Mulai 1 Juni, Pengembalian Dana Pembatalan Tiket KA Antar Kota Maksimal Tujuh Hari

Mulai 1 Juni 2024, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menetapkan kebijakan baru mengenai waktu pengembalian dana pembatalan tiket KA Antar Kota. Berdasarkan kebijakan ini, pengembalian dana akan dilakukan paling lambat dalam waktu 7 hari setelah tanggal pembatalan. Sebelumnya, batas waktu pengembalian bea tiket yang dibatalkan atas permintaan penumpang yaitu 30 hingga 45 hari.

Baca juga: Begini Cara Refund atau Pembatalan Tiket Kereta Cepat Whoosh, Paling Lambat H-2 Jam Keberangkatan

“Perubahan ketentuan batas waktu pengembalian bea tiket tersebut guna meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Dengan mempercepat proses pengembalian dana, KAI berharap dapat memberikan pengalaman yang lebih baik dan memuaskan bagi para penumpang setianya,” kata VP Public Relations KAI, Joni Martinus.

Untuk memudahkan proses pengembalian dana, KAI menyediakan beberapa metode. Dana bisa dikembalikan melalui transfer ke rekening bank atau e-wallet penumpang. Ini memberikan kemudahan dan kecepatan bagi penumpang yang menggunakan layanan perbankan atau dompet digital.

Bagi penumpang yang belum memiliki rekening bank atau e-wallet, KAI juga menawarkan solusi sementara berupa pengembalian dana secara tunai. Pengembalian tunai ini dapat dilakukan di stasiun-stasiun tertentu yang telah ditetapkan oleh KAI, pada 7 hari setelah tanggal pembatalan.

Selain itu, KAI juga mengatur pengembalian dana untuk KA Perkotaan yang dikelola oleh KAI induk (bukan anak perusahaan). Pengembalian dana dilakukan secara tunai pada 7 hari setelah tanggal pembatalan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa semua penumpang, baik pengguna KA Antar Kota maupun KA Perkotaan, mendapatkan layanan yang cepat dan efisien.

Sementara itu, proses pembatalan tiket dapat dilakukan pada aplikasi Access by KAI dan loket stasiun yang melayani pembatalan tiket, dengan biaya administrasi sebesar 25% per tiket yang dibatalkan. Penumpang dapat membatalkan tiket di Access by KAI selambatnya 2 jam sebelum keberangkatan KA, atau di loket stasiun selambatnya 30 menit sebelum keberangkatan KA.

Pembatalan Tiket Lama dan Ribet, PT KAI Coba Buat Aplikasi Mudahkan Penumpang dengan Online

Desain Pesawat Sayap Tinggi vs Sayap Rendah: Ini Perbedaan-Persamaan dan Untung-Ruginya

Avgeek sekalian sudah pasti pernah bahkan sering melihat pesawat terbang, bukan? Tipenya mungkin sangat beragam, tetapi pada umumnya mereka menggunakan dua model sayap; sayap tinggi (high wing) dan sayap rendah (low wing). Di luar dua itu, sebetulnya ada satu lagi, mid wing. Hanya saja, itu jarang ditemui ketimbang low wing dan high wing.

Baca juga: Digunakan Beberapa Jenis Pesawat, Ini Perbedaan T-Tail dan Tailplane

Dikutip dari Pilot Mall, secara umum, perbedaan sayap rendah dan sayap tinggi sangat mudah ditemukan. Sebagaimana namanya, sayap rendah merupakan pesaway yang sayapnya dipasang lebih rendah dari setengah badan pesawat. Di antara pesawat bersayap rendah yang masyhur di dunia, Piper Cherokee adalah salah satunya.

Sedangkan pesawat sayap tinggi ialah pesawat yang sayapnya di pasang di atas badan pesawat. Sayap di pesawat ini biasanya dibuat datar atau sedikit dihedral (horizontal ke atas) dan anhedral (horizontal ke bawah).

