Unik! Kota Tegal Punya Dua Stasiun Bernama Sama, Ini Penjelasannya

Menggunakan kereta api di jalur utara ada saja hal-hal unik bahkan bersejarah yang membuat masyarakat dibuat penasaran. Meski tak seindah jalur selatan, namun berbagai bangunan stasiun dan jalur non aktif pun masih bisa disaksikan hingga kini. Bahkan jalur cabang yang terhubung dengan transportasi tram pun tak luput dari ikonik daerah tersebut.

Seperti yang terjadi di Kota Tegal. Kota dengan julukan Kota Bahari ini ternyata memiliki sejarah jalur kereta api yang berdekatan dengan Stasiun Tegal. Stasiun yang hingga kini masih melayani naik dan turun penumpang tersebut merupakan stasiun cagar budaya yang dikelola PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI). Nah, dari sejarah di Kota Tegal, tahukah kalian bahwa sebelumnya ternyata Stasiun Tegal memiliki dua nama stasiun ya sama?

Mengutip dari artikel yang berjudul “Melihat Sejarah Tegal dari Sisi Nusantara dan Kolonial”, Stasiun Tegal Lama dibangun oleh perusahaan Javasche Spoorweg Maatschappij (JSM). Lokasi stasiun ini berada disisi utara Stasiun Tegal saat ini, tepatnya di Jalan Panggung Timur atau yang biasa dikenal dengan Tempa. Pembangunan cikal bakal stasiun di Kota Bahari ini dimulai pada tahun 1885 dan diresmikan pada 17 November 1886.

Stasiun Tegal Lama. (Foto: Dok. universiteitleiden.nl)

Awal pengoperasiannya digunakan untuk menjalankan trem, sedangkan rute awal yang dilayani stasiun ini adalah Tegal – Balapulang. Kemudian pada 16 September 1895, bangunan ini dibeli oleh perusahaan kereta api Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan, stasiun ini akhirnya digantikan oleh Stasiun Tegal Baru yang dibangun di Slerok pada tahun 1918. Usai berpindahnya operasional ke stasiun baru, kemudian stasiun ex JSM ini dinonaktifkan.

Meskipun sudah lama non aktif, saat ini sisa bangunannya masih dapat dilihat namun kondisinya sudah menjadi koperasi dan rumah makan. Sedangkan sisa relnya sudah tertimbun tanah dan bangunan, namun ada sisa rel yang terlihat menyeberangi sungai dan mengarah ke utara atau Pelabuhan.

Sementara itu Stasiun Tegal baru yang saat ini masih digunakan merupakan bangunan yang dirancang oleh Henri MacLaine Pont, salah seorang arsitek terkenal berkebangsaan Belanda yang dikenal dekat dengan SCS. Stasiun inilah yang dikenal banyak orang sebagai Stasiun Tegal yang sampai saat ini melayani perjalanan kereta api.

SCS membuat rencana untuk meningkatkan kapasitas lintas Tegal – Brebes terlebih kebutuhan angkutan penumpang dan barang semakin meningkat. Selain mengoperasikan stasiun baru, SCS juga mengoperasikan jalur baru.

Jalur baru sepanjang 12 km memiliki keunikan, antara lain jalurnya sejajar dengan jalur cabang Tegal–Prupuk bekas JSM setelah memasuki wilayah Kejambon. Dengan selesainya jalur tersebut, diharapkan kecepatan kereta api uap pada masa itu dapat ditambah dari 30 menjadi 45 km/jam.

Merasakan Nuansa Khas Vintage Stasiun Gundih di Jalur Penghubung Semarang-Solo

Keuntungan-Kerugian Duduk di Kursi Dekat Jendela-Tengah-Aisle Pesawat, Mana Lebih Favorit?

Serba-serbi memilih kursi paling nyaman dan tepat di pesawat sudah lama menjadi perbincangan. Tetapi, itu tak kunjung usai karena prefensi dan kebutuhan penumpang pesawat berbeda-beda sehingga hasilnya pun demikian.

Baca juga: Bye-bye Antre, Kursi Ini Bikin Lorong Pesawat Jadi Dua Kali Lebih Luas

Setiap kursi di kabin pesawat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka dari itu, bila menyesuaikan pada kelebihannya saja, tentu keputusan memilih kursi tertentu akan menjadi blunder tersendiri. Pun sebaliknya, bila sekedar menghindari kekurangan kursi di dekat jendela, kursi tengah, dan kursi lorong atau aisle saja, hasilnya mungkin juga tak begitu memuaskan.

