Audit FAA Temukan Mekanik Boeing 737 MAX Gunakan Kartu Hotel dan Sabun Cuci Piring Sebagai ‘Alat Darurat’

Administrasi Penerbangan Federal atau Federal Aviation Administration (FAA) menemukan lusinan masalah selama proses produksi jet Boeing 737 MAX, termasuk mekanik di salah satu pemasok utamanya yang menggunakan kartu kunci hotel dan sabun cuci piring sebagai alat darurat untuk menguji kepatuhan, demikian menurut sebuah laporan yang dirilis New York Post (12/3/2024). Baca juga: Bukan Hanya di 737 Max, FAA Sebut Ada Potensi Masalah Keselamatan di Boeing 787 Dreamliner FAA menemukan masalah kendali mutu yang “tidak dapat diterima” selama audit terhadap Boeing dan pemasok Spirit AeroSystems yang diluncurkan setelah insiden lepasnya emergency exit door dari pesawat 737 MAX 9 Alaska Airlines di ketinggian 16.000 kaki pada 5 Januari 2024. Spirit AeroSystems, yang membuat badan pesawat jet 737 MAX, gagal dalam tujuh dari 13 audit produk yang dilakukan oleh FAA. Salah satu kegagalannya adalah pada pemasangan penutup pintu pesawat. Beberapa detail paling mengejutkan terjadi di pabrik pembuatan badan pesawat Spirit AeroSytems di Wichita, Kansas. Dalam laporannya, auditor FAA melihat mekanik dari perusahaan menggunakan kartu kunci hotel untuk memeriksa segel pintu dan menyaksikan mekanik Spirit lainnya menerapkan sabun cair Dawn ke segel pintu “sebagai pelumas dalam proses pemasangan.” Dalam kejadian terakhir, mekanik menggunakan kain tipis basah untuk menyeka sabun cuci piring dan membersihkan segel pintu. Perusahaan harus mengembangkan rencana tindakan yang komprehensif untuk mengatasi “masalah pengendalian mutu sistemik” yang diangkat dalam audit dalam waktu 90 hari. Dewan Keselamatan Transportasi Nasional juga sedang menyelidiki ledakan panel pintu yang mengerikan itu, dan Departemen Kehakiman telah membuka penyelidikan kriminal terhadap Boeing.
Pejabat FAA Sebut Boeing Gagal Memenuhi Standar Kontrol Kualitas di Manufaktur

Mengenal “Jump Seat” – Kursi Lipat Pramugari yang Kerap Bikin Kikuk Penumpang

Kursi lipat pramugari atau jump seat yang berhadapan dengan penumpang memang memiliki beberapa kekurangan dalam hal privasi dan kenyamanan, terutama saat pramugari harus berinteraksi dengan penumpang di depan umum. Beberapa orang mungkin merasa kurang nyaman karena merasa terganggu atau merasa kurang memiliki ruang pribadi. Baca juga: Apakah Pramugari Izinkan Penumpang Tidur di Kursi Pesawat yang Kosong Bak di Kasur? Namun, kursi lipat pramugari ini biasanya dirancang dengan pertimbangan yang baik untuk meminimalkan gangguan terhadap penumpang dan memberikan pramugari akses yang mudah dan cepat saat dibutuhkan. Selain itu, kursi ini juga memiliki fungsi penting dalam keselamatan penerbangan, karena pramugari dapat duduk dengan cepat saat terjadi situasi darurat atau saat pesawat mengalami turbulensi yang kuat. Meskipun ada beberapa kekurangan, kursi lipat pramugari tetap merupakan bagian yang penting dari kabin pesawat dan biasanya dirancang dengan baik untuk memenuhi kebutuhan operasional dan keselamatan penerbangan. Kursi lipat pramugari, atau yang sering disebut sebagai jump seat, memiliki beberapa spesifikasi khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan keselamatan penerbangan. Beberapa spesifikasi umum yang dimiliki oleh kursi lipat pramugari meliputi: Desain Lipat Kursi ini dapat dilipat ke atas atau ke samping saat tidak digunakan untuk memberikan ruang tambahan di kabin. Desain lipat ini membantu mengoptimalkan ruang kabin untuk penumpang. Sabuk Pengaman Kursi ini dilengkapi dengan sabuk pengaman yang sama dengan yang digunakan oleh penumpang untuk memastikan keselamatan pramugari selama penerbangan. Desain Ergonomis Kursi ini dirancang dengan pertimbangan ergonomis untuk memberikan kenyamanan selama penggunaan yang lama. Lokasi yang Strategis Kursi lipat pramugari ditempatkan di area yang strategis di dalam kabin untuk memberikan akses yang cepat dan mudah ke area kerja pramugari.
Mantan Pramugari ‘Buka Kartu’, Ternyata Maskapai Atur Penggunaan Pakaian Dalam

