Gulfstream G650 dan Bombardier Global 7500 – Dua Jet Pribadi Dwayne “The Rock” Johnson

Sebagai salah satu entertainerdengan bayaran tertinggi di dunia, tidak mengherankan jika Dwayne “The Rock” Johnson memiliki jet pribadi. Film-filmnya, dukungan merek, dan perusahaan tequila menghasilkan aliran pendapatan sekitar 100 juta dalam pendapatan setahun. Berdasarkan hal ini, dapat dipahami bahwa aktor, mantan pegulat, dan pengusaha ini akan menginvestasikan sebagian pendapatannya pada jet pribadi yang bernilai jutaan dollar. Baca juga: Nasib Tak Jelas, Jet Pribadi Elvis Presley Akan Dijual (Lagi) Bintang serial film “Fast and Furious” ini telahj memilih salah satu jet pribadi tercepat yang ditawarkan industri untuk terbang ke dunia, yakni Gulfstream G650. Di antara berbagai jenis pesawat yang dibuat oleh pabrikan, Gulfstream G650 terkenal dengan kecepatan dan interiornya yang mewah. Pesawat ini sejauh ini telah mencetak lebih dari 125 rekor kecepatan dunia, dan interiornya yang megah telah memenuhi selera banyak orang, dengan lebih dari 500 contoh yang saat ini terbang. Tabel berikut merangkum spesifikasi teknis utama pesawat ini: Pesawat ini sangat nyaman bagi mantan pegulat dan sekarang pebisnis yang harus terbang dari satu sudut dunia ke sudut lain untuk menghadiri acara, pertemuan, dan mungkin liburan yang layak di lokasi eksotis. Peta di bawah mengilustrasikan wilayah dunia yang berpotensi dijangkau oleh Gulfstream G650, dengan menggunakan Bandara Van Nuys (VNY) di California sebagai referensi karena lokasi ini adalah tempat jet pribadi kedua Dwayne ditempatkan. Selain menjadi salah satu jet pribadi tercepat di dunia, The Rock sepertinya tergiur dengan kabin mewah luar biasa yang ditawarkan jet ini kepada pelanggan premiumnya. Dipan dan kursi Gulfstream G650 diubah menjadi tempat tidur untuk meningkatkan kenyamanan dan memberikan pengalaman hotel bintang lima di dalam pesawat. Pesawat ini memiliki kapasitas maksimal 19 penumpang dan mampu menampung hingga 10 orang. Mengingat kemampuan teknis yang mengesankan dan pengalaman penerbangan yang mewah, tidak mengherankan jika banyak penumpang VIP memilih G650 (atau versi jarak jauhnya, G650ER) untuk perjalanan udara mereka. Elon Musk, Jeff Bezos, Oprah Winfrey, dan Bill Gates adalah contoh bagus dari apa yang dapat disebut sebagai pecinta Gulfstream G650 (atau G650ER).
Intip Mewahnya Private Jet Cristiano Ronaldo, Pesawat Pribadi Pesepak Bola Termahal
Seperti dikutip SimpleFlying, Harga jet pribadi ini bisa bervariasi tergantung tingkat penyesuaiannya. Namun, diperkirakan harga Gulfstream G650 anyar berkisar antara $65 hingga $70 juta. Pada harga listing, kita perlu menambahkan biaya operasional tahunan, yang meliputi bahan bakar, gaji kru, pemeliharaan, dan asuransi, dengan total biaya sekitar $2 hingga $4 juta. Perjalanan mewah menjadi prioritas mantan pegulat, aktor, dan pengusaha Dwayne Johnson. Oleh karena itu, pada tahun 2023, ia memutuskan sudah saatnya membeli jet pribadi kedua – Bombardier Global 7500. Menurut pabrikannya, pesawat ini adalah jet bisnis terbesar dan jarak jauh di dunia, yang spesifikasi teknisnya diilustrasikan pada tabel di bawah ini.  

Liburan Lebaran Usai, PT KAI Gelar Promo Diskon Tiket KA Jarak Jauh Sampai 20 Persen

Setelah liburan lebaran usai, maka tingkat okupansi kereta api kembali norrmal, dan untuk meningkatkan keterisian kursi pada periode pasca lebaran. PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyediakan promo Bursa Pariwisata, dimana pelanggan dapat membeli tiket kereta api dari Surabaya dan Malang ke sejumlah daerah dengan potongan harga tiket 20 persen. Promo berlangsung pada periode 20 s.d 30 April 2024 untuk KA-KA tertentu pada kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi dengan tanggal keberangkatan KA tanggal 22 s.d 30 April 2024. Tiket promo ini dapat dipesan melalui aplikasi Access by KAI, website kai.id, dan semua channel penjualan tiket kereta api. Berikut daftar kereta api yang mendapatkan tarif Promo Bursa Pariwisata: 1. Turangga relasi Surabaya Gubeng – Bandung 2. Argo Bromo Anggrek relasi Surabaya Pasarturi – Gambir 3. Argo Wilis relasi Surabaya Gubeng – Bandung 4. Sembrani relasi Surabaya Pasarturi – Gambir 5. Bima relasi Surabaya Gubeng – Gambir 6. Gajayana relasi Malang – Gambir 7. Gumarang relasi Surabaya Pasarturi – Pasarsenen 8. Malabar relasi Malang – Bandung 9. Kertanegara relasi Malang – Purwokerto 10. Sancaka relasi Surabaya Gubeng – Yogyakarta 11. Mutiara Selatan relasi Surabaya Gubeng – Bandung 12. Harina relasi Surabaya Pasarturi – Bandung 13. Majapahit relasi Malang – Pasarsenen 14. Kertajaya relasi Surabaya Pasarturi – Pasarsenen 15. Jayakarta relasi Surabaya Gubeng – Pasarsenen Tarif diskon ini tidak dapat digabungkan dengan tarif reduksi (kecuali reduksi infant), tarif khusus, atau diskon lainnya. Tiket dengan tarif diskon ini dapat dibatalkan atau diubah jadwal sesuai aturan yang berlaku.

