Bandara Changi Luncurkan Program Ramah Disabilitas ‘Tersembunyi’

Bandara Internasional Changi baru-baru ini meluncurkan program ramah disabilitas invisible atau disabilitas ‘tersembunyi’ atau tak terlihat. Lewat program ini, penyandang disabilitas tersembunyi akan diidentifikasi melalui sebuah mekanisme khusus, didatangi, dan dituntun sampai ke pesawat.

Baca juga: Lewat Air Hub Blueprint, Industri Dirgantara Singapura Bakal Bebas Emisi Mulai 2030

Dilansir Airport Technology, Bandara Changi sudah lama menjadi bandara hub internasional, khususnya di wilayah Asean. Bandara yang terletak di Singapura itu juga masuk ke dalam jajaran bandara elite dan bandara tersibuk di dunia dengan 68 juta penumpang sepanjang tahun 2019.

Tak puas, belum lama ini Pengelola Bandara Changi dan sejumlah stakeholder Singapura serta lembaga dan perusahaan internasional bertekad meluncurkan Air Hub Blueprint, sebuah roadmap industri dirgantara Singapura yang bebas emisi mulai 2030 sampai 2050 mendatang.

Selain memandang jauh ke depan, Pengelola Bandara Changi atau Changi Airport Group (CAG) juga tak melupakan hal lain untuk menjadikannya lebih iklusif dan ramah bagi semua pihak dalam waktu dekat; termasuk bagi para penyandang disabilitas, khususnya penyandang disabilitas tersembunyi, melalui inisiatif ‘Care @ Changi’.

Inisiatif atau program ‘Care @ Changi’ terdiri dari berbagai alat dan metode bantuan untuk para penyandang disabilitas tersembunyi, seperti lanyard unik atau tanda pengenal unik agar petugas khusus untuk menangani rekan disabilitas tersembunyi bernama Changi Care Ambassadors bisa menyadari kehadiran mereka.

VP Passenger experience, ground operations and customer service Bandara Changi, Damon Wong, mengungkapkan pihaknya melakukan mengumpulkan berbagai informasi dari orang tua dan pengasuh terkait apa saja yang dibutuhkan oleh para penyandang disabilitas tersembunyi.

Selain itu, lanjut Wong, pihaknya juga melibatkan para ahli dari sekolah dan organisasi berkebutuhan khusus untuk lebih memahami kebutuhan dan tantangan mereka (penyandang disabilitas tersembunyi), seperti gangguan spektrum autisme, sindrom Down, dan demensia.

Bandara Changi juga mengembangkan alat khusus bernama Changi Airport Social Story. Alat yang dikembangkan bersama dengan organisasi penyandang disabilitas ternama di Singapura, Rainbow Centre Training and Consultancy, itu terdiri dar gambar dan deskripsi singkat untuk memberikan pengetahuan proses penerbangan mulai dari datang sampai naik pesawat, tiba di bandara tujuan, dan keluar dari bandara.

Kendati sudah dibekali pengetahuan seluruh rangkaian penerbangan, para penyandang disabilitas tersembunyi tetap akan didampingi oleh 300 Changi Care Ambassadors yang dikerahkan sesampainya di bandara.

Andai lanyard unik yang sudah dibagikan tidak terlihat petugas, mereka tetap dibekali dengan pendekatan Observe, Wait, and Listen (OWL) untuk mengetahui apakah penumpang tertentu tergolong dalam penyandang disabilitas tersembunyi atau tidak.

Baca juga: Bandara Kualanamu Bakal Saingi Bandara Changi dan Kuala Lumpur, Begini Caranya

Meski sudah tergolong selangkah lebih maju dibanding bandara lain di dunia dalam melayani penyandang disabilitas tersembunyi, namun, Bandara Changi tidak berpuas diri.

Ke depan mereka bertekad menambah jumlah Changi Care Ambassadors, menjangkau lebih banyak sekolah dan organisasi penyandang disabilitas, ketersediaan lanyard khusus di bandara, ruang sensorik, dan lainnya.