Itu sebab, sebelum memilih kursi, ketahui dulu keuntungan dan kelebihannya. Bukan hanya kursi tertentu, tetapi seluruhnya agar kursi pesawat yang dipilih bisa benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

Dilansir Wiki Travel, tips atau cara memilih kursi terbaik di pesawat tentu dalam konteks maskapai yang menggratiskan pemilihan kursi. Sebab, tak sedikit maskapai yang mengenakan tarif tertentu untuk pemilihan kursi di pesawat. Salah satunya Southwest Airlines.

Untuk lebih lengkapnya, berikut tips memilih kursi pesawat yang didasari dari keuntungan dan kerugian duduk di kursi dekat jendela, kursi tengah, dan kursi di aisle.

Baca juga: Akhirnya Penumpang Pesawat di Kursi Tengah Tak Perlu Rebutan ‘Armrest’ Berkat Inovasi Kursi Joy

Kursi dekat jendela
Penumpang pesawat pada umumnya lebih memilih duduk di kursi dekat jendela ketimbang kursi tengah ataupun aisle. Itu tak sepenuhnya benar tetapi belum tentu salah. Balik lagi, sesuai dengan kebutuhan.

Kursi dekat jendela setidaknya memiliki tiga kelebihan; bebas tidur tanpa diganggu (entah itu dengan menyandarkan kepala ke kursi atau ke jendela), tidak rebutan armrest (setidaknya armrest atau sandaran tangan sebelah kanan karena armrest sebelah kiri masih rebutan dengan penumpang di kursi tengah), dan bisa menikmati pemandangan luar pesawat dengan lebih leluasa.

Tetapi, untuk masalah menikmati pemandangan, ini lebih cocok pada penerbangan pagi, siang, atau sore hari. Pada malam hari, mungkin cocok beberapa saat setelah lepas landas dan mendarat. Saat cruising di udara, hampir tak ada pemandangan apapun kecuali bulan.

Baca juga: Tips – Mau Tidur di Pesawat, Jangan Turunkan Tirai Jendelanya!

Kekurangannya tentu penumpang harus melewati satu atau dua orang untuk bisa keluar-masuk kursi. Legroom juga lebih sempit akibat dari cekungan di pesawat dan biasanya lebih dingin. Terkait itu, tentu tergantung. Bagi yang suka dingin, ini cocok. Bagi yang suka sejuk, mungkin ini jadi kekurangan.

Kursi ini juga tak cocok untuk yang terburu-buru. Sebab, penumpang harus bersabar menunggu dua penumpang di sebelahnya untuk bisa mengambil tas di kompartemen bagasi dan keluar kabin.

Kursi tengah
Kursi tengah cenderung dihindari penumpang. Padahal, sebagaimana kursi dekat jendela dan kursi di aisle, kursi tengah tetap memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kursi tengah ialah minim guncangan atau turbulensi. Selain itu, secara etiket, kursi tengah juga berhak atas armrest kanan dan kiri.

Kekurangannya, tentu lebih terbatas, harus rela diganggu penumpang di dekat jendela, dan serba sulit, baik itu melihat pemandangan, ke luar kursi, dan lainnya. Armrest kanan dan kiri terkadang juga harus berbagai karena kurangnya kesadaran etiket penumpang.

Baca juga: Kisruh di Kabin, Penumpang Kursi Belakang Kesal Pukul Kursi Depan Karena Bersandar

Kursi lorong atau aisle
Kursi di aisle kekurangannya tentu tak bisa melihat pemandangan dengan leluasa dan harus rela diganggu dua penumpang di sebelahnya. Kursi ini juga memiliki kekurangan karena kerap disenggol penumpang lain dan troli makanan secara tak sengaja. Biasanya ini terjadi di pesawat LCC yang lorongnya sempit.

Tetapi, kursi aisle memiliki beberapa kelebihan, seperti kemudahan akses ke toilet ataupun keluar masuk pesawat dan ruang lebih besar. Ini cocok untuk penerbangan malam hari yang biasanya membuat penumpang lebih cepat keluar-masuk toilet serta penumpang dengan berat badan berlebih (over weight).