Di antara pesawat yang menggunakan model sayap itu (dihedral), Cessna 172 adalah salah satunya. Lebih lanjut, pesawat sayap tinggi dengan model anhedral, avgeek bisa menemukannya pada pesawat terbesar di dunia, Antonov An-225 Mriya.

Baik high wing ataupun low wing, keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Kuantitasnya juga berimbang.

Pesawat high-wing memungkinkan pilot untuk melihat sekeliling lebih mudah (kecuali saat berbelok dengan gerakan roll) sehingga jangkauan pandangan lebih luas. Selain itu, pesawat ini juga lebih stabil dibanding low wing berkat pusat gaya angkat berada di atas pusat gravitasi (CG).

Pada sudut serang (Angle of attack) yang tinggi, sayap tidak mengganggu aliran udara menuju ekor, sehingga efektivitas control surface masih terjaga.

Selain itu, karena jarak sayap yang jauh dari tanah, maka sayap akan relatif lebih aman dari gangguan dari tanah seperti debu dan lain-lain. Ini pula mengapa konfigurasi high-wing sering dijumpai pada pesawat trainer.

Adapun pada pesawat low wing, kenggulannya berupa lebih aman ketika pendaratan darurat karena mampu menyerap efek benturan, lebih safety untuk pendaratan di air atau emergency water landing, tangki bahan bakar mudah dijangkau, sampai bobotnya yang lebih ringan.

Baca juga: Inilah Perbedaan Airlines dan Airways di Dunia Penerbangan

Ada kelebihan, ada pula kekurangan. Pada pesawat sayap rendah, kekurangannya ada di tingkat kestabilannya yang bisa dibilang lebih rendah dibanding high wing, efektivitas landing lebih rendah karena sayap yang berada di bawah mengganggu aliran udara ke elevator dan rudder, pesawat relatif melaju lebih pelan saat landing dan take off imbas ground effect, frekuensi debu yang bersarang di sayap karena posisinya dekat dengan tanah.

Sedangkan kekurangan pada pesawat high wing, badan pesawat cenderung lebih riskan saat emergency landing lantaran tak dibantu sayap, tangki bahan bakar sulit digapai, bobot lebih berat karena spar landing gear dan sayap terpisah, landing gear lebih panjang dan berat serta kurang stabil, hingga lebih sensitif terhadap crosswind dan turbulensi saat lepas landas ataupun take off.

Rusia dan Belarusia Kolaborasi Kembangan Pesawat Regional 19 Kursi LM-192 Osvey

Sama-sama diganjar sanksi oleh dunia Barat, Rusia dan Belarusia dikabarkan bekerja sama dalam pengembangan pesawat regional berkapasitas 19 kursi. Rencana produksi pesawat sipil terbaru ini menampilkan upaya kolaborasi untuk proyek LMS-192 Osvey, yakni desain pesawat turboprop bermesin ganda dengan sayap tinggi (high wing).

Baca juga: Masuk Pasar Cina, PT Dirgantara Indonesia dan Linkfield Technologies Kerja Sama Penjualan 25 Unit Pesawat N-219

LMS-192 Osvey rencananya akan ditenagai oleh mesin Klimov VK-800 buatan Rusia. Pihak Rusia memperkirakan produksi serial akan dimulai pada tahun 2027, dengan produksi awal 20 unit pesawat, dan meningkat menjadi 46 unit setiap tahunnya pada tahun-tahun berikutnya. Proyek ini merupakan perusahaan patungan antara UZGA Rusia (yang berbasis di Ekaterinburg) dan 558 Aviation Repair Plant di Belarus.

Kemitraan ini berasal dari perjanjian kerja sama Rusia-Belarusia yang lebih luas di bidang manufaktur pesawat yang ditandatangani pada Juli 2023. Perjanjian dalam proyek LMS-192 menguraikan kerangka kerja untuk produksi serial, yang mencakup proses hukum dan sertifikasi, serta aspek pendanaan dan koordinasi.