Sambut G20, Rangkaian Kereta Api Ini Sampai Ikutan ‘Ganti Baju’

Ada yang berbeda dari rangkaian Kereta Api Argo Bromo Anggrek rute Surabaya – Jakarta Gambir hari ini, Kamis (17/2). Sekilas terlihat memang biasa saja, menggunakan lokomotif CC 206 dengan rangkaian eksekutif berdinding stenlees steel. Namun bila dilihat seksama, biasanya rangkaian ini menggunakan livery eksekutif yaitu garis bergelombang. Tapi rangkaian tersebut menggunakan livery layaknya KRL batik yang berada di jalur Solo – Yogya.

Baca juga: Mobil Listrik GATe Rancangan UGM akan Digunakan di Bandara dan Event G20 Bali

Ya, rangkaian Kereta Api Argo Bromo Anggrek ini menggunakan livery khusus menyambut G20 Indonesia. Seperti diketahui bahwa Tahun 2022, Indonesia secara resmi memegang Presidensi Group of Twenty (G20) selama setahun penuh.

Artinya, Indonesia akan menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan perhelatan yang dimulai dari 1 Desember 2021 hingga KTT G20 di November 2022. Serah terima presidensi dari Italia, selaku Presidensi G20 2021 kepada Indonesia, sudah dilakukan secara langsung pada 31 Oktober 2021 di Roma, Italia.

KA Argo Bromo Anggrek merupakan rangkaian pertama yang menggunakan livery G20 Indonesia. Walaupun belum sepenuhnya rangkaian tersebut diganti livery, setidaknya sudah terlihat nantinya beberapa rangkaian lain akan diganti selama G20 Indonesia berlangsung.

Tak banyak yang menyanjung karena ini mendapatkan momen tersebut untuk diabadikan dengan kanera, tak banyak pula yang kecewa akan livery tersebut. Penggemar kereta api sempat kurang setuju dengan livery tersebut karena kurang cocok dengan penempatan pada kereta stenlees steel dan kurang simetris. Rangkaian yang baru terpasang di KA Argo Bromo Anggrek livery G20 Indonesia bernomor K1 0 18 01 JAKK dan K1 0 18 07 JAKK.

Namun begitu livery G20 Indonesia akan terus dipasang ke beberapa rangkaian terutama pada kelas eksekutif dan ekonomi premium jarak jauh. Livery dengan motif seperti batik merah dengan warna dasar putih dan berlogo KAI dibagian ujung livery, membuat rangkaian terlihat lebih cerah dan unik. Tak lupa pada rangkaian tersebut tertulis dengan mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Dikutip dari situs Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Baca juga: Puji UMKM di Indonesia, Ratu Maxima Sebut GoJek dalam KTT G20 Roma

Semakin terintegrasinya perekonomian global, keberhasilan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi di suatu negara tidak akan dapat bertahan lama apabila tidak diikuti oleh keberhasilan yang sama di negara-negara lain. (PRAS – Cinta Kereta Api)

AirAsia Bakal Operasikan 100 Taksi Udara eVTOL, Jadi Armada Ride Hailing

Usai holdingnya berganti nama menjadi Capital A demi masa depan perusahaan yang lebih cerah dengan semangat dan nama baru, AirAsia terus tancap gas dari segi inovasi dan pengembangan bisnis. Terbaru, maskapai asal Malaysia ini dikabarkan siap mengoperasikan 100 taksi udara atau taksi terbang electric vertical take-off and landing (eVTOL).

Baca juga: Setelah Ride Hailing, AirAsia Berencana Hadirkan Layanan Taksi Udara

Kepastian itu didapat setelah AirAsia menekan kontrak kerjasama dengan Avolon, leasing pesawat atau lessor terbesar ketiga di dunia, untuk sewa 100 taksi udara eVTOL VX4 Vertical Aerospace. AirAsia bertekad menjadikan 100 armada tersebut sebagai taksi udara ride hailing terkemuka di Asia Tenggara.

“Inovasi selalu menjadi DNA kami dan menggunakan teknologi untuk melihat cara yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam melakukan sesuatu adalah fokus utama di Capital A (sebelumnya AirAsia Group). Saya sangat senang dengan kemitraan antara Avolon dan AirAsia ini dan potensi perjalanan udara jarak dekat tanpa emisi di Asia Tenggara,” kata CEO Capital A, Tony Fernandes.