Kurangi Emisi Karbon, Cathay Pacific Tanyakan Apakah Frequent Flyer Bersedia Membawa Peralatan Makan Sendiri di Kelas Bisnis

Seperti kebanyakan maskapai penerbangan global, Cathay Pacific mempunyai misi untuk menjadikan bisnisnya yang boros bahan bakar menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sebagian besar fokusnya adalah pada pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan dalam upaya mengurangi emisi karbon, namun lain dari itu,m ada banyak inisiatif keberlanjutan lainnya yang sedang dilakukan oleh maskapai penerbangan untuk menjadikan bisnis mereka lebih ramah lingkungan dan lebih bertanggung jawab. Baca juga: Kurangi Emisi Karbon, Japan Airlines dan Sumitomo Tawarkan Sewa Pakaian Bagi Turis Asing Di antaranya yang dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai atau mengurangi jumlah sampah makanan, dan ada banyak inisiatif yang semakin terlihat oleh penumpang. Namun, salah satu ide keberlanjutan terbaru dari maskapai penerbangan yang berbasis di Hong Kong ini mungkin menimbulkan semacam keraguan. Seperti dikutip paddleyourownkanoo.com (18/4/2024), Cathay Pacific telah mengirimkan survei kepada beberapa frequent flyer melalui komunitas konsumen Cathay Lab, yang terdiri dari lebih dari 10.000 pelanggan di seluruh dunia. Survei ini mencari masukan mengenai inisiatif apa yang ingin diikuti oleh pelanggan yang bepergian di Kelas Bisnis untuk menjadikan Cathay Pacific lebih berkelanjutan. Beberapa dari inisiatif ini cukup standar – seperti menanyakan apakah pelanggan bersedia menyerahkan kembali botol air plastik sekali pakai yang sudah kosong kepada awak kabin agar mereka dapat didaur ulang atau bahkan menyimpan botol tersebut ke dalam kaleng daur ulang saat mereka turun dari pesawat. Pertanyaan lainnya mengukur seberapa besar keinginan pelanggan untuk bepergian dengan membawa botol air minum yang dapat digunakan kembali, sementara pertanyaan keempat menanyakan apakah pelanggan akan dengan senang hati membawa peralatan makan mereka sendiri ke dalam pesawat. Ya, Anda membacanya dengan benar. Cathay Pacific sedang mengukur seberapa besar keinginan penumpang Kelas Bisnis untuk membawa peralatan makan mereka sendiri. Tentu saja, ini hanyalah survei konsumen, dan tidak ada indikasi bahwa Cathay Pacific akan menghapus peralatan makan dari penerbangannya, meskipun hal ini menunjukkan inisiatif keberlanjutan ekstrim yang sedang diselidiki secara aktif oleh maskapai tersebut. Cathay Pacific sudah dalam proses menghentikan penggunaan gelas plastik sekali pakai, mengganti peralatan makan plastik di Kelas Ekonomi dengan peralatan makan berbahan logam ringan, dan membungkus selimut dengan penutup plastik biodegradable. Maskapai ini juga berupaya mengurangi limbah makanan dengan serangkaian inisiatif, termasuk mendorong penumpang untuk memesan makanan pilihan mereka terlebih dahulu sebelum penerbangan. Sampah makanan, khususnya, merupakan area fokus bagi banyak maskapai penerbangan karena sisa makanan biasanya harus dibakar untuk mematuhi peraturan karantina internasional. Beberapa bulan yang lalu, sebuah maskapai penerbangan Belanda membanggakan bahwa mereka telah memperkenalkan kecerdasan buatan ke dalam sistem perencanaan makan untuk Kelas Bisnis, yang bertujuan untuk menebak berapa banyak penumpang yang benar-benar akan melakukan penerbangan, bukan berapa banyak yang memesan.
Alaska Airlines Jadi Maskapai AS Pertama Tinggalkan Gelas Plastik di Pesawat
Dalam uji coba selama tiga bulan, KLM mengatakan bahwa sistem ini membantu mengurangi limbah makanan sebesar 63% dibandingkan dengan metode lama yang hanya memuat cukup makanan untuk setiap penumpang yang memesan, meskipun AI tidak bisa salah, dan terkadang jumlah makanan tidak mencukupi. sarat. Membawa konsep ini ke tingkat yang lebih tinggi, Japan Airlines memberi penumpang pilihan untuk tidak menyediakan makanan untuk mereka – sebuah gagasan yang oleh JAL disebut sebagai ‘pilihan etis’.

