Saudi Bangun Bandara Baru di Riyadh: Tampung 185 Juta Penumpang-Punya 6 Runway

Naik Kereta Api Cuma Rp3.000, Sudah Bisa Menikmati Pemandangan Eksotik nan Bersejarah

Masih banyak transportasi kereta api yang bisa dinikmati masyarakat, khususnya untuk semua kalangan. Dengan harga yang murah, siapa yang tak mau? Apalagi ditambah dengan pemandangan yang super indah di tanah Sunda (Jawa Barat). Ya, kali ini kabarpenumpang akan mengajak kalian semua untuk menikmati panorama pedesaan menggunakan KA Siliwangi.

Jika kalian pernah melewati Kota Sukabumi hingga Cianjur, tentu tahu ada rangkaian kereta api yang melintasi antar kota tersebut. Eits, ini bukan sembarang jalur kereta api pada umumnya, lho, tapi jalur ini sudah kita dengar dari berbagai media atau platform digital bahwa jalur ini memiliki segudang sejarah.

Terungkap! Kereta Wisata Gambir – Cianjur Bakal Diberlakukan, Ini Jadwalnya

Mulai dari jalur pertama yang dibagun menghubungkan Jakarta – Bandung via Sukabumi, stasiun-stasiun yang dilewati memiliki bangunan cagar budaya, terowongan yang legendaris, hingga jembatan yang membentang menyeberangi sungai yang digadang-gadang memiliki kisah mistis.

Dari nama kereta api tersebut kata ‘Siliwangi’ berasal dari seorang Prabu Siliwangi yang merupakan tokoh legendaris pemimpin Kerajaan Pajajaran yang memiliki nama asli Sri Baduga Maharaja. Pemilihan nama ini ditujukan untuk menghormati sosok raja terkenal dari tanah Sunda tersebut.

Masyarakat yang terbiasa menggunakan Kereta Api Siliwangi, tentu merasa terbantu dengan waktu yang terjangkau dan praktis. Apalagi diketahui hingga saat merupakan kereta lokal yang bertarif sangat murah. Ya, hanya dengan Rp3.000 saja rute dari Stasiun Sukabumi – Staaiun Cianjur dan Rp5.000 hingga Stasiun Cipatat masyarakat sudah bisa melakukan perjalanan selama 1 setengah hingga 2 jam.

Healing ke Pantai Anyer, Ternyata Bisa juga Naik Kereta Api, Begini Caranya

Rute Kereta Api Siliwangi dimulai dari Stasiun Sukabumi hingga Stasiun Cipatat. Kereta lokal ini melewati beberapa stasiun kecil dan satu stasiun besar, seperti Gandasoli, Cireungas, Lampegan, Cibeber, Cianjur, Ciranjang, Cipeuyeum, dan terakhir di Cipatat. Ada beberapa halte atau perhentian yang bangunannya masih utuh, namun belum bisa digunakan, seperti Halte Maleber dan Rajamandala.

Bagi kalian yang ingin mencoba KA Siliwangi atau bahkan belum sama sekali mencoba jalur pertama kereta api yang terhubung Jakarta – Bandung ini, bisa melakukan pemesanan tiket melalui aplikasi Access by KAI atau laman resmi kai.id. Perjalanan KA Siliwangi saat ini masih berakhir di Stasiun Cipatat dan belum bisa melanjutkan hingga ke Stasiun Padalarang karena efek jalur yang terjal.

Jadi bagi kalian yang ingin merasakan sensasi perjalanan kereta lokal yang tentunya berhenti di setiap stasiun ini, bisa dicoba, ya. Tarifnya murah meriah dengan kursi yang selayaknya kereta ekonomi subsidi. Meski begitu, kereta ini selalu dipadati penumpang karena aksesnya yang terjangkau dari jauhnya jarak jalan raya utama.

Alas Roban, Jalur Tengkorak Penuh Mistis di Jawa Tengah

Masih dalam Kajian, Ini Dampak Jika KRL Beroperasi Hingga Stasiun Karawang

Sempat batal mengenai pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL) sampai dengan Stasiun Karawang. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut keterbatasan anggaran sebagai penyebab utama keputusan tersebut. Menurut kabar pada September lalu mengenai perjalanan KRL yang membuat masyarakat sangat setuju dengan rencana tersebut namun sempat pupus karena anggaran.