“Di VX4, kami telah mengidentifikasi apa yang kami yakini akan menjadi pesawat eVTOL pilihan dan kami sangat senang menjadi maskapai peluncuran untuk pesawat di Asia Tenggara,” lanjutnya.

Tak hanya menyiapkan 100 taksi udara eVTOL VX4 Vertical Aerospace, untuk melayani mobilitas udara perkotaan (UAM) di Asia Tenggara beberapa tahun ke depan, Avolon juga akan mendukung AirAsia dari segi platform ride sharing beserta ekosistemnya. Ini disebut sebagai generasi Uber Terbang.

“Kami senang dapat bermitra dengan AirAsia yang memiliki visi yang sama dengan kami untuk merevolusi masa depan perjalanan udara. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Tony, dan tim AirAsia, dalam perjalanan eVTOL mereka,” jelas CEO Avolon, Dómhnal Slattery.

“Bersama-sama kami akan mengembangkan platform berbagi perjalanan dan membawa pesawat VX4 nol-emisi ke dalam layanan, memposisikan AirAsia sebagai operator pilihan untuk perjalanan udara berkelanjutan di kawasan ini,” tambahnya, seperti dikutip dari Simple Flying.

Produsen dirgantara global saat ini sedang berlomba-lomba mengembangkan taksi udara atau taksi terbang electric vertical take-off and landing (eVTOL). Embraer mengembangkan taksi udara eVTOL EVE. Airbus pun demikian, juga mengembangkan taksi udara listrik eVTOL sendiri. Lain cerita dengan Boeing yang memilih berinvestasi ke start-up Wisk Aero untuk mengembangkan taksi udara eVTOL.

Baca juga: AirAsia Group Bakal Ganti Nama Jadi Capital A, Begini Alasannya

Di luar nama-nama besar itu, start-up teknologi satu per satu bermunculan dalam mengembangkan taksi terbang eVTOL. Sebut saja Joby Aviation yang didukung Toyota, Wisk Aero yang didukung Boeing, Volocopter yang didukung Daimler, Archer, Skai, Bell Textron, dan masih banyak lainnya, termasuk Vertical Aerospace.

Taksi udara eVTOL VX4 Vertical Aerospace diketahui berkapasitas empat penumpang, dengan 321 km per jam, dan jangkauan 160 km.

Gantikan Boeing 747-400F, Singapore Airlines Finalisasi Pengadaan Tujuh Pesawat Kargo Airbus A350F

Meski ikut terpuruk akibat pandemi Covid-19, Singapore Airlines terbilang berbeda dengan maskapai di Asia pada umumnya. Dengan reputasi yang baik dan sokongan modal besar, justru Singapore Airlines (SIA) kian mantab menggenjot pasar non penumpang yang mengalami kenaikan selama pandemi. Hal tersebut dibuktikan dengan penyelesaian kontrak antara SIA dan Airbus untuk pembelian tujuh unit pesawat kargo A350F.

Baca juga: Singapore Airlines dengan Boeing 787 Kembali Layani Penerbangan ke Bali 

Masih dalam rangkaian Singapore AirShow 2022, pesanan tersebut dikatakan bakal memperkuat komitmen SIA terhadap pesawat kargo generasi terbaru, yang keberadaanya baru dirilis Airbus pada Desember 2021. Nantinya Airbus A350F akan menggantikan armada Boeing 747-400F mulai kuartal keempat tahun 2025.

“Singapore Airlines adalah operator A350 terbesar di dunia dan sekarang akan menjadi yang pertama menerbangkan varian kargo baru,” ujar Christian Scherer, Chief Commercial Officer Airbus. Keunggulan A350F dibandingkan 747-400F adalah konsumsi bahan bakarnya yang 40 persen lebih hemat, selain itu emisi A350F juga lebih baik karena penggunaan teknologi yang lebih modern.

Lebih dari itu, kapasitas angkut muatan (payload) antara A350F dan Boeing 747-400F adalah sama, namun dengan jangkauan terbang yang lebih jauh. A350F pesanan Singapore Airlines akan ditenagai oleh mesin berteknologi terbaru Rolls-Royce Trent XWB-97 yang hemat bahan bakar.

