Tidak ada moda transportasi yang tidak berhubungan langsung dengan alam. Begitulah kurang lebih pernyataan yang menunjukkan bahwa resiko mengalami kecelakaan bisa menimpa setiap moda transportasi, kapan saja dan dimana saja. Tidak terkecuali kapal pesiar. Walaupun bentuknya sangat besar dan terlihat kokoh, namun tetap saja ancaman dari alam seolah tidak memalingkan pandangannya. Namun, berkat perkembangan jaman, keberadaan kapal pesiar kini sudah lebih “tahan banting”. Kira-kira apa yang menyebabkan kapal ini tetap kokoh mengarungi lautan walaupun diterjang badai?
Baca Juga: Yuk Kenali “Ganasnya” Laut Dengan Level Sea State
Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman telegraph.co.uk (5/10/2017), kapal pesiar Oasis Of The Seas, raksasa laut milik Royal Caribbean ini merupakan saksi bisu dari ganasnya badai di laut lepas. Kapal penumpang terbesar ketiga di dunia ini mampu menampung hingga 6.296 penumpang, dibangun dengan lambung ekstra lebar yang memberikan stabilitas tambahan terutama dalam kondisi badai ganas sekalipun.
Dengan ukurannya yang sangat besar, bahkan tidak bisa masuk ke Terusan Panama, namun kapal ini mampu menahan gelombang, hingga yang paling tidak bersahabat sekalipun. Ini dibuktikan dengan kejadian yang terjadi pada November 2009 silam, dimana kapal ini tengah dalam perjalanan dari Finlandia menuju Florida.
Dalam perjalanannya, kru menyebutkan bahwa kapal pesiar tersebut bergerak melalui apa yang oleh petugas disebut sebagai “hampir sampai kekuatan angin topan”, dimana gelombang ombak dengan tinggi lebih dari 12 meter dengan setia menemani perjalanan mereka. Namun apa yang terjadi, kapal tersebut berhasil tiba ditujuan dengan selamat, walaupun ada beberapa bagian yang mesti diperbaiki.
Lain cerita yang dialami oleh kapal tangker LPG/C Venere ketika menghadapi topan pada 19 Januari 2013 silam, dimana kapal berukuran super besar tersebut dihantam oleh ombak yang ketinggiannya kira-kira mencapai 7 meter. Tidak main-main, sebuah kamera pengawas yang di simpan di lambung kapal merekam bagaimana kapal ini tetap bertahan ketika di hantam badai, walaupun bagian lambung kapal tersebut terlihat meliuk-liuk terhempas terpaan ombak. Kehebatan para insinyur dalam membuat kapal pengangkut raksasa ini patut diapresiasi.
Baca Juga: Inilah “Neyk,” Rancangan Prototipe Kapal Selam Mewah dengan Kokpit Pesawat
Salah satu kunci dari kesuksesan beberapa kapal raksasa menerjang badai di laut lepas adalah rancangan dan stabilisinya yang mendalam, dimana itu akan memberikan tumpangan yang nyaman bagi para penumpang, bahkan di laut yang ganas sekalipun. “Pemeliharaan juga menjadi unsur penting di sini, dimana perbaikan dan pengecekan secara rutin, inovasi teknologi di bagian navigasi, ruang publik dan akomodasi, serta fasilitas penumpang lainnya akan membuat kapal pesiar tersebut selalu up to date,” tambah Pat Richardson, salah seorang penulis rubrik review kendaraan di Telegraph Travel.
Sebagai salah satu moda transportasi berbasis massal, sebuah pesawat terbang tentu saja bermuatkan beragam jenis orang, dengan latar belakang yang berbeda pula. Tidak hanya itu saja, tujuan masing-masing dari mereka pun berbeda-beda, ada yang hendak berlibur, mengunjungi sanak saudara, hingga urusan bisnis. Jadi tidak heran kalau di pesawat Anda menemukan ratusan kepribadian yang berbeda.
Baca Juga: Ini Dia! 9 Tipe Orang yang Biasa Kita Temui di Bandara
Sebagaimana yang dihimpun oleh KabarPenumpang.com dari laman sita.aero, sebuah survei dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang IT dan komunikasi transportasi terkemuka di dunia, SITA untuk menemukan faktor-faktor manusia yang mempengaruhi penggunaan teknologi pada penumpang selama perjalanan. Dalam survei yang dilakukan pada tahun 2016 kemarin ini, SITA mendata 9.000 responden dari 19 negara.
SITA menyederhanakan survei ini dengan menganalogikannya dengan industri penerbangan berisikan 100 orang penumpang. Dari situ, terlihat bahwa 34 orang akan berperan sebagai penumpang yang sudah memiliki rencana matang. Penumpang yang masuk ke tipe ini biasanya sudah mempersiapkan segala sesuatu yang akan menunjang kehidupannya di destinasi tujuan, seperti tempat tinggal, sarana transportasi yang akan ia gunakan, hingga rincian dana yang spesifik. Bisa dibilang, orang-orang yang masuk ke kategori ini, sudah merencanakan perjalannya sejak jauh-jauh hari sebelum tanggal keberangkatan.
