Pensiunkan Gerbong Berusia 30 Tahun, PT KAI Pesan 438 Gerbong Baru dari PT INKA

Pertanyaan mengenai PT KAI yang selama ini jarang menggunakan produk dari PT INKA terjawab sudah. Ini dibuktikan dengan pemesanan gerbong kereta sebanyak 438 unit untuk menggantikan gerbong tua yang sudah kurang layak pakai. Tentunya, peremajaan gerbong yang dilakukan oleh PT KAI ini secara tidak langsung akan meningkatkan pelayanan mereka kepada para pelanggan setianya. Baca Juga: Terima Tawaran dari Taiwan, PT INKA Siap-Siap Kembali “Kebanjiran” Order Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, Didiek Hartantyo selaku Direktur Keuangan PT KAI mengatakan bahwa peremajaan tersebut dilakukan karena saat ini ada banyak gerbong yang usianya  sudah mencapai 3 dasawarsa lebih. “Banyak kereta yang usianya 30 tahun. Tahun ini kami pesan 438 kereta dari INKA,” kata Didiek dikutip dari laman kompas.com, Kamis (19/10/2017). Sehubungan dengan kemampuan PT INKA yang masih terbatas dan jumlah pesanan dari PT KAI yang bisa dibilang tidak sedikit, maka Didiek mengatakan peremajaan tersebut akan dilakukan secara bertahap. “Kami semua pesan ke sana kan (INKA-red), kereta Bandara 10 trainset dari mereka, LRT Palembang pesan dari mereka,” imbuhnya. Semakin ketatnya persaingan di dunia transportasi dewasa ini merupakan salah satu latar belakang PT KAI untuk meningkatkan pelayanannya kepada para penumpang. Tampaknya, PT KAI sudah mulai berhasil merebut hati para warga Ibu Kota yang hendak bertolak menuju luar kota pada akhir pekan. Pantauan langsung KabarPenumpang.com di lapangan, PT KAI sampai-sampai harus mengadakan perjalanan tambahan dari Jakarta Gambir menuju Bandung pada Jumat (20/10/2017) kemarin, begitupun sebaliknya. Baca Juga: INKA CC300, Mampu Lintasi Banjir, Inilah Lokomotif Diesel Karya Anak Bangsa Ini merupakan sinyal bagus yang diterima oleh PT KAI, dimana peningkatan keseluruhan layanan mereka berbuah manis. “Supaya pelayanan masyarakat bisa makin bagus, kalau kereta makin bagus kan senang. Kenyamanan dan keselamatan juga seperti itu, efisiensi bagi kami juga. Kereta yang di atas 30 tahun sudah waktunya kami ganti kereta yang baru,” tegas Didiek.
Sumber: HaloMalang.com
Bisa jadi, peremajaan kereta ini erat kaitannya dengan kenaikan tarif kereta api yang rencananya mulai diberlakukan per 1 Januari 2018 mendatang. Kenaikan tarif tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 42 tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2016 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik (PSO). Penyesuaian tarif ini akan berlaku bagi 20 rute kereta ekonomi jarak jauh bersubsidi.

Setelah Merugi di 2017, Garuda Indonesia Canangkan Return to Profit di 2018

PT Garuda Indonesia Tbk, menargetkan return to profit pada tahun 2018 setelah mengalami kerugian di tahun 2017 ini karena tengah berupaya untuk mengurangi pengeluaran dan memperbaiki struktur biaya operasionalnya. Maskapai plat merah ini memang memprediksi memperoleh keuntungan sebesar US$75 juta di semester kedua yang berakhir pada Desember 2017. Baca juga: Mengenal SkyTeam, Aliansi Penerbangan Internasional Garuda Indonesia Namun, sayangnya ini tidak akan mampu membukukan keuntungan untuk periode 12 bulan setelah kerugian yang terjadi lebih besar pada semester pertama di tahun ini. Chief Executive Officer Pahala Mansury mengatakan, kerugian di semester pertama 2017 mencapai US$284 juta. Mansury menambahkan pengusaha Indonesia meningkatkan utilitas pesawat dengan mengurangi waktu penerbangan dan pemotongan biaya, dimana langkah-langkah ini yang akan membantu Garuda Indonesia menghasilkan keuntungan tahun depan. “Kami telah meningkatkan tingkat utilisasi pesawat terbang kami dan akan terus melakukannya. Ini akan menjadi faktor kunci untuk menentukan apakah kita menguntungkan di masa depan dan apakah keuangan kita memperbaiki,” kata Mansury yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman bloomberg.com (23/10/2017). Saat ini sebagai perbandingan, biaya per kursi yang tersedia di seluruh grup Singapore Airlines, yang juga mencakup anggaran Scoot adalah 6,83 sen Singapore dalam kuarter fiskal yang berakhir pada bulan Juni. Sedangkan Garuda Indonesia saat ini sedang berada dalam diskusi untuk merencanakan penundaan pengiriman pesawat terbang. Mansury mengatakan, pada tahun 2015 lalu maskapai berkomitmen untuk memiliki 60 pesawat dari Boeing senilai US$10,9 miliar pada daftar dan 30 pesawat dari Airbus senilai US$9,1 miliar sebelum diskon. “Perusahaan merestrukturisasi Citilink dengan biaya rendah dan mengubah hutang di unit menjadi ekuitas,” kata Mansury. Selain itu, Garuda berencana untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis lain yang menunjang penerbangan, seperti perawatan pesawat terbang dan perhotelan. Mansury mengatakan, Garuda memanfaatkan posisi geografis Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan dari luar negeri. Pendapatan dari penerbangan internasional meningkat hampir 15 persen di semester pertama dari tahun sebelumnya, sementara pangsa dari perjalanan domestik turun. Saham Garuda Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 1,8 persen menjadi Rp334 pada hari Senin (23/10/2017), memangkas penurunan year to date menjadi 1,2 persen. Itu dibandingkan dengan kenaikan 24 persen di Bloomberg Asia Pacific Airlines Index pada 2017. Baca juga: Khusus Layani Jamaah Haji Tradisional, Garuda Indonesia Andalkan Awak Kabin (Lokal) Mulai bulan depan, maskapai ini akan terbang tanpa henti ke London dari Jakarta setelah bertahun-tahun mengalami kemunduran, yang memungkinkannya untuk menarik sekitar 700.000 penumpang yang melakukan perjalanan antara Australia dan Inggris setiap tahun dengan apa yang disebut sebagai rute Kangaroo. Garuda Indonesia menargetkan margin laba bersih 1 persen menjadi 2 persen pada 2018, dibandingkan dengan 0,21 persen tahun lalu. “Situasi Garuda Indonesia telah membaik,” kata Mansury.