Dilansir dari laman Kompas mengutip bahwa Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub, Arif Anwar, menegaskan bahwa kapasitas fiskal pemerintah belum memungkinkan untuk membiayai proyek elektrifikasi jalur tambahan tersebut. Namun menanggapi hal ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan akan segera berkoordinasi dengan Kemenhub guna mencari solusi.

Saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang terus mendorong percepatan pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line hingga ke wilayah Karawang sebagai upaya meningkatkan konektivitas dan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Polemik Stasiun Cikarang jadi ‘Hotel Darurat’, Masyarakat: Berharap KRL Beroperasi 24 Jam

KRL merupakan transportasi yang diharapkan warga Karawang karena berbeda dengan Kereta Walahar yang biasanya mereka gunakan sehari-hari harus memesan tiket terlebih dahulu. Bahkan jika tiket habis, penumpang mau tidak mau harus memesan tiket oada jam berikutnya dengan jeda waktu lebih dari satu jam.

Menggunakan KRL tentu tak harus memsan tiket melalui aplikasi yang menurut masyarakat agak merepotkan. Hanya tinggal tap in/out menggunakan kartu elektronik maka mereka bisa langsung naik tanpa dibatasi jumlah penumpangnya. Bahkan jika perjalanannya cukup banyak, tentu menambah kemudahan bagi penumpang yang naik dan turun di Stasiun Karawang.

Kehadiran KRL di Karawang akan memberikan dampak signifikan terhadap mobilitas masyarakat, sekaligus mengurangi kepadatan lalu lintas di koridor Karawang–Bekasi–Jakarta yang mengalami peningkatan volume kendaraan setiap tahun. Tentu dengan hadirnya KRL sampai Karawang, masyarakat akan memiliki pilihan transportasi yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih nyaman.

Hingga kini perjalanan KRL hingga Stasiun Karawang masih terus dikaji mengingat jalur yang dilewati merupakan jalur yang butuh tenaga listrik yang banyak juga memerlukan kecepatan yang signifikan agar tak mengganggu perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) pada jalur yang sama. Hingga kini perjalanan KRL hanya sampai Stasiun Cikarang dengan volume penumpang yang selalu ramai pada jam-jam tertentu.

Usianya Lebih dari Satu Abad, Stasiun Karawang Masih Terlihat Megah dan Makin Eksis

Pemerintah Sambut Kehadiran Kereta Wisata Jaka Lalana ke Cianjur, Ini Jadwalnya

Siapa yang tak tertarik dengan kereta wisata yang memiliki fasilitas mewah selama perjalanan. Terlebih jika kereta tersebut melintasi pemandangan tanah sunda yang luar biasa. Ya, informasi mengenai kereta wisata dengan rute Jakarta – Cianjur sepertinya sudah hampir didepan mata.

Kereta Wisata Jaka Lalana merupakan nama kereta wisata baru yang akan melayani rute Jakarta–Bogor–Sukabumi–Cianjur, yaitu “Jakalalana.” Nama tersebut merupakan singkatan dari Jakarta–Lalalana, yang diambil dari kata lalalana dalam bahasa Sunda yang berarti berjalan-jalan atau berwisata. Nama ini menggambarkan semangat perjalanan santai sekaligus menjadi simbol penghubung wisata antarkota di Jawa Barat.

Jadwal dan pemberangkatan perdana kereta wisata ini sudah tersebar di media sosial. Untuk perjalanan perdananya saja rencana akan dilakukan pada 14 Desember 2025 dengan keberangkatan dari Stasiun Gambir pada pukul 08.00 WIB dan keberangkatan dari Stasiun Cianjur pukul 16.00 WIB. Jadwal tersebut dirasa sangat terjangkau dan efisien karena selain bisa menikmati fasilitas kereta api tentu bisa menikmati pemandangan sekitar.