Airbus A350F dibangun berdasarkan keluarga penumpang jarak jauh A350-1000. Dengan kemampuan muatan 109 ton, A350F akan melayani semua pasar kargo. Pesawat ini memiliki pintu kargo dek utama yang besar, dengan panjang dan kapasitas badan pesawat yang dioptimalkan di sekitar palet dan kontainer standar industri.

Airbus mengklaim lebih dari 70 persen badan pesawat akan dibuat dari advanced materials, yang menghasilkan bobot lepas landas yang lebih ringan 30 ton dan menghasilkan konsumsi bahan bakar dan emisi setidaknya 20 persen lebih rendah dibandingkan pesaing terdekatnya saat ini. A350F akan sepenuhnya memenuhi standar emisi CO₂ yang ditingkatkan dari ICAO yang mulai berlaku pada tahun 2027.

Baca juga: Airbus Batalkan Kontrak Rp85 Triliun, Qatar Airways Ngamuk-Bocorkan Video Buruknya Kualitas Cat Pesawat A350

Sebagai catatan, posisi Singapore Airlines kini menjadi operator A350 terbesar di dunia, dengan 58 unit (varian penumpang) yang saat ini beroperasi.

Cilejit – Parungpanjang, Satu–satunya Jalur Ekstrem yang Dilewati KRL

Kejadian yang menimpa KRL pada Rabu lalu mengakibatkan anjloknya roda saat melintasi kawasan Cilejit. Anjlok yang terjadi pada pukul 10.22 WIB tersebut membuat perjalanan KRL lainnya terganggu karena beberapa perjalanan KRL melewati jalur kiri. Kecepatan yang ditempuh melewati jalur tersebut 30 – 40 kilometer per jam mulai dari KM 47 sampai KM 50. Tak heran banyak kereta yang melewati jalur tersebut kecepatan harus dibatasi.

Baca juga: Ini Efek KRL Anjlok yang Terjadi di Petak Parungpanjang – Cilejit

Namun, kalian tau tidak bahwa jalur tersebut memang terkenal dengan jalur ekstremnya. Ini karena adanya tikungan besar dan ganda di area tersebut. Berdekatan dengan jembatan Kali Cimatuk dan perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dengan Banten ini jalur yang terkenwl sebagai jalur kulon memiliki tikungan 90 derajat. Jika dilihat dan sambangi, patahan tikungan memang terlihat dari kejauhan saat naik KRL. Tak hanya itu, masinis setiap melewati tikungan tersebut selalu memperlambat laju keretanya dan beberapa kali menoleh ke belakang rangkaian KRL hingga melihat tanda akhir kereta (Semboyan 21).

Untuk jalur yang terbilang ekstrem ini memiliki jalur ganda. Untuk jalur dari Serpong ke Rangkasbitung yang merupakan jalur pertama saat single track, kereta api yang melintas harus memperlambat lajunya antara 20 – 30 kilometer per jam, sedangkan jalur sebelahnya dari Rangkasbitung menuju Serpong hingga Tanah Abang merupakan jalur baru yang melewati jembatan beton bisa ditempuh kecepatan hingga maksimal 40 kilometer per jam. Namun begitu banyak kereta api yang melintasi area ini berkecepatan 30 hingga 40 kilometer per jam.

Baca juga: Ini Penyebab KRL Berjalan Perlahan di Petak Cilebut – Bojonggede

Selain KRL, kereta api yang melewati area tikungan besar ini adalah kereta api angkutan batu bara dari Cigading tujuan Nambo. Jadi lokomotif pun melewati tikungan besar ini. Sejak jaman kereta lokal dari Jakarta ke Rangkasbitung hingga Merak masih beroperasi, perjalanan melewati jalur ini cukup ramai meski KRL setelah itu melintas hingga Stasiun Rangkasbitung. Jalur kereta api yang menikung cukup tajam di area ini tetap memberlakukan kecepatan maksimal tak lebih dari 40 kilometer per jam. Dan masinis yang menjalankannya selalu tetap berhati – hati agar kejadian serupa tidak terulang kembali. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Menunggu Persetujuan Operasional, Kereta Api Tujuan Garut Baru Bisa Beroperasi

Informasi mengenai peresmian Stasiun Garut dan perjalanan dari dan ke Garut ternyata belum dioperasikan. Pasalnya pihak dari KAI masih menunggu izin operasional dari Kementerian Perhubungan. Sebelumnya beredar kabar bahwa operasional Stasiun Garut akan dilakukan saat Hari Jadi Garut pada 16 Februari 2022 lalu. Kemungkinan bakal diundur kembali sampai dengan waktu yang ditentukan.