Sambut Mudik Lebaran 2024, Garuda Indonesia Group Siapkan 1,4 Juta Kursi Penerbangan

Garuda Indonesia Group mengoptimalkan upayanya dalam mendukung kebutuhan layanan penerbangan bagi masyarakat khususnya pada periode peak season lebaran tahun 2024 dengan menyiapkan lebih dari 1,4 juta kursi penerbangan pada periode arus mudik dan arus balik yang diperkirakan akan berlangsung pada 3 April (H-7) sampai dengan 21 April 2024 (H+11) baik untuk rute domestik maupun internasional. Baca juga: Program Loyalitas, Garuda Indonesia dan UOB Luncurkan “Garuda Indonesia UOB Card” Kesiapan tersebut juga dioptimalkan dengan pengoperasian pesawat berbadan lebar hingga penambahan sedikitnya 27.500 kursi pada rute domestik dan internasional baik yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia maupun melalui anak usahanya, Citilink khususnya pada rute-rute yang menjadi pilihan utama masyarakat. Adapun komposisi ketersediaan kursi Garuda Indonesia Group tersebut terdiri dari sedikitnya 706.706 kursi yang disediakan oleh Garuda Indonesia dengan mengoperasikan armada B777-300 ER, A330-300, A330-200 dan B737-800NG. Sementara itu Citilink akan menyiapkan sedikitnya 710.660 kursi penerbangan yang akan dilayani dengan armada A320 dan ATR. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan bahwa sebagai national flag carrier Garuda Indonesia bersama anak usahanya, Citilink berkomitmen untuk senantiasa berada di garda terdepan dalam memastikan kebutuhan atas aksesibiltas udara masyarakat khususnya dalam menyambut momentum Iebaran di tahun ini. “Tidak dapat dipungkiri momentum lebaran tidak hanya menjadi momentum penting bagi kami untuk turut berkontribusi dalam menjembatani kebutuhan layanan penerbangan yang aman dan nyaman namun juga untuk mengoptimalkan geliat pertumbuhan penumpang pada periode ini”, pungkas Irfan. Irfan menjelaskan, pada periode peak season lebaran ini, Garuda Indonesia Group akan fokus untuk mengoptimalkan kapasitas penerbangan di berbagai destinasi favorit domestik diantaranya seperti Padang, Solo, Palembang, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Adapun optimalisasi kapasitas penerbangan tersebut juga turut didukung dengan pengoperasian extra flight dimana Garuda Indonesia merencanakan akan mengoperasikan sedikitnya 170 penerbangan tambahan, sementara Citilink merencanakan akan mengoperasikan sekitar 16 penerbangan tambahan.

Meski Ditekan Embargo, Iran Justru Capai Kemandirian Produksi Suku Cadang Pesawat Penumpang