Manjakan Penumpang Asal Cina, Sydney Airport Gaet Baidu Hadirkan Peta Bandara

Sebagai negara berpredikat populasi terbesar di dunia dengan 1.386.100.000 penduduk atau setara dengan 18,6% total penduduk di dunia per 22 Oktober 2017 silam, maka tidak heran jika Cina saat ini merupakan sumber penumpang inbound asing terbesar di Bandara Sydney, Australia (Kingsford Smith Airport). Maka dari itu, pihak bandara meluncurkan sebuah peta elektronik di dalam ruang terminal internasional T1, dengan tujuan meningkatkan pengalaman perjalanan penumpang yang lebih baik, terutama kepada para penumpang yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Baca Juga: Bandara-Bandara Tertinggi di Dunia, Sebagian Besar Berada di Cina Dilansir KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (4/10/2017), Bandara Sydney bekerja sama dengan Baidu, salah satu perusahaan internet terbesar di dunia yang berbasis di Kampus Baidu, Haidian District, Beijing. Adapun alasan bandara ini memilih Baidu sebagai partnernya adalah klaim yang menyatakan bahwa perusahaan internet ini merupakan penyedia informasi terbesar di Cina. Dengan diperkenalkannya layanan baru ini, maka Bandara Sydney menjadi organisasi pertama di luar Cina yang menggunakan platform tersebut. Dalam platform anyar tersebut, menampilkan beberapa spot penting di dalam bandara dengan menggunakan bahasa Cina, seperti gerbang dan loket check-in, beragam fasilitas dan gerai ritel di berbagai lantai. Tidak hanya itu, platform tersebut juga menawarkan navigasi real-time kepada para penumpang dan pengunjung di terminal T1 di Bandara Sydney. “Kami senang dapat bekerja sama dengan Baidu Maps sehingga kami dapat meningkatkan pelayanan kami terhadap para penumpang, terutama bagi mereka yang berdomisili di Cina,”ungkap Direktur Pelaksana dan CEO dari Sydney Airport, Kerrie Mather. “Ini tampak seperti rangkaian tambahan, mengingat beberapa bulan ke belakang, kami baru saja memperkenalkan Google Maps di seluruh terminal kami,” imbuhnya.
Sumber: Twitter
Dalam tampilan peta tersebut, Baidu menggunakan konsep 3D yang mencakup tata letak dan fungsi baru dari bandara. Baidu juga mengandalkan perbesaran granularitas dan fungsi pencarian, sehingga akan lebih memudahkan para penggunanya. Bagi pengguna yang merasa kurang nyaman dengan fitur ini, mereka juga bisa melayangkan feedback melalui aplikasi. Peluncuran teknologi baru tersebut merupakan bagian dari strategi open data Sydney Airport, menyusul implementasi Google Maps di ketiga terminalnya yang sudah dipasang pada awal tahun 2017 kemarin. Tidak hanya menawarkan fitur peta di ruang tunggu, diketahui bandara ini juga telah meluncurkan beberapa inisiatif lain untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada para penumpang yang berasal dari Cina. Baca Juga: Di 2019, Cina Siap Operasikan Bandara Internasional Terbesar di Dunia! Inisiatif tersebut meliputi Duta Besar Bandara Mandarin, papan nama dan informasi yang tersedia dalam bahasa Cina yang disederhanakan, ketersediaan gerai ritel yang disesuaikan, hingga yang paling mencolok adalah dukungan bandara tatkala Tahun Baru Imlek. Unik ya!