Hasil lain menunjukkan bahwa 14 orang masuk ke dalam kategori manja. Para penumpang yang berada di dalam kategori ini biasanya hampir mirip dengan tipe sebelumnya, hanya saja ia terlalu menumpukan perjalanan yang ia lakukan ke gadget yang ia bawa, contohnya seperti selalu melihat arahan petunjuk dari aplikasi map dan lain-lain.
14 orang lainnya masuk ke dalam kategori Hyperconnected. Untuk beberapa maskapai, seperti Garuda Indonesia yang menyediakan sarana free Wi-Fi untuk penumpang First Class dengan pesawat bertipe Boeing 777-300ER atau Airbus 330-200/300, orang-orang yang masuk ke dalam kategori Hyperconnected tentu tidak akan mati gaya selama dalam penerbangan. Mereka tetap bisa mengakses berbagai sosial media melalui gadget yang mereka bawa. Belum lagi ia juga tetap bisa stay in touch dengan orang-orang terdekatnya tanpa harus mematikan mobile data selama penerbangan.
Sumber: sita.aero
Dan yang terakhir adalah seorang petualang yang dianalogikan dengan perbandingan 9 dari 100 orang dalam sebuah penerbangan. Orang-orang yang masuk ke dalam kategori ini biasanya tidak ambil pusing dengan beragam kemungkinan yang akan terjadi di destinasi tujuan. Lebih banyak mengandalkan intuisi, orang-orang ini biasanya tidak terlalu banyak menggunakan gadget yang mereka bawa untuk mencari petunjuk arah maupun kemudahan lainnya yang dapat diakses.
Tidak hanya itu, SITA juga menemukan sebanyak 85 orang menikmati perjalanan udara mereka, sedangkan 54% lainnya tidak merasakan hal serupa, cenderung tidak menikmatinya. Ini dikarenakan mereka memiliki pengalaman buruk selama mengudara dan meninggalkan trauma bagi mereka, sehingga penumpang tersebut tidak menikmati perjalanannya.
Baca Juga: 13 Tips Perjalanan Luar Negeri dengan Ransel
Dari survei ini, SITA juga menemukan perkiraan komposisi penumpang berdasarkan domisili mereka. Sebanyak 25 orang berasal dari Eropa, 25 orang lainnya berasal dari Amerika Utara, 17 orang dari Cina, 15 orang dari Asia Pasifik, 10 orang dari Timur Tengah dan Afrika, dan 8 orang dari Amerika Selatan. Jika Anda dalam waktu dekat hendak mengudara,bisa coba perhatikan lingkungan sekitar Anda selama berada di kabin, siapa tahu Anda bisa menemukan beberapa orang yang masuk ke dalam kategori di atas.
Kompetisi antar maskapai tak melulu pada adu jenis layanan dan tarif, namun lain dari itu antar maskapai juga beradu konsep dalam menuangkan kreativitas grafis, salah satunya dengan penerapan livery yang unik dan tematis. Pemberian livery khusus pada satu atau beberapa pesawat terpilih bisa menjadi daya tarik dan promosi yang efektif. Livery pun tak sebatas menampilkan warna dan stiker tematis di badan pesawat, lebih dari itu maskapai juga memainkan kustomisasi pada elemen interior.
Ada beberapa maskapai yang KabarPenumpang.com rangkum dari blog.klm.com terkait pemuatan livery yang menarik untuk membuatnya menjadi lebih diminati penumpang. Berikut urutan beberapa maskapai dengan livery yang unik. Berikut ini diantaranya:
Baca juga: Islandia (1): Menjejakkan Kaki di Negeri Surga Aurora1. Hekla Aurora
Icelandair memberikan tampilan yang benar-benar unik pada liverynya dengan memberikan tampilan kemegahan alam negaranya. Boeing 757 ini tidak hanya menampilkan Aurora Borealis yang spektakuler di bagian luarnya, tetapi pencahaayaan kabin yang unik juga menirukan fenomena alam ini. Pembuatan livery ini karena Islandia merupakan salah satu tempat terbaik di bumi untuk melihat cahaya utara, sehingga goresan ajaib aurora tampil di pesawat terbang.
2. Blue Delftware tiles
KLM’s Delftware Jet mengudara pada tahun 2011. Klaus biru klasik KLM ditutupi oleh 4 ribu stiker Delftware biru. Tempelan ini menampilkan para penggemar KLM dibodi pesawat. Selama kampanye, KLM mengundang fans Facebook untuk membuat foto profil Delfware sendiri. Selain untuk menghias pesawat terbang juga berbagi kebahagiaan bersama penggemar dan merayakan warisan Belanda.
Foto penggemar KLM3. Gotta catch them all!