Baca juga: Uji Coba Kereta Api Lintas Cibatu – Garut, Diharapkan Beroperasi Saat Hari Jadi Kota Garut

Diketahui bahwa jalur Cibatu – Garut ini terakhir digunakan pada tahun 1983 lalu. Jalur ini sempat aktif dengan mengangkut penumpang dan hasil bumi pada jamannya hingga Stasiun Cikajang yang merupakan stasiun tertinggi di Indonesia. Kemudian jalur ini tidak dioperasikan dengan waktu yang cukup lama. Saat ini jalur sepanjang 19 km kembali dioperasikan dan direaktivasi dengan rute terbilang masyarakatnya yang ramai menuju Kota Garut.

Sebenarnya saat ini prospek jalur Cibatu – Garut semua sudah siap untuk dioperasikan termasuk SDM didalamnya. Sarana dan prasarana penunjang pada jalur KA maupun stasiun nantinya sudah dinikmati calon penumpang kereta api yang akan menggunakannya. Dalam hal operasional kereta api, KAI sangat memperhatikan unsur keselamatan. Oleh sebab itu, KAI akan menjalankan jalur Cibatu – Garut setelah mendapatkan izin operasional dari Kementerian Perhubungan.

Rangkaian uji coba masih terus dilakukan hingga hari ini, Kamis (17/2). Rute yang dilalui untuk uji coba menggunakan rangkaian kelas ekonomi sebanyak 7 unit kereta. Keberangkatan KA uji coba hari pada pukul 09.00 WIB dan tiba di Stasiun Cibatu pukul 10.20 WIB. Kemudian rangkaian kembali melanjutkan perjalanan hingga ke Stasiun Garut. Rencana uji coba dilakukan hingga pukul 3 sore yang selanjutnya rangkaian ke Stasiun Bandung.

Baca juga: Wow! Rangkaian KA Kamojang, Jurusan Pasar Senen – Garut Sudah Menghitung Hari 

Dalam waktu dekat, Jalur Cibatu – Garut akan memberikan konektivitas bagi masyarakat Garut untuk menuju Bandung atau Jakarta dan sebaliknya. Hadirnya transportasi KA di Garut akan memberikan layanan yang nyaman dan tepat waktu bagi masyarakat. Dan juga diharapkan semakin memaksimalkan potensi wisata di wilayah Garut. Sehingga perekonomian masyarakat Garut akan kembali pulih dan terus meningkat. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Gandeng Joby Aviation, ANA Siap Hadirkan Taksi Terbang di Jepang Tahun 2025

Maskapai All Nippon Airways (ANA) menggandeng start-up teknologi asal Amerika Serikat (AS), Joby Aviation, untuk menghadirkan taksi terbang ke Jepang. Bila badai tak menghadang, taksi terbang atau taksi udara bisa mengular di Jepang pada tahun 2025 mendatang, bertepatan dengan event akbar World Exposition di Osaka.

Baca juga: Drone Kargo K-Racer X1 Kawasaki Terbesar di Dunia Bermesin Ninja H2R 1.000 Cc Sukses Diuji Coba

ANA, dalam hal ini, tidak berinvestasi untuk pengembangan taksi udara Joby Aviation, layaknya Toyota dan Intel, tetapi bekerjasama dalam menghadirkan taksi terbang di Jepang, mulai dari operasi penerbangan, manajemen lalu lintas, pengembangan infrastruktur, pelatihan pilot taksi terbang.

Dilansir mainichi.jp, Joby Aviation rencananya mulai meluncurkan taksi udara pada tahun 2024. Taksi udara atau taksi terbang electric vertical take-off and landing (eVTOL) Joby Aviation memiliki kapasitas lima kursi dengan jangkauan maksimum 241 km dan kecepatan maksimum mencapai 321 km per jam.