Alami Krisis Penerbang, Ryanair Undang Mantan Pilot Untuk Bergabung Kembali

Bila di Indonesia saat ini ada sekitar 1.200 pilot yang menganggur, maka lain hal dengan di Irlandia, negara di Eropa Barat ini justru kekurangan pilot, bahkan salah satu maskapai kenamaan asal Irlandia, Ryanair baru-baru ini dikabarkan telah mengirim email kepada para mantan pilotnya dan meminta mereka untuk kembali menerbangkan pesawat. KabarPenumpang.com yang melansir dari laman telegraph.co.uk (18/10/2017), dimana maskapai LCC tersebut terpaksa membatalkan sekitar 700 ribu penerbangannya karena banyak pilot yang tak lagi mau menerbangkan pesawat. Baca juga: Peluang Pendapatan Baru, LCC Mulai Kenakan Biaya Untuk Bagasi Kabin Dari pemberitaan yang beredar menyebutkan, Ryanair kekurangan pilot dan kopilot lantaran kedua awak tersebut banyak yang telah meninggalkan perusahaan. Chief executive Ryanair, Michael O’Leary awalnya membantah hal tersebut terjadi. Tetapi dalam sebuah email manager operasional Ryanair,  Elaine Griffin telah meminta para mantan pilot untuk kembali bekerja ke maskapai tersebut. Untuk menarik perhatian, pihak maskapai memberikan kenaikan gaji serta jaminan kondisi kerja yang lebih baik. “Saya harap Anda baik-baik saja sejak Anda meninggalkan Ryanair. Namaku Elaine Griffin dan aku adalah manager operasional bari di penerbangan Ryanair. Kami saat ini merupakan tim beranggotakan empat orang yang berlipat ganda menjadi delapan sebagai bagian dari dorongan Ryanair untuk secara signifikan mengubah cara kami memberi penghargaan dan berinteraksi dengan pilot kami, memperbaiki lingkungan kerja dan pengembangan karir mereka,” tulisnya. Email itu juga berisi keterangan bahwa Ryanair sudah menaikkan tingkat gaji pilot dan kopilot sekitar 20 persen dan meingkatkan sumber daya secara signifikan dalam pengembangan percontohan, pengendalian awak, pengelolaan basis serta pelatihan. “Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan namun kami telah melakukan perubahan signifikan dan merencanakan lebih banyak lagi untuk tahun 2018 (termasuk sistem/proses cuti tahunan yang baru) karena kami berusaha menjadikan Ryanair sebagai pilihan bagi 737 pilot di Eropa. Jika Anda tertarik untuk berbicara kembali tentang Ryanair, kami akan senang mendengarkannya,” ujar Elaine lagi pada email tersebut. Baca juga: Terima Pesan Hoax, Eurofighter Typhoon Inggris Paksa Mendarat Ryanair Menanggapi email tersebut, seorang pilot Ryanair yang telah bekerja di maskapai penerbangan tersebut selama hampir satu dekade mengatakan, langkah manajemen mengirim email menunjukkan pihak maskapai yang tengah putus asa untuk kembali merekrut dan menghentikan eksodus. “Bukan karena masalah uang tetapi kontrak agar diperbaharui sehingga menjadi up to date,” ujar pilot tersebut.

