Pejabat FAA Sebut Boeing Gagal Memenuhi Standar Kontrol Kualitas di Manufaktur
Audit FAA Temukan Mekanik Boeing 737 MAX Gunakan Kartu Hotel dan Sabun Cuci Piring Sebagai ‘Alat Darurat’
Mengenal “Jump Seat” – Kursi Lipat Pramugari yang Kerap Bikin Kikuk Penumpang

Mantan Pramugari ‘Buka Kartu’, Ternyata Maskapai Atur Penggunaan Pakaian Dalam
Meski Ditekan Embargo, Iran Justru Capai Kemandirian Produksi Suku Cadang Pesawat Penumpang
Di Tengah Sanksi Barat, Iran Akuisisi Empat Unit Airbus A340 dengan Cara yang Aneh
Punya Berat Badan Berlebih dan Mau Naik Pesawat? Cek Dulu Tips Ini!
Bell Textron Tandatangani Dua Kesepakatan Kerjasama dengan Operator Helikopter Indonesia
Mengenal Bell 206 JetRanger, Pesawat ‘Penjaga’ Museum Polri yang Pernah Keliling Dunia
Cegah Pilot Tertidur Saat Mengudara, Asosiasi Pilot Inggris Ajukan Proposal “Tes Kelelahan”
Pilot dan Kopilot Ketiduran, Ternyata Ada yang ‘Lebih Parah’ dari Kasus Batik Air“Mengapa hal ini menjadi sangat penting? Ambil contoh jika seorang pilot yang mulai kelelahan tidak bisa berpikir secara jernih dan tidak bisa mengambil keputusan pada saat situasi darurat, tentu ini berbahaya bukan?” terang Dr. Rob. “Peraturan tersebut ditulis untuk memberikan fleksibilitas yang besar bagi pihak maskapai, tetapi di sisi lain, itu akan memberi kemungkinan bagi mereka (pihak maskapai) untuk tetap mempekerjakan pilot yang tengah dilanda kelelahan yang hebat. Para regulator berpikir bahwa pihak maskapai dapat dipercaya untuk mengelola situasi ini, tetapi kami tidak,” tandasnya. Kendati pengajuan proposal tentang tes kelelahan bagi para pilot ini mendapatkan dukungan besar dari berbagai pihak yang setuju, namun ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa mereka harus meninjau ulang wacana tersebut sebelum akhirnya dapat diimplementasikan di sektor aviasi global.
Apakah Pilot Boleh Tidur Selama Pesawat dalam Mode Autopilot?
Pilot dan Kopilot Ketiduran, Ternyata Ada yang ‘Lebih Parah’ dari Kasus Batik Air
Hari Ini, 92 Tahun Lalu, Bandara Tersibuk di Dunia Mulai Pamer ILS untuk Pendaratan Malam Hari
Pada hari ini, 92 tahun lalu, bertepatan dengan 12 Maret 1932, bandara tersibuk di dunia saat itu, Bandara Newark, Amerika Serikat (AS), mulai menambah alat bantu pendaratan malam hari, melengkapi yang sudah ada. Di era seperti sekarang, teknologi pendaratan malam hari mungkin biasa. Namun di masa lalu, teknologi itu cukup langka dan membawa masa depan industri penerbangan ke arah yang lebih cerah.
Baca juga: Ada 15 Makna Lampu Warna-warni di Runway Bandara, Sudah Tahu?
Dari penelusuran di berbagai sumber, hampir tak ada yang menjelaskan dengan detail alat bantu pendaratan malam hari apa yang dimaksud di atas. Tetapi, di tahun-tahun itu, industri dirgantara Negeri Paman Sam memang sedang fokus pada percobaan sistem instrument landing system (ILS) yang kick offnya dimulai pada tahun 1929.
Ketika itu Administrasi Aeronautika Sipil (CAA) mengizinkan pemasangan sistem ini tahun 1931 di enam bandara, salah satunya Bandara Newark selaku bandara tersibuk di dunia saat itu. Pendaratan pertama maskapai sipil AS terjadwal menggunakan ILS terjadi pada 26 Januari 1938, dimana sebuah Boeing 247-d Pennsylvania-Central Airlines terbang dari Washington, D.C., menuju Pittsburgh dan mendarat dalam badai salju menggunakan satu-satunya ILS.
Kehadiran ILS di Bandara Newark yang ketika itu dinobatkan jadi bandara tersibuk di dunia sampai Bandara LaGuardia dibuka pada bulan Desember 1939, tentu sangat membantu pergerakan pesawat. Bila sebelumnya tak semua pesawat bisa melakukan pendaratan malam di bandara ini, ketika alat bantu dipasang, seluruhnya bisa mendarat dengan aman.
Muara dari semua itu, jumlah pesawat mendarat di bandara itu pun meningkat dari semula 28.000 pendaratan di tahun 1930 menjadi jauh meningkat setelah alat bantu itu dipasang.
Dirunut dari definisinya, ILS adalah sistem pemandu pendaratan pesawat dengan menggunakan instrument elektronika. Sistem ini membantu pesawat udara untuk mendarat tepat pada centre line (garis tengah) runway dan dengan sudut pendaratan yang tepat.
Pemanduan dilakukan agar pilot mengetahui jarak pesawat terhadap area pendaratan (touchdown zone) pada runway. Pemanduan dilakukan untuk mengatur posisi kanan kiri (center line) pesawat, sehingga dapat landing dengan tepat di garis tengah landasan.
Baca juga:Dalam Kondisi Berkabut, Penggunaan ILS Bukan Jaminan Penerbangan Bakal Lebih Efisien
Pemanduan dilakukan juga untuk mengatur posisi atas bawah pesawat, sehingga dapat landing dengan tepat pada sudut ± 3° terhadap landasan. ILS terdiri dari tiga komponen peralatan berdasarkan fungsi pemanduannya yaitu Marker Beacon, Localizer, dan Glide Slope.
Saat ini, setelah didemonstrasikan di AS sejak puluhan tahun lalu, penggunaan ILS sudah menjadi barang umum yang hampir bisa ditemukan di seluruh bandara besar di seluruh dunia. Dengan ILS maka standar keselamatan penerbangan menuju suatu bandara dapat lebih terjamin. Penerbangan yang dilakukan malam hari dapat berlangsung dengan adanya ILS, pun pilot dapat mendaratkan pesawat tatkala cuaca buruk dengan sudut pandang terbatas, itu juga dapat dilakukan berkat adanya ILS.