Bermain kartu Pokemon bisa menghabiskan ribuan jam dan mengeluarkan banyak uang saku. Karakter kartun jepang ini sangat populer di Belanda ketika dirilis pada tahun 1998 lalu. Ini membuat All Nippon Airways menangkap ketenaran kartun ini dan membuatnya pada livery Boeing 767-300 dan 747-400 nya dengan 151 karakter Pokemon. Tak hanya laris, ANA sampai memutuskan mengubah 767 menjadi Pokemon Jet dan hingga kini ada sembilan Pokemon Jet yang terbang melintasi rute tujuan.
4. One livery to rule them all
Naga terbang bisa membuat para penumpang kaget. Tapi, Anda jangan kaget dulu, karena naga ini hanya hiasan pada body maskapai Air New Zealanda. Nama naga ini Smaug, karakter yang ada di film Lord of the Rings and Hobbit. Sebagai maskapai resmi dunia tengah, ANZ memberikan warna unik untuk menampilkan tokoh film blockbuster ini. Gambar naga ini ada di Boeing 777-300.
Air New Zealand dengan livery Hobbit5. All black
Ditutupi dengan hampir seluruhnya berwarna hitam dan beberapa gambar di bagian belakang selain lambang, ANZ mengatakan warna ini menampilkan simbol Koru dari Maori atau penghuni asli Selandia baru. Tahun 2014 seluruh Boeing 787 dreamliner dicat hitam dengan gambar pohon pakis berwana putih.
6. Do’oh!
Maskapai Western Pasific menghadirkan livery berwarna kuning dengan gambar The Simpson pada Boeing 737-300 nya tahun 1995. Sayangnya, warna ini sudah tidak ada lagi.
Baca juga: Angkut Giant Panda, Garuda Indonesia Dandani Airbus A330 dengan Tema dan Livery Khusus7. The Berlin Bear
Pernah melihat ada beruang terbang? Ya beruang terbang ini menghiasi bodi dari pesawat A319-122 milik maskapai Germanwings. Beruang ini terpampang pada livery pesawat, karena menjadi simbol resmi kota tersebut. Ini juga sebabnya Airbus menjadi Bearbus.
Bearbus8. Peace and Love, Bro!
Tulisan ini ada di livery pesawat A340 milik maskapai Swiss. Pada moncong pesawat terdapat gambar bunga dan bodi berhiaskan bunga dengan tulisan serta lambang kedamaian dan cinta. Pesawat ini menerbangkan rute Zurich menuju San Fransisco.
Sebagai salah satu destinasi wisata utama di Tanah Air, Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba, Sumatera Utara sekarang bisa dijangkau lebih dekat. Ini karena jarak antara bandara Silangit ke Danau Toba sekitar 114 km atau sekitar 3 jam 20 menit.
Baca juga: Sumatera Utara Ternyata Punya 10 Bandara
Sebelum adanya bandara Silangit, untuk mencapai pulau Samosir dari Medan sekitar enam sampai tujuh jam perjalanan dengan bus dan kapal feri untuk menyebrang. Baru-baru ini administrasi Samosir di Sumatera Utara menyediakan bus layanan antar dan jemput gratis bagi pelancong pengguna maskapai penerbangan yang berangkat dan tiba di bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara.
Bus ber AC ini akan menghubungkan bandara Silangit dan terminal bus Onan Baru Pangururan di pulau Samosir. KabarPenumpang.com melansir dari thejakartapost.com (1/10/2017), layanan ini akan berlaku secara gratis sampai Desember 2017, setelah itu para penumpang akan dikenakan biaya.
Pengesahan bus layanan Silangit-Samosir (The Jakarta Post)
Namun, untuk biaya yang dikeluarkan penumpang belum pasti berapa rupiahnya. Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengatakan, pemerintah kabupaten telah mengalokasikan dana sebesar Rp100 juta dari APBD 2017 untuk mendukung pengoperasian bus ini.
“Kami menyediakan bus ini untuk kepentingan masyarakat Samosir dan juga untuk mendukung Samosir sebagai tujuan wisata internasional,” ujar Rapidin.
Kedepannya selain berbayar, bus ini akan di kelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang akan dibentuk oleh Pemkab Samosir. Sebelumnya, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, pada 28 Oktober 2017 Bandara Silangit akan berstatus intrenasional dan menjadi bagian dalam mendukung pariwisata Sumatera Utara khususnya Danau Toba serta sekitarnya.
Baca juga: Tanpa Jalur Ini, Pulau Samosir Tak Tersambung dengan Daratan Sumatera
Diketahui, landasan pacu bandara Silangit saat ini 2650 meter dimana mampu menampung pesawat berbadan menengah seperti Boieng 737 dan Airbus A320. Adapun hingga kini tiga maskapai yang sudah terbang ke bandara tersebut yakni Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Wings Air. PT Angkasa Pura II menunjukkan bahwa bandara Silangit mampu menampung 300 ribu penumpang setiap tahunnya.