Citilink Buka Rute Bersejarah, Koneksikan Semarang, Banjarmasin dan Palembang

Setelah mendapat suntikan dana dari segar US$15 juta dari Garuda Indonesia, Citilink semakin menunjukkan semangatnya dalam melebarkan sayap, terbukti dengan langkah LCC (Low Cost Carrier) tersebut membuka dua rute baru untuk penerbangan langsung dari Semarang. Rute penerbangan ini dari Semarang menuju ke Palembang dan Semarang ke Banjarmasin PP serta, yang kedua rute tersebut akan mulai beroperasi pada 29 Oktober mendatang. Baca juga: Menanti Kedatangan Pesawat Ke-50, Citilink Optimis Penuhi Target di Akhir Tahun Adanya dua rute langsung ini juga untuk mendukung ekspansi bisnis sekaligus strategi percepatan bisnis perusahaan. “Melihat besarnya potensi wisata ketiga destinasi tersebut, pembukaan kedua rute baru ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah dalam meningkatkan potensi pariwisata lokal serta mempercepat pertumbuhan ekonomi ketiga provinsi tersebut,” kata Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo yang dikutip KabarPenumpang.com dari keterangan tertulisnya, Rabu (18/10/2017). Juliandra mengatakan pembukaan rute baru ini akan mempermudah wisatawan yang ingin berkunjung ke Banjarmasin maupun Palembang melalui Semarang. Tak hanya itu, ini juga untuk membangun pertumbuhan pariwisata alam hutan hujan di Banjarmasin, sedangkan Palembang sekarang sedang berbenah untuk menyambut event internasional salah satunya Asian Games pada tahun 2018 mendatang. Dia menjelaskan Semarang dan Palembang sama-sama memiliki kedekatan historis latar belakang dimana pengaruh kebudayaan Tiongkok terlihat sangat jelas. Ini juga dikarenakan Semarang dan Palembang dulunya menjadi jalur penjelajahan Tiongkok Laksamana Cheng Ho saat memimpin ekspedisi di Samudera Barat. “Semarang, Palembang dan Banjarmasin memiliki destinasi wisata dengan nuansa yang unik sehingga ketiganya memiliki peranan strategis dalam pengembangan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan Pemerintah Indonesia,” ujarnya. Wisata sejarah serta budaya yang dimiliki ketiga kota ini diharapkan bisa mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara yang bisa membantu pencapaian target Kementerian Pariwisata untuk mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara hingga tahun 2019. Selain itu, ketiga kota ini juga memiliki potensi untuk mendorong peningkatan industri pariwisata dari berbagai sektor yakni objek wisata hingga industri MICE (Meeting, Intensive, Conference, Exhibition) dengan skala internasional. Diketahui, anak perusahaan Garuda Indonesia ini merupakan satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan langsung dari Semarang menuju Palembang. Untuk rute Semarang menuju Banjarmasi, Citilink optimis mencapai target market share sebesar 47 persen. Baca juga: Dorong Potensi Wisata, Citilink Buka Rute Baru Medan-Yogyakarta Untuk waktu tempuhnya, Semarang menuju Palembang 1 jam 45 menit dengan kode penerbangan QG-796, dengan keberangkatan satu kali sehari dari Semarang pukul 12.05 WIB dan tiba di Palembang pukul 13.50 WIB. Sedangkan Semarang menuju Banjarmasin ditempuh dengan waktu 1 jam 25 menit dengan kode penerbangan QG-974 dengan keberangkatan pukul 08.15 WIB dan tiba 10.40 WITA di Banjarmasin. Kedua rute baru ini akan dilayani dengan pesawat Airbus A320 yang mampu menampung 180 penumpang.

Meski Visa Sudah Ditangan, Bukan Jaminan Bisa Masuk Ke Amerika Serikat, Lho!