Diketahui bahwa jalur Bogor – Cianjur merupakan jalur yang paling bersejarah. Karena jalur tersebut merupakan rute penting di masa kolonial Belanda, terutama untuk mengangkut hasil alam. Sejak pertengahan abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda telah membangun jalur kereta api di Priangan yang melewati Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung dari Batavia.

Selain melewati jalur dan stasiun yang tentunya bersejarah dan bersifat cagar budaya, tak lupa kereta wisata pun akan melewati terowongan yang legendaris, yakni Terowongan Lampegan. Terowongan yang dibangun pada 1879 – 1882 tersebut merupakan terowongan satu-satunya yang tertua di jalur Sukabumi – Cianjur.

Terowongan Lampegan yang nantinya akan dilewati rangkaian Kereta Wisata Jaka Lalana. (Foto: Dok. Istimewa)

Tak hanya masyarakat yang menunggu kehadiran Jaka Lalana sebagai terobosan baru yang digagas PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur menyambut positif bakal adanya Kereta Wisata Jaka Lalana. Kereta api tersebut melayani rute dari Stasiun Gambir Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Pemkab Cianjur ingin memaksimalkan berbagai potensi di daerah. Pemerintah daerah sedang memikirkan untuk memperkenalkan berbagai potensi itu di setiap stasiun di jalur Cianjur yang nanti dilintasi kereta api sekaligus menata infrastruktur.

Termasuk nanti ketika para wisatawan turun di Stasiun Cianjur, Pemkab tentu harus sudah mempersiapkan berbagai infrastruktur, terutama tempat-tempat yang nanti bakal dikunjungi wisatawan.

Pemkab Cianjur berharap, beroperasinya Kereta Wisata Jaka Lalana bisa berdampak terhadap berbagai sektor di daerah. Terutama mendongkrak kunjungan wisatawan sehingga berdampak terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Hingga saat ini masih belum diketahui rangkaian apa yang akan digunakan untuk kereta wisata ini.

Lampegan, Terowongan Tertua di Indonesia, Abadikan Misteri Nyi Ronggeng

KAI Lengkapi Sistem Keamanan LRT Jabodebek dengan 1.129 Unit CCTV di Rangkaian Kereta dan Stasiun

KAI melengkapi sistem keamanan dan keselamatan pengguna melalui pemasangan 1.129 unit CCTV yang tersebar di seluruh rangkaian kereta dan stasiun. Penguatan pengawasan ini menjadi bagian dari komitmen KAI menghadirkan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan tertib.

Total 434 unit CCTV terpasang di seluruh rangkaian kereta LRT Jabodebek. Setiap rangkaian kereta LRT Jabodebek memiliki 14 unit CCTV, terdiri dari 2 CCTV di setiap kereta (car) yang ditempatkan di ujung depan dan belakang untuk memantau situasi, ditambah 2 CCTV tambahan di area kabin untuk memantau petugas train attendant serta kondisi jalur.

Sementara itu, 695 unit CCTV lainnya dipasang di 18 stasiun LRT Jabodebek dengan cakupan area yang luas dan strategis, mulai dari pintu masuk, loket, area parkir, peron, jalur evakuasi, hingga titik-titik rawan yang membutuhkan pengawasan khusus.

Semua unit CCTV tersebut, terhubung secara real time dan diawasi selama 24 jam dari Operation Control Centre (OCC) sehingga memungkinkan seluruh insiden dapat dideteksi dan ditangani lebih cepat oleh petugas keamanan stasiun maupun petugas di rangkaian kereta.

Pengawasan CCTV juga berperan penting dalam menjaga kelancaran arus naik-turun penumpang di peron. Rekaman CCTV membantu petugas memastikan proses naik-turun penumpang berlangsung tertib, terutama saat jam sibuk. Selain itu, bukti rekaman juga sangat membantu dalam penyelidikan jika terjadi insiden, baik terkait keamanan maupun operasional,” lanjutnya.

Penempatan CCTV di stasiun dan rangkaian kereta LRT Jabodebek ini merupakan bagian dari sistem pengamanan objek vital nasional dengan memanfaatkan teknologi sehingga membantu petugas keamanan untuk bekerja lebih efektif.