Meski mendapat beragam tekanan politik dan embargo ekonomi dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat, Iran uniknya justru mampu mengembangkan industri dirgantaranya. Bukan hanya pada sektor yang terkait pertahanan dan kemiliteran, industri penerbangan sipil rupanya tak luput dari perhatian pemerintah Negeri Mullah ini. Baca juga: Di Tengah Sanksi, Aeroflot (Rusia) Terpaksa Kirim Pesawat ke Iran untuk Perbaikan Seperti dikutip parstoday.ir, Wakil Presiden Iran urusan pengembangan ekonomi berbasis sains, Departemen Sains, Teknologi dan Ekonomi Lembaga Kepresidenan Iran, mengabarkan kemandirian negara ini dalam memproduksi dan memperbaiki suku cadang pesawat penumpang oleh para ilmuwan dalam negeri. Javad Mashayekh, Sabtu (9/3/2024) mengatakan, sebelumnya Iran, memiliki ketergantungan tinggi pada perusahaan-perusahaan asing dalam menyediakan, dan memperbaiki suku cadang pesawat-pesawat komersial, dan penumpang dikarenakan sanksi Barat, tapi berkat tekad para ilmuwan dalam negeri, kini Iran, sudah mampu memproduksi sendiri suku cadang pesawat-pesawat tersebut. Menurut Javad Mashayekh, sekarang hampir tidak ada satu pun pesawat Iran, yang dikirim ke luar negeri untuk keperluan perawatan atau perbaikan. “Saat ini beberapa negara yang disanksi karena alasan tertentu, dan tidak punya kemampuan untuk menyediakan suku cadang serta mendapatkan pelayanan perawatan dan perbaikan, mempercayakan pesawat-pesawatnya kepada para ahli Iran,” imbuhnya. Wapres Iran urusan pengembangan ekonomi berbasis sains menjelaskan, perusahaan-perusahaan berbasis sains Iran, sudah mencapai level kemampuan tertentu sehingga beberapa negara termasuk Rusia, yang dalam berbagai bidang militer, peralatan dan persenjataan adalah negara canggih, berusaha menjalin kerja sama dengan mereka. Para ahli dan ilmuwan muda Iran, di perusahaan-perusahaan berbasis sains, berkat dukungan pemerintah serta kerja keras mereka, berhasil mencapai kemajuan signifikan di bidang teknologi, dan mampu melakukan pribumisasi sejumlah banyak produk yang dibutuhkan negara karena sanksi Barat.
Di Tengah Sanksi Barat, Iran Akuisisi Empat Unit Airbus A340 dengan Cara yang Aneh

Punya Berat Badan Berlebih dan Mau Naik Pesawat? Cek Dulu Tips Ini!

Kelebihan berat badan menjadi salah satu masalah saat duduk di kursi pesawat. Sebab umumnya pesawat memiliki ukuran kursi standar dan penumpang yang kelebihan berat badan dengan lingkar perut ekstra menjadikannya sulit untuk duduk, alhasil sabuk pengaman (safety belt) terkadang tidak muat bila digunakan penumpang tersebut. Baca juga: Waduh! Berat Badan Berlebih Tak Bisa Duduk di Kelas Bisnis Thai Airways Dirangkum KabarPenumpang.com dari skyscanner.com, ada beberapa tips bagi penumpang yang memiliki berat badan berlebih dan memudahkan dalam proses penerbangan. Salah satunya informasi tentang lebar kursi yang sesuai dengan kebijakan maskapai penerbangan masing-masing. Berikut ini beberapa tipsnya. 1. Bila memiliki berat badan berlebih, cari maskapai yang bisa mengakomodasi Anda sebelum memesan penerbangan. Karena kursi penumpang pesawat semakin lama semakin kecil dan membuat penumpang untuk memahami serta mengetahui ukuran kursi setiap maskapai. 2. Beberapa maskapai memiliki kursi yang cukup lebar dan cocok untuk pelancong yakni Jet Blue. 3. Penumpang dengan berlebihan berat badan akan sulit dalam penerbangan domestik dimana menggunakan pesawat berukuran lebih kecil. 4. Perhatikan kebijakan maskapai, sebab beberapa ada yang menghaurskan penumpang yang berlebihan berat badan membeli dua kursi. Namun seperti Air Canada, penumpang obesitas digolongkan sama dengan penyandang disabilitas dan bila terbang pelancong bisa meminta tempat duduk tambahan secara gratis bila menunjukkan surat keterangan dari dokter. 5. Operator yang berbeda dapat memiliki dimensi kursi yang berbeda. Di kelas ekonomi pada penerbangan jarak pendek, ada beberapa maskapai penerbangan yang menawarkan lebar kursi keseluruhan 18,25 inci. 6. Minta extender sabuk pengaman dan ini dimungkinkan untuk membelinya secara online juga. 7. Bila bisa gunakan pesawat baru yang berukuran lebih besar dan perhatikan memesannya. 8. Cobalah untuk memesan tempat duduk di lorong sehingga Anda tidak perlu meluncur melewati sesama penumpang setiap kali bangun. 9. Beli ruang kaki ekstra, sebab premi yang Anda bayarkan untuk kursi ruang kaki ekstra bisa sia-sia, mengingat tekanannya benar-benar berkurang. 10. Pada penerbangan internasional, pertimbangkan untuk membeli tiket Ekonomi Premium, yang lebih murah daripada kelas bisnis tetapi memberi Anda kursi yang jauh lebih besar daripada ekonomi standar. Baca juga: Kartu Kredit Bantu Prediksi Ukuran Tubuh Penumpang Pesawat, Kok Bisa? Saat KabarPenumpang.com menyambangi website milik Garuda Indonesia, ketentuan seperti ini untuk penumpang yang berlebihan berat badan tidak ditemukan hanya ditemukan untuk penyandang disabilitas dan ibu hamil serta yang memiliki penyakit. Semuanya bisa dipesan jika penumpang memesan tiket secara online atau melalui call center