Dalam beberapa hari ini, kabar tentang dunia keimigrasian tengah riuh, lantaran Pemerintah Amerika Serikat lewat US Customs and Border Protection Agency yang bagian dari US Department of Homeland Security tak mengizinkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk menginjakan kaki di Negeri Paman Sam. Gatot Nurmantyo yang berangkat bersama istri dan delegasi TNI tak mendapatkan izin meski visa valid sudah dipegang oleh Jenderal bintang empat ini. Baca juga: Departemen Keamanan Dalam Negeri AS Umumkan Langkah Keamanan Penerbangan Baru KabarPenumpang.com melansir dari laman abc.net.au (23/10/2017), saat itu Gatot hendak berangkat menggunakan penerbangan Emirates menuju ke Washington pada Sabtu malam. Kepergiannya ke AS pun atas undangan resmi Jenderal Amerika Serikat Joseph F Dunford Jr, Kepala Staf Gabungan AS untuk menghadiri sebuah konferernsi dalam memerangi ekstremisme dan kekerasan. Namun, sebelum berangkat Gatot beserta istri mendapat pemberitahuan dari maskapai jika tidak diizinkan masuk ke Amerika Serikat berdasarkan Perintah dari US Customs and Border Protection Agency. Biasanya seseorang yang dilarang dan tidak diperbolehkan masuk pada suatu negara, dikarenakan visa yang mereka miliki bermasalah atau si pemilik visa merupakan anggota kawanan teroris dan pemberontak. Tetapi, diketahui Jenderal bintang empat ini tidaklah terkena tuduhan apapun baik terorisme, pelaggaran hak asasi manusia atau hal lainnya, sehingga tidak ada alasan untuk melarang masuk ke negara tersebut. Apalagi di Februari 2016 lalu, Gatot sudah berkunjung ke Amerika Serikat dan tidak ada masalah apapun yang terjadi. Meski hujan permintaan maaf telah dilayangkan pemerintah AS lewat Kedutaan Besar-nya di Jakarta, penolakan Panglima TNI ini terasa ‘misterius.’ Sepeerti diwartakan, boarding pass Gatot untuk rute Jakarta – Doha telah keluar, namun boarding pass Doha – Washington DC yang kemudian diketahui ‘bemasalah,’ yang kemudian pihak Emirates menyampaikan kabar tersebut saat Sang Jenderal telah tiba untuk check in di Bandara Soekarno-Hatta. Beberapa bulan lalu, hal ini juga menimpa seorang perempuan bernama Abbey Looker yang dikabarkan tidak bisa masuk ke London, Inggris selama sepuluh tahun lantaran visa tidak keluar. Saat itu, Abbey mengajukan visa Tier Five Youth Mobility online pada 6 Mei lalu dan mengirimkan dokumen tersebut tanggal 9 Mei. Baca juga: Visa on Arrival, Bisa Berdampak Pada Risiko Keamanan di Dalam Negeri Abbey dijadwalkan akan berangkat pada 19 Juni menuju Inggris. Penasaran atas proses penerbitan visa, Abbey beberapa kali menelpon ke imigrasi Inggris untuk mengetahui kenapa visa yang diajukannya tidak juga sampai ke alamatnya. Diketahui, pengajuan visa memakan waktu selama dua minggu, tetapi setelah enam minggu penantian, dirinya mendapat kabar bahwa visanya sedang di proses, sedangkan dirinya telah membeli tiket pesawat dan memutuskan berangkat dan masuk ke Inggris dengan visa liburan untuk enam bulan. Saat Looker tiba di Inggris, perempuan ini tidak menemui masalah sedikitpun dan menikmati kota London dengan nyaman dan tenang. Namun muncul masalah pada enam hari kemudian, Looker bersama sang kekasih pergi ke Spanyol untuk wisata liburan lanjutan dan diakhiri dengan rute kembali ke Inggris. Nah, saat Looker tiba dari Spanyol, munculah masalah dengan petugas imigrasi di bandara Gatwick, London, karena masalah tersebut, kini Looker dilarang masuk ke Inggris selama sepuluh tahun. Baca juga: Gara-Gara Salah Administrasi, Perempuan Ini Tak Bisa Masuk Inggris Selama 10 Tahun Pelarangan masuk ke dalam suatu negara biasanya dikarenakan visa yang tidak disetujui, visa yang sudah habis masa berlakunya, atau pemilik visa adalah seorang teroris atau pelaku kejahatan yang bisa merugikan negara yang dikunjunginya tersebut. Kembali ke insiden yang menimpa Panglima TNI, besar kemungkinan pihak AS melakukan prosedur secondary check kepada seseorang yang akan menuju ke AS. Artinya meski visa sudah ditangan akan ada prosedur pengecekan keamanan yang melibatkan beberapa instansi, namun sayangnya otoritas di AS justru melakukan kekeliruan fatal pada orang nomer satu di TNI ini.