KCI Langgar Aturan Terkait CCTV di KRL? Belajar dari Kasus Pemerkosaan Wanita di Kereta Komuter AS

Dubai Metro: Efisiensi Transportasi Driverless dari Gurun ke Kota Global

Dubai Metro adalah backbone dari sistem transportasi publik di Uni Emirat Arab, terkenal sebagai jaringan kereta metro tanpa masinis (driverless) terpanjang dan tersibuk di kawasan Timur Tengah. Dibangun sebagai respons terhadap kemacetan yang meningkat pesat, metro ini melambangkan lompatan Dubai menuju kota masa depan yang efisien dan berkelanjutan.

Proyek Dubai Metro diprakarsai oleh Otoritas Jalan dan Transportasi (RTA) Dubai pada pertengahan tahun 2000-an. Tujuan utamanya bukan hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga mendukung visi Dubai sebagai pusat bisnis dan pariwisata global.

Pekerjaan konstruksi Dubai Metro dimulai pada tahun 2005. Dubai Metro dirancang sebagai sistem Automated Train Operation (ATO) atau tanpa masinis sepenuhnya, yang mengoptimalkan efisiensi dan mengurangi biaya tenaga kerja. Jaringan ini sebagian besar berada di atas tanah, menawarkan pemandangan kota yang spektakuler.

Jalur Merah (Red Line) diresmikan pada 09 September 2009 (09/09/09) oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, menandai dimulainya era baru transportasi massal di Dubai.

Saat ini, jaringan Dubai Metro terdiri dari dua jalur utama yang melayani kawasan lama dan kawasan modern di Dubai. Jalur Merah (Red Line) diresmikan tahun 2009, melintasi Dubai dari Timur Laut ke Barat Daya, sebagian besar mengikuti jalan raya Sheikh Zayed Road. Jalur ini merupakan jalur metro tanpa masinis terpanjang di dunia (sekitar 52 km). Stasiun ikonik pada jalur ini adalah Burj Khalifa/Dubai Mall, Mall of the Emirates, Dubai Marina, dan Bandara Internasional Dubai (DXB).

Jalur Hijau (Green Line) diresmikan tahun 2011, melayani area Dubai yang lebih tua, termasuk Deira dan Bur Dubai. Stasiun ikonik pada jalur ini adalah Al Ghubaiba (pusat transportasi air), Gold Souk, dan Creek.

Kedua jalur ini bertemu di dua stasiun transfer utama: Union dan BurJuman. Selain itu, pada tahun 2021, Red Line diperpanjang melalui Route 2020 untuk melayani kawasan Expo 2020.

Kereta yang digunakan di Dubai Metro dirancang untuk menghadapi kondisi iklim panas gurun, dengan mengedepankan efisiensi, kenyamanan, dan tampilan futuristik. Keretanya diproduksi oleh konsorsium kontraktor yang dipimpin oleh Mitsubishi Corporation, bersama Kinki Sharyo, Thales, dan Kajima.

Setiap rangkaian kereta terdiri dari lima gerbong, sementara kapasitas mampu menampung sekitar 643 penumpang per rangkaian kereta. Dubai Metro bukan hanya solusi kemacetan, tetapi juga tolok ukur global untuk integrasi teknologi mutakhir dalam transportasi massal perkotaan.

Hubungkan Abu Dhabi – Dubai dengan Kereta Cepat, Etihad Rail Mulai Layani Penumpang di Tahun 2026

Kisah Ganjil Four Seasons Australia: Hotel Terapung Mewah yang Berakhir di Tangan Kim Jong Un, Korea Utara

Pada tahun 1988, dunia menyaksikan kelahiran konsep pariwisata yang revolusioner, hotel terapung permanen pertama di dunia. Dibangun dengan biaya jutaan dolar dan diposisikan di salah satu lokasi paling indah di planet ini, The John Brewer Reef Floating Hotel (atau dikenal sebagai Four Seasons Barrier Reef Resort) seharusnya menjadi masa depan liburan mewah.