Saat suatu bandara bertansformasi menjadi “Smart Airport,” maka segala sesuatu akan terkoneksi dengan jaringan pintar berbasis internet berkecepatan tinggi. Maklum yang ditangani bandara tak hanya memuaskan dari sisi entertainent, lebih dari itu otoritas pengelola bandara dengan konsep smart check-in, smart boarding dan kecanggihan pengecekan keimigrasian membutuhkan infrastruktur IT dengan backbone yang kuat, diantaranya adalah tersedianya elemen data center yang memadai.
Seperti Bandara Internasional Dubai (DBX) yang dikenal sebagai salah satu bandara tersibuk di dunia, terus berbenah dan menambah fasilitas infrastruktur IT, yakni dengan membangun Modular Data Centre Complex (MDCC). Ini merupakan proyek data center yang sangat menantang dimana beberapa tahun terakhir dengan di dorong pertumbuhan bisnis yang pesat sehingga mendorong DBX bertransformasi dalam penerapan teknologi digital modern.
Baca juga: Bandara Dubai Hadirkan Teknologi Baru Keimigrasian di Pekan Teknologi Gitex 2017KabarPenumpang.com merangkum dari markets.businessinsider.com (11/10/2017), saat ini DBX sendiri memiliki beberapa data center dengan perangkat yang disediakan oleh beberapa vendor dengan tingkat kerumitan dan konstruksi berbeda. Dengan kondisi yang ada, otoritas DBX kemudia memulainya dengan membuat data center baru untuk memperluas layanan dan mengkonsolidasikan sistem antara data center baru dan konfigurasi data center yang sudah ada.
Nantinya pada pusat data baru ini akan mampu memuat 100 service cabinets dengan kekuatan 10k kW per rak dalam satu kabinet. MDCC yang dibangun Huawei dan DBX dalam setahun yang akan disertifikasi oleh Uptime Institute to Tier III.
Persyaratan kerapatan daya 10 kW per rak, ditambah suhu yang tinggi di Dubai menjadi tantangan besar untuk menghilangkan panas. Namun setelah benar-benar dipertimbangkan, penyebaran, perluasan kapasitas konversi energi dan fitur penting lainnya membuat DBX lebih memilih solusi data center modular dengan prefabrikasi dari Huawei.
Solusi data center yang diusung DBX mengadopsi desain modular, yakni FusionModule1000B buatan Fusion Huawai yang dimodelkan untuk membangun data center baru bagi DBX. Diketahui solusinya akan terdiri dari 23 modul prefabrikasi berukuran kontainer yang dilengkapi dengan AC presisi dan produk UPS modular yang efisien. Sebab daya totalnya mencapai 1 Mega Watt.
Sebenarnya untuk mendapatkan sertifikasi Tier III data center harus memastikan ketersediaan 99,98 persen dan waktu henti tahunan dalam 1,6 jam. Proyek ini diperkirakan akan selesai dalam 10 bulan untuk memenuhi kebutuhan DBX dalam proses engiriman dan mengatasi masalah kurangnya ruang untuk membangun area data center.
Nantinya desain bangunan ini akan lebih mudah beradaptasi dengan cuaca panas yang menyengat di Timur Tengah. Selain itu data center dengan sistem manajemen NetEco untuk menyederhanakan O&M dan mengurangi biaya manajemen.
Jika dibandingkan dengan data center tradisional, maka FusionModule1000B menerapkan ekspansi fleksibel dan dapat menghemat biaya rekayasa dan luas lantai yang dibutuhkan. DBX sendiri telah membuat rencana dan persiapan yang baik untuk membangun sebuah data center berskala besar.
Dengan adanya Expo Dubai 2020, bandara akan menghadapi tekanan yang meningkat untuk melakukan operasi yang lebih efisien dan lancar. Tak hanya itu, lalu lintas penumpang tahunan bandara diperkirakan meningkat dari 83,6 juta pada tahun 2016 dan menjadi 118 juta di tahun 2025.
Baca juga: Mudahkan Identifikasi Penumpang, Bandara Dubai Rencanakan Bangun Smart Tunnel
MDCC di DBX mewakili karya inovatif yang diciptakan Dubai Airports dan Huawei. MDCC juga memenuhi persyaratan infrastruktur informasi yang di tentukan DBX Plus dengan tujuan untuk mencapai pengoperasian yang stabil dan efisien serta bisnis berbasis digital dan cloud untuk sepuluh tahun ke depan.
Kapal selam mini (submerged) yang dirancang untuk keperluan wisata bawah air sudah sering kita dengar keberadaanya. Masuk sebagai wahana premium, kapal selam mini dihadirkan untuk memuaskan sensasi pelancong pada dunia bawah air, sesuatu yang lazimnya hanya bisa dirasakan awak kapal selam militer. Bahkan karena dirancang untuk wisata, kapal selam wisata hadir dengan kaca-kaca pantau untuk melihat panorama.