“Mampu menyediakan (pelanggan kami) pilihan untuk bepergian dengan cepat – dan berkelanjutan – dari bandara internasional ke lokasi pusat kota (dengan) sangat menarik,” kata Wakil Presiden Eksekutif ANA Holdings, Koji Shibata, dalam keterangan persnya.

Langkah ANA menggandeng Joby Aviation tak lepas dari pengaruh Toyota selaku investor start-up tersebut. Pada tahun 2020, Toyota menggelontorkan uang sebesar US$394 juta atau Rp5,3 triliun ke Joby Aviation mengembangkan taksi udara sekalihus transfer teknologi dan bersama-sama memproduksi taksi udara listrik atau taksi udara eVTOL secara massal.

Baca juga: Investasi di Taksi Terbang Joby Aviation, Toyota Gelontorkan Rp5,3 Triliun

ANA bukanlah maskapai pertama di Jepang yang serius menghadirkan taksi udara listrik di Jepang. Sebelumnya, maskapai nasional Jepang, Japan Airlines, sudah lebih dahulu melakukan hal itu (serius menghadirkan taksi udara) dengan menggandeng produsen pesawat asal AS, Bell Textron, dan didukung oleh dana besar Sumitomo Corporation.

Kolaborasi Japan Airlines, Bell Textron, dan Sumitomo Corporation menargetkan tidak hanya menghadirkan layanan mobilitas udara (UAM) di Jepang saja, melainkan juga di negara-negara lainnya di Asia.

Keputusan ANA menghadirkan taksi udara di Jepang dengan menggandeng Joby Aviation tak lepas dari dukungan pemerintah Jepang. Belum lama ini, pemerintah mendorong agar tersedianya layanan taksi terbang secara massif pada tahun 2023 hingga 2025 mendatang.

Tujuan utamanya, selain untuk memudahkan masyarakat bepergian dengan cepat, juga untuk mempercepat pengiriman barang di daerah perkotaan dan pergunungan.

Dalam pernyataannya, pemerintah juga berniat mengantisipasi adanya bencana dengan transportasi baru, seperti taksi terbang, drone kargo, dan lain sebagainya.

Baca juga: Tak Seperti Garuda Indonesia, Japan Airlines Mulai Realisasikan Drone Kargo di Perkotaan

Di Jepang sendiri, perlombaan menghadirkan taksi udara cukup ketat. Salah satu start-up Jepang, SkyDrive, bahkan berhasil melakukan penerbangan perdana taksi udara pada tahun 2019 lalu.

Dalam gelaran Osaka Expo pada tahun 2025 mendatang, Jepang ingin menghadirkan mobil terbang sebagai salah satu ikon utama pameran tersebut, mengantarkan para peserta pameran dari bandara ke lokasi pameran di sebuah pulau buatan sejauh 20 km.

Lewat Air Hub Blueprint, Industri Dirgantara Singapura Bakal Bebas Emisi Mulai 2030

Singapura tengah mempersiapkan Air Hub Blueprint, sebuah roadmap dalam membuat industri dirgantara, mulai dari maskapai, bandara, dan manajemen lalu lintas udara bebas emisi di masa mendatang. Rencananya, blueprint ini akan dirilis pada tahun 2023 mendatang. Seperti apa?

Baca juga: Terminal 5 Bandara Changi Ditargetkan Rampung Tahun 2030

Direktur Jenderal Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) Han Kok Juan mengatakan, “Ada konsensus di antara pemerintah dan pemangku kepentingan industri di seluruh dunia bahwa ketika sektor penerbangan pulih dari pandemi Covid-19, itu tidak dapat kembali ke bisnis seperti biasa.”

“Sistem penerbangan internasional yang kita bangun kembali harus lebih berkelanjutan – pertanyaannya bukan apakah tetapi kapan dan bagaimana,” lanjutnya, seperti dikutip The Strait Times.