Namun, hanya dalam waktu satu tahun, hotel mewah ini memulai pelayaran aneh yang membawanya dari surga kapitalis Australia, menuju Vietnam, dan berakhir di kawasan resor Gunung Kumgang, Korea Utara, di bawah kendali rezim Kim Jong Un.

Hotel terapung ini dibangun di Singapura dan Manila oleh pengembang properti Australia, Doug Tarca. Strukturnya sepanjang 90 meter, memiliki 200 kamar mewah, diskotek, bar, bioskop, helipad, dan bahkan lapangan tenis terapung.

Lokasi awal John Brewer Reef berada di lepas pantai Townsville, Queensland, Australia. Hotel ini dibuka pada tahun 1988 dan dikelola oleh jaringan hotel mewah global, Four Seasons.

Terlepas dari konsepnya yang menarik, hotel ini menghadapi bencana finansial dan logistik. Biaya operasional di lokasi terpencil sangat mahal. Selain itu, sensitivitas lingkungan di Great Barrier Reef, ditambah kerusakan akibat badai topan yang mengancam struktur hotel, membuat pengunjung enggan datang.

Setelah hanya 12 bulan beroperasi, pemiliknya menyatakan kebangkrutan, dan hotel terapung tersebut ditarik untuk dilelang.

Pada tahun 1989, hotel apung ini dibeli oleh investor Jepang dan dipindahkan ribuan kilometer ke Asia Tenggara. Hotel itu ditambatkan di Sungai Saigon, Kota Ho Chi Minh, Vietnam.

Di Vietnam, hotel ini dengan nama barunya, Saigon Floating Hotel (atau populer disebut “The Float”), menemukan kesuksesan yang gagal ia raih di Australia. Berada di lokasi yang mudah diakses dan strategis di pusat kota, The Float menjadi landmark yang populer, pusat hiburan mewah bagi ekspatriat dan kelas atas Vietnam selama hampir satu dekade.

Kapal Penumpang Tertua di Dunia ‘Berlabuh’ di Bintan, Disulap Jadi Hotel oleh Pengusaha Singapura

Namun, seiring pembangunan hotel-hotel darat modern di Ho Chi Minh City, daya tarik The Float mulai memudar, dan kapal tersebut dijual lagi pada tahun 1997.

Pelayaran terakhir kapal ini membawanya ke tujuan paling aneh, yaitu Gunung Kumgang (Gunung Berlian), Korea Utara. Perusahaan Hyundai Asan dari Korea Selatan, yang beroperasi di Korea Utara, membeli hotel tersebut sebagai bagian dari proyek pariwisata ambisius di Gunung Kumgang, sebuah kawasan wisata yang dirancang untuk menarik wisatawan Korea Selatan.

Hotel ini berfungsi sebagai akomodasi bagi ribuan wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi Korut melalui darat.

Pada tahun 2008, proyek pariwisata Gunung Kumgang dihentikan total setelah seorang tentara Korea Utara menembak mati seorang turis Korea Selatan. Hotel Haegumgang pun ditutup dan ditinggalkan.

Pada tahun 2019, nasib hotel itu menemui titik akhir yang ironis. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengunjungi resor tersebut dan secara terbuka mengecam desain Hotel Haegumgang. Ia menyebutnya “lusuh” dan “berbau kapitalis Selatan” yang harus dihancurkan dan diganti dengan struktur yang sesuai dengan “sentimen estetika nasional” Korut.

Meskipun Kim Jong Un memerintahkan pembongkaran, sanksi internasional dan kesulitan logistik, serta pandemi Covid-19, menunda proses penghancuran tersebut. Saat ini, Hotel Haegumgang masih berdiri, menjadi monumen bisu dari ambisi pariwisata yang gagal, terdampar jauh dari pantai tropis tempat ia seharusnya menjadi simbol kemewahan.

