Pemkab Bogor Rencanakan Kereta Gantung Sebagai Solusi Kemacetan Kawasan Puncak

Macet parah di puncak kerap kali menjadi persoalan apalagi ketika akhir pekan dan musim liburan. Hal ini membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor memikirkan solusi baru untuk mengatasi kemacetan tersebut. Di mana Pemkab Bogor tengah merancang pembangunan kereta gantung atau Suspended String Light Rail Transport (SSLRT). Nantinya kereta gantung tersebut diharapkan mampu menjadi solusi transportasi modern di kawasan wisata Puncak. Dirangkum dari berbagai laman sumber, Bupati Bogor Rudy Susmanto memamparkan rencana ini. Dia mengatakan, proyek kereta gantung menjadi langkah awal menghadirkan sara transportasi yang efisien. Selain itu juga menjadi transportasi yang ramah lingkungan serta nyaman bagi masyarakat dan wisatawan. Rudy mengatakan, kondisi geografis Puncak yang berbukit dan padat pengunjung dinilai tepat untuk diatasi dengan jalur transportasi udara. “Dengan hadirnya kereta gantung, beban lalu lintas darat di jalur Puncak diharapkan berkurang signifikan sehingga perjalanan wisatawan maupun aktivitas warga menjadi lebih lancar,” jelas Rudy. Bukan hanya mengurangi kemacetan, kedepannya proyek kereta gantung juga digadang-gadang menjadi bagian strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Bahkan, moda transportasi ramah lingkungan seperti kereta gantung diyakini dapat menambah daya tarik kawasan Puncak sebagai destinasi wisata unggulan. Untuk diketahui, Pemkab Bogor sebelumnya telah beberapa kali menggulirkan ide penyediaan transportasi massal di kawasan Puncak. Pada 2024, usulan konsep kerja sama Business to Business (B2B) sempat diajukan kepada Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Pada perencaan kereta gantung tersebut, akan ada enam stasiun perhentian yakni area parkir bus Gunung Mas, perluasan rest area Gunung Mas, Pakis Hill, Pinus Forest, Bukit Sumbul, Puncak Pass (perbatasan Kabupaten Bogor – Kabupaten Cianjur). Sehingga, dengan rute ini wisatawan dapat menikmati perjalanan udara sekaligus panorama alam Puncak dari ketinggian, tanpa harus terjebak kemacetan panjang di jalur darat.
Ngong Ping 360 – Berani Uji Adrenalin di Kereta Gantung Terpanjang di Dunia?

Di balik Peristiwa 11 September 2001, Cincin Pramugari American Airlines Ditemukan Utuh

Peristiwa 11 September tahun 2001 atau biasa juga disebut Tragedi 11 September meninggalkan banyak kisah. Salah satunya melibatkan pramugari American Airlines, Sara Low.

Baca juga: Sisi Lain Tragedi 11 September, Ribuan Penumpang dari Eropa Terdampar di Newfoundland

Meski pesawat yang ditumpanginya hancur lebur bersama dengan runtuhnya gedung World Trade Center, namun ajaib, cincin yang dikenakannya ditemukan utuh. Sedangkan jasadnya tak lagi bisa dikenali dan entah berjarak berapa meter dari tempat ditemukannya cincin tersebut.

September menjadi bulan yang kelabu bagi masyarakat dunia, khususnya publik Amerika Serikat (AS). Di bulan ini, setidaknya nyaris 3.000 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang lainnya menderita luka-luka setelah pembajakan empat pesawat terjadi pada 11 September 2001 (9/11).

Ketika itu, teroris dari kelompok Al Qaeda, mengarahkan pesawat Boeing 767-223ER American Airlines Flight 11 ke Menara Utara World Trade Center dan menabrakkannya dengan sengaja pada pukul 08.46 waktu setempat.

Lalu pada pukul 09.03 waktu setempat, pesawat Boeing 767-222 yang dioperasikan oleh maskapai United Airlines Flight 175 menabrak Menara Selatan World Trade Center. Keseluruhan penumpang, awak kabin, dan teroris yang melakukan aksi sadis ini tewas seketika.

Tidak berhenti sampai di situ, masih ada dua pesawat lagi; Boeing 757-223 yang dioperasikan oleh maskapai American Airlines flight 77 menabrak ke Pentagon dan menewaskan 64 orang yang ada di dalam pesawat (termasuk awak pesawat, penumpang, dan teroris) serta 125 karyawan di Pentagon.