Perjanjian tersebut mengikat 558 Aviation Repair Plant untuk memesan setidaknya 178 unit pesawat pada tahun 2038 dan minimal 89 unit pesawat pada tahun 2030. Periode perjanjian awal diperpanjang hingga tahun 2030 tetapi mencakup perpanjangan otomatis selama lima tahun. Perkiraan penerbangan sipil Rusia pada tahun 2030 memperkirakan total 158 unit LMS-192 akan dibangun pada akhir dekade ini.

Desain Pesawat Sayap Tinggi vs Sayap Rendah: Ini Perbedaan-Persamaan dan Untung-Ruginya

COMAC C919 Pertama Kali Lakukan Penerbangan Komersial di Luar Cina Daratan

Pesawat regional narrow body buatan Cina, COMAC C919 diwartakan akan melakukan penerbangan komersial pertamanya di luar daratan Cina pada hari Sabtu – meskipun dalam hal ini masih wilayah Cina di Hong Kong. Langkah ini menjadi tonggak penting setahun setelah pesawat tersebut memasuki layanan domestik oleh maskapai nasional China Eastern.

Baca juga: Menhub Tawarkan COMAC Investasi Sektor Udara, Sinyal C919 Bakal Mengudara di Indonesia 

COMAC sedang mencoba untuk segera masuk ke pasar jet penumpang yang didominasi oleh produsen Barat seperti Airbus dan Boeing yang telah terkendala oleh kekurangan pesawat dan krisis keselamatan Boeing.

COMAC C919 China Eastern MU7191 dijadwalkan berangkat dari Bandara Internasional Hongqiao Shanghai pada Sabtu pagi menuju Hong Kong, dan kembali pada sore hari, menurut data FlightRadar24.

Pesawat tersebut akan membawa sekitar 100 pelajar dari Hong Kong, China Eastern dan COMAC, kata di media sosial. COMAC C919 pada bulan Desember melakukan penerbangan demonstrasi ke Hong Kong, yang memiliki kontrol perbatasan sendiri dan regulator penerbangan terpisah dari daratan.

Sejauh ini, hanya enam unit pesawat C919 yang dioperasikan China Eastern di tiga rute daratan, namun COMAC tahun ini telah meningkatkan rencana penjualan dan produksi serta telah memasarkannya ke negara lain, termasuk pasar penerbangan ke Arab Saudi yang sedang berkembang.

Sumber-sumber industri memperingatkan bahwa COMAC masih jauh dari membuat terobosan secara internasional, terutama tanpa sertifikasi acuan dari Amerika Serikat atau Uni Eropa.

Gu Xin, direktur Pusat Sertifikasi Kelaikan Udara Shanghai, yang merupakan bagian dari regulator penerbangan Cina, mengatakan kepada wartawan di Shanghai bulan ini bahwa pihaknya berharap mendapatkan sertifikasi dari regulator penerbangan Eropa pada tahun depan. Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengatakan proses ini akan memakan waktu berapa pun yang diperlukan.

Terbang Perdana Ke Luar Cina Daratan, COMAC C919 Sukses Mendarat di Hong Kong

COMAC mengatakan sekitar 1.000 unit pesawat C919 telah dipesan, hampir semuanya dari maskapai penerbangan dan lessor Cina. Tiga maskapai besar milik negara China Eastern, Air China dan China Southern masing-masing telah memesan 100 pesawat tersebut. C919 digadang untuk bersaing dengan keluarga jet Boeing 737 MAX dan Airbus A320neo.

Anda Mau “Survive” di Dalam Gerbong KRL? Yuk Ikuti Tipis Berikut Ini

Kereta Rel Listrik atau KRL, yang melayani rute dari Jakarta menuju Bogor, Bekasi hingga Tangerang setiap hari selalu penuh dengan masyarakat pinggiran Ibukota yang hendak berangkat kerja ataupun pulang kerja. Hal yang paling sering dialami penumpang yakni berdesak-desakan saat di dalam kereta. Ini dilakukan para penumpang demi mengejar kereta agar tak telat masuk kantor.