Bell Textron Tandatangani Dua Kesepakatan Kerjasama dengan Operator Helikopter Indonesia

Bell Textron Inc, pabrikan helikopter asal AS, memperkuat komitmennya terhadap pasar helikopter komersial di Indonesia dengan menandatangani dua kesepakatan kerjasama pemasaran (JMA) dengan operator helikopter Indonesia, yakni PT Fly Bali Indoviasi (Fly Bali) dan PT Sayap Garuda Indah (SGi) di Singapore Airshow 2024. Baca juga: Bell Textron Catatkan Pengiriman Unit ke-300 Helikopter Bell 505 Jet Ranger Kerjasama kolaboratif ini bertujuan untuk memperluas cakupan Bell di seluruh kepulauan Indonesia dengan memanfaatkan jaringan luas yang dimiliki oleh kedua operator tersebut. Kerjasama dengan SGi, operator terkemuka dengan armada helikopternya, termasuk Bell 407 dan model Bell 212/412, akan berfokus untuk mendukung misi helikopter di sektor utilitas, pertambangan, Search and Rescue (SAR), medivac and offshore di wilayah ini. Sedangkan kerjasama dengan Fly Bali, operator pariwisata yang berbasis di Bali, bertujuan untuk membantu upaya Bell dalam memperluas kehadiran komersialnya di Indonesia dengan menampilkan dan mempromosikan hasil kerja yang dicapai oleh Fly Bali dengan menggunakan helikopter produksi Bell. Dalam beberapa bulan mendatang, Bell akan bekerja sama dengan kedua operator tersebut untuk melakukan berbagai kegiatan pemasaran bersama yang mencakup beragam inisiatif, termasuk pengembangan materi pemasaran dan konten, serta partisipasi dalam pameran dagang, event, peluncuran produk/layanan, dan forum bisnis. Upaya-upaya lainnya akan difokuskan pada pengembangan industri melalui keterlibatan sektor publik dan swasta, serta diskusi kelompok kerja. Pendekatan multiaspek dari kedua kesepakatan tersebut mencerminkan kolaborasi mendalam yang diharapkan akan terjalin antara Bell dan kedua pihak guna mendorong kesuksesan bersama di Indonesia pada tahun 2024 dan di tahun-tahun datang.
Mengenal Bell 206 JetRanger, Pesawat ‘Penjaga’ Museum Polri yang Pernah Keliling Dunia

Cegah Pilot Tertidur Saat Mengudara, Asosiasi Pilot Inggris Ajukan Proposal “Tes Kelelahan”