Sisanya yaitu Boeing 757-222 United Airlines Flight 93 dikabarkan akan menabrakkan diri ke U.S. Capitol Building. Namun, karena kegigihan penumpang dalam mencegah terorisme, pembajakan pesawat dalam peristiwa 11 September 2001 ini gagal menghancurkan target.

Meski begitu, pesawat Boeing 757 United Airlines Flight 93 jatuh di dekat Diamond T. Mine, sebuah tambang batu bara yang terletak di Stonycreek Township, Somerset County, Pennsylvania dan menewaskan keseluruhan 44 orang yang berada di dalam penerbangan nahas tersebut.

Dari keempat pembajakan pesawat tersebut, Sara Low berada di pesawat Boeing 767-223ER American Airlines Flight 11. Dari kesaksian sang kakak, Alyson, seperti dikutip dari fox2now.com, Sara Low sebetulnya bisa saja terhindar dari maut. Tetapi, saat itu ia baru saja pindah ke sebuah apartemen di daerah Beacon Hill, Boston, AS.

Sara Low

Karena kebutuhan meningkat, seperti untuk membayar sewa dan kehidupan sehari-hari, ia pun mengambil berbagai schedule tambahan, salah satunya Flight 11 di tanggal 11 September 2001. Dalam penerbangan tersebut, Sara ditugaskan di kelas bisnis, tempat dimana tiga dari lima teoris Al Qaeda berada.

Awalnya, Sara diyakini tidak berada dalam penerbangan tersebut. Tetapi, FBI kemudian menghampiri pihak keluarga dan memberikan bukti-bukti bahwa Sara ada dalam penerbangan tersebut.

Baca juga: Lolos dari Maut dalam Peristiwa 9/11, Pramugara ini Dorong Troli Setara Jarak Jakarta-Pekalongan

Salah satu buktinya datang dari nomor kartu panggil keluarga yang digunakan rekan pramugari Sara, Amy, untuk menghubungi petugas di darat terkait pembajakan di pesawat.

Sara Low akhirnya dipastikan ada dalam penerbangan tersebut dari manifes kru. Selain itu, cincin yang diikat di kalungnya ditemukan di lokasi reruntuhan gedung WTC, sekalipun jasadnya tak berhasil diidentifikasi.

 

Terapkan Sistem ‘Stop and Go’ di Stasiun Jatake, Kira-kira Kapan Mulai Beroperasi?

Merupakan stasiun yang berada di wilayah Tangerang, Jatake adalah stasiun yang digadang-gadang akan beroperasi untuk masyarakat yang hendak ke kawasan BSD. Stasiun ini memiliki kawasan yang strategis bahkan bisa menempuh perjalanan dari kawasan Tol Serpong – Balaraja. Stasiun Jatake ini berada dipetak antara Stasiun Parungpanjang dengan Stasiun Cicayur. Stasiun ini dikabarkan akan menjadi Stasiun KRL termegah yang ada di Tangerang, Banten dan akan menjadi kebanggaan warga Bumi Serpong Damai (BSD) City. Stasiun ini dibangun dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang berintegritas dengan pusat perbelanjaan dan fasilitas lainnya, serta didesain dengan sentuhan modern dan ramah lingkungan. Stasiun Jatake ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2025. Namun , ada rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) saat melewati Stasiun Jatake sempat berhenti sebentar seperti layaknya uji coba perhentian. Menurut laman dari CNBC Indonesia bahwa beredar video di beberapa media sosial seperti Instagram dan Facebook terkait uji coba Stasiun Jatake. Menurut keterangan dari video tersebut, uji coba ini dilakukan menggunakan KRL reguler dengan sistem ‘stop and go’. Dari keterangan video tersebut bahwa rangkaian KRL tersebut sempat memperlambat lajunya saat memasuki Stasiun Jatake. Kemudian berhenti sebentar, setelah itu mempercepat kembali lajunya menuju stasiun berikutnya. Sistem stop and go ini mengingatkan sama halnya saat pembangunan Stasiun BNI City (Sudirman Baru) ada pula KRL yang sempat memperlambat lajunya, kemudian berhenti sebentar lalu kembali mempercepat lajunya. Kemungkinan sistem ini audah diterapkan oleh PT KAI Komuter (KCI) secara bertahap. PT KAI Commuter (KCI) buka suara soal video yang beredar bahwa Stasiun Jatake yang berada di kawasan BSD City dan jalur KRL Tanah Abang-Rangkasbitung sedang dilakukan tahap uji coba. Manager Public Relations KAI Commuter Leza Arlan mengatakan saat ini pihaknya belum mendapat informasi uji coba Stasiun Jatake. Meski begitu, pihaknya akan mengupdate informasi tersebut jika ada pemberitahuan lebih lanjut.
Pengguna KRL Semakin Nyaman! Jalur Green Line Hadir dengan Stasiun Baru, “Stasiun Jatake”
Proyek Stasiun Jatake yang berada di Kawasan BSD City terus mencatatkan progres cukup baik, di mana fasilitas di dalam stasiun sudah hampir rampung. Pada akhir Juli 2025, progresnya sudah mencapai 92,78%. Target awal dari penyelesaian Stasiun Jatake direncanakan pada akhir Juli 2025. Namun untuk target operasional, pihaknya mengatakan akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI), KAI Commuter, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan, serta dinas perhubungan setempat. Stasiun Jatake dirancang sebagai stasiun modern dengan konsep ramah lingkungan. Fasilitas penunjang seperti lift, eskalator, dan jalur khusus difabel akan menjadi bagian penting dalam menunjang kenyaman penumpang. Selain itu. Stasiun ini akan dilengkapi area parkir terpadu dan akses langsung ke moda transportasi lanjutan seperti angkutan kota dan ojek online. Pembangunan Stasiun ini juga mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar. Banyak warga berharap kehadiran Stasiun Jatake bisa menjadi solusi atas kemacetan yang kerap terjadi di jalur utama Tangerang – Jakarta. Selain itu, stasiun ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di kawasan sekitarnya.