Dalam mewujudkan Air Hub Blueprint, Singapura membentuk semacam tim panelis yang diketuai oleh Profesor Chong Tow Chong dari Singapore University of Technology and Design. Anggotanya terdiri dari pemerintah dan swasta, seperti Direktur CAAS, CEO Changi Airport Group (CAG), CEO Singapore Airlines Group, dan lainnya.

Tak lupa, masuk dalam anggota tim panelis perwakilan dari organisasi internasional, perusahaan dirgantara dunia seperti Boeing dan Airbus, dan lembaga penelitian. Namun, tak disebutkan dengan jelas dan lengkap siapa saja anggotanya.

Tim tersebut kemudian membentuk sub tiga komite untuk mendalami keberlanjutan di bandara, maskapai, dan manajemen lalu lintas udara.

Tim panelis menargetkan pada tahun 2030 mendatang, upaya bebas emisi di industri dirgantara sudah dimulai dan pada tahun 2050 bisa memangkas emisi karbon sampai setengahnya.

Bersama Menteri Transportasi S. Iswaran, tim panelis juga sudah menyempatkan bertemu di sela-sela gelaran Singapore Airshow.

Tak hanya itu, CAAS, dalam rangka menyongsong energi hijau bebas emisi karbon atau keberlanjutan di dunia penerbangan, dikabarkan sudah menyepati kerjasama dengan CAG, Airbus, dan perusahaan gas industri Linde, untuk mengembangkan pasokan hidrogen dan infrastuktunya.

Diperkirakan, dua tahun mendatang, Bandara Changi atau Singapura pada umumnya siap melayani pesawat berbahan bakar hidrogen.

Baca juga: Daftar Maskapai Terdepan yang Gunakan Bahan Bakar Berkelanjutan, Tak Satupun dari Asia

Pada tahun 2018, IATA memprediksi bahwa jumlah penumpang yang bepergian melalui udara akan mencapai 8,2 miliar pada tahun 2037. Sebelum Covid-19 mewabah, 40,3 juta penerbangan dijadwalkan lepas landas di seluruh dunia pada tahun 2020, meskipun pada akhirnya harus turun menjadi sekitar 23,1 juta dan terbukti tetap rendah di 2021.

Saat ini, perjalanan udara disinyalir menyumbang antara 2-3 persen dari emisi karbon dunia, tetapi persentase untuk itu setara dengan 4,5 miliar perjalanan penumpang, pergerakan 64 juta metrik ton kargo dan sepertiga dari perdagangan global dunia. Di samping itu, penerbangan juga menopang 65 juta pekerjaan.

“Take To The Skies” – Program Kontroversial yang Alihkan Peran Pilot Menjadi Awak Kabin

Di tengah banyaknya maskapai di Inggris yang kekurangan staf, CityFlyer, anak perusahaan British Airways yang berbasis di Didsbury, Manchester, membuat program kontroversial untuk memberdayakan para karyawannya. Mengoperasikan pesawat Embraer E190, CityFlyer merilis program “Take To The Skies.” Program ini terbilang tidak lazim, yakni ‘merekrut’ pilot dan staf kantor untuk sementara menjadi pramugari atau awak kabin.

Baca juga: Kisah Perjuangan Jae Won Jess Shin, Gadis ‘Miskin’ Korea yang Sukses Jadi Pramugari dan Pilot

Dikutip dari onemileatatime.com (14/2/2022), disebut mereka yang mengikuti program tersebut akan menjalani pelatihan dasar menjadi pramugari, dan selanjutnya akan terbang dalam jangka waktu minimal 2,5 bulan. Ini dijelaskan kepada karyawan sebagai cara untuk “bepergian ke berbagai tujuan”, “bertemu orang baru dalam bisnis”, dan melihat “seperti apa sebenarnya para awak kabin melakukan pekerjaan mereka.”

Namun, program ini tidak populer di kalangan serikat pekerja. Strategi program serupa untuk mencari pengganti sementara pramugari telah diterapkan di masa lalu selama aksi industri dirgantara Inggris, seperti Islandair mencoba melakukan ini pada tahun 2020, ketika maskapai mengancam akan memecat semua pramugari. Kemungkinan besar sebagian besar pilot (yang juga berserikat) tidak akan mau melakukan ini, mengingat keuntungan yang terbatas.