Faktor kelelahan kerap menghinggapi aktivitas para pilot. Berlandaskan keselamatan penumpang, British Airline Pilots’ Association (BALPA), yang mewakili lebih dari 10.000 pilot di Inggris, memperingatkan bahwa kelelahan dapat mempengaruhi kinerja para pilot dan kopilot di dalam suatu penerbangan. Baca Juga: Inilah Penyebab Ketika Pilot Benar-Benar Kelelahan! Oleh karena itu, BALPA mengisyaratkan agar para pilot terlebih dahulu menjalani tes kelelahan sebelum mengudara. Tidak lain dan tidak bukan, tujuan dari diadakannya tes ini adalah untuk mencegah para pilot tertidur di ruang kokpit manakala tengah menerbangkan si burung besi. Seperti yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman telegraph.co.uk, BALPA menginginkan setiap maskapai untuk menggunakan program komputer untuk memperkirakan tingkat kelelahan seorang pilot berdasarkan daftar penerbangan mereka – yang dibuat berminggu-minggu sebelum pilot bertugas. Jam kerja yang panjang dan secara teratur melintasi zona waktu yang berbeda dipercaya berkontribusi besar terhadap kelelahan parah awak penerbang di dalam ruang kokpit. Hal senada juga sebenarnya tertera pada regulasi yang disusun oleh European Aviation Standards Agency – badan yang mengatur jam kerja pilot, dimana seorang pilot tidak diijinkan untuk mengudara jika kondisi fisik mereka sudah terlalu lelah. Namun sejumlah pilot mengklaim tetap mengudara kendati lelah, karena semisal ia membatalkan suatu jadwal penerbangan karena terlalu lelah, mereka khawatir akan dijatuhi hukuman atau bahkan yang paling buruk adalah kehilangan pekerjaan mereka. Menanggapi hal ini, BALPA telah mengusulkan agar setiap maskapai penerbangan dapat menggunakan model berbasis komputer berdasarkan Karolinska Sleepiness Scale (Skala Kantuk Karolinska), sebuah studi yang digunakan untuk mengukur rasa kantuk seseorang. Dr. Rob Hunter, kepala keselamatan penerbangan BALPA mengatakan bahwa seorang pilot berisiko untuk tertidur selama mengudara kecuali beban kerja mereka dapat dikelola secara lebih efisien.
Pilot dan Kopilot Ketiduran, Ternyata Ada yang ‘Lebih Parah’ dari Kasus Batik Air
“Mengapa hal ini menjadi sangat penting? Ambil contoh jika seorang pilot yang mulai kelelahan tidak bisa berpikir secara jernih dan tidak bisa mengambil keputusan pada saat situasi darurat, tentu ini berbahaya bukan?” terang Dr. Rob. “Peraturan tersebut ditulis untuk memberikan fleksibilitas yang besar bagi pihak maskapai, tetapi di sisi lain, itu akan memberi kemungkinan bagi mereka (pihak maskapai) untuk tetap mempekerjakan pilot yang tengah dilanda kelelahan yang hebat. Para regulator berpikir bahwa pihak maskapai dapat dipercaya untuk mengelola situasi ini, tetapi kami tidak,” tandasnya. Kendati pengajuan proposal tentang tes kelelahan bagi para pilot ini mendapatkan dukungan besar dari berbagai pihak yang setuju, namun ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa mereka harus meninjau ulang wacana tersebut sebelum akhirnya dapat diimplementasikan di sektor aviasi global.  

Apakah Pilot Boleh Tidur Selama Pesawat dalam Mode Autopilot?