Dulu Megah Kini Kumuh, Biaya Renovasi Terminal Cilacap Rp40 Miliar

Terminal Bangga Mbangun Desa merupakan nama lain dari Terminal bus Cilacap. Terminal tipe A ini cukup megah dan mewah serta memberikan kenyamanan pada penumpang yang berangkat dan tiba di Terminal bus Cilacap ini. Namun ternyata pada kenyataanya saat ini kemegahan itu hanya terlihat dari luar dan di dalamnya cukup ironis. Bahkan sejumlah tempat di Terminal bus Cilacap ini sangat kumuh dan tak layak menjadi bagian dari sisi bangunan terminal bus yang memiliki konsep modern. Masalah terlihat kumuh ini merupakan aduan masyarakat ke bupati setempat melalui kanal Lapor Bup. Dilansir dari berbagai laman sumber, bupati diminta meninjau lokasi Terminal bus Cilacap terutama di sekitar bangunan mushola yang kumuh. Tak hanya itu, masyarakat juga mengadukan bangunan mushola dijadikan tempat para tunawisma untuk tinggal. Bukan hanya ke bupati, tetapi pihak admin Lapor Bup juga meneruskan aduan masyarakat tersebut kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Cilacap untuk ditindaklanjuti. Untuk diketahui, terminal ini direnovasi pada tahun 2014 dan selesai tahun 2016 dan mulai aktif beroperasi 5 Juli 2017 atau satu tahun setelahnya. Konsep renovasi terminal ini adalah eco green bulding yang dilengkapi berbagai fasilitas modern. Tujuan renovasi sendiri untuk meningkatkan pelayanan dan keselamatan penumpang. Biaya renovasi Terminal Cilacap cukup fantastis yakni sekitar Rp40 miliar menggunakan dana dari APBN. Terminal Bangga Mbangun Desa atau Terminal Cilacap ini berada di Jalan Gatot Subroto No. 268, Karang Lor, Cilacap. Terminal ini menjadi penghubung penting antara Cilacap dengan berbagai kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta, serta beberapa rute lain di dalam dan luar provinsi. Letaknya yang berada di kawasan Cilacap Tengah membuatnya mudah diakses oleh masyarakat lokal maupun pendatang. Terminal ini juga menjadi titik transit bagi pelancong dan pekerja yang bepergian menuju kawasan industri di sekitar Cilacap atau pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa Tengah. Sebagai informasi, Terminal Cilacap dulu yang terkenal semrawut dan becek ketika musim hujan. Berbeda dengan pelayanan terdahulu, hampir sekitar jam 20.00 WIB terminal telah terlihat sepi. Terminal Bangga Mbangun Desa Cilacap saat ini melayani penumpang 24 jam setiap hari.
65 Tahun Berdiri, ‘Terminal Kemayoran’ Menjadi Terminal Tertua di Indonesia

Qatar Airways Buat Kejutan, Hadirkan Airbus A321neo dalam konfigurasi Kelas Ekonomi 236 Kursi