 

Bukan Hanya Kenyamanan: Standar Lebar Lorong Pesawat Komersial

Pertanyaan apakah lebar lorong (gang) pada setiap pesawat komersial sama sering kali muncul. Jawabannya adalah tidak. Lebar lorong sangat bervariasi, dipengaruhi oleh dua faktor utama: jenis badan pesawat (narrow-body atau wide-body) dan peraturan keselamatan yang ketat.

1. Lebar Lorong Bervariasi Berdasarkan Jenis Pesawat
Perbedaan lebar lorong paling mencolok adalah antara dua kategori pesawat:

Pesawat Berbadan Sempit (Narrow-Body): Pesawat seperti Boeing 737 atau Airbus A320 hanya memiliki satu lorong di tengah. Karena lebar total kabin yang terbatas, lorong tunggal ini harus dibagi dengan deretan kursi di kedua sisi.

Umumnya, lebar lorong pada pesawat narrow-body berada pada batas minimum yang diizinkan untuk keselamatan, yaitu sekitar 17 hingga 20 inci (sekitar 43 hingga 51 cm). Lebar ini memungkinkan troli makanan dan minuman lewat, tetapi sering terasa sempit bagi penumpang.

Pesawat Berbadan Lebar (Wide-Body): Pesawat yang lebih besar seperti Boeing 777, Airbus A380, atau Airbus A350 memiliki dua lorong. Karena kabinnya jauh lebih luas, lorong-lorong ini secara umum lebih lebar daripada yang ada di pesawat narrow-body, seringkali berkisar antara 20 hingga 30 inci (sekitar 51 hingga 76 cm). Lorong yang lebih lebar ini dirancang untuk memudahkan perpindahan penumpang dalam jumlah besar.

2. Standar dan Batasan Keselamatan (Evakuasi)
Meskipun tidak ada satu pun angka standar yang harus dipatuhi semua pesawat, ada persyaratan minimum yang sangat ketat yang ditetapkan oleh otoritas penerbangan seperti FAA (Amerika Serikat) dan EASA (Eropa).

Persyaratan minimum ini bukan didasarkan pada kenyamanan, melainkan pada keselamatan evakuasi darurat. Lorong harus memiliki lebar minimum yang cukup untuk memungkinkan penumpang bergegas menuju pintu keluar darurat dalam waktu yang ditentukan (biasanya 90 detik) meskipun lorong penuh dengan penumpang.

Lebar lorong juga diukur berdasarkan kemampuan kru untuk melewati dengan cepat di saat darurat dan kemampuan troli katering untuk bergerak bolak-balik.

3. Tekanan Ekonomi Maskapai
Dalam industri penerbangan, setiap inci ruang kabin sangat berharga. Maskapai penerbangan sering kali didorong oleh faktor ekonomi untuk menempatkan kursi sebanyak mungkin.

Jika maskapai memutuskan untuk menambah lebar kursi (demi kenyamanan), mereka harus mengurangi lebar lorong (menuju batas minimum keselamatan), atau sebaliknya. Keputusan maskapai untuk memilih konfigurasi sembilan kursi sejajar di Boeing 787 daripada delapan kursi sejajar, misalnya, berdampak langsung pada pemotongan lebar lorong, menjadikannya terasa lebih sempit.

Oleh karena itu, meskipun pesawat berbeda, lorong-lorong seringkali terasa memiliki lebar yang sama karena sebagian besar maskapai memilih lebar yang mendekati batas minimum yang diizinkan oleh peraturan keselamatan untuk memaksimalkan kapasitas kursi.

Cara Angkat Armrest di Kursi Pesawat Dekat Aisle, Ternyata Ada Tombol Rahasianya

Hari Ini 22 Tahun Lalu, Prototipe Pesawat Jet Bisnis Honda HA-420 HondaJet Terbang Perdana

Hari ini 22 tahun lalu, bertepatan dengan 3 Desember 2003, menjadi momen penerbangan perdana jet bisnis ringan Honda HA-420 HondaJet.

Penerbangan perdana Honda HA-420 HondaJet dilakukan dengan prototipe yang dikenal sebagai proof-of-concept. Penerbangan ini berlangsung di Greensboro, North Carolina, tempat markas besar Honda Aircraft Company. Prototipe ini adalah hasil pengembangan sejak akhir 1990-an oleh Michimasa Fujino, yang mengintegrasikan desain unik dengan mesin yang dipasang di atas sayap, inovasi yang berkontribusi pada efisiensi aerodinamis dan kabin yang lebih luas​.