Pesawat Boeing Pakai Winglet dan Pesawat Airbus Pakai Sharklet, Apa Bedanya?

Persaingan Boeing dan Airbus sebagai raja manufaktur pesawat dunia sangat ketat. Keduanya bahkan selalu ingin berbeda dalam banyak hal. Kemudi pesawat, misalnya, bila Airbus menggunakan joy stick atau side stick, maka Boeing menggunakan yoke. Begitu juga dengan ujung sayap pesawat (wingtip), jika Boeing menggunakan winglet, maka Airbus menggunakan sharklet. Lantas, apa bedanya?

Baca juga: Heboh Fitur Folding Wingtip di Boeing 777X, Apa Sih Bedanya Winglet dan Wingtip?

Sebagaimana joy stick atau side stick pada pesawat Airbus dan yoke pada pesawat Boeing, winglet dan sharklet juga demikian. Fungsinya sama namun dengan istilah yang berbeda. Selain itu tentu terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing mengingat bentuknya berbeda.

Sebelum menjawab perbedaan dan persamaan winglet dengan sharklet, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu fungsi dari sayap pesawat itu sendiri.

Meski masih menjadi perdebatan, secara umum para ahli sepakat bahwa pesawat bisa terbang disebabkan oleh adanya empat gaya. Gaya thrus (gaya dorong), lift (gaya angkat), weight (gaya berat), dan drag (gaya ke belakang atau menarik mundur).

Namun, semua gaya untuk membuat sebuah pesawat dapat terbang akan sia-sia bila tida ada sayap. Sebab, komponen utama pesawat terbang yang menghasilkan gaya angkat adalah sayap.

Prinsip kerja sayap sendiri adalah udara yang mengalir di bawah sayap lebih lambat daripada di bagian atasnya dikarenakan jalur yang dilewati udara di atas sayap lebih jauh, perbedaan kecepatan tersebut menghasilkan perbedaan tekanan yaitu tekanan di bawah sayap lebih tinggi dari pada tekanan di atas sayap, yang mana mengakibatkan pesawat terangkat ke atas.

Tentu saja kita telah sama-sama ketahui bahwa udara mengalir dari tekanan rendah ke tekananan tinggi, misalkan balon yang kita tiup akan menyemburkan udaranya keluar ketika kita lepaskan karena tekanan di dalam balon lebih tinggi dari tekanan luar balon.

Hal tersebut juga terjadi pada perbedaan tekanan antara bagian bawah dan atas sayap, tepatnya terjadi pada ujung sayap. Aliran udara dari bawah ke atas sayap pada ujung sayap menghasilkan aliran udara yang berputar dengan cepat pada ujung sayap yang disebut juga dengan tip vortex. Aliran ini dapat meningkatkan drag pada sayap, menurunkan gaya angkat dan mengganggu aliran udara.

Guna menghindari terjadinya hal tersebut, ujung sayap dibuat berbelok ke atas dan mengecil atau disebut juga dengan winglet.

Winglet berfungsi untuk meredam putaran udara (vortex) pada bagian ujung sayap yang disebabkan pertemuan udara bagian bawah sayap yang bertekanan tinggi dengan udara bagian atas sayap yang bertekanan rendah yang menyebabkan terjadinya turbulensi.

Putaran udara ini juga menyebabkan pesawat membutuhkan energi yang lebih besar agar dapat stabil di udara, sehingga akan boros bahan bakar. Dengan adanya winglet, bahan bakar pesawat bisa diirit hingga 7 persen, jumlah yang cukup besar untuk pesawat yang melakukan perjalanan long distance.

Winglet pada pesawat Boeing dan sharklet pada pesawat Airbus secara kasat mata hampir tidak ada perbedaan. Keduanya sama-sama menekuk ujung sayap (wingtip) ke arah atas dengan sudut yang nyaris sama. Bedanya, pada sharklet Airbus A320, misalnya, terlihat strobe dan navigation light agak berjauhan.

Baca juga: Kenapa Ujung Sayap Pesawat Boeing 787 Dreamliner Tidak Menekuk? Ini Jawabannya

Sedangkan winglet pada pesawat Boeing 737-NG, misalnya, letak strobe dan nav light lebih berdekatan. Ada juga perbedaan lainnya dimana winglet di pesawat Boeing dilengkapi dengan fin kecil di bawah winglet. Adapun di pesawat Airbus tidak ada.

Dalam situs tanya jawab Quora, perbedaan winglet dan sharklet terletak pada lekukan wingtipnya, dimana pada winglet sudut lekukannya lebih tegas dan sharklet lebih halus. Selain itu, perbedaan juga terletak pada kemiringan wingtipnya.