Qatar Airways telah mengonfirmasi akan mengoperasikan pesawat Airbus A321neo dalam konfigurasi kelas ekonomi. Maskapai penerbangan nasional Qatar ini telah mengakuisisi tiga pesawat jenis ini yang dilengkapi kabin yang relatif padat dengan 236 kursi kelas ekonomi. Langkah ini mengejutkan kalangan industri, mengingat Qatar Airways secara tradisional dikenal fokus melayani segmen pasar premium. Dalam tanggapan tertulis, Qatar Airways mengonfirmasi bahwa keputusan untuk mengoperasikan sebagian kecil armada dengan kabin ekonomi disebabkan oleh permintaan kelas ekonomi yang kuat dan terus meningkat pada rute-rute tertentu. Beberapa media telah menunjukkan bahwa, mulai Oktober 2025 hingga Januari 2026, ketiga pesawat ini akan secara bertahap dilantik ke dalam armada dan dikerahkan ke rute yang menghubungkan Bandara Internasional Hamad (DOH) Doha ke Madinah (MED) di Arab Saudi, Multan (MUX), Sialkot (SKT) dan Peshawar (PEW) di Pakistan, Sharjah (SHJ) di Uni Emirat Arab, dan Tbilisi (TBS) di Georgia. Qatar Airways juga telah mengonfirmasi bahwa tiga pesawat A321neo pertama yang dilengkapi kabin kelas ekonomi ini bukan bagian dari pesanan 50 pesawat yang telah dibuat maskapai tersebut dengan Airbus. Maskapai Qatar pertama kali memesan 50 pesawat keluarga A320neo pada tahun 2011. Pesanan tersebut kemudian dikonfirmasi ulang pada tahun 2017, tetapi ditingkatkan ke tipe A321neo yang lebih besar. Hingga September 2025, Qatar Airways masih menunggu pengiriman 50 unit A321neo tersebut dari Airbus, yang dalam hal ini akan dilengkapi dengan kabin kelas bisnis. Pengiriman terkait pesanan luar biasa ini diperkirakan akan dimulai pada tahun 2026.
Makin Panas, Airbus Tuntut Qatar Airways Rp3,1 Triliun Gegara Batal Beli Dua Pesawat A350

Tragedi 11 September, Mengenang Momen Keberanian Penumpang Melawan Teroris di United Airlines Flight 93

11 September 2001 akan menjadi tanggal yang tidak akan dilupakan oleh warga Amerika Serikat dan pemerhati jagad dirgantara. Ya, 24 tahun yang lalu, total ada empat pesawat (dua milik maskapai United Airlines dan sisanya milik maskapai American Airlines) yang menjadi objek pembajakan 19 teroris al-Qaeda. Momen teror terkelam ini menewaskan 2.996 korban jiwa dan lebih dari 6.000 orang lainnya menderita luka-luka. Baca Juga: Pembajakan Pesawat Terlama, 39 Hari Kelam Penumpang El Al Flight 426 Tak lekang dari ingatan, bagaimana dahsyat dan masifnya aksi terorisme ini, dimana pesawat Boeing 767-223ER yang dioperasikan oleh American Airlines Flight 11 menabrak Menara Utara World Trade Center pada pukul 08.46 waktu setempat. Lalu pada pukul 09.03 waktu setempat, pesawat Boeing 767-222 yang dioperasikan oleh maskapai United Airlines Flight 175 menabrak Menara Selatan World Trade Center. Keseluruhan penumpang, awak kabin, dan teroris yang melakukan aksi sadis ini meninggal seketika. Tidak berhenti sampai di situ, masih ada dua pesawat lagi; Boeing 757-223 yang dioperasikan oleh maskapai American Airlines flight 77 menabrak ke Pentagon dan menewaskan 64 orang yang ada di dalam pesawat (termasuk awak pesawat, penumpang, dan teroris) serta 125 karyawan di Pentagon. Lalu yang terakhir, mungkin ini yang cukup menarik perhatian publik dunia, dimana pesawat berjenis Boeing 757-222 yang dioperasikan oleh United Airlines Flight 93 dikabarkan akan menabrak U.S. Capitol Building. Namun seperti yang dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, ‘keberanian’ penumpang yang ada di dalam kabin untuk memberikan informasi dan melakukan perlawanan kepada pembajak inilah yang pada akhirnya menjadi poin menarik untuk dibahas. Perlawanan penumpang ini berawal ketika pesawat tengah mengudara dan terdengar notifikasi dari dalam kabin yang menyebutkan bahwa adanya bom di dalam United Airlines Flight 93. Mendengar hal tersebut, para penumpang langsung berusaha untuk mengontak keluarga atau rekanan mereka yang ada di darat dan mencari tahu apa yang terjadi – tidak lagi perduli dengan aturan yang melarang penumpang mengaktifkan ponsel mereka ketika tengah mengudara. Dari info yang diperoleh oleh penumpang, mereka sadar bahwa mereka pun menjadi korban pembajakan oleh teroris – menyusul tiga insiden penabrakan sebelumnya. Para penumpang pun langsung berupaya untuk mengambil alih penerbangan tersebut dengan merangsek masuk ke ruang kokpit. Kendati mereka berhasil melumpuhkan teroris, namun tetap saja ajal tak bisa terhindarkan. Baca Juga: Minta Tebusan Rp20Juta dan Parasut, Inilah Kronologi Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia United Airlines Flight 93 jatuh di dekat Diamond T. Mine, sebuah tambang batu bara yang terletak di Stonycreek Township, Somerset County, Pennsylvania dan menewaskan keseluruhan 44 orang yang berada di dalam penerbangan nahas tersebut. Keberanian para penumpang di dalam penerbangan ini membuat U.S. Capitol Building atau yang lebih akrab disebut Gedung Parlemen ini tetap aman dari hantaman pesawat. Guna mengenang keberanian para penumpang United Airlines Flight 93, sebuah memorial park didirikan oleh pemerintah setempat setahun berselang pasca kejadian. Lokasinya pun berdekatan dengan koordinat United Airlines Flight 93 jatuh. Hingga saat ini, memorial park tersebut masih ramai didatangi oleh pengunjung guna mengenang kejadian Black September ini.  