Hadirnya teknologi autopilot membuat tugas dan beban kerja pilot dalam menerbangkan pesawat dari bandara awal sampai ke bandara tujuan jadi lebih ringan. Karenanya, tak sedikit yang menduga bahwa pilot sering kali tidur dan membiarkan fotur autopilot bekerja. Benarkah demikian? Baca juga: Ketika Penerbangan Jarak Jauh, Apa Saja Sih Yang Dilakukan Pilot? Kita tahu, sebelum memulai penerbangan, pilot dan kopilot biasanya akan bertemu untuk membahas berbagai hal, seperti rute yang dilalui, bahan bakar minimum (bergantung pada jumlah awak, penumpang, kargo, cuaca, dan kemungkinan rintangan selama penerbangan), informasi cuaca, dan informasi bandara tujuan serta bandara yang dilalui sepanjang perjalanan. Semua itu menjadi kewajiban pilot sebelum memulai penerbangan dan memegang peran vital terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan. Saat sudah di kokpit dan sebelum lepas landas, pilot sibuk melakukan berbagai hal, mulai dari mengecek prosedur boarding oleh kru kabin, berkomunikasi dengan teknisi, staf pengisian bahan bakar Avtur, serta petugas lainnya yang berkepentingan. Pilot juga harus berkomunikasi dengan teknisi terhadap hasil pemeriksaan pesawat untuk dinyatakan laik tidaknya terbang. Demikian juga dengan petugas pengisian bahan bakar. Ia akan memberikan semacam slip untuk mengkonfirmasi jumlah bahan bakar yang diisi dan itu membutuhkan tanda tangan pilot. Sampai urusan manifes penumpang sekalipun, pramugari harus melaporkannya kepada pilot, termasuk ada tidaknya penumpang yang mencurigakan. Singkatnya, sejak sebelum lepas landas, pilot sangat sibuk. Setelah pilot dan kopilot puas dengan berbagai informasi yang dibutuhkan dan setelah seluruh persiapan penerbangan rampung, mereka akan meminta kru kabin untuk menutup pintu pesawat, pushback, dan lepas landas atas izin dari petugas ATC. Di tiga menit awal penerbangan, ini adalah waktu-waktu kritis dan termasuk dalam critical eleven, dimana pilot kopilot sangat fokus dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat. Di momen ini pesawat rawan terjadi kecelakaan karena sedang memacu mesin di kecepatan tinggi untuk climbing mencapai ketinggian jelajah. Saat sudah mencapai ketinggian jelajah, pilot biasanya akan mengaktifkan mode autopilot. Sistem autopilot akan mengontrol banyak hal, mulai dari navigasi, komunikasi elektronik, cuaca, lintasan penerbangan, terbang ke bandara tujuan, bahkan sedikit bermanuver menghindari cuaca buruk. Jadi, pilot bisa sedikit bersantai. Lantas, ketika pesawat dalam mode autopilot apakah pilot diperbolehkan tidur? Menurut Eric Auxier, kapten pilot Boeing 777, seperti dikutip dari Quora, jawabannya adalah tidak. Pilot tidak boleh tidur saat pesawat dalam mode autopilot. Lantas, apa yang dilakukan pilot saat pesawat dalam kendali autopilot? Banyak hal dan yang paling utama adalah mengawasi kinerja autopilot dengan memperhatikan indikator cuaca, ketinggian, angin, kecepatan, sudut kemiringan, dan lainnya. Baca juga: Apakah Pendaratan Autopilot Lebih Sulit atau Lebih Mulus Dibanding Pendaratan Secara Manual? Ia melanjutkan, pilot yang kedapatan tertidur akan mendapatkan sanksi tegas dari maskapai tempatnya berkerja ataupun dari regulator. Pilot tertidur saat dalam penerbangan adalah tindakan ilegal. Sedang satu pilot saja ilegal apalagi kedua pilot (kapten dan kopilot) tertidur bersamaan, itu lebih parah. Pilot sebetulnya diizinkan regulator dan maskapai tidur dalam penerbangan. Tetapi, bukan tidur di kokpit melainkan tidur di ruang khusus untuk kru istirahat. Biasanya dalam penerbangan jarak jauh dengan catatan di kokpit tetap ada dua pilot yang menjalankan penerbangan. Artinya, ada pilot pengganti.

Pilot dan Kopilot Ketiduran, Ternyata Ada yang ‘Lebih Parah’ dari Kasus Batik Air

Meski pada pesawat penumpang modern telah dibekali fitur autopilot, tapi bukan berarti pilot dan kopilot lantas bisa ‘tidur’ dan mengabaikan kesiagaan. Seperti apa yang terjadi pada penerbangan Batik Air dari Kendari, Sulawesi Tenggara ke Jakarta pada 25 Januari 2024, telah membuat geger dunia penerbangan, pasalnya pilot dan kopilot ternyata ketiduran selama 28 menit.