 

Bekas Mesin Pesawat Disulap Jadi Karavan Unik dengan 4 Tempat Tidur, Dapur, dan Ruang Tamu

Barang bekas yang semula tak bernilai, di tangan-tangan kreatif mampu diubah menjadi sesuatu bernilai tinggi. Salah satunya mesin pesawat. Alih-alih menjadi barang rongsokan, mesin pesawat Rolls-Royce Conway 30 dari pesawat Vickers VC10 yang sudah pensiun disulap menjadi pod karavan unik dengan empat tempat tidur, dapur, bahkan ruang tamu. Oleh sang pemilik, ini dinamakan VC10 Caravan Pod. Baca juga: Airbus A319 Etihad Bekas Disulap Jadi Penginapan “Arabian Night” Mewah Dilansir Insider, ide untuk menyulap mesin yang biasa digunakan di pesawat Vickers VC10 itu muncul pada 2013 lalu. Saat itu, Steve Jones mendapat kabar bahwa rekan lamanya di Angkatan Udara Britania Raya (RAF) telah mempensiunkan pesawat buatan Vickers-Armstrongs tersebut. Beberapa tahun berlalu, ia pun mendatanginya dan membeli mesin pesawat itu. Proses perakitan mesin rongsok menjadi sebuah trailer atau pod karavan tidaklah mudah.
Interior pod karavan buatan Steve Jones. Foto: Insider
Setidaknya butuh waktu sekitar 1.000 jam atau kurang lebih dua bulan, mulai Januari-Maret 2020 lalu. Kocek yang dikeluarkan juga tergolong mahal, mencapai US$5.025 atau sekitar Rp70 juta lebih (kurs 14.084). Itu pun belum termasuk membeli rongsokan atau mesin bekas itu. Disebutkan, mula-mula Jones memotong semua kabel dan pipa, diikuti dengan meratakan bagian bawah mesin agar sesuai dengan sasis. Kemudian, ia menyiapkan dua pintu, jendela, melapisi bagian dalam pesawat dengan kayu, karpet, membuat pajangan di dinding, meletakkan furnitur minimalis, dan membuat lounge-dining area di ruang yang cukup sempit, lengkap dengan dua kursi panjang yang bisa difungsikan sebagai tempat tidur double bed. Dalam mode tidur, pod karavan ini bahkan mendapat tambahan dua tempat tidur lagi di bagian atas layaknya kasur tingkat. Jadi total ada empat tempat tidur. “Tugas besar pertama saya adalah membagi mesin menjadi dua, jadi saya bisa menggunakan rangka luar menjadi pod saya,” katanya. “Setelah semua komponen dikeluarkan dan hanya menyisakan dua roda saja, saya memasukkan kayu lapis dan kemudian menambahkan furniture dan peralatan penunjuang lainnya,” tambahnya.
Ketika difungsikan, VC10 Caravan Pod buatan Jones akan tampak lebih lega dengan adanya dua pintu yang membuat separuh karavan tersebut terbuka lebar. Hal itu juga bisa membuat cahaya dan udara segar di alam bebas masuk ke dalam kabin pod itu sambil duduk menikmati sampanye, mirip seperti ruang tamu. Meskipun sudah selesai dikerjakan dan siap digunakan kapan pun, Jones belum berencana membawa pod karavan unik itu keliling Inggris sampai setidaknya 2021, akibat pandemi virus Corona. Namun, sebelum hal itu terwujud, nampaknya ia akan disibukkan dengan banyaknya pesanan pod karavan serupa dan khusus. Baca juga: Fotografer Bali Sukses Curi Perhatian Dunia Berkat Aksi Esktrem di Atas Sayap Pesawat Meski begitu, Jones berkomitmen untuk menyelesaikan pesanan pod karavan senilai US$31.477 atau Rp 436 juta lebih (kurs Rp 14.084). Jones memang mendadak terkenal usai kegiatannya yang berpusat di kediamannya di Leicester, diliput oleh sebuah stasiun TV dan ditayangkan dalam sebuah acara bedah rumah, George Clarke’s Amazing Spaces.

Inilah En-Suite, Kursi First Class Masa Depan: Penumpang Bisa Bercinta Secara Private di Udara