Stasiun Tertua di Banten, Sebentar Lagi Akan Miliki Stasiun dengan Bangunan Paling Megah

Ramainya masyarakat gunakan stasiun ini seakan menjadi titik utama dari Provinsi Banten menuju kawasan Jabodetabek. Bagaimana tidak, stasiun ini memang menjadi satu-satunya lokasi transit paling strategis bagi warga sekitar maupun warga yang datang dari pulau seberang (Sumatera) yang gunakan kereta api sebagai salah satu transportasi murah dan praktis. Ya, Stasiun Rangkasbitung inilah menjadi stasiun dengan lokasi paling strategis di kawasan pusat keramaian dan pasar tradisional. Sedari awal Stasiun Rangkasbitung ini dibangun, masyarakat sangat bergantung dengan keberadaannya untuk menuju ke kawasan Jabodetabek. Mayoritas pedagang maupun petani di stasiun ini pun masih sangat kental dengan kehadiran mereka. Tak heran diketahui wilayah Banten masih sangat bergantung pada hasil panen yang mereka tanam sendiri.
Stasiun Rangkasbitung.
Mengingat dengan volume penumpang di Stasiun Rangkasbitung semakin banyak, sedangkan area stasiun yang minim akan ruang tunggu yang disediakan, maka dari itu stasiun ini akan dibuat lebih megah lagi untuk menampung penumpang yang menunggu kereta api. Stasiun yang berada di ketinggian +22 meter dibangun tahun 1890-an, saat ini memiliki 8 jalur kereta api dan semuanya tentu saja aktif. Selain 8 jalur, ada pula jalur simpan untuk rangkaian cadangan atau darurat. Stasiun Rangkasbitung sedang dibangun gedung baru yang berada di sebelah barat gedung lama. Gedung baru Stasiun Rangkasbitung yang sedang dibangun ini mempunyai dua lantai. Ada tangga penghubung juga yang dibangun dari gedung lama cagar budaya ke gedung baru ini. Pada bulan September ini pembangunan gedung baru masih terus berlanjut dan terus dikerjakan hingga target tahun depan pun tercapai. Bagian pinggir dari gedung baru tersebut masih diberi pita atau garis keamanan yang disebut juga safety line. Garis keamanan terus dipasang agar penumpang yang melintas tetap aman diluar jangkauan area pekerja. Terlihat juga pembangunan di sisi kanan dan kiri rel kereta api. Tempat penumpang menunggu kereta api juga masih dalam pembangunan. Meskipun pembangunan gedung baru masih berlanjut, tetapi penumpang selalu ramai memadati stasiun ini. Tak hanya adanya garis pembatas yang dipasang agar kenyamanan penumpang terjaga, namun petugas keamanan di stasiun pun terus memandu jalannya penumpang serta arahan yang membuat penumpang makin aman. Petugas keamanan terlihat dan tersebar di bagian vital stasiun seperti ruang tunggu, area boarding serta penyeberangan rel kereta. Namun meski begitu, CCTV tetap memantau di setiap sudut stasiun untuk memudahkan para petugas melihat dari monitor di ruang penjaga keamanan. Banyaknya penumpang di stasiun ini adalah penumpang kereta api yang membawa berbagai barang bawaan mereka. Maka dari itu dari pihak PT KAI Commuter menghimbau untuk selalu menjaga dan memperhatikan barang bawaannya, jangan sampai tertukar, berpindah tangan, dipindahkan, apalagi terbawa oleh penumpang lain.
Stasiun Angke, Sempat Miliki Kanopi Hingga Gerbang Awal Menuju Kawasan Batavia