Penerbangan perdana Honda HA-420 Hberlangsung selama 51 menit. Penerbangan ini dipiloti oleh test pilot Honda Aircraft, yang menguji kemampuan awal pesawat, termasuk manuver sederhana dan penilaian stabilitas. Penerbangan tersebut merupakan langkah penting menuju pengembangan varian produksinya, yang akhirnya mendapatkan sertifikasi FAA pada 2015.

Honda MH02 – Jet Bisnis dengan Desain Mesin Tak Lazim, Terlahir Bukan Untuk Diproduksi Massal

Honda HA-420 HondaJet adalah jet bisnis ringan yang dirancang dan diproduksi oleh Honda Aircraft Company. Pesawat ini diklasifikasikan sebagai jet bisnis dan mulai diproduksi secara komersial pada tahun 2015.

Hingga saat ini, lebih dari 200 unit telah diproduksi. HondaJet dikenal dengan efisiensi bahan bakarnya yang tinggi dan desain unik dengan mesin yang dipasang di atas sayap (over-the-wing engine mount), yang membantu mengurangi hambatan dan meningkatkan ruang kabin​.

Honda HA-420 HondaJet memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya menonjol dibandingkan kompetitornya di kelas jet bisnis ringan. Seperti desain Over-the-Wing Engine Mount (OTWEM), yaitu mesin dipasang di atas sayap, bukan di belakang badan pesawat. Desain ini mengurangi drag (hambatan udara) dan meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 17% dibandingkan jet sekelasnya​.

HondaJet menggunakan mesin GE Honda HF120, yang dirancang khusus untuk efisiensi dan kinerja tinggi. Konsumsi bahan bakar lebih rendah dan mampu mencapai kecepatan hingga 422 knots (Mach 0.72), menjadikannya salah satu jet bisnis ringan tercepat​.

Kabin HondaJet memiliki konfigurasi tempat duduk yang fleksibel dengan ruang kaki yang lebih luas dibandingkan kompetitornya. Lavatory belakangnya memiliki pintu solid dan skylight, fitur langka di jet sekelasnya. Pesawat ini dilengkapi dengan Garmin G3000 avionics suite, yang dirancang untuk memudahkan pilot dengan kontrol layar sentuh dan sistem otomatisasi tinggi.

HondaJet mampu terbang hingga ketinggian 43.000 kaki dan memiliki jangkauan sekitar 1.437 mil laut (2.661 km).

 

 

Menguak Sejarah Stasiun Legendaris di Kota Batik

Berada di wilayah Daerah Operasi 4 Semarang, siapa yang tak mengenal dengan stasiun yang satu ini. Ya, berada di jalur utara dan paling terkenal dengan sebutan Kota Batik. Inilah Stasiun Pekalongan yang merupakan stasiun besar tipe C yang tentunya memiliki sejarah yang melegenda.

Stasiun Kereta Api (KA) yang terletak di Jl. Gajah Mada, Bendan, Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Jawa Tengah ini, berada di tempat yang sangat strategis karena persis berada di Jalan Pantura. Semua kereta api yang melintas tentu berhenti di Stasiun Pekalongan, kecuali rangkaian KA Argo Bromo Anggrek.

Rangkaian kereta api memasuki Stasiun Pekalongan. (Foto: Dok. Istimewa)

Selain stasiunnya yang memiliki bangunan yang besar, tentunya memiliki sejarah yang panjang dan melegenda. Stasiun Pekalongan mulai dibuka untuk umum sejak 1 Februari 1899. Pembukaan itu sekaligus peresmian lintas seksi terakhir Pekalongan–Pemalang sejauh 33,8 Kilometer dari total keseluruhan pembangunan jalur trem uap Cirebon-Pekalongan-Semarang.

Sepanjang tahun-tahun awal operasional stasiun,penggunaannya lebih banyak ditujukan untuk tempat mengumpulkan hasil panen tanaman ekspor sebelum dikirim ke pelabuhan Semarang.

Sebelum direnovasi, Stasiun Pekalongan lama hanya terdiri dari bangunan utama, yaitu ruang administrasi stasiun yang terbuat dari bangunan bata sederhana dengan atap genteng dan kanopi tang kayu untuk tempat penumpang dan bongkar barang.