Baca juga: Naik KRL Selalu Waspadai Barang Bawaan Saat Disimpan di Rak Bagasi

Para penumpang ini, tidak berpikir lagi walaupun berdesakan sangat menderita mereka tetap memilih untuk naik kereta tersebut daripada terlambat. Namun, penderitaan ini juga dirasakan pengguna kereta saat hari libur baik Sabtu atau Minggu ataupun hari besar lainnya. Biasanya untuk hari libur kereta akan penuh dari Jakarta menuju pinggiran, ini berbalik dengan hari kerja.
rifky-maulana-1Sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan para pengguna KRL agak tidak merasakan derita berdesakan di kereta. Berikut ada beberapa tips yang diberikan para pengguna KRL untuk menghindari desakan di kereta di hari kerja.

1. Datang pagi sebelum pukul 07.00
Untuk Anda yang kerja pagi dengan tujuan Jakarta dari daerah pinggiran Ibukota lebih baik datang pagi. Selain menghindari penuh dan berdesakan kereta, kemungkinanan Anda masih mendapat tempat duduk dan memilih kereta.

2. Berdiri dekat sambungan kereta
Bila Anda sudah terlambat dating ke stasiun, lebih baik berdiri di sambungan kereta, ini bisa mengurangi desakan-desakan dari penumpang lainnya.

3. Tidak berdiri di depan pintu
Untuk hal ini, harus Anda hindari sebisa mungkin. Karena berdiri di depan pintu bukan membuat Anda aman, justru akan membuat Anda lebih sengsara dan terdesak saat kereta berhenti di stasiun lain dan banyak penumpang yang naik.
BACA-BERITA-Penumpang-KRL4. Tahu jadwal kereta yang di naiki Ini hal terpenting juga, kalau Anda taahu jadwal perjalanan KRL akan memudahkan Anda. Salah satunya Anda jadi tahu kereta mana yang pertama berangkat dan tahu penuh atau tidaknya kereta yang Anda naiki.

Dalam perjalanan KRL banyak kendala yang bisa tiba-tiba saja terjadi. Korsleting listrik, kereta terbakar ataupun tabrakan antar kereta bisa terjadi. Kebakaran yang ada disekitaran stasiun juga membuat perjalanan KRL bisa terganggu. Gangguan sinyal bisa membuat penumpang berdesakan dan semakin membuat Anda tidak nyaman.

Tak hanya tips untuk hari kerja, di hari libur pun ada trik khusus yang bisa digunakan oleh penumpang dadakan yang memang hanya menggunakaann kereta di hari libur. Untuk pengguna kereta di hari libur, baiknya berangkat agak siang untuk menghindari berdesakan dengan penumpang lain. Ini dikarenakan penumpang hari minggu biasanya membawa keluarga untuk menikmati perjalanan. Sedangkan untuk kembaali pulang, Anda lebih baik naik keret sebelum jam 5 sore atau pulang di atas jam delapan malam untuk menghindari kepadatan dan desakan di dalam kereta.

Bukan Turbulensi, Ternyata Penumpanglah yang Jadi ‘Ancaman’ Terbesar Bagi Awak Kabin

Bagi Anda para penumpang pesawat, mungkin turbulensi merupakan salah satu penyumbang ketakutan terbesar ketika mengudara setelah proses lepas landas. Namun hal berbeda diutarakan oleh para awak kabin, yang menyebutkan bahwa penumpanglah yang menjadi ancaman terbesar bagi mereka, bukan turbulensi atau proses take-off dan landing. Tentu saja, pernyataan ini bukanlah tercetus begitu saja tanpa adanya pembuktian, melainkan pengalamanlah yang membuktikan.

Baca Juga: (Lagi) Awak Kabin Delta Tunjukkan Sikap Tidak Profesional Kepada Penumpang!

Adalah eks manager awak kabin dari Virgin Airlines, Ally Murphy yang mencetuskan pernyataan mencengangkan tersebut. Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman news.com.au (24/6/2019), Ally mengatakan bahwa bagian paling sulit dari pekerjaannya adalah berurusan dengan penumpang yang keras kepala dan tidak jarang juga para penumpang ini membubuhkan tindak kekerasan kepada awak kabin.