Punya Parkir Khusus Bus Pariwisata, Terminal Giwangan Jadi yang Terbesar di Yogyakarta

Baru-baru ini, Terminal Giwangan akan dipoles menjadi tempat parkir khusus. Parkiran tersebut untuk digunakan bagi para pengusaha bus pariwisata memarkirkan ndaraan mereka. Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya juga akan menyiapkan kendaraan atau shuttle bus bagi penumpang bus pariwisata. “Nanti sebagian bus-bus sesuai kemampuan akan kami masukkan di Terminal Giwangan. Nanti yang ke Malioboro, Titik Nol dan kota itu pakai bus shuttle,” kata Hasto yang dikutip dari berbagai laman sumber. Adapun penataan area parkir tersebut di Terminal Giwangan, adalah bagian dari upaya menghidupkan Jogja di sisi selatan. “Jadi, niat untuk menghidupan selatan ini kami wujudkan dengan tindakan nyata meskipun anggaran tidak besar,” ujarnya. Hasto menilai bahwa sisi selatan Yogyakarta sendiri memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Adapun potensi pariwisata yang berada di sisi selatan yakni Kawasan Cagar Budaya Kotagede dengan kerajinan perkan dan Taman Budaya Embung Giwangan. Kepala Bidang Penataan Bangunan Dinas Pekerjaan Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Yogyakarta, Fakhrul Nur Cahyanto menyebut total area parkir dan kios yang akan dikerjakan sekitar 3.500 meter persegi. “Pekerjaan meliputi perbaikan saluran drainase, perbaikan kios, dan perbaikan jalan atau paving yang rencananya akan jadi TKP giwangan,” katanya. Penyempurnaan parkir Terminal Giwangan tersebut menggunakan APBD Kota Yogyakarta 2025 dengan pagu sekitar Rp 2,8 miliar. Termonal Giwangan sendiri letaknya berada di Jalan Imogiri Timur Km 6, Kelurahan Giwangan, Umbulharjo. Berada diantara Yogyakarta dan Bantul, Terminal Giwangan hadir untuk menggantikan Terminal Umbulharjo. Terminal Giwangan merupakan terminal tipe A terbesar di Indonesia yang merupakan tempat singgah bus dari seluruh kota besar di Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Terminal ini diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2004. Adapun rata-rata jumlah penumpang yang dilayani sarana itu berkisar 20 ribu per hari sedangkan jumlah bus yang melaluinya, berdatangan maupun bertujuan ke provinsi lain, mencapai 850 buah. Untuk diketahui, selain Terminal Giwangan, adalagi Terminal Jombor dan Condongcatur.
Trans Jogja, Bus Rapid Transit Tanpa Separator Asli Kota Gudeg

Mau ke Bali dengan Biaya Terjangkau? Ada Tiga Pilihan Perjalanan Naik Kereta Murah, Segini Tarifnya