Korea Utara Berencana Buka Resor Wisata untuk Pelancong Asing yang Bernyali

Ternyata Ini Alasan Spanduk Himbauan Penutupan Pintu Masuk Selatan Stasiun Bekasi Dicopot

Ramai di media sosial mengenai rencana penutupan pintu selatan Stasiun Bekasi yang mengarah ke Jalan Ir. H. Juanda beragam komentar dari warganet. Tak sedikit dari mereka yang berkomentar bahwa akan menyulitkan penumpang untuk naik kereta ke Stasiun Bekasi semakin jauh.

Ya, polemik penutupan pintu selatan tersebut menjadikan masyarakat merasa kesulitan. Bahkan dirasa membuang waktu karena harus memutar melalui pintu masuk bagian utara Stasiun Bekasi yang melalui Jalan Perjuangan. Hal tersebut menurut masyarakat justru menambah kemacetan.

Pasalnya, arus lalu lintas yang akan masuk dan parkir di Stasiun Bekasi harus berada di area utara. Jika ini tetap dilakukan, seluruh area parkir di pintu selatan stasiun akan ditutup. Penumpang masih bisa menggunakan area selatan Stasiun Bekasi hanya untuk membeli makan dan minuman karena terdapat mini market.

Namun, baru-baru ini spanduk yang berisi himbauan mengenai penutupan akses pintu selatan tersebut sudah tidak terpampang di lantai 2 maupun di pagar Stasiun Bekasi sudah tidak terlihat. Tim kabarpenumpang sempat bertanya kepada petugas di stasiun bahwa sedang dalam pengkajian ulang. Pengkajian ulang tersebut dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Bekasi tentang hal tersebut.

Hingga kini, informasi atau himbauan mengenai penutupan pintu selatan Stasiun Bekasi masih belum adanya kepastian lebih lanjut. Terlebih informasi yang diberikan sudah beredar beberapa hari yang lalu dan membuat tak sedikit wargnet berkomentar berisi kritikan.

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta akan menutup akses keluar/masuk pintu selatan, Jalan Ir Juanda depan Stasiun Bekasi, Jumat 28 November 2025 pukul 00.01 WIB. Jalan alternatifnya, warga disarankan menggunakan Jalan Perjuangan dan Pusdiklat di pintu utara Stasiun Bekasi.

Keputusan ini merupakan langkah lebih lanjut untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi lalu lintas di Jalan Juanda yang sering mengalami kepadatan, terutama saat jam-jam sibuk berlangsung. Pasalnya kepadatan ini terjadi lantaran banyaknya kendaraan yang berhenti di ruas jalan sisi selatan Stasiun Bekasi, sehingga diperlukan rekayasa lalu lintas dan penataan ulang untuk menciptakan, ketertiban, dan kelancaran mobilitas masyarakat.

Dalam postingan yang disampaikan Dishub Kota Bekasi, melalui akun Instagram resminya @dishubbekasikota mengatakan bahwa pintu akses Stasiun Bekasi melalui Jalan Ir. H. Juanda akan ditutup pekan depan Jumat 28 November 2025. Selama penutupan berlangsung, akses masuk–keluar penumpang serta area parkir motor Stasiun Bekasi dialihkan sepenuhnya ke Jalan Raya Perjuangan (Pintu Utama Stasiun Bekasi); dan Jalan Pusdiklat.

Masa Lalu Stasiun Bekasi, Sempat Berstatus Sebagai Halte Besar

MD-11, Tak Berusia Panjang, Inilah Kado Ulang Tahun Garuda Indonesia Ke-43

Sebagai maskapai nomor Wahid di Tanah Air, nampaknya sudah lumrah untuk Garuda Indonesia selalu melakukan perubahan untuk meningkatkan kepuasan para penumpangnya. Bukan hanya dari segi pelayanan secara keseluruhan, tapi Garuda juga telah banyak sekali melakukan modernisasi pada armada yang mereka gunakan.

Sebut saja ada Convair 990, Lockheed L-118 Electra, DC-9, Fokker F28, Airbus A300, Boeing 737, dan McDonnell Douglas MD-11. D iantara pesawat-pesawat tadi, nama MD-11 menjadi menarik karena pernah menjadi kado ulang tahun ke-43 Garuda Indonesia.