Ally Murphy. Sumber: news.com.au

“(Ada penumpang yang) menepuk pundak saya untuk mendapatkan perhatian, namun saya pikir itu merupakan tindakan yang tidak perlu,” ujar Ally.

“Saya pribadi tidak akan menepuk pundak seseorang untuk alasan apapun, namun hal tersebut tidak berlaku bagi penumpang di pesawat,” imbuhnya.

Alih-alih dituntut untuk memiliki postur tubuh yang proporsional dan mampu bersolek untuk bisa mengayomi penumpang, sesungguhnya, lanjut Ally, salah satu tugas awak kabin yang sebenarnya adalah untuk mengangani penumpang yang keras kepala dan memiliki tingkah laku yang tidak layak. Tapi, bukan berarti para awak kabin ini tidak dilatih untuk menghadapi penumpang semacam itu. Beberapa maskapai melatih awak kabin untuk menangani situasi tegang ketika ada kendala dengan oknum penumpang.

“Saya seketika teringat pernah menangani sepasang penumpang yang mencampurkan obat tidur dengan wine yang dibawanya ke dalam kabin,” terang Ally.

Reaksi yang dihasilkan dari pencampuran ini membuat penumpang tersebut seperti linglung.

“Reaksi yang tercipta adalah Anda tidak mengetahui apa yang hendak Anda lakukan, Anda juga tidak bisa tidur, dan Anda tidak tahu sedang melakukan apa,” ujarnya.

“Pria yang sudah dalam kondisi tidak sadar ini lalu berkeliling dan mengambil setiap sepatu dari penumpang dan mencobanya. Lucunya lagi, ketika ia kembali ke tempat duduknya, ia bahkan tidak mengenali istrinya sendiri,” tandas Ally.

Baca Juga: Punya Keterampilan Multibahasa, Awak Kabin Berpeluang Sukses Lebih Besar

Tidak berhenti sampai situ saja, Ally juga menabahkan bahwa pria yang sudah mengkonsumsi alkohol plus obat tidur tersebut lalu mengatkaan bahwa dirinya enggan berada di dalam kabin dan berusaha untuk membuka pintu pesawat. Tentu saja, Anda semua sudah bisa menebak kelanjutannya seperti apa. Ya, petugas langsung mencegah dan mengamankannya.

Bagi Anda yang bercita-cita untuk menjadi awak kabin, sudah siap untuk berurusan dengan penumpang dengan tabiat yang seperti contoh di atas apa belum?

 

Kurangi Efek Turbulensi, Sebaiknya Pilih Kursi di Dekat Sayap

Meski sudah menjadi suatu kewajaran dalam penerbangan, namun turbulensi sebisa mungkin untuk dhindari, maklum tak sedikit penumpang yang berakhir trauma saat melewati turbulensi. Terkhusus bagi penumpang, posisi kursi yang tepat memang dapat meminimalkan efek turbulensi. Lantas yang menjadi pertanyaan, di kursi sebelah manakah efek turbulensi dapat terasa minimal?

Baca juga: Peneliti Buktikan Bahwa Guncangan Akibat Turbulensi Bisa Diredam!

Untuk menjawab pertanyaan di atas, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu bagian dari struktur pesawat yang paling stabil dan kokoh. Merujuk ke beberapa analisa, maka yang dimaksud adalah area pada sayap. Selain merupakan central dari kekuatan pesawat, sayap memang dirancang kokoh lantaran menjadi tempat tangki bahan bakar.

Dengan kekuatan struktur yang merupakan persilangan dari fuselage (body pesawat) dan sayap, maka penumpang yang berada di dekat sayap akan mendapatkan efek stabilitas lebih tinggi dari penumpang di bagian kabin lainnya. Kursi paling tengah merupakan center of gravity (CG) dari sebuah pesawat di mana itu adalah titik paling seimbang.