Meski penumpang first class trennya menurun, namun perusahaan desain interior dunia tidak lantas berhenti berinovasi membuat konsep kursi first class (kelas satu) masa depan. Salah satunya Firma desain Factorydesign yang meluncurkan konsep kursi first class En Suite. Kursi ini memiliki toilet pribadi layaknya sebuah kamar hotel. Baca juga: Mengapa Penumpang First Class Semakin Menurun? Ternyata Gegara Ini Memang tak berlebihan menyebut En Suite bak kamar hotel atau hotel terbang. Sebab, firma desain yang berlokasi di London itu memang terinspirasi dari hotel mewah papan atas, menawarkan pengalaman terbang ultra-premium, khususnya bagi penumpang yang tak peduli berapapun harga mahal yang harus dibayar. Hal yang paling masuk akal dan menjadi nilai jual andalan En Suite adalah penumpang tidak perlu berbagi toilet karena memilikinya secara pribadi. “Saat ini, dengan pengecualian Etihad’s The Residence, bahkan pelancong Kelas Premium yang paling istimewa pun diharuskan berbagi kamar kecil (toilet). Bisakah Anda bayangkan diterima di Four Seasons atau Hotel Shangri-La mana pun?” jelas perusahaan dalam sebuah pernyataan. Baca juga: Yang Aneh dari Inggris: Penumpang Boleh Seks di Pesawat, Kecuali di Toilet
Konsep kursi first class en suite
En Suite menawarkan penerbangan sangat mewah ke penumpang. Betapa tidak, sekalipun dengan space kecil, penumpang diberikan ruang khusus untuk makan, tidur, bersantai sambil menonton film, serta yang paling penting, kamar mandi pribadi. Selain itu, En Suite juga didesain multi fungsi. Untuk pasangan, kursi first class rancangan En Suite menawarkan double bedroom dengan tetap mempertahankan privasi berupa toilet pribadi. Di luar pasangan, kabin first class memang tetap membuat penumpang berdampingan dengan penumpang first class lain, tetapi, keduanya tetap mendapat sharing toilet. Yang terpenting dari semua itu, privasi penumpang first class akan jauh lebih terjaga berkat adanya sekat tinggi sampai ke langit-langit kabin -tak seperti kursi first class saat ini yang sekatnya hanya setinggi dada orang dewasa- memungkinkan pasangan penumpang bercinta saat di udara (on board). “Melalui inovasi kami di kabin pesawat Ultra-First Class dan Luxury, Factorydesign telah mengambil langkah selanjutnya dalam benar-benar berinovasi dalam penawaran perjalanan super mewah. Privasi tertinggi, hak istimewa tertinggi, ruang bersama terbaik: benar-benar kemajuan berikutnya dalam perjalanan komersial mewah,” tulis perusahaan, seperti dikutip dari Simple Flying. Baca juga: Bagaimana Reaksi Pramugari Saat Temukan Penumpang Berhubungan Seks di Pesawat? En Suite sebetulnya bukan konsep baru. Pada tahun 2019 silam, konsep ini pernah memenangkan penghargaan International Yacht and Aviation (IY&A). Penghargaan tersebut merupakan yang kedua kalinya di kancah internasional untuk Factorydesign, setelah yang pertama pada perhelatan Delta One Suites. Dalam sebuah penelitian Inmarsat baru-baru ini tentang Passenger Confidence Tracker, 28 persen penumpang menganggap toilet sebagai tempat yang tak aman untuk dikunjungi ketika di pesawat. Karenanya, dengan menghadirkan toilet pribadi, bukan tak mungkin 28 persen penumpang tersebut berani merogoh kocek lebih semata demi mendapatkan akses toilet pribadi di pesawat.

Bukan Cuma Bisa Mengecam, Indonesia Pernah Larang Pesawat PM Israel Lintasi Ruang Udara Indonesia