Stasiun Kota Pekalongan Sementara, seiring pergantian abad,kritikan kaum liberal terhadap sistem tanam paksa (1830-1870) mengubah pola pikir sebagian orang Belanda tentang tanggung jawan moral mereka terhadap kesejahteraan bangsa pribumi di Indonesia.

Pada proyek peningkatan jalan Trem Cirebon-Pekalongan-Semarang menjadi jalur kereta api (1912-1921), stasiun Pekalongan turut direnovasi besar. SCS membongkar stasiun lama dan membangun stasiun baru yang lebih megah. Peresmian stasiun baru Pekalongan dilaksanakan pada tahun 1919.

Arsitekturnya pun dibuat untuk menyambut lebih ramah kepada penumpang, Kanopi yang menaungi peron penumpang dibuat berbahan genteng merah. Adapun desain bangunan-bangunan di bawah kanopi itu masih ada pengaruh gaya Yunani kuno, tetapi lebih banyak bernuansa “Art Nouveau” yaitu sederhana dan sedikit ornamen.

Campuran kesederhanaan bangunan bawah kanopi dan pemandangan kerumitan balok-balok kayu saling tersambung pada bagian bawah atap kanopi justru memberikan kesan megah kepada orang yang melihatnya.

Stasiun Pekalongan menjadi daya tarik wisatawan karena lokasinya yang strategis dekat dengan berbagai kawasan wisata, salah satunya adalah Museum Batik Pekalongan yang berlokasi di Jl. Jetayu No. 3, Panjang Wetan, Pekalongan Utara, dan diresmikan pada 12 Juli 2006.

Bangunan museum tersebut memiliki arsitektur kolonial Belanda dari tahun 1920. Dahulu, bangunan ini pernah digunakan sebagai kantor keuangan pabrik gula, kantor walikota, dan kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Keberadaan sebuah stasiun kereta api, apalagi stasiun besar di suatu daerah adalah nikmat yang wajib hukumnya untuk disyukuri. Warga Pekalongan harus sadar akan hal itu karena tidak semua daerah di Jawa punya stasiun sebesar, sesibuk, dan bersejarah termasuk Stasiun Pekalongan.

[Video] Stasiun Plabuan – Stasiun Aktif di Indonesia yang Berdiri Kokoh di Tepi Laut Jawa

Seni Terbang Tanpa Goyah: Mengapa Manuver Pesawat Terasa ‘Normal-Normal Saja’ Bagi Penumpang

Saat Anda menatap ke luar jendela dan melihat sayap pesawat miring tajam (disebut banking atau roll), Anda mungkin berpikir akan merasakan sentakan keras ke samping. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, penerbangan terasa mulus, dan minuman Anda tetap stabil di meja baki.

Sensasi “normal-normal saja” ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari penerapan prinsip fisika aeronautika yang sangat canggih yang disebut Penerbangan Terkoordinasi (Coordinated Flight).

Dalam penerbangan komersial, pilot (atau sistem autopilot) tidak hanya membelokkan roda kemudi (rudder) atau memiringkan sayap. Mereka melakukan penyesuaian yang sangat hati-hati.

Bila di darat, seperti saat mobil berbelok, Anda merasa terlempar ke luar karena adanya Gaya Sentrifugal (gaya yang mendorong Anda menjauhi pusat belokan), maka pada pesawat komersial, pilot secara cerdas menggunakan sudut kemiringan sayap (bank angle) untuk menghasilkan gaya yang menyeimbangkan gaya sentrifugal ini secara sempurna.

Ketika sayap dimiringkan, gaya angkat (lift) pesawat tidak hanya mengarah ke atas, tetapi juga memiliki komponen horizontal yang menarik pesawat masuk ke dalam belokan. Gaya yang menarik ke luar (sentrifugal) diimbangi oleh gaya yang menarik ke dalam (komponen lift horizontal).

Lima Manuver Pesawat yang Membentuk Gambar di Langit Selama Pandemi Covid-19, Nomor 4 “Jorok”

Karena gaya samping (sideways force) dinetralkan, satu-satunya gaya signifikan yang tersisa dan dirasakan penumpang adalah gaya resultan ke bawah (tegak lurus terhadap lantai kabin).