Sayap pesawat yang ada di sisi kanan dan kiri juga dirancang tidak akan pecah ketika turbulensi. Karena setiap pesawat diuji ketahanannya hingga yang ekstrem. Meski lebih tahan terhadap efek turbulensi, namun posisi kursi di dekat sayap punya konsekuensi tersendiri. Seperti dalam penerbangan jarak jauh, posisi kursi di atas sayap kerap membuat jenuh, lantaran bidang pandangan penumpang ke luar terbatas oleh stuktur sayap yang masif.

Baca juga: Bukan Turbulensi, Ternyata Penumpanglah yang Jadi ‘Ancaman’ Terbesar Bagi Awak Kabin

Lain dari itu, ada profil penumpang yang mungkin takut akan ketinggian, dengan mengambil posisi kursi dekat sayap, maka efek ‘ketakutan’ akan berkurang. Seandainya pun ingin melihat ke luar jendela, maka yang dilihatnya adalah bagian atas sayap, bukan pemandangan ke darartan yang ribuan meter dibawahnya.

 

 

Vietjet Raih ‘Best Ultra Low-Cost Airline’ dan ‘Best Low-Cost Airline Onboard Hospitality’ 2024

Tahun ini, Vietjet berhasil meraih penghargaan ‘Best Ultra Low-Cost Airline’ dan ‘Best Low-Cost Airline Onboard Hospitality’ untuk tahun 2024 dari AirlineRatings.com, sebuah situs web pemeringkat keselamatan dan produk penerbangan terkemuka.

Baca juga: Vietjet Bukukan Pendapatan kuartal I Rp11,4 Triliun, Bidik 27 Juta Penumpang di Tahun 2024

Sebelumnya, Vietjet juga telah meraih beberapa penghargaan internasional selama beberapa tahun terakhir dari AirlineRatings. Tahun ini, AirlineRatings kembali mengapresiasi Vietjet atas penawaran harga tiket yang ekonomis, layanan yang inovatif dan beragam, termasuk penawaran in-flight yang berkualitas. Vietjet terus mengembangkan armada A330 dan A321 yang dimiliki serta memperluas jaringan penerbangannya untuk menjadikan perjalanan udara lebih terjangkau bagi semua orang.

Di antara maskapai penerbangan, Vietjet juga dikenal sebagai pelopor dalam model penerbangan berbiaya rendah melalui layanan kelas Business yang menawarkan pengalaman terbaik bagi para wisatawan.

Pemimpin Redaksi AirlineRatings.com, Geoffrey Thomas, menyampaikan “Vietjet memiliki strategi pemasaran yang sangat cerdas dan juga menawarkan harga tiket yang sangat kompetitif. Di balik itu semua, terdapat rencana bisnis yang cermat dan serius dalam menghadirkan perjalanan udara yang terjangkau bagi jutaan orang. Vietjet memiliki armada pesawat Airbus yang sangat modern dan dapat dikatakan merupakan yang terbaik secara operasional.

Saat ini, Vietjet telah menjadi bagian penting dari perekonomian Vietnam yang sedang berkembang pesat, serta mampu mendukung pertumbuhan sektor pariwisata. Kontribusi maskapai ini terhadap perkembangan Vietnam tidak bisa diukur hanya dari jumlah penumpangnya. Hal ini merupakan kabar baik bagi masyarakat dan wisatawan yang melakukan perjalanan di kawasan Asia dan sekitarnya.”

Vietjet dengan bangga menawarkan konektivitas yang mudah dan terjangkau dengan menggunakan armada pesawat yang modern dan ramah lingkungan, sekaligus memberikan layanan terbaik oleh awak kabin yang berdedikasi dan profesional. Saat ini, Vietjet mengoperasikan lebih dari 100 pesawat yang melayani jaringan penerbangan luas yang mencakup Vietnam, Thailand, dan berbagai destinasi internasional. Di Indonesia, Vietjet menyediakan sejumlah rute yang menghubungkan Jakarta dan Bali dengan Hanoi dan Ho Chi Minh. Maskapai ini juga melayani berbagai rute menuju Australia, India, Cina, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Kazakhstan, dan negara-negara lainnya. Hingga saat ini, Vietjet telah mengangkut lebih dari 185 juta penumpang baik domestik maupun internasional.