Dan seperti halnya kapal selam militer yang teknologinya terus berkembang, segmen kapal selam wisata pun tak luput dari sentuhan inovasi baru. Memang belum sampai menyentuh level ‘laut dalam,’ namun kapal selam wisata yang diberi label “Neyk” ini punya kesan istimewa. Masih dalam proyek pembangunan prototipe, Ocean Submarine selaku inisiator proyek Neyk telah melansir beberapa citra kapal selam ini, yang disebut-sebut punya kabin nan eksklusif laksana ruang kelas satu di jet pribadi. Tak itu saja, Neyk berbeda dengan kapal selam konvensional, pasalnya ruang kemudi kapal selam sepanjang 19 meter ini dirancang mirip dengan kokpit pesawat penumpang modern, lengkap dengan monitor-monitor dan tombol navigasi.
Baca juga: MSC Meraviglia, Kapal Pesiar Terbesar dari Mediterranean Shipping Cruises
Rancangan prototipe Neyk pertama kali dirilis pada bulan Juni lalu. Kapal selam yang ditawarkan punya panjang 19 meter ini dirancang untuk menembus kedalaman hingga 150 meter. KabarPenumpang.com melansir dari thesun.co.uk (16/7/2017), kapal selam ini tengan dalam proses pembuatan di Belanda. Neyk sendiri merupakan sebuah kolaborasi antara Ocean Submarine, MTU, Bosch dan Rolls Royce. Untuk sekali jalan, kapal selam ini sendiri bisa memuat 20 orang penumpang dan memiliki lebar yang sama dengan pesawat jet pribadi.
Interior Neyk menampilkan nuansa mewah yang mencakup dapur, bar dan perpustakaan. Pada kapal selam ini juga bisa ditambahkan landing gear yang bisa berkendara lurus kdi atas deck kapal pesiar yang dirancang khusus sebagai home base-nya. Sebagai kapal selam untuk misi wisata, bagian depan kapal dilengkapi dengan ruang kaca panorama, sehingga penumpangnya dapat melihat pemandangan dengan sudut 270 derajat.
Interior Neyk (www.thesun.co.uk)
Pembuat kapal selam mengatakan, prototipe Neyk siap diluncurkan pada Januari 2018 mendatang. Martin van Eijk, Pendiri Ocean Submarine mengatakan proyek ini sudah dimulai sejak tahun 2009 dan pembuatan lambung kapal disesuaikan untuk layanan angkatan laut, penjaga pantai dan pasar mewah perkapalan.
“Tujuan saya adalah menggabungkan keahlian dalam pesawat terbang, pesawat ruang angkasa dan kapal bawah laut. Hasilnya adalah kapal selam generasi baru yang menampilkan lambung kapal dan menawarkan tingkat kemewahan serta pengalaman unuk di kapal selam,” ujar Martin.
Baca juga: Ini 15 Lokasi Persinggahan Favorit Kapal Pesiar
Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri, di Indonesia juga sudah ada kapal selam yang bisa membawa penumpang melihat nuansa bawah laut, tetapi hanya mampu masuk ke kedalam 30-45 meter. Namanya Odyssey Submarine dan menjadi satu-satunya kapal selam wisata di Indonesia yang berlokasi di Labuhan Amuk, Bali
Kapal selam ini dibuat dengan teknologi canggih dan mampu mengangkut 36 orang penumpang yang membawa pelancong melihat keindahan bawah laut tropis. Perjalanan para pelancong juga pastinya aman karena dipandu oleh pilot dan kopilot berpengalaman.
kokpit kapal selam Neyk (www.thesun.co.uk)
Odyssey Submarine ini bertenaga baterai sehingga sangat ramah lingkungan dan di desain serta dibuat secara ekslusif oleh salah satu afiliasi pemimpin dunia dalam teknologi kapal selam, Internasional Submarine Engineering Ltd of Vancouver, Kanada, Odyssey Submarine II dengan standar paling ketat.
Odyssey Submarine Bali (Water Sport Bali)
Kini jaman telah berubah, banyak orang yang lebih memilih berbelanja melalui online shop ketimbang harus pergi mengunjungi suatu toko. Berkembangnya sektor e-commerce dewasa ini ternyata memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tidak hanya sektor ekonomi saja yang mengalami pertumbuhan, bahkan beberapa perusahaan yang menggeluti bidang transportasi pun turut merasakan keuntungan dari meledaknya sektor e-commerce ini.
Baca Juga: Peran Kopilot, Tak Sekedar Memperingan Kerja Pilot
Sebut saja penyedia layanan jasa transportasi berbasis aplikasi, Gojek menjadi satu contoh yang paling mudah untuk dianalisis tentang hubungan meledaknya pasar e-commerce di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi di sektor penyedia layanan transportasi. Jika Anda berbelanja melalui toko online yang kebetulan satu kota dengan Anda, Anda bisa meminta sang penjual untuk mengirimkan barangnya via Gojek, ketimbang dikirim melalui jasa pengiriman. Pembeli dapat dengan cepat menerima barangnya, dan Gojek pun turut mendapatkan keuntungan.