Baca Juga: DC-9 Garuda Indonesia, Andalan Penerbangan Jet Domestik Era 80-an

Kembali ke 9 Januari 1992, dimana MD-11 pertama kali menginjakkan rodanya di Bumi Pertiwi setelah menempuh perjalanan ferry langsung dari pabrik McDonnell Douglas di Long Beach, California. Ya, inilah pesawat anyar wide-body yang ditunggu-tunggu oleh pihak Garuda Indonesia sebagai kado ulang tahun ke-43 maskapai berplat merah tersebut. Sekilas, penampakan MD-11 ini hampir mirip dengan DC-10, hanya panjangnya saja yang beda 18 kaki 6 inchi, serta ada winglet pada sayapnya.

Diketahui, pesawat MD-11 tersebut merupakan satu dari enam pesanan Garuda Indonesia untuk memperkuat ke-64 pesawat badan lebar armada barunya yang konon menelan investasi senilai USD$3,6 miliar atau setara dengan Rp49 triliun kurs sekarang. Sebenarnya, Garuda memesan 10 MD-11 kala itu, namun diturunkan menjadi enam unit saja. Seperti yang dikutip KabarPenumpang.com dari majalah Angkasa edisi Januari 1992, tidak ada yang mengetahui secara persis penurunan jumlah pesanan tersebut, namun kuat dugaan performa MD-11 yang jauh dari ekspektasi.

Terbukti dengan pengalaman Swissair yang merasa bobot penerbangan semakin bertambah yang disebabkan oleh modifikasi flaps. Pihak McDonnell Douglas pun tidak memungkiri komplain tersebut, namun mereka menggaris bawahi bahwa Swissair pun turut memegang andil dari meningkatnya bobot penerbangan tersebut. Selain itu, MD-11 juga bisa dibilang gagal mencapai target jarak dan konsumsi bahan bakar seperti yang diinginkan oleh banyak maskapai.

Terlepas dari alasan pengurangan pemesanan tersebut, kehadiran MD-11 di keluarga Garuda Indonesia kala itu untuk menggantikan peran dari enam armada DC-10 yang sudah mulai termakan usia untuk melayani rute penerbangan Denpasar – Jakarta – Hong Kong PP. Pesawat bermesin GE CF6-80C2D1 F milik Garuda Indonesia ini memiliki konfigurasi kabin tiga kelas, termasuk 12 kursi first class, 53 kelas bisnis, dan 235 kelas ekonomi.

Patut diketahui, Garuda Joint Venture (GJV) merupakan sebuah perusahaan leasing melalui kerjasama antara Garuda Indonesia dengan Guinnes Peat Aviation (GPA), dimana perusahaan ini merupakan otak dibalik pemesanan MD-11. Sayangnya, umur GJV tidak cukup panjang, manakala Garuda memilih untuk memulangkan tiga unit pesawat MD-11 kepada GPA pada tahun 1996 dan 1997. Untuk menutupi kekosongan yang ada, Garuda mendatangkan tiga unit MD-11ER pada bulan Desember 1996, Mei 1997, dan November 1997.

Baca Juga: DC-10 30, Kenangan Pesawat Trijet Jarak Jauh di Era Keemasan Garuda Indonesia

Seperti tidak diijinkan untuk mengoperasikan MD-11, krisis finansial di negara-negara Asia Pasifik pada waktu itu berimbas kepada industri penerbangan. Hasilnya, rasionalisasi terhadap keenam unit MD-11 pun dilakukan dan berbuntut pada dikembalikannya semua armada MD-11 Garuda Indonesia ke sebuah perusahaan leasing bernama Boeing Capital Corporation pada bulan Juni dan Juli 1998. Dengan begitu, padam pula karir MD-11 di industri kedirgantaraan Tanah Air.

Catat! Ini Daftar Nama Kereta Api yang Mendapat Diskon 30 Persen dari Stasiun Pasar Senen

Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026 tak sedikit masyarakat menghabiskan waktu untuk melakukan perjalanan menuju destinasi tujuan dengan kereta api. Ya, perjalanan menggunakan kereta api menuju berbagai kota di Pulau Jawa ternyata tak menyulutkan minat masyarakat untuk berlibur bersama.