Perjalanan menuju Bali tak melulu gunakan jalur penerbangan dengan tarif yang lumayan menguras uang. Memang benar, menggunakan pesawat terbang dari kota di Pulau Jawa menuju Pulau Bali selain hemat waktu, jadwal perjalanan pun banyak pilihannya dan tak perlu transit. Namun bagaimana jika menggunakan kereta api dati Jakarta atau dari kota lainnya menuju Bali dengan harga yang sangat murah? Tentu tak mustahil. Berbagai alternatif kereta api menuju destinasi penyeberangan menuju Bali sudah banyak yang dirasakan oleh masyarakat. Apalagi yang hobinya ber-travelling dengan budget yang rendah sekalipun. Walaupun harga murah, tentunya perjalanan sangat lama dan membutuhkan waktu transit yang terkadang mengharuskan menginap dahulu di kota yang disinggahi untuk menginap. Nah, kali ini kabarpenumpang akan memberikan alternatif kereta api bagi kalian yang ingin berwisata hingga Pulau Dewata tersebut.
Suasana Stasiun Ketapang dan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi tampak dari atas. (Foto: Dok. seblang.com)
Jakarta – Ketapang via Bandung dan Malang Bagi kalian yang berdomisili di Jabodetabek ingin mencoba sensasi perjalanan hingga 2 hari sampai menuju Pulau Bali, alternatif pertama ini bisa dilakukan. Kalian bisa gunakan Kereta Api (KA) Walahar dari Stasiun Cikarang dengan tujuan Stasiun Purwakarta dengan harga tiket Rp4.000. Saat tiba di Stasiun Purwakarta, kalian bisa lanjutkan perjalanan dengan KA Commuter Line Garut sampai dengan Stasiun Kiaracondong dengan harga tiket Rp8.000. Sesampainya di Stasiun Kiaracondong waktu tunggu yang dibutuhkan cukup lama hampir sekitar 3 jam. Kalian bisa memanfaatkan waktu dengan mencari kuliner terlebih dahulu untuk menghindari kebosanan. Dari Stasiun Kiaracondong kalian bisa gunakan KA Kahuripan hingga tujuan akhir Stasiun Blitar. Menggunakan kereta dengan tarif Rp84.000 ini menempuh perjalanan hingga 13 jam sampai Blitar. Setelah tiba di Stasiun Blitar, kalian bisa melanjutkan menggunakan KA Commuter Line Dhoho dengan tujuan Malang dengan harga tiket Rp10.000. Setiba di Stasiun Malang kalian bisa beristirahat atau sekadar menginap satu malam untuk melepas lelah, atau bisa juga meneruskan perjalanan menggunakan kereta api berikutnya. Karena waktu tunggu di Malang, masih bisa dapat KA berikutnya hingga ke tujuan akhir di kawasan Banyuwangi. Kalian bisa gunakan KA Tawang Alun dari Stasiun Malang hingga tujuan akhir Stasiun Ketapang. Tarif yang dikeluarkan menggunakan KA Tawang Alun ini adalah Rp62.000. Perjalanan dengan KA Tawang Alun ini memakan waktu hingga lebih dari 6 jam. Saat tiba di Ketapang, kalian bisa memilih antara ingin beristirahat dulu atau bisa lanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang dan berakhir di Pulau Bali. • Jakarta – Ketapang via Bandung dan Surabaya Gubeng Untuk alternatif berikutnya, kalian bisa gunakan kereta api dengan harga tiket yang masih relatif murah tetap transit di Kota Bandung (Stasiun Kiaracondong) terlebih dahulu dengan kereta yang sama seperti yang dijelaskan pada alternatif pertama. Saat tiba di Stasiun Kiaracondong, kalian bisa tetap gunakan KA Kahuripan namun bisa turun di Stasiun Lempuyangan. Nah, pilihan inilah yang bisa kalian lakukan jika tidak ingin melewati Kota Malang. Kalian bisa gunakan KA Sri Tanjung dari Stasiun Lempuyangan sampai dengan tujuan akhir di Stasiun Ketapang. Tarif yang dikenakan naik KA Sritanjung ini adalah Rp94.000
“Banyuwangi Baru,” Stasiun di Paling Ujung Timur Pulau Jawa
• Jakarta – Ketapang via Cirebon dan Surabaya Pasarturi Alternatif lainnya kalian tentu bisa menempuh perjalanan ke Pulau Bali naik kereta api melalui jalur utara. Ada kereta api dengan tarif murah dari Stasiun Pasar Senen langsung menuju Stasiun Surabaya Pasarturi hanya dengan tarif Rp104.000 saja, yaitu KA Airlangga. Ya, tentunya mendapatkan tiket KA ini tak cukup mudah. Selain harganya yang murah meriah, pemesanan pun harus dari jauh-jauh hari sebelum berangkat, minimal 2 minggu sebelum keberangkatan. Setiba di Stasiun Surabaya Pasar Turi, kalian mau tidak mau harus mencari tempat singgah atau penginapan di Surabaya, mengingat KA Airlangga tiba di Surabaya pukul 10 malam. Untuk melanjutkan hingga Stasiun Ketapang harus gunakan kereta api berikut pada esok harinya. Kalian pun tak perlu khawatir, di area stasiun di Kota Surabaya cukup banyak penginapan yang dikhususkan untuk transit saja dengan harga yang relatif murah namun dengan tempat seadanya. Saat melakukan perjalanan berikutnya, kalian bisa gunakan kereta lainnya yang langsung menuju ke Stasiun Ketapang, yaitu KA Probowangi. Dengan tarif Rp56.000 saja, kalian bisa gunakan KA tersebut naik dari Stasiun Surabaya Gubeng. Perjalanan dengan KA Probowangi menempuh waktu selama 6 jam 50 menit. Bagaimana, kira-kira kalian lebih praktis yang mana, nih? Jangan lupa selalu pastikan cek kembali jadwal perjalanan kalian mulai dari tanggal, jam keberangkatan dan duduk sesuai nomer yang tertera di tiket (kecuali lokal/commuter line). Pemesanan tiket juga bisa melalui aplikasi Access by KAI atau laman kai.id. Selamat mencoba!