Lalu, bagaimana dengan penyedia jasa layanan transportasi yang dikhususkan untuk mengantar penumpang yang beralih menjadi angkutan kargo? Sebut saja PO (Perusahaan Otobus) Lorena yang semula melayani jasa angkut penumpang, kini melebarkan sayapnya menjadi pengantar kargo setelah menandatangani kontrak kerja sama dengan salah satu perusahaan e-commerce, kargo.co.id. “Kami bekerja sama dengan Eka Sari Lorena untuk melakukan pengiriman barang yang beratnya melebihi 30 kg, seperti motor dan lain-lain,” ungkap Yodi, CEO Kargo.co.id ditemui KabarPenumpang.com dalam acara Indonesia Transport, Logistic & Maritime Week 2017, Kamis (12/10/2017).
Terlepas dari itu semua, PT. KAI juga memiliki satu layanan khusus untuk mengantarkan kargo, yaitu Kereta Api Logistics (KALog). Perusahaan dibawah induk PT. KAI ini juga melayani cakupan bisnis “door to door” (DTD) service yang akan memudahkan seseorang untuk mengirim atau menerima kiriman. Namun, siapa sangka bahwa KALog ini bisa memberikan pengaruh signifikan pada pendapatan PT. KAI. Kereta penumpang yang sejatinya kita gunakan selama ini berkontribusi sebesar Rp2,06 triliun atau naik 24 persen ketimbang periode yang sama 2016.
Sedangkan KALog menyumbang pendapatan sebesar Rp1,75 Triliun atau naik 18% dari periode yang sama tahun lalu. Walaupun namanya jarang terdengar bahkan terkesan surut, tapi layanan pengantaran barang ini memberikan sebuah prospek yang cukup menjanjikan. Tidak heran jika beberapa perusahaan yang semula hanya mengangkut penumpang saja, kini mulai merambah bisnis antar mengantar logistik.
Baca Juga: Dari London, Kereta Kargo East Wind Sampai di Yiwu Setelah 19 Hari!
Begitupun dengan moda laut, walaupun selama musim mudik beberapa media menyorot padatnya penumpang di Pelabuhan Merak, namun pendapatan yang mereka kumpulkan dari penumpang orang tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka raup dari menyeberangkan kendaraan-kendaraan besar, seperti truk, bus dan lain-lain. Wajar saja, tiket menyeberangkan satu orang jauh lebih murah ketimbang menyeberangkan satu kendaraan besar.
Lain cerita dengan moda udara, dimana beberapa maskapai bonafit sengaja menyediakan armada khusus untuk mengirimkan barang. Sebut saja Emirates SkyCargo, maskapai penerbangan kargo yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab yang mulai beroperasi pada 25 Oktober 1985. Adapun salah satu pesawat yang digunakan oleh Emirater SkyCargo adalah Boeing 747-400F, dengan beban angkut maksimal 117.000 kg yang kini dioperasikan oleh Atlas Air dan TNT Airways.
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) atau biasa disebut Serambi Makkah, merupakan provinsi paling Barat Indonesia yang memiliki Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. Bandara ini berada di kecamatan Blang Bintang di Aceh Besar dan melayani kota Banda Aceh serta sekitarnya.
Nama Bandara ini sendiri di ambil dari seorang pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Aceh. Saat ini bandara Sultan Iskandar Muda melayani rute domestik dan internasional.
Baca juga: Sumatera Utara Ternyata Punya 10 Bandara
Tapi tahukah Anda, sampai saat ini belum banyak maskapai yang memiliki penerbangan langsung ke Aceh dari Jakarta? Nah, KabarPenumpang.com merangkum bahwa untuk sampai ke Aceh dari Jakarta hanya ada dua maskapai yakni maskapai plat merah Garuda Indonesia dan Batik Air.
Penerbangan Garuda Indonesia dulunya hanya ada dua kali ke Aceh yakni pagi dan sore hari, tetapi saat ini maskapai Garuda sudah memberikan layanan hingga tiga kali sehari keberangkatan dari Jakarta menuju Aceh dengan durasi penerbangan kurang dari tiga jam. Sedangkan untuk Batik juga memberikan perjalanan sehari tiga kali untuk sampai ke Banda Aceh dengan jarak tempuh yang sama.
Garuda Indonesia keberangkatan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sedangkan Batik Air melalui penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusuma begitupun sebaliknya. Tapi tenang, jika Anda sebagai pelancong yang tidak mendapatkan tiket langsung Jakarta menuju Aceh, maskapai-maskapai ini juga memberikan jalur transit serta maskapai lainnya seperti Citilink dan Lion Air.