Masih dari sumber yang sama, disebutkan British Airways kerap melakukan pekerjaan yang sangat buruk terkait dalam hubungan tenaga kerja. Perusahaan telah lama memperlakukan pilot dan pramugari seperi ‘barang sekali pakai,’ tidak membiarkan krisis apa pun sia-sia dalam hal mencoba memotong biaya dengan mengorbankan karyawan.

“Kami telah melihat British Airways melakukan ini dengan pilot dan pramugari, sehingga tingkat kepercayaan di antara karyawan rendah,” ujar perwakilan serikat karyawan.

Posisi saat ini, CityFlyer dan British Airways diduga memiliki staf pramugari yang sangat sedikit, sehingga pilot dan pekerja kantoran direkrut untuk sementara bekerja dalam peran awak kabin selama jangka waktu 2,5 bulan.

Baca juga: Parah, Pilot dan Pramugari Cathay Pacific Kerja 5 Pekan Tanpa Libur!

Komunitas pekerja meyakini sebagian besar pilot tidak akan mengikuti program ini, mengingat hal itu pada dasarnya merusak negosiasi tenaga kerja pramugari. Tapi semua itu kembali ke kondisi eksternal, dimana tingkat pengangguran yang melonjak dapat memicu peralihan peran seorang pilot sebagai awak kabin.

Ini Efek KRL Anjlok yang Terjadi di Petak Parungpanjang – Cilejit

Anjloknya KRL di KM 47+0 petak Parungpanjang – Cilejit terjadi pada pukul 10.22 WIB, Rabu (16/2). Menurut informasi yang berhasil didapat bahwa roda KRL yang anjlok terdiri dari 4 as roda dengan nomor kereta 203.106 (anjlok 2 as roda) dan seri 203.115 (anjlok 2 as roda). Lokasi anjlok berada di Desa Gintung, Cilejet, Kabupaten Bogor atau bersebelahan dengan perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten.

Baca juga: Tidak Hanya Mobil, Kereta Api juga Bisa Slip Saat Berjalan, Kenapa?

Imbas dari anjlokan ini berada di jalur hilir yaitu dari arah Rangkasbitung menuju Tanah Abang. KRL bernomor 2049 ini berangkat dari Stasiun Rangkasbitung pada pukul 09.30 WIB menggunakan rangkaian KRL seri 203. Kemudian anjlok tepat di tikungan patah Cilejit.

Jalur ini memang terkenal dengan tikungan 90 derajatnya yang mengharuskan kecepatan KRL maksimal 40 kilometer per jam. Selain KRL yang anjlok, di lokasi ini juga pernah terjadi anjlok KA Lokal dengan tujuan Rangkasbitung.

Evakuasi Pemindahan Penumpang
Efek dari anjloknya KRL ini mengakibatkan beberapa perjalanan KRL terlambat dan menggunakan jalur kiri (jalur salah). Beruntung KRL yang anjlok tersebut tidak mengakibatkan penutupan jalur disebelahnya. Jadi rangkaian KRL lainnya yang melewati wilayah ini masih bisa digunakan. Walaupun kecepatan sementara dibatasi maksimal 20 kilometer per jam.

Saat KRL anjlok, penumpang pun dievakuasi menggunakan KRL yang melintas. Karena anjlok berada di lintas bukan di stasiun, beberapa penumpang dengan terpaksa berjalan kaki sejauh 2 kilometer menuju Stasiun Cilejit untuk naik KRL selanjutnya.

Baca juga: Yuk, Kenalan dengan Djoko Tingkir – Sang Kereta Penolong

Pengiriman 4 Unit Kereta Penolong
Karena KRL yang anjlok berada di tikungan dan tidak mau terjadi hal yang tidak diinginkan, akhirnya kru dari dipo Tanah Abang dan Bukit Duri mengerahkan kereta penolong sebanyak 4 unit. Dua unit milik Depo Tanah Abang dan dua unit lainnya milik Depo Bukit Duri. Kedua set kereta penolong tersebut menuju lokasi KM 47+0 untuk dilakukan pengecekan dan evakuasi menuju Stasiun Parungpanjang. (PRAS – Cinta Kereta Api)