Hari Ini, 92 Tahun Lalu, Bandara Tersibuk di Dunia Mulai Pamer ILS untuk Pendaratan Malam Hari

Pada hari ini, 92 tahun lalu, bertepatan dengan 12 Maret 1932, bandara tersibuk di dunia saat itu, Bandara Newark, Amerika Serikat (AS), mulai menambah alat bantu pendaratan malam hari, melengkapi yang sudah ada. Di era seperti sekarang, teknologi pendaratan malam hari mungkin biasa. Namun di masa lalu, teknologi itu cukup langka dan membawa masa depan industri penerbangan ke arah yang lebih cerah.

Baca juga: Ada 15 Makna Lampu Warna-warni di Runway Bandara, Sudah Tahu?

Dari penelusuran di berbagai sumber, hampir tak ada yang menjelaskan dengan detail alat bantu pendaratan malam hari apa yang dimaksud di atas. Tetapi, di tahun-tahun itu, industri dirgantara Negeri Paman Sam memang sedang fokus pada percobaan sistem instrument landing system (ILS) yang kick offnya dimulai pada tahun 1929.

Ketika itu Administrasi Aeronautika Sipil (CAA) mengizinkan pemasangan sistem ini tahun 1931 di enam bandara, salah satunya Bandara Newark selaku bandara tersibuk di dunia saat itu. Pendaratan pertama maskapai sipil AS terjadwal menggunakan ILS terjadi pada 26 Januari 1938, dimana sebuah Boeing 247-d Pennsylvania-Central Airlines terbang dari Washington, D.C., menuju Pittsburgh dan mendarat dalam badai salju menggunakan satu-satunya ILS.

Kehadiran ILS di Bandara Newark yang ketika itu dinobatkan jadi bandara tersibuk di dunia sampai Bandara LaGuardia dibuka pada bulan Desember 1939, tentu sangat membantu pergerakan pesawat. Bila sebelumnya tak semua pesawat bisa melakukan pendaratan malam di bandara ini, ketika alat bantu dipasang, seluruhnya bisa mendarat dengan aman.

Muara dari semua itu, jumlah pesawat mendarat di bandara itu pun meningkat dari semula 28.000 pendaratan di tahun 1930 menjadi jauh meningkat setelah alat bantu itu dipasang.

Dirunut dari definisinya, ILS adalah sistem pemandu pendaratan pesawat dengan menggunakan instrument elektronika. Sistem ini membantu pesawat udara untuk mendarat tepat pada centre line (garis tengah) runway dan dengan sudut pendaratan yang tepat.

Pemanduan dilakukan agar pilot mengetahui jarak pesawat terhadap area pendaratan (touchdown zone) pada runway. Pemanduan dilakukan untuk mengatur posisi kanan kiri (center line) pesawat, sehingga dapat landing dengan tepat di garis tengah landasan.

Baca juga:Dalam Kondisi Berkabut, Penggunaan ILS Bukan Jaminan Penerbangan Bakal Lebih Efisien

Pemanduan dilakukan juga untuk mengatur posisi atas bawah pesawat, sehingga dapat landing dengan tepat pada sudut ± 3° terhadap landasan. ILS terdiri dari tiga komponen peralatan berdasarkan fungsi pemanduannya yaitu Marker Beacon, Localizer, dan Glide Slope.

Saat ini, setelah didemonstrasikan di AS sejak puluhan tahun lalu, penggunaan ILS sudah menjadi barang umum yang hampir bisa ditemukan di seluruh bandara besar di seluruh dunia. Dengan ILS maka standar keselamatan penerbangan menuju suatu bandara dapat lebih terjamin. Penerbangan yang dilakukan malam hari dapat berlangsung dengan adanya ILS, pun pilot dapat mendaratkan pesawat tatkala cuaca buruk dengan sudut pandang terbatas, itu juga dapat dilakukan berkat adanya ILS.