Dengan kata lain, Anda hanya merasa sedikit lebih “berat” atau “tertekan” ke kursi (seperti sensasi saat naik di roller coaster saat memasuki belokan yang dirancang mulus), bukan didorong ke samping. Hal ini membuat belokan terasa seperti Anda sedang terbang lurus.

Pesawat jet komersial adalah mesin raksasa dengan inersia (kecenderungan untuk mempertahankan keadaan gerak) yang sangat besar. Bobot dan ukuran pesawat yang besar bertindak sebagai peredam alami terhadap gerakan kecil. Manuver sekecil apa pun akan terasa lebih lembut dan kurang mendadak daripada di mobil atau pesawat kecil (seperti Cessna).

Manuver pada pesawat komersial dilakukan secara bertahap dan halus, meminimalkan gerakan mendadak yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang.

Pesawat modern dilengkapi dengan sensor canggih yang secara konstan memantau percepatan samping, seperti autopilot dirancang untuk memastikan bahwa setiap belokan dilakukan dengan sempurna, meminimalkan “slip” atau “skid” (gerakan menyamping yang tidak perlu) yang dapat menimbulkan goncangan samping.

Pada dasarnya, rasa smooth yang Anda rasakan adalah bukti keberhasilan ilmu fisika. Pilot atau autopilot melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk menyeimbangkan gaya sentrifugal dengan komponen gaya angkat secara presisi, sehingga pengalaman Anda di dalam kabin tetap nyaman dan “normal” meskipun Anda sedang berbelok di udara.

Jangan Lagi Takut Turbulensi, Teknologi ini Bisa Buat Pesawat Nyaris Terbang Mulus

Selimut di Kereta Api Ternyata Dikelola Higienis dengan Standar Tinggi

Dalam upaya menjaga kenyamanan serta memenuhi standar layanan kepada penumpang kereta api, KAI Services memperkuat pengelolaan selimut kereta melalui proses pencucian yang higienis, modern, dan terkontrol. Sepanjang Januari hingga Oktober 2025, KAI Services telah mengelola dan mencuci sedikitnya 3,6 juta selimut yang digunakan penumpang selama perjalanan.

Seluruh proses pencucian tersebut didukung oleh 44 SDM terlatih yang tersebar di berbagai wilayah kerja. Para petugas menjalankan proses operasional berbasis standar industri, mulai dari pencucian, pengeringan, hingga pengemasan, sehingga memastikan selimut yang diberikan kepada penumpang selalu dalam kondisi bersih, aman, dan nyaman.

Untuk menjaga kapasitas layanan tetap optimal, KAI Services mengoperasikan rangkaian peralatan laundry yang berstandar industri. Saat ini, KAI Services memiliki total 28 unit washer, terdiri dari 9 washer berkapasitas 20 kg dan 19 washer berkapasitas 40 kg. Pada proses pengeringan, tersedia 14 dryer listrik yang mencakup 4 unit berkapasitas 16 kg, 8 unit berkapasitas 40 kg, dan 2 unit berkapasitas 60 kg. Selain itu, kapasitas operasional juga diperkuat oleh 27 dryer gas, yang terdiri dari 7 unit berkapasitas 16 kg dan 20 unit berkapasitas 40 kg, serta 2 unit roll ironer untuk memastikan hasil akhir kain tetap rapi dan higienis.

Seluruh peralatan ini ditempatkan strategis di sejumlah regional untuk memastikan efisiensi operasional dan kecepatan layanan, yaitu di Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Medan, Palembang, Tanjung Karang, dan Lubuk Linggau. Secara keseluruhan, terdapat 14 lokasi pengelolaan laundry yang beroperasi setiap hari dan didukung oleh peralatan yang handal untuk memastikan proses pencucian, pengeringan, dan penyetrikaan berjalan dengan standar tinggi.

Sebagai langkah peningkatan layanan, KAI Services akan menambah mesin laundry heavy-duty guna mempercepat proses pencucian dan meningkatkan kapasitas harian, terutama pada periode dengan volume perjalanan yang meningkat.

Manager Corporate Communication KAI Services, Nyoman Suardhita, menegaskan bahwa peningkatan fasilitas dan proses laundry merupakan bagian dari komitmen KAI Services dalam mendukung layanan PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Dengan pengelolaan selimut yang terstandar dan modern, KAI Services berupaya memperkuat keandalan layanan serta menghadirkan pengalaman perjalanan kereta api yang semakin nyaman dan terpercaya bagi seluruh pelanggan.