Biasanya untuk perjalanan transit waktu tempuh menuju Aceh sekitar empat sampai enam jam tergantung berapa banyak maskapai tersebut transit. Tahun 2015 lalu, diketahui maskapai Garuda memiliki tujuan Aceh yang transit hingga enam jam dengan dua tujuan transit yakni di bandara Sibolga dan Kualanamu.
Diketahui dari beberapa penumpang, keberangkatan Jakarta tujuan Aceh menggunakan pesawat Garuda jenis ATR yang singgah di Sibolga dan menuju Kualanamu. Di Kualanamu, penumpang tujuan akhir Aceh akan berpindah ke pesawat berbodi besar sebelum akhirnya tiba di Sultan Iskandar Muda.
Baca juga: Dibalik Insiden Jet Blast Garuda Indonesia, Senantiasa Waspada Saat Berada di Apron!
Sayangnya, hingga saat ini untuk penumpang setia maskapai Citilink harus bersabar, karena penerbangan menuju Aceh baru ada satu kali penerbangan pergi dan pulang dalam sehari, itupun pesawat transit tak langsung menuju Aceh. Tak hanya untuk penerbangan domestik saja, kota yang terkenal dengan kopi dan mienya ini, juga melayani penerbangan internasional tujuan Kuala Lumpur dan Penang.
Penerbangan tujuan Kuala Lumpur menggunakan maskapai milik AirAsia dan Penang menggunakan FireFly. Tetapi kedua penerbangan ini hanya ada satu hari sekali.
Terlepas dari maskapai penerbangan dari dan ke Banda Aceh, bandara Sultan Iskandar Muda juga mendapatkan penghargaan sebagai Bandara Terbaik Dunia untuk Wisatawan Halal di Dunia Halal Tourism Awards 2016 lalu. Saat ini, Bandara Sultan Iskandar Muda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Jika kini nama-nama seperti Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan beberapa nama bandara besar lainnya kerap menghiasi pemberitaan, pernahkah terpikirkan oleh Anda, kira-kira dimana ya letak bandara pertama di Indonesia? Apakah dewasa ini lokasi tersebut masih berfungsi sebagai bandara? Jika Anda pernah memiliki pemikiran seperti itu, KabarPenumpang.com akan membahas mengenai lima bandara pertama di Indonesia.
Lapangan Terbang Kemayoran, Jakarta
Selain menjadi bandara kelima yang dibangun di Indonesia, bandara yang sudah tidak beroperasi lagi ini juga diketahui sebagai bandara internasional pertama di Indonesia. Memulai konstruksi pada tahun 1934 dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940.
Baca juga: Menara ATC Tintin – Cagar Budaya yang Tergerus Modernisasi Ibu Kota
Bandara ini perlahan mulai berhenti beroperasi pada tanggal 1 Januari 1983 dan secara resmi berhenti pada tanggal 31 Maret 1985. Sementara itu, semua penerbangan menuju Bandara Internasional Kemayoran ini dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang kala itu baru saja diresmikan.
Lapangan Terbang Darmo, Surabaya
Bandara pertama di Surabaya ini kini tinggal kenangan, bahkan rekam jejaknya pun sudah tertimbun modenisasi. Lapangan Udara Darmo dibangun pada masa Hindia Belanda di kawasan Goenoeng Sarie Weg (Jalan Gunung Sari) dan diberi nama “Vliegveld Darmo”. Lokasi landasan pacu lapangan terbang yang dibangun pada 1920 itu kini menjadi Jalan Raden Wijaya dan bekas lokasi lapangan terbang menjadi Komplek Makodam V Brawijaya.
Walaupun tidak ditemukan adanya literature mengenai catatan penerbangan dari lapangan terbang militer ini, namun ada satu momen bersejarah yang tersisa dari bandara ini. Tanggal 10 November 1934, “Uiver”, pesawat DC-2 milik maskapai penerbangan Belanda KLM, dalam penerbangan Brisbane, Australia, ke London, Inggris, sempat singgah di Lapangan Terbang Darmo.
Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma (d/h Lapangan Terbang Tjililitan)
Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir bernama Tandjoeng Ost milik Pieter van der Velde. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Pada awalnya, lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan).
Sejarah lain tercatat di tahun yang sama, dimana lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat Fokker dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Indonesia. Bertepatan dengan HUT RI yang ke-7, lapangan terbang ini kemudian berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.
Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara (d/h Lapangan Terbang Andir)
Bandara yang dibangun pada tahun 1920 ini pada awalnya dinamai Lucthvaart Aflending atau Vliegveld Andir. Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September 1946.
Baca juga: Husein Sastranegara – Perintis TNI AU Yang Gugur Karena Kecintaannya Pada Dunia Dirgantara
Sempat terjadi perebutan antara Jepang dan pasukan pribumi, dimana Jepang pernah menguasai Lapangan Udara Andir pada 1942 hingga 1945. Lapangan udara tersebut juga sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1949. Sampai akhirnya tahun 1973 lapangan terbang tersebut boleh dipergunakan untuk penerbangan komersial.