Mengenal SkyTeam, Aliansi Penerbangan Internasional Garuda Indonesia

Layaknya aliansi superhero yang saling bekerja sama untuk mengalahkan lawan, dunia aviasi pun memiliki beberapa aliansi yang saling bersaing satu sama lain. Salah satu dari aliansi tersebut bernama SkyTeam, dimana aliansi tersebut terdiri dari 20 anggota maskapai internasional yang menerbangkan hampir 16.000 lebih penerbangan dalam sehari yang mengangkut hingga 612 juta tiap tahun dengan konektivitas ke 1.052 rute di 177 negara. Baca Juga: Sesama Anggota SkyTeam, Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia Sepakati Codeshare dan MRO Aliansi yang didukung oleh 481.691 karyawan dan armada yang berjumlah sekitar 3.054 pesawat dengan tambahan hampir 1580 armada yang tergabung dalam anak perusahaan/afiliasi dari maskapai anggota ini menjadikan SkyTeam sebagai salah satu aliansi penerbangan terkemuka dan terdepan didunia selain Star Alliance dan Oneworld. Lalu, bagaimana para maskapai yang sejatinya saling bersaingan satu sama lain bisa menjalin kerja sama yang saling membangun? Dilansir KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, aliansi SkyTeam awalnya terbentuk dari penandatanganan kontrak kerjasama jangka panjang antara Air France dan Delta Air Lines pada 22 Juni 1999. Penandatanganan kontrak tersebut akan membuka kemungkinan untuk mendirikan sebuah aliansi di masa yang akan datang. Pertemuan tersebut kembali di helat pada 22 Juni 2000 di New York, dimana CEO dari Aeroméxico, Air France, Delta Air Lines, dan Korean Air berkumpul menindaklanjuti wacana yang sebelumnya belum menemukan titik terang. Tepat di hari itu juga, keempat pemimpin maskapai ini sepakat untuk mendirikan sebuah aliansi yang diberi nama SkyTeam. Di hari pertama pembentukannya, aliansi tersebut menghubungkan 6.402 penerbangan harian ke 451 destinasi di 98 negara dunia. Sehari berselang, promosi pun mulai gencar dilakukan di seluruh dunia dengan tagline “Caring More About You”. Bulan Oktober 2000, maskapai CSA Czech Airlines menandatangani perjanjian dengan aliansi SkyTeam sebagai langkah awal untuk bergabung ke dalam aliansi tersebut. Barulah pada tahun 2001, maskapai ini secara resmi masuk sebagai anggota kelima dari SkyTeam dan juga menambahkan jumlah rute sebanyak 14 destinasi di 21 negara.
Dekorasi Anggota Skyteam di Kantor Garuda Indonesia. Sumber: KabarPenumpang.com
Tahun 2001, Skyteam membuka hub baru yang didukung oleh Korean Airlines di Bandar Udara Internasional Incheon, Seoul. Pembukaan hub baru tersebut diharapkan bisa meningkatkan jaringan rute penerbangan di Asia dan membuka pasar baru selain di benua Amerika dan Eropa, mengingat Korean Air merupakan satu satunya maskapai Asia di SkyTeam kala itu. Pada tanggal 27 Juli 2001, SkyTeam menerima Alitalia sebagai anggota keenamnya dan konektivitas aliansi ini pun meningkat sebanyak 21 rute di 6 negara sebagai jaringan global SkyTeam. Dua tahun berselang dari pendiriannya, Department of Transportation (DoT) Amerika mensertifikasi SkyTeam menyusul banyaknya ketidakpercayaan publik akan aliansi ini, terutama di rute trans-atlantik. Seiring bertambahnya usia, semakin banyak maskapai tenar yang akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan SkyTeam, sebut saja KLM, China Eastern Airlines, China Western Airlines, hingga Garuda Indonesia. Maskapai plat merah ini resmi bergabung dengan SkyTeam pada 5 Maret 2014 dan merupakan maskapai terakhir yang bergabung dengan aliansi ini. Saling melengkapi. Inilah yang menjadi salah satu alasan Garuda Indonesia memutuskan bergabung dengan SkyTeam. Melalui Senior Manager Public Relation, Ikhsan Rosan mengatakan kepada KabarPenumpang.com pada Selasa (17/10/2017), bahwa setiap aliansi memiliki ‘kelemahannya’ masing-masing, dan Garuda akan berusaha untuk menutupi kekurangan tersebut. “Seperti misalnya SkyTeam agak lemah untuk penerbangan di wilayah Asia Tenggara dan Australia, maka Garuda Indonesia hadir mengisi kekosongan tersebut,” ujar Ikhsan Rosan. Baca Juga: Khusus Layani Jamaah Haji Tradisional, Garuda Indonesia Andalkan Awak Kabin (Lokal) Bergabungnya Garuda sebagai keanggotaan SkyTeam tentunya akan memudahkan penumpang yang hendak melakukan perjalanan jauh. Sebut saja bila Anda hendak terbang menuju Los Angeles menggunakan Garuda. Anda cukup membayar satu tiket, satu harga untuk bisa sampai di Los Angeles, padahal nanti Anda mesti transit terlebih dahulu di Dubai dan berganti maskapai (anggota SkyTeam lainnya) yang akan terbang menuju Los Angeles dan semuanya sudah diatur sebelumnya sehingga Anda tidak perlu luntang-lantung untuk mencari maskapai mana yang akan mengudara ke Los Angeles. Anda dipastikan tidak akan dikenakan biaya tambahan lagi untuk proses perpindahan pesawat tersebut. One price, one destination, but more than one airline. Tidak itu saja, jumlah bonus miles tetap berlaku dan dihitung antar maskapai dalam SkyTeam. Pihak Garuda pun berharap agar Bandara Internasional Soekarno Hatta bisa menjadi hub baru bagi anggota SkyTeam yang hendak melakukan perjalanan ke bagian selatan Indonesia, seperti Australia dan Selandia Baru.