Pemesanan tiket kereta api pun sebenarnya sudah bisa dilakukan pada akhir November ini untuk keberangkatan akhir Desember 2025 hingga awal Januari 2026. Namun ada juga masyarakat yang menunggu untuk mendapatkan diskon yang diberikan oleh PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) di jelang libur Nataru.

Ya, Setidaknya ada 32 kereta api keberangkatan dari stasiun Pasar Senen yang mendapatkan diskon tiket 30 persen dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Seperti diketahui, KAI memberikan diskon tiket kereta sebesar 30 persen untuk kelas ekonomi komersial dalam menyambut masa libur Natal 2025 dan tahun baru 2026.

Penumpang kereta api di Stasiun Pasar Senen. (Foto: Dok. KAI)

Diskon kereta api 30 persen bisa dipesan sejak pada Jumat (21/11/2025) dan berlaku untuk keberangkatan mulai 22 Desember 2025 sampai dengan 10 Januari 2026. Pemesanan tiket kereta api diskon tersedia melalui kanal resmi KAI, termasuk aplikasi Access by KAI, situs web, dan mitra penjualan yang terhubung dengan sistem KAI.

Nah, berikut adalah daftar nama kereta api yang mendapat diskon 30 persen, dengan keberangkatan dari Stasiun Pasar Senen:

1. Fajar Utama Solo (KA 74): Pasar Senen – Solo Balapan
2. Mataram (KA 76): Pasar Senen – Solo Balapan
3. Jaka Tingkir (KA 256): Pasar Senen – Solo Balapan
4. Progo (KA 258): Pasar Senen – Lempuyangan
5. Bogowonto (KA 104): Pasar Senen – Lempuyangan
6. Gajahwong (KA 106): Pasar Senen – Lempuyangan
7. Senja Utama Yogyakarta (KA 108): Pasar Senen – Yogyakarta
8. Fajar Utama Yogyakarta (KA 110): Pasar Senen – Yogyakarta
9. Menoreh (KA 176): Pasar Senen – Semarang Tawang
10. Tawang Jaya (KA 260): Pasar Senen – Semarang Tawang
11. Tawang Jaya Premium (KA 178 dan 180): Pasar Senen – Semarang Tawang
12. Sawunggalih (KA 112, 114, 116): Pasar Senen – Kutoarjo
13. Madiun Jaya (KA 144): Pasar Senen – Madiun
14. Singasari (KA 150): Pasar Senen – Blitar
15. Brantas (KA 152): Pasar Senen – Blitar
16. Brantas Tambahan (KA 7016): Pasar Senen – Blitar
17. Bangunkarta (KA 162): Pasar Senen – Jombang
18. Gumarang (KA 164): Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi
19. Jayabaya (KA 92): Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi
20. Gaya Baru Malam Selatan (KA 90): Pasar Senen – Surabaya Gubeng
21. Dharmawangsa Ekspres (KA 166): Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi
22. Jayakarta (KA 252): Pasar Senen – Surabaya Gubeng
23. Kertajaya (KA 254): Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi
24. Kertanegara (KA 168): Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi
25. Majapahit (KA 246): Pasar Senen – Malang
26. Matarmaja (KA 270): Pasar Senen – Malang
27. Tegal Bahari (KA 204): Pasar Senen – Tegal
28. Blambangan Ekspres (KA 146): Pasar Senen – Ketapang (Banyuwangi)
29. Kertajaya Tambahan (KA 7018): Pasar Senen – Blitar
30. Kutojaya Utara Tambahan (KA 7028): Pasar Senen – Kutoarjo
31. Tambahan PSE-SLO (KA 7026): Pasar Senen – Solo Balapan
32. Tambahan PSE-LPN (KA 10240): Pasar Senen – Lempuyangan.

Rute relasi kereta api tersebut diatas berlaku untuk sebaliknya, atau untuk tujuan keberangkatan ke Pasar Senen. Bagaimana, tertarik naik kereta api pakai harga diskon 30 persen?

Jangan Sampai Nyasar! Yuk, Simak Panduan Naik KRL ke Stasiun Pasar Senen