Pangkalan Udara Kalidjati, Subang
Ini merupakan bandara pertama yang dibangun di Indonesia, tentu saja tanpa campur tangan Belanda, mungkin bandara ini tidak akan pernah ada. Dibangun pada 30 Mei tahun 1914, bandara ini juga sekaligus menjadi pangkalan udara leluhur bagi TNI AU. Selain lapangan udara, di tempat yang berusia lebih dari satu abad ini juga Belanda pernah mendirikan sekolah penerbangan.
Pembangunan bandara ini berbarengan dengan dibentuknya PVA (Proef Vlieg Afdeling), yaitu suatu Bagian Penerbangan Percobaan dari Pasukan Hindia Belanda (KNIL). Lapangan Terbang Kalidjati pada awalnya hanya berupa lapangan rumput sederhana digunakan untuk lepas landas dan pendaratan pesawat. Sementara pesawatnya ditempatkan di bangsal yang terbuat dari bambu. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan pesawat cepat rusak. Perlahan, Belanda pun mulai melengkapi Lanud Kalijati berikut fasilitas pendukungnya seperti landasan yang lebih kokoh, tower, hanggar, perkantoran, dan pemukiman personelnya.
Bandara Dubai di Uni Emirat Arab tak hanya memperkenalkan terowongan pintar atau Smart Tunnel saja, bandara super sibuk ini malahan turut memperkenalkan mobil yang dilengkapi dengan pengecekan imigrasi. Kedua proyek masa depan tersebut kini tengah ditampiklan dalam Pekan Teknologi Gitex 2017, yang berlangsung di Dubai World Centre, 8 – 12 Oktober ini.
Baca juga: Mudahkan Identifikasi Penumpang, Bandara Dubai Rencanakan Bangun Smart Tunnel
Dengan mobil cek imigrasi, nantinya para pelancong hanya akan menggunakan smartphone saja tanpa perlu membawa paspor maupun boarding pass. Kapten Amer Rashed Almheiri, Direktur general directorate of residency and foreign affairs (GDRFA) dari Departemen Aplikasi Pintar mengatakan, kedua hal tersebut sebagai bagian dari prakarsa Dubai 10X, dimana para pelancong akan menaiki mobil elektronik yang dilengkapi cek imigrasi.
“Ada kamera di dalam mobil yang menggunaan teknologi pengenalan wajah dan terhubung dengan gerbang imigrasi pintar di area check in. Semua informasi yang didapat termasuk rincian paspor dan tiket akan dikirim ke konter, sehingga pelancong tidak lagi harus melalui imigrasi dan bisa langsung ke lounge atau gate tunggu,” ujar Amer yang dikutip KabarPenumpang.com dari khaleejtimes.com (10/10/2017).
Alur keimigrasian Bandara Dubai (www.khaleejtimes.com)
Dia mengatakan, hal yang lebih menakjubkan lagi adalah pada mobil ini bisa menimbang berat barang bawaan Anda sehingga barang yang dilarang untuk dibawa bisa langsung terlihat dan setelah melewati alat pemindai akan langsung menuju area muatan pesawat. GDRFA untuk mobil elektronik pintar ini bekerja sama dengan Tesla.
Sedangkan untuk gerbang elektronik saat ini hanya bisa digunakan oleh penumpang yang menggunakan maskapai Emirates. Di gerbang ini penumpang hanya perlu memindai kode batang atau barcode di ponsel pintar untuk membuka gerbang dan sidik jari untuk dipindai dan menyelesaikan check ini selama 15 detik.
Baca juga: Bandara Dubai Gunakan Bahasa ‘Jawa Halus’ Untuk Pemeberitahuan Penerbangan
“Begitu mereka menyelesaikan cek imigrasi, mereka bisa langsung masuk ke gerbang,” tambahnya.
Tak hanya itu, ada pula Smart Wallet yang akan menggantikan gerbang elektronik secara bertahap. Amer mengatakan, pemerikasaan keberangkatan dan kedatangan akan dilakukan kurang dari 15 detik dengan menggunakan Smart UAE Wallet ini. Dimana sebuah aplikasi yang berisi semua rincian paspor dan boarding pass pelancong.
Smart Wallet ini bisa di unduh pengguna smartphone baik iOS maupun Android di iTunes dan Play Store yng sudah diluncurkan pada MEi 2017 kemarin dan telah memberikan kemudahan pada pelancong di berbagai titik bandara. GDRFA yakin bahwa aplikasi tersebut aman dan memiliki pemeriksaan keamanan.
Hal ini sangat nyaman karena penumpang tidak perlu membawa paspor dan boarding pass mereka, karena semua data yang terdaftar di sistem, termasuk nama, nomor kursi dan nomor penerbangan terkait dengan dompet cerdas. Sebab penumpang dapat melepaskan diri dari pemeriksaan manual oleh petugas imigrasi, selain itu juga bisa membarikan pengalaman yang lebih baik pada pelancong.