Lion Air Buka Rute Penerbangan Palembang-Jeddah dengan Airbus A330-300

Meski berstatus maskapai penerbangan swasta, namun Lion Air sejak beberapa lama telah di dapuk sebagai maskapai nasional dengan jumlah armada terbesar di Indonesia. Bukan hanya jadi yang terbesar, kemampuan pesawat-nya pun bisa dibilang sebanding, atau bahkan lebih mumpuni ketimbang milik Garuda Indonesia. Sebagai contoh, saat Garuda Indonesia mengoperasikan Boeing 747-400 sejak 1994, Lion Air pada tahun 2009 pun mengakuisisi pesawat dengan tipe yang sama. Dan ketika Garuda Indonesia mengandalkan Airbus A330-300 untuk rute penerbangan jarak menengah – jauh, Lion Air turut mengikuti jejak Garuda Indonesia. Baca juga: Tingkatkan Keselamatan Penerbangan, Lion Air Group Gandeng Ideagen Coruson Yang disebut terakhir, Airbus A330-300 milik Lion Air sudah hadir sebanyak 3 unit di Indonesia, pesawat ini merupakan pesawat berbadan besar (wide body) telah dioperasikan sejak akhir 2015 lalu. Airbus A330 digadang sebagai pengganti dari Boeing 747-400 yang akan segera dipensiunkan, sebelumnya Lion Air diketahui mengoperasikan dua unit Boeing 747-400 untuk melayani rute Jakarta – Jeddah. A330-300 yang dipesan kepunyaan Lion Air di setting dengan kapasitas besar hingga 440 kursi kelas ekonomi. Uniknya pesawat Airbus A330-300 ini menggunakan mesin Trent 700 yang diambil dari Rolls Royce karena keandalan dan teknologi fuel saving-nya serta penggunaan teknologi three spool engine sehingga cocok untuk udara beriklin panas. “Nantinya pesawat Airbus A330-300 ini akan melayani rute penerbangan menuju dua kota salah satunya ke Timur Tengah yakni Jeddah dan satu kota di Indonesia. Penempatan satu pesawat tersebut untuk rute domestik karena besarnya pertumbuhan pasar domestik,” ujar Direktur Umum Lion Group, Edward Sirait yang dikutip KabarPenumpang.com dari siaran persnya. Lion Air Airbus A330 sejak November 2015 sudah digunakan untk menerbangkan jemaah Haji dan Umroh Indonesia. Belum lama ini, pesawat berbadan besar milik Lion Air tersebut berada di Batam Aero Technic (BAT) dimana maintenance repair overhaul kepunyaan Lion Group di Batam, Kepulauan Riau untuk bersolek dan mengaja kelaikan terbang. General Manager Logistic BAT, Dedeng Achmadi mengatakan ada kemungkinan karena seiring dengan meningkatnya ekonomi Cina, Lion Air Group dengan pesawat berbadan besar melakukan penerbangan ke Cina. Namun, untuk saat ini jumlah penerbangan dengan pesawat berbadan besar ke Cina belumlah banyak. Pasalnya, pesawat berbadan besar Lion Air diperuntukkan melayani musim Haji dan Umrah. Baca juga: Lion Air, Punya Citra Buruk Soal Keterlambatan Jadwal Penerbangan “Kami konsennya ke sana dulu (Timur Tengah – red), karena tingginya animo masyarakat untuk ibadah Haji dan Umroh. Bahkan kami ada keinginan untuk menambah pesawat karena kebutuhan Umroh sangat tinggi,” ujar Dedeng. Tak hanya itu, baru-baru ini Lion Air bekerja sama dengan Asita Sumatera Selatan untuk membuka jalur penerbbangan Palemang – Jeddah untuk melayani para jemaah calon Umroh di daerah tersebut. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Sumsel Anton Wahyudi mengatakan, jemaah calon Umroh daerah ini nantinya tidak perlu lagi harus transit di Jakarta atau daerah lainnya, melainkan langsung ke Tanah Suci. “Jemaah itu nantinya bisa langsung menuju Jeddah karena kami melakukan kerja sama dengan maskapai Lion Air dan biro perjalanan,” ujar Anton yang dikutip KabarPenumpang.com dari antaranews.com (19/10/2017). Menurut dia, dengan penerbangan langsung ini maka diharapkan calon jemaah bisa sampai lebih cepat di Jeddah. Untuk penerbangan langsung ini, pihaknya sudah menyampaikan pada Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin dan setuju dengan program tersebut. Nantinya penerbangan perdana akan diikuti sekitar 70 orang dan rencananya dilepas oleh Gubernur Sumsel pada 13 November 2017 mendatang. Pada tahap pertama, pemberangkatan akan dilaksanakan seminggu sekali dan selanjutnya melihat antusias masyarakat Sumatera Selatan yang akan menunaikan ibadah Umroh. Sebenarnya adanya penerbangan langsung ini juga untuk memantau dan mengkoordinasi jemaah serta menghindari adanya calo atau penipuan yang bisa membuat para jemaah terlantar. “Penerbangan langsung Palembang – Jeddah itu diharapkan berjalan lancar sekaligus jamaah umrah dapat beribadah secara khusuk,” tambah Anton.

Robot Akan Mengambil Peran di SPBU Cina Mulai Tahun Depan!

Sepertinya invasi robotika di kehidupan dewasa ini semakin menyebar luas. Setelah berhasil menginvasi Bandara Incheon di Korea dengan hadirnya robot pemandu penumpang dan robot pembersih, kini inovasi berteknologi tinggi tersebut mulai merambah ke stasiun pengisian bahan bakar di Cina. Raksasa E-Commerce milik Jack Ma, Alibaba disinyalir akan membangun sebuah stasiun pengisian bahan bakar tak berawak di kota asalnya, Hangzhou. Baca Juga: Sambut Olimpiade Musim Dingin, LG Hadirkan Dua Robot Canggih di Bandara Incheon Menurut lansiran KabarPenumpang.com dari laman channelnewsasia.com (10/10/2017), kendaraan yang hendak mengisi bahan bakar di sini akan dilayani oleh lengan robot setelah pelanggan memindai QR code pada mesin yang sudah disediakan. Menurut rencana, stasiun pengisian bahan bakar tersebut akan dibangun pada akhir Oktober mendatang. Lebih lanjut,pihak  Alibaba mengatakan stasiun pengisian bahan bakar cerdas termutakhir ini akan diluncurkan tahun depan. Tidak hanya mampu mengisi bahan bakar sendiri, stasiun pompa bensin ini juga akan memanfaatkan teknologi yang ada agar mampu secara otomatis merekam dan mengingat informasi tentang pengemudi dan juga mobil mereka. “Sebut saja seperti identitas, model kendaraan, hingga jenis bahan bakar yang digunakan kendaraan tersebut,” ujar salah satu juru bicara dari kelompok yang menyediakan berita dan informasi seputar keuangan dan bisnis melalui beragam media, Caixing. Langkah ini ditempuh Alibaba sebagai bentuk persaingan sehat dengan Amazaon, pesaingnya dari kubu “Barat” yang sebagaimana diketahui bahwa raksasa E-commerce asal Amerika yang berbasis di Seattle tersebut berencana untuk menggunakan data konsumennya untuk menyediakan rangkaian layanan yang terhubung kembali ke merek yang barangnya dijual.
Sumber: digitaltrends
Bisa dibilang, Alibaba bukanlah perusahaan pertama yang menyediakan inovasi seperti ini di dunia. Jauh sebelum mereka merencanakan untuk membangun stasiun pengisian bahan bakar otomatis ini, Husky Corporation and Fuelmatics AB memamerkan Automatic Refueling System pada Januari 2014 silam. Adapun tujuan dari Husky Corporation and Fuelmatics AB menghadirkan mesin pengisian bahan bakar otomatis ini adalah untuk memangkas waktu pengisian bahan bakar hingga 30 persen dan juga untuk menjamin kebersihan tangan Anda sendiri. “Anda tidak perlu lagi bersentuhan dengan selang nosel yang kotor,” ungkap Sten Corfitsen dari Husky Corporation and Fuelmatics AB. Baca Juga: Media Kiosk, Vending Machine Mutakhir Yang Dipasang di Pra-Sarana Transportasi Sistem ini dirancang untuk mobil yang menggunakan cap-less fuel filler neck, seperti yang kebanyakan ditemui di kendaraan Ford modern. Sistem berbasis vakum ini juga akan berbunyi saat pengisian tangki sudah penuh.