Enam Kereta dengan Perjalanan Paling Romantis Bersama Pasangan

KA Argo Wilis, Turangga, dan Parahyangan Kini Gunakan Gerbong Stainless Steel New Generation

Awal Desember memang yang paling dinantikan bagi yang tengah merasakan kereta api (KA) yang dijuluki ‘raja selatan’ ini. Ya, KA Argo Wilis dan KA Turangga resmi gunakan rangkaian jenis stainless steel New Generation buatan PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun. Dari semua rangkaian kelas argo maupun eksekutif utama dilintas lainnya sudah di prioritaskan gunakan new generation.

Hal ini tentu berpeluang pada peningkatan okupansi penumpang karena pelanggan akan semakin nyaman dengan inovasi yang meningkatkan kenyamanan penumpang dan alternatif pilihan kelas kereta pun bertambah. Rangkaian baru ini pun menambah daftar baru sebagai rangkaian new generation di lintas selatan Pulau Jawa sebagai kereta unggulan.

Masyarakat yang ingin mencoba perjalanan KA Argo Wilis dan KA Turangga dengan sarana terbaru ini dapat melakukan pemesanan tiket KA baik melalui aplikasi Access by KAI, laman kai.id, serta melalui semua saluran resmi pemesanan tiket kereta api lainnya yang telah bekerja sama dengan KAI.

Ternyata tak hanya KA Argo Wilis dan KA Turangga saja yang gunakan jenis new generation ini. Diketahui bahwa KA Parahyangan juga turut andil menggunakan rangkaian new generation. Pasalnya rangkaian yang digunakan KA Parahyangan termasuk rangkaian KA Argo Wilis maupun KA Turangga yang selesai masa dinasnya.

Seperti yang pernah di jelaskan pada laman kabarpenumpang.com, mengatakan bahwa KA Parahyangan kini sudah tak punya rangkaian sendiri alias menggunakan rangkaian yang ‘nganggur’. Jadi masyarakat yang ingin menggunakan KA Parahyangan new generation bisa memilih jadwal keberangkatan pada jam berikut ini:

Jadwal KA Argo Wilis, KA Turangga, dan KA Parahyangan gunakan rangkaian stainless steel new generation.

Diketahui bahwa kereta Stainless Steel New Generation memiliki fresh look interior dengan tempat duduk berjenis captain seat sehingga akan meningkatkan kenyamanan bagi pelanggan KA ketika melakukan perjalanan dengan waktu tempuh yang panjang.

Interior kereta new generation didesain dengan nuansa interior yang lebih cerah dengan foot rest dan legroom yang lega. Tersedia juga electric socket dan USB port di tiap kursi. Tak hanya itu, modifikasi juga dilakukan pada toilet dengan penggunaan toilet duduk dilengkapi wastafel dan hand dryer. Selain itu tersedia tempat ibadah di kereta restorasi.

Dengan ketersediaan rangkaian kereta new generation, KAI akan terus meningkatkan kenyamanan para pelanggan KA. Minat masyarakat tentu akan semakin besar dalam menggunakan transportasi massal kereta api yang selamat, aman, nyaman, dan tepat waktu serta mendukung kelestarian lingkungan untuk keberlanjutan.

Selain Kenyamanan, Ini Alasan Lainnya KAI Perbanyak Kelas Ekonomi New Generation

Vietjet Tawarkan eSIM SkyFi Gratis Hingga 31 Desember 2025 

Vietjet menghadirkan kejutan menarik di musim liburan bagi para wisatawan internasional. Mulai saat ini hingga 31 Desember 2025 mendatang, Vietjet menyediakan eSIM SkyFi secara gratis untuk semua penumpang mancanegara yang terbang ke Vietnam demi memastikan perjalanan mereka lebih nyaman dan tetap terhubung sejak kedatangan.

Wisatawan yang memesan tiket penerbangan internasional, termasuk empat rute penerbangan langsung yang menghubungkan Jakarta, Bali dengan Ho Chi Minh City dan Hanoi melalui situs resmi www.vietjetair.com atau aplikasi Vietjet Air akan memperoleh eSIM SkyFi gratis dengan kuota data berkecepatan tinggi sebesar 500MB yang berlaku selama 31 hari setelah kedatangan (syarat dan ketentuan berlaku).