Sikap Indonesia tak pernah berubah dalam mendukung Kemerdekaan Palestina, meski sampai saat ini apa yang dilakukan Indonesia lebih dominan pada langkah mengutuk dan mengecam atas kebrutalan pasukan Zionis, namun lebih dari itu, pada tahun 2017, Israel sempat dibuat ‘repot’ oleh kebijakan Pemerintah Indonesia, apakah itu? Baca juga: Mengenal Palestinian Airlines, Maskapai Nasional Sekaligus Simbol Kemerdekaan Palestina Persisnya pada Selasa, 21 Februari 2017, maskapai El Al yang membawa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin “Bibi” Netanyahu dijadwalkan lepas landas dari Bandara Changi, Singapura, menuju Sydney, Australia, malam waktu setempat. Secara geografis, penerbangan dari Singapura ke Selatan menuju Australia umumnya jauh lebih efisien dengan melewati ruang udara Indonesia. Akan tetapi, alih-alih melewati ruang udara Indonesia, pesawat tersebut justru memutar arah, mengambil rute Malaysia-Filipina-Palau-Papua Nugini-Australia. Menurut data FlightAware, dengan rute tersebut, tak heran bila perjalanan membutuhkan waktu tempuh selama 11 jam 3 menit, dengan jarak sejauh 9474 kilometer. Padahal, bila melewati rute Singapura-Indonesia-Australia, sebagaimana penerbangan Singapore Airlines pada keesokan harinya, hanya membutuhkan waktu 7 jam 38 menit, dengan jarak sejauh 6664 kilometer.
Rute yang ditempuh pesawat kenegaraan PM Israel, Benjamin Netanyahu. Foto: FlightAware
Usut punya usut, hal itu bukan karena faktor cuaca sehingga pesawat mengambil rute lain yang lebih aman, melainkan karena Indonesia dan Israel tidak terikat dalam satu perjanjian bilateral atau hubungan diplomatik. Oleh karenanya, tak heran bila di momen dan waktu yang berbeda, Indonesia juga pernah diperlakukan seperti Netanyahu. Kala itu, saat Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, hendak melakukan kunjungan kenegaraan ke Palestina, Israel juga tidak memberikan izin terbang, beberapa waktu sebelum pesawat Netanyahu ditolak masuk ke ruang udara Indonesia. Dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, bila berkaca dari mekanisme penerbangan, khususnya di Indonesia, sebuah pesawat (bahkan pesawat kepresidenan atau VIP sekalipun) setidaknya harus mendapat izin masuk dari tiga kementerian, security clearance dari Kementerian Pertahanan, diplomatic clearance dari Kementerian Luar Negeri, dan izin lalu lintas udara dari Kementerian Perhubungan. Ketiga izin ini sepaket. Satu izin tak didapatkan, pesawat tak bisa melintas. Lantas, apa yang terjadi bila pesawat yang ditumpangi PM Israel Netanyahu bersikukuh untuk melintas, tanpa seizin dari otoritas Indonesia? Jawaban atas pertanyaan tersebut sebetulnya tidak sederhana. Tetapi, dengan adanya izin terbang dari otoritas Indonesia, sebuah pesawat memang akan terus diarahkan untuk mendapatkan rute terbaik dan teraman (saat melewati ruang udara Indonesia). Dalam kasus pesawat PM Netanyahu, bila rombongan tersebut menerobos masuk, hal itu tentu akan membahayakan pesawat lainnya, mengingat, lalu lintas udara, sekalipun langit cukup luas, rupanya cukup padat sehingga harus diatur sedemikian rupa, seperti ketinggian, airways (jalur atau trek pesawat), dan sejenisnya. Jangankan masuk tanpa izin, penerbangan yang sudah diizinkan pun, ketika diperjalanan hendak mengubah rute ataupun mengubah ketinggian dan kecepatan, mereka juga tetap harus meminta izin menara pengawas, dalam hal ini Air Traffic Service Center (ATSC) di bawah AirNav Indonesia. Bila tidak, akan sangat berbahaya dan rentan terjadinya kecelakaan. Dengan kemungkinan bahaya itu, pihak Indonesia bisa saja melakukan langkah-langkah tegas, seperti memukul mundur pesawat hingga keluar dari ruang udara Indonesia atau yang lebih tegas dari itu, yakni menembak jatuh pesawat. Baca juga: Sejak 1973, Iran, Rusia dan AS Ternyata Pernah Menghantam Pesawat Penumpang dengan Rudal Insiden ditembak jatuhnya pesawat dengan latar belakang tidak adanya izin terbang dari otoritas terkait, pernah terjadi di Sakhalin, Rusia pada 1 September 1983. Pesawat Boeing 747 Korea Selatan milik Korean Air ditembak jatuh oleh jet-jet tempur Soviet di Pulau Sakhalin, setelah berbelok keluar jalur. Sekitar 269 penumpang dan anggota kru dilaporkan tewas. Pesawat nahas tersebut dinilai telah melewati ruang udara Rusia tanpa izin sehingga dilakukan langkah tegas. Sebelum benar-benar ditembak jatuh, Angkatan Udara Rusia sebetulnya sudah membuka komunikasi dengan pesawat Korean Air. Namun, karena tidak adanya solusi, akhirnya Rusia mengambil langkah tersebut. Insiden itu bisa saja terjadi pada pesawat PM Netanyahu bila 3 tahun lalu ia dan rombongan memaksa masuk ruang udara Indonesia tanpa izin.

Kenapa Kesehatan Mata Masinis Sangat Penting? Ini Dia Jawabannya!