JetBlue Upgrade Desain Kabin Airbus A320, Tapi Penumpang Justru Merana

JetBlue, maskapai penerbangan berbiaya rendah di Amerika Serikat tak berbeda dengan maskapai LCC (Low Cost Carrier) pada umumnya, yakni mengandalkan pesawat narrow body Airbus A320 sebagai andalan armadanya. Berbeda dengan prinsip di penerbangan full service, tipe maskapai LCC jelas lebih menekankan pada kemampuan membawa sebanyak mungkin penumpang, yang semuanya disatukan dalam kelas ekonomi. Baca juga: Dilema Seat Pitch, Maskapai Tambah Untung Penumpang Merana Dengan prinsip membawa penumpang sebanyak mungkin, maka otomatis akan mengorbankan seat pitch, yakni jarak antar kursi akan lebih sempit, yang tak jarang membuat penumpang untuk rute jarak sedang – jauh mengalami ‘penderitaan’ di udara. KabarPenumpang.com melansir dari skift.com (29/9/2017), adanya desain ulang pada Airbus A320 milik JetBlue memang membuat kejutan baru tetapi memuat penumpang merintih. Penambahan dan perombakan yang dilakukan pihak JetBlue adalah memasang layar sentuh ukuran 10 inchi dengan 100 saluran televisi langsung dan tautan sistem WiFi, semua ditujukan untuk menambah pelayanan di kabin. Namun, perubahan desain tak hanya pada penambahan layanan, nyatanya Airbus A320 JetBlue juga ditambahkan selusin kursi lagi yang akan berada di antara 150 kursi yang sudah ada. Kedepan, JetBlue ingin tampil lebih gaya dengan desain ulang yang bertujuan menciptakan persepsi kabin yang lebih luas dan lapang. Upaya ini sebelumnya terlihat pada desain pesawat baru seperti jet C Series Bombardier dan tampilan modern dari pesawat jarak jauh yang lebih besar dari Airbus dan Boeing. JetBlue mengatakan bahwa proyek upgrade A320 memakan waktu sekitar tiga tahun untuk menyelesaikan dan diharapkan menghasilkan kentungan finansila US$100 juta karena adanya jumlah kursi yang lebih banyak. Penambahan 12 kursi baru pada Airbus A320 otomatis akan mengurangi ruang di kabin utama sekitar 2 hingga 32 inchi. Nantinya jumlah kursi di Airbus A320 JetBlue menjadi 162 dengan dua kamar mandi dan dapur baru di kabin. Penambahan dan pendesainan ulang pesawat JetBlue diberitahukan pada konferensi APEX Expo di Long Beach, California. Selain JetBlue, Airbus juga meluncurkan kabir Airspace di pesawat A350 dan A330neo sebelum mengganti desain ke pesawat single lorong. Baca juga: Singapore Airlines Pamerkan Desain Interior Mewah di Airbus A380 Terbaru “Konsep kabin ini didapat hampir setelah 18 bulan penelitian di bandara seluruh dunia, dimana untuk melihat apa yang bawa benar-benar di bawa penumpang ke dalam kabin,” kata Ingo Wuggetzer, wakil presiden pemasaran kabin Airbus. Tak hanya itu, pembenahan ini juga menemukan tiga area utama yang perlu diperbaiki. Mencakup perubahan kompartemen atas kabin yang sering tidak cukup untuk baang-barang penumpang. Kemudian pintu masuk kabin yang diperbaharui lebih baik lagi sesuai keinginan maskapai. Wuggetzer mengatakan, lampu kabin akan memainkan peran, dimana sistem pencahayaan LED menawarkan 16 juta warna yang mendukung suasan hati para penumpang.