Mengenal Polsuska, Penegak Peraturan di Kereta Api

Berjalan tegap dengan seragam laksana personel Brimob Polri, aktivitasnya selalu hadir mendapingi kondektur dalam mengecek tiket penumpang kereta api. Merekalah yang disebut sebagai Polsuska (Polisi Khusus Kereta Api), meski dilengkapi atribut baret ala militer dan menyandang peralatan penindak kejahatan, peran Polsuska tetap sebagai petugas keamanan sipil. Baca juga: “Kapten Arjun,” Robot yang Bantu Polsuska Intensifkan Penyaringan Penumpang Kereta Api Polsus atau Kepolisian Khusus merupakan instansi atau badan pemerintah yang atau atas kuasa undang-undang diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi kepolisian di bidangnya masing-masing. Salah satunya adalah Polsuska atau polisi khusus kereta api. Di bidang lain kita mengenal fungsi polisi khusus, seperti Polisi Kehutanan (Polhut) yang operasinalnya dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Dan perlu dicatat, meski mengambil identitas Polisi Khusus, mereka bukan bagian dari struktur Kepolisian RI. Polsuska memiliki tugas sama seperti polisi lainnya yakni melakukan pengamanan, pencegahan, penangkalan dan penindakan nonyustisiil sesuai dengan bidang teknisnya masing-masing yang di atur dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya di bidang perkeretaapian. Contoh pengamanan dan pendindakan nonyustisiil adalah menindak para penumpang yang merokok di dalam gerbong kereta.
Jawapos.com
Seperti pantauan yang KabarPenumpang.com lakukan, dalam kereta api baik ekonomi, bisnis maupun eksekutif penumpang dilarang merokok baik di tempat duduk, dekat pintu ataupun toilet. Bila ada penumpang yang saat itu ketahuan merokok oleh petugas kereta, maka Polsuska akan menindak secara tegas. Penumpang di beri peringatan dan diturunkan pada stasiun berikutnya serta diberikan pada petugas di stasiun tempat penumpang tersebut diturunkan. Tak hanya itu, Polsuska sebelum melakukan penindakan terhadap penumpang nakal, memberikan laporan kepada masinis dan kondektur tentang hal tersebut. Mungkin bagi Anda terlihat sepele, namun keputusan Polsuska dalam kereta api sama dengan keputusan polisi pada umumnya. Sayangnya, Polsuska memiliki fungsi yang terbatas dibandingkan dengan polisi lainnya. Polsusuka harus melaksanakan fungsi secara preemtif, preventif dan represif nonyustisiil dalam menindak. Polsuska juga memiliki tanggung jawab besar, terutama yang berkaitan dengan pengamanan dan ketertiban pengguna jasa kereta api serta objek vital baik Stasiun maupun aset milik PT KAI. Merujuk ke sejarahnya, Polsuska dibentuk pada lingkungan PJKA tahun 1971 dengan nama awal Polisi Kereta Api (PKA). Biasanya anggota Polsusuka berasal dari anggota Polri yang ditugaskan (BKO) di PJKA. Namun, dalam perkembangannya stastus perusahaan dari PJKA menjadi PERUMKA yang kemudian menjadi PT KAI (Persero) dibawah kementerian BUMN. Hal ini berbuntut pada perubahan tugas Polsusuka yang terbatas. Dulu tugas Polsuska bisa melakukan penyelidikan, sayangnya setelah dibawah BUMN tugas Polsuska seperti saat ini yang hanya menjaga keamanan, penertiban penumpang di stasiun, penertiban asongan, penertiban ataper, larangan merokok pada penumpang hingga penertiban bangunan liar yang berada di area aset milik PT KAI. Seragam Polsuska yang menggunakan baret berwarna jingga, dan karena warna sampai saat ini masih menimbulkan polemik, sebab warnanya sama dengan baret milik Korps Paskhas TNI AU. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmayanto mengatakan, hal ini bukanlah suatu yang penting untuk dipermasalahkan, walaupun dirinya tidak menampik adanya kemiripan seragam ini. Namun, tanggapan lain datang dari Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) saat itu, Marsekal TNI Agus Supriatna yang merasa hal ini bisa berdampak negatif. Menurut Agus, seragam dinas sipil baik Kementerian dan lembaga harus memiliki ciri khas masing-masing, sebab bila sama dengan militer. Kekhawatiran Agus adalah dimana lambang dan atribut mirip TNI tersebut membuat masyarakat salah persepsi. Tapi saat ini pihak TNI AU menunggu kebijakan pemerintah terkait masalah persamaan seragam sipil ini. Sebagai organisasi keamanan non militer, termasuk Polri, penggunaan baret disematkan dengan miring ke kiri, sementara personel militer menggunakan baret dengan miring ke kanan.
‘ePatrolling’ Aplikasi Untuk Mudahkan Kontrol Petugas Polsuska

Kreatif! Pilot ini Sulap Bangkai Airbus A330 Menjadi Sebuah Museum

Apa yang  terlintas di benak Anda jika mendengar pesawat jatuh? Mungkin yang pertama yang terlintas di pikiran Anda adalah seputar kecelakaan tersebut, seperti berapa korban yang jatuh, dimana lokasi pesawat itu jatuh, dan lain sebagainya. Namun sudut pandang berbeda dilancarkan oleh seorang pilot yang akhirnya mengubah bangkai pesawat tersebut menjadi sebuah museum. Baca Juga: Ada Sosok Boeing 737 