Selama penerbangan berlangsung, para penumpang dapat menikmati beraneka ragam hidangan gourmet Vietnam dan internasional, seperti Pho, Banh Mi, kopi Vietnam, dan lainnya, serta berbelanja dengan fasilitas bebas bea eksklusif. Vietjet juga meraih peringkat bintang tujuh dari AirlineRatings, yang menandakan standar keselamatan penerbangan global tertinggi serta menegaskan posisinya sebagai salah satu dari sepuluh maskapai penerbangan teraman dan terbaik di dunia. Pada tahun 2022, Vietjet juga menerima penghargaan ‘Value Airline of the Year’ oleh AirlineRatings. Pencapaian ini menyoroti komitmen Vietjet dalam menyediakan pengalaman perjalanan yang aman dan nyaman, termasuk dengan menyediakan asuransi SkyCare secara gratis bagi penumpangnya.

Penghargaan ‘Airline Excellence Awards’ dari AirlineRatings telah diselenggarakan sejak tahun 2013 untuk mengevaluasi tingkat keselamatan dan kualitas layanan yang ditawarkan oleh lebih dari 385 maskapai penerbangan di seluruh dunia. Penghargaan ini diberikan kepada maskapai terbaik di berbagai kategori penting dalam industri penerbangan. Sejumlah maskapai terkemuka yang menerima penghargaan tahun ini meliputi Qatar Airways, Emirates, Etihad Airways, Air New Zealand, dll.

Vietjet Terima Pesawat ke-105 Airbus A321neo ACF, Diklaim Bisa Mengurangi Kebisingan Hingga 75%

Israel Akan Meluncurkan Sistem eTA untuk Pelancong dari Negara Bebas Visa

Meski menjadi pusat kemarahan dunia atas agresi serta kebiadabannya di Gaza, namun Israel punya daya pikat tersendiri bagi para pelancong religi, lantaran keberadaan Yerusalem yang menjadki sentra penting bagi tiga agama. Dan belum lama ini, pihak imigrasi Israel memberlakukan aturan baru bagi pelancong asing yang ingin masuk ke Israel, jelas akan lebih ketat.

Baca juga: Jadi Simbol Konflik Israel-Palestina, Inilah Sejarah Panjang Bandara Ben Gurion di Tel Aviv

Seperti dikutip The Time of Israel (28/5/2024), Israel akan meluncurkan sistem Electronic Travel Authorization (eTA) untuk wisatawan dari negara bebas visa. Israel mengatakan pihaknya akan beralih ke sistem eTA bagi pengunjung dari negara-negara bebas visa mulai bulan Agustus, bergabung dengan Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara lain yang memiliki sistem tersebut.

Pengunjung dari negara non-visa akan memerlukan ETA untuk tinggal hingga 90 hari di Israel, karena sebelumnya dapat mengunjungi negara tersebut tanpa eTA. Masuknya akan terus ditentukan oleh petugas pengawas perbatasan, seperti di negara lain dengan sistem serupa.

Program percontohan sistem eTA-IL akan dimulai pada tanggal 1 Juni bagi pemegang paspor AS dan Jerman dan akan terbuka bagi pengunjung dari negara bebas visa lainnya pada tanggal 1 Juli.

eTA-IL akan diwajibkan mulai 1 Agustus, “dan pengunjung tidak akan bisa naik pesawat ke Israel tanpanya”, kata Otoritas Kependudukan dan Imigrasi Israel dalam sebuah pernyataan.

Biayanya NIS 25 ($6,80) dan masa berlakunya hingga 2 tahun, atau hingga paspor saat ini habis masa berlakunya. Untuk mendapatkan paspor baru atau perubahan nama atau jenis kelamin, diperlukan permohonan izin perjalanan baru.