Bye bye Kursi Tegak! Mulai 28 September 2025 KA Matarmaja Ganti Rangkaian Jadi Ekonomi New Generation

Sepertinya ‘hilang’ sudah keberadaan rangkaian dengan interior kursi tegak untuk Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) dengan tarif yang relatif mahal ini. Ya, setelah kabarpenumpang mendapat kabar dari rekan pecinta kereta api melalui pesan singkat bahwa adanya penggantian rangkaian, ternyata benar adanya. Ternyata rangkaian untuk Kereta Api (KA) Matarmaja bakal mengganti rangkaiannya dari ekonomi biasa dengan kapasitas 106 tempat duduk (formasi 2+3) menjadi 72 tempat duduk (formasi 2+2). Rangkaian ini menggunakan ekonomi New Generation hasil modifikasi Balai Yasa Manggarai. Tentunya ini menjadi KA terakhir setelah sebelumnya rangkaian KA Pasundan yang sudah mengganti rangkaian menjadi New Generation. Melihat dari aplikasi tiket Access by KAI di ponsel, untuk denah kursi KA Matarmaja sudah berubah dimulai pada tanggal 28 September 2025, dimana tanggal tersebut juga merupakan Hari Ulang Tahun (HUT) PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) yang ke-80. Perjalanan KA Matarmaja yang sudah diubah rangkaiannya menjadi New Generation adalah keberangkatan dari Stasiun Pasar Senen dan juga dari Stasiun Malang. Rangkaian KA Matarmaja yang masih gunakan ekonomi biasa saat ini dikenakan tarif terjauh adalah Rp290.000 sampai tanggal 27 September 2025. Keesokan harinya, maka akan menggunakan Ekonomi New Generation yang dikenakan tarif mulai harga Rp350.000 – Rp375.000 untuk perjalanan terjauh.
Interior Kereta Kelas Ekonomi New Generation kapasitas 72 kursi. (Foto: Dok. KAI)
Seiring dengan perkembangan bahwa PT KAI akan memberlakukan rangkaian kereta api khususnya kelas ekonomi dengan kenyamanan saat diperjalanan, rasanya sudah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak perlu lagi adanya keluhan termasuk kursi tegak dengan harga yang masih relatif mahal. Kini harga sepadan dengan fasilitas tentu saja membuat penumpang akan merasa nyaman meskipun menempuh perjalanan hingga belasan jam. Untuk rangkaian lama KA Matarmaja biasanya akan dipergunakan untuk rangkaian tambahan kereta api lainnya, salah satu contohnya adalah sebagai rangkaian lokal yang ada di Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya atau rangkaian KAJJ yang masih menggunakan tarif subsidi dengan interior yang masih berkapasitas 106 tempat duduk. Diketahui KA Matarmaja pertama kali beroperasi pada 28 September 1983. Kereta ini dulunya bernama Kereta Api Senja Maja, dengan rute layanan Madiun – Jakarta, pulang pergi. Rangkaian kereta perdana ini terdiri dari rangkaian Ekonomi, dengan tambahan satu kereta Bisnis. Pada 1983, PT KAI memperpanjang rute KA Matarmaja hingga BIiltar, lalu Malang. Perpanjangan rute ini merupakan suatu respon terhadap permintaan penumpang. Selain itu, sepanjang sejarahnya, KA Matarmaja juga kerap mengalami perubahan jalur. Berawal dari melewati rute Selatan melalui kota Purwokerto dan Yogyakarta, KA Matarmaja kemudian beralih melewati jalur utara, yaitu melalui Pekalongan hingga Semarang, untuk kemudian berbelok ke jalur cabang arah Solo dan Malang. Perubahan rute ini bertujuan untuk mengisi kekosongan pada layanan rute Semarang – Solo.
KA Ekonomi Matarmaja, Kondang Berkat Jadi Latar Film “5 Cm”