Untuk mendapatkannya, penumpang cukup memilih opsi eSIM pada tahap layanan tambahan saat melakukan pemesanan. eSIM kemudian akan dikirim ke email mereka dan dapat langsung diaktifkan dengan pemindaian cepat.

Penawaran ini juga memudahkan wisatawan untuk tetap terhubung saat menjelajahi beragam keindahan alam dan kota-kota penuh semarak di Vietnam, mulai dari dinamika Kota Ho Chi Minh, kesejukan Hanoi di akhir tahun, hingga ketenangan pantai Phu Quoc. SkyFi eSIM memastikan akses data tetap lancar untuk melakukan navigasi, komunikasi, berbagi di media sosial, dan berbagai kebutuhan digital lainnya.

 

Mengapa Jendela Harus Dibuka dan Kursi Ditegakkan? Aturan Keselamatan Penerbangan Wajib Saat Takeoff dan Landing

Pramugari selalu mengingatkan penumpang untuk membuka penutup jendela dan menegakkan sandaran kursi sesaat sebelum lepas landas (takeoff) dan mendarat (landing). Aturan ini bukanlah sekadar masalah kenyamanan, melainkan bagian integral dari protokol keselamatan darurat global yang dirancang untuk menyelamatkan nyawa dalam hitungan detik.

Alasan utama di balik aturan membuka penutup jendela berfokus pada asesmen kondisi darurat yang cepat, baik oleh kru maupun penumpang.

Pramugari adalah mata dan telinga pertama kru kokpit di kabin. Dengan jendela terbuka, mereka dapat dengan cepat melihat kondisi di luar, seperti adanya api di mesin (engine fire), asap di sayap, atau kerusakan pada badan pesawat, yang mungkin terjadi selama proses takeoff atau landing yang berisiko tinggi.

Jika terjadi insiden, keputusan untuk menggunakan pintu keluar tertentu harus dibuat dalam waktu singkat. Jendela yang terbuka memungkinkan kru dan penumpang di dekat pintu darurat untuk melihat apakah di luar terdapat bahaya (misalnya puing-puing, api, atau air) sebelum membuka pintu tersebut, sehingga mencegah bahaya baru.

Jika kecelakaan terjadi di siang hari, membuka penutup jendela memungkinkan mata penumpang beradaptasi dengan cahaya terang di luar, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas segera setelah meninggalkan pesawat. Adaptasi ini menghemat waktu kritis yang mungkin hilang karena mata harus beradaptasi dengan perubahan cahaya tiba-tiba.

Sementara tentang aturan sandara kursi, menegakkan sandaran kursi juga sepenuhnya terkait dengan kecepatan evakuasi dan pengurangan risiko cedera.

Sandaran kursi yang direbahkan, meskipun hanya sedikit, dapat menghalangi akses ke lorong, terutama bagi penumpang yang panik.

Penting! Kenapa Penumpang Wajib Tinggalkan Bagasi di Pesawat Saat Evakuasi?

Ketika sandaran kursi tegak, lorong kabin menjadi jalur lurus dan tidak terhalang. Hal ini memastikan bahwa penumpang di belakang dapat segera berdiri dan bergerak menuju pintu keluar tanpa harus tersandung atau kesulitan melewati sandaran kursi yang miring.

Sandaran kursi yang tegak melindungi penumpang yang duduk di belakangnya saat terjadi benturan keras. Kursi yang tegak juga memudahkan penumpang di kursi belakang untuk mengambil posisi brace (posisi merunduk untuk perlindungan) yang tepat dan aman.

Dalam kondisi pendaratan keras atau tabrakan mendadak, sandaran kursi yang direbahkan dapat menciptakan bahaya bagi penumpang di belakangnya, karena kepala atau tubuh mereka dapat menghantam bingkai kursi yang keras. Menegakkan kursi memaksimalkan ruang buffer dan meminimalisir cedera akibat dampak benturan.

Secara keseluruhan, kedua aturan ini adalah bagian dari “90-detik Rule,” yaitu standar industri penerbangan yang mewajibkan pesawat harus bisa dievakuasi secara total dalam waktu 90 detik di kondisi darurat, dan setiap detik dalam proses itu sangatlah berharga.

Jangan Lupa, Ada Aturannya Saat Turunkan Sandaran Kursi Pesawat