Pengunjung dari negara yang tidak memenuhi syarat masih memerlukan visa di konsulat Israel sebelum melakukan perjalanan, dan tidak perlu mendapatkan eTA-IL.

Ben Gurion, Bandara Paling Aman dengan Standar Keamanan Tertinggi di Dunia

5 Kesalahan Populer Pilot Pemula Saat Taxi, Nomor Tiga Butuh Insting Tajam

Pilot memang profesi yang dituntut minim kesalahan atau zero mistake. Salah sedikit, bukan tak mungkin bakal berakibat fatal. Namun, bagi penerbang muda atau pilot pemula, kesalahan sepertinya sudah melekat; dalam hal ini saat taxi (taxiing).

Baca juga: Tanpa Sadar, Tingginya Frekuensi Penerbangan Giring Pesawat Sipil Lakukan “Elephant Walk”

Dalam catatan Doug Ranly, praktisi, pengamat, inovator penerbangan, pada umumnya pilot pemula kerap melakukan lima kesalahan (saat taxiing). Memang tak fatal, namun, tetap saja patut menjadi perhatian, sebab, kelak mereka akan berada pada posisi yang lebih krusial, dengan menerbangankan pesawat yang lebih besar serta dipenuhi manusia dan barang. Dilansir dari studentpilotnews.com, berikut rangkuman lima kesalahan pilot saat taxiing.

1. Terlalu cepat
Dalam pengamatan Doug Ranly, saat taxiing, pilot pemula banyak melalukan kesalahan berkenaan dengan kecepatan. Padahal, saat terbang dan taxiing, pilot tak boleh terburu-buru. Di samping itu, menjaga jarak dan tetap mengikuti pedoman sangat penting dilakukan.

2. Ngerem berlebih
Mencoba performa rem saat taxiing kerap dilakukan pilot. Namun, pilot pemula umumnya kerap melakukannya secara berlebihan. Selain itu, mereka juga kerap menambah kecepatan sambil mengerem. Akibatnya, sistem pengereman pesawat jadi cepat haus.

3. Keluar jalur
Kesalahan lainnya yang kerap dilakukan pilot pemula saat taxiing adalah keluar jalur atau off the centerline, ditandai dengan nose wheel yang tak berada tepat di garis. Membuat pesawat stabil berada di tengah memang bukanlah pekerjaan yang mudah bagi pilot pemula. Butuh feeling yang tepat untuk menguasai pesawat, selain mengacu pada indikator yang ada untuk membuat pesawat berada tepat di tengah.

Keluar jalur saat di taxi way mungkin tak begitu masalah untuk ukuran pesawat latih seperti Cessna 172 Skyhawk atau Cessna 162 Skycatcher. Namun, bagi pesawat yang lebih besar, bukan tak mungkin keluar jalur akan menyebabkan wingtip pesawat akan berbenturan dengan wingtip pesawat lainnya, seperti senggolan pesawat A350 dan B777 Cathay Pacific akibat bandara penuh selain tidak berada dalam jalur yang pas.

Baca juga: Pertama di Dunia, Airbus A350-1000 Berhasil Lepas Landas, Landing, dan Taxi Otomatis! Pilot Terancam?

4. Kurang komunikasi
Terkadang, pilot pemula ragu untuk berkomunikasi, entah itu saat menyalahkan mesin, meluncur, mengurangi kecepatan. Padahal, ketika ragu, sikap pilot seharusnya berkomunikasi dengan menara pengawas secara berlebih, bukan malah tak berkomunikasi.

5. Flaps down
Kebanyakan pilot pemula pernah melakukan kesalahan di titik ini. Saat taxiing, flaps down mungkin ada benarnya. Selain menguji perform flaps, itu mungkin dapat membantu menjaga kecepatan pesawat. Namun, ketika meluncur dan terbang, pilot pemula sering kali lupa menurunkannya kembali. Tentu saja laju pesawat jadi tertahan.