Setiap petugas kereta wajib memenuhi syarat sebelum bisa diterima bekerja oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Biasanya syarat-syarat tersebut harus dipenuhi dan tidak akan ada tawar menawar jika salah satu syaratnya berkurang. Baca juga: Inilah Alasan Masinis Harus Punya Ingatan Bagus dan Wajib Gunakan Sarung Tangan Seperti halnya masinis ataupun asisten masinis yang juga harus memiliki syarat yang lengkap salah satunya dalam hal kesehatan. KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, setiap masinis dan asisten masinis harus sehat secara jasmani maupun rohani. Mereka juga tidak buta mata, buta warna, tuli maupun bisu. Masinis dan asisten masinis juga harus memiliki postur tubuh yang proporsional dan bebas dari obat-obatan terlarang atau narkoba. Di awal masuknya para masinis dan asistennya ini sudah di tes kesehatan oleh PT KAI atau KCI. Tetapi secara berkala dan ketika ujian sertifikasi Awak Sarana Perkeretaapian (ASP) mereka akan melakukan tes ulang. Tes tersebut akan meliputi berbagai hal seperti kondisi umum, tekanan darah, THT, leher, Thorax, Ekstremitas, mata dan urine. Pasalnya baik masinis atau asisten masinis tidak boleh berdinas mengemudikan kereta api jarak jauh ataupun KRL jika dalam kondisi tidak sehat. Apalahi sebelum dinas kesehatan juga akan diperiksa, sebab, kesehatan masinis dan asistennya adalah penting. Berikut ini yang harus diperiksa masinis serta asistennya saat waktu tes kesehatan berkala. 1. Buta warna dan rabun Seorang masinis ataupun asisten masinis tidak boleh buta warna ataupun rabun. Sehingga selain pemeriksaan Sclera, Pupil, Konjungtiva dan katarak akan dites warna dan kemampuan jarak pandang penglihatan. Tes warnanya sendiri mereka akan menggunakan mode tes Ishihara yang dikembangkan dokter Shinobi Ishihara dengan lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Biasanya titik itu berbentuk lingkaran yang terdapat angka dan alur atau lekukan tertentu. Warna titiknya dibuat seperti itu agar orang yang memiliki buta warna tidak melihat perbedaan warna yang dilihat oleh orang normal. Sehingga jika nantinya hasil pemeriksaan menemukan masinis atau asisten masinis buta warna, mereka tidak akan di dinaskan lagi untuk menjalankan kereta. Baca juga: Indonesian Train Simulator, Rasakan Sensasi Menjadi Masinis Kereta Indonesia 2. Mata dan sinyal Dalam menjalankan kereta api maupun KRl, masinis harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas di jalur kereta api atau yang biasa disebut persinyalan, semboyan dan marka. Persinyalan yang sudah elektrifikasi ditunjukkan dalam bentuk lampu seperti lampu lalu lintas di jalan raya. Sehingga masinis ataupun asisten harus bisa melihat dengan jelas dan benar. Maka, kesehatan mata mereka sangat penting untuk melihat ini. Sebab harus bisa membedakan warna lampu merah, kuning dan hijau serta mampu melihat dari jarak ratusan meter.

Kenapa Tiket KA Bandara Mahal? Ini Jawabannya

Dibanding kereta komuter atau KRL Jabodetabek, tarif KA Bandara memang jauh lebih mahal. Dari segi layanan dan kenyamanan, tentu saja keduanya berbeda. Namun, itu bukanlah alasan utama. Lantas, apa yang membuat KA Bandara mahal?

Baca juga: Ternyata Negara Ini Jadi Benchmark KA Bandara di Indonesia

Sebelum meluncurkan KA Bandara Premium dan KA Bandara Eksekutif, dengan tarif terendah Rp5 ribu dan teringgi Rp70 ribu, KA Bandara diketahui mematok tarif cukup tinggi.

Normalnya, PT Railink mematok tarif seharga Rp70 ribu per penumpang untuk KA Bandara Soekarno-Hatta dan Rp100 ribu untuk KA Bandara Kualanamu, dan Rp20 ribu untuk KA Bandara YIA. Ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan tarif KRL Jabodetabek yang mematok taif Rp3 ribu untuk 25 km awal dan Rp1 ribu untuk 10 km berikutnya.

Tarif KRL Jabodetabek lebih terjangkau dibanding KA Bandara tentu tak terlepas dari subsidi pemerintah atau Public Service Obligation (PSO). Penumpang KRL Jabodetabek diketahui mendapat subsidi pemerintah, sedangkan KA Bandara tidak. Selain itu, rel KRL Jabodetabek mayoritas dibangun oleh pemerintah. Adapun rel KA Bandara dibangun oleh operator.

VP Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter, Anne Purba, dalam sebuah diskusi yang dihadiri KabarPenumpang.com pernah mengatakan, andai pemerintah tidak mensubsidi penumpang, tarifnya bisa saja menyentuh Rp20-25 ribu per sekali keberangkatan. Meski begitu, tetap saja itu masih lebih terjangkau dibanding tarif KA Bandara.

Di samping subsidi, tarif KA Bandara lebih mahal dibanding KRL Jabodetabek juga karena layanan dan kenyamanannya.

KA Bandara melayani penumpang sesuai seat atau kursi yang tersedia. Selain itu, ada juga berbagai fasilitas lainnya, seperti port USB, toilet, kursi nyaman, dan lain sebagainya. Selain itu, tingkat ketepatan waktu atau on time performance-nya juga lebih tinggi dibanding KRL Jabodetabek.

“Tingkat OTP (on time performance) kami menyentuh angka 99,7 persen,” kata Direktur Utama PT Railink Anggoro Tri Wibowo kepada KabarPenumpang.com.

Akan tetapi, alasan utama kenapa tarif atau tiket KA Bandara mahal adalah karena penumpang yang dilayani mayoritas adalah penumpang pesawat.

Kita tahu, apapun yang berhubungan dengan dirgantara cenderung lebih mahal. F&B, restoran, parkir, dan lainnya di bandara pasti lebih mahal dibanding di luar bandara. Investasi membangun bandara, harga sebuah pesawat, dan ekosistemnya, pasti juga lebih mahal dibanding moda lainnya.

Dari sisi prestisiusitas, moda udara memang terkenal lebih tinggi dibanding moda lainnya. Muara dari itu, ada anggapan bahwa penumpang pesawat mampu membayar tarif kereta yang lebih tinggi. Ini yang pada akhirnya membuat KA Bandara mahal.

Baca juga: Horeee! Awal Tahun 2022 Tarif KA Bandara Soekarno-Hatta Kembali dari Goceng

Dengan berbagai perpaduan di atas, tarif KA Bandara pun dipatok lebih mahal. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia.

“Kenapa KA Bandara mahal? Sudah jelas kami menjual layanan dan kenyamanan. Dari sisi OTP kami menyentuh angka 99,7 persen. Kemudian penumpang kami juga mayoritas penumpang pesawat dari dan ke bandara. Kalau beli tiket pesawat saja mampu, seharusnya membeli tiket KA Bandara juga,” tutup Anggoro.

 

Kenapa Boeing 787 Disebut Dreamliner? Begini Sejarahnya

Boeing 787 atau dikenal sebagai Dreamliner atau Boeing 787 Dreamliner, adalah pesawat yang lahir untuk memenuhi hasrat maskapai yang haus akan pesawat efisien dan tangguh. Terlepas dari itu, sebetulnya kenapa Boeing 787 disebut Dreamliner? Baca juga: Hari Ini, 11 Tahun Lalu, Pesawat yang Digadang Berakhir di 2020 Boeing 787 Dreamliner Terbang Perdana Sejak akhir tahun 1990-an, Boeing ingin mengembangkan pesawat yang disebut Sonic Cruiser. Pesawat itu dinilai akan menjadi jawaban atas kebutuhan maskapai, sebagai pesawat yang lebih cepat namun 20 persen efisien dari pesawat Boeing 767. Akan tetapi, pasca peristiwa 11 September 2001, maskapai lebih menginginkan pesawat yang lebih efisien daripada cepat. Boeing pun merespon dan membatalkan proyek pengembangan Sonic Cruiser. Sebagai gantinya, Boeing merilis pengembangan pesawat “7E7” pada Januari 2003. Pesawat 7E7 ini dinilai sebagai jawaban perusahaan terhadap teknologi industri ke depan. Dalam pandangan produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu, maskapai penerbangan di seluruh dunia menginginkan pengalaman baru perjalanan udara untuk para penumpang namun tetap mencapai efisiensi tinggi. Di samping itu, maskapai juga relatif menginginkan pesawat yang tak terlalu besar, namun juga tak terlalu kecil untuk melayani penerbangan jarak jauh antar benua. Oleh karenanya, Boeing pun mengembangkan pesawat dengan kriteria tersebut melalui Boeing 7E7. Efisiensi bahan bakar yang tak tertandingi dan fleksibilitas jangkauan pesawat menjadi jualan utama pesawat tersebut yang memungkinkan maskapai untuk membuka rute baru, mengoptimalkan kinerja armada, dan jaringan. Namun, ketika itu, menurut Avgeek Robert Hofmann, terdapat dorongan dari internal untuk memulai kembali penamaan pada pesawat. Menurutnya, mengutip dari Paul Harvey, Engineering Director Boeing ketika itu, penting untuk menyematkan nama pada pesawat dan bukan hanya sekedar angka belaka. Di samping itu, nama pada pesawat juga membawa daya magis tersendiri. Baca juga: Hari Ini, 62 Tahun Lalu, Boeing 720 (717) Sang Petarung Jarak Pendek Empat Mesin Terbang Perdana Karena itu, pada tahun 2003, Boeing menggandeng AOL Time Warner untuk menyediakan beberapa nama sekaligus mengadakan jajak pendapat. Dalam sebuah blog yang ditulis Randy Tinseth, banyak nama yang disarankan untuk Boeing 7E7. Namun tidak semuanya lolos tim legal and trademark Boeing. Hanya empat calon nama yang lolos; Dreamliner, Global Cruiser, Stratoclimber, dan eLiner. Di kalangan internal dan warga AS, Global Cruiser mendapat dukungan terbesar. Andai tidak ada polling dari masyarakat di seluruh dunia, mungkin nama itu akan disematkan di pesawat Boeing 7E7 (Boeing 787). Namun, jajak pendapat pun dihelat, melibatkan 500 ribu respon dari 160 negara. Selain memberikan nama, mereka juga diminta untuk bergabung dengan komunitas virtual World Design Team untuk memberikan masukan terhadap pengembangan Boeing 7E7 (Boeing 787). Hasil jajak pendapat akhirnya memenangkan Dreamliner sebagai nama pesawat Boeing 7E7, selisih 2.500 suara dengan Global Cruiser, yang menjadi favorit publik AS. Namun, Boeing tak lantas mengumumkannya sampai 15 Juli 2003, bertepatan dengan gelaran Paris Air Show. Baca juga: Mengapa Pesawat Boeing Selalu Dimulai dan Berakhir dengan Angka 7? Ini Jawabannya Di tahun 2005, Boeing juga merevisi atau mengganti huruf “E” pada 7E7 dan menggantinya menjadi angka “8” menjadi Boeing 787 Dreamliner. Sayangnya, Boeing tak merinci arti atau maksud khusus dari kata “Dreamliner” itu sendiri. Namun, menurut beberapa avgeek, ini adalah nama yang pas untuk sebuah pesawat impian baik bagi para penumpang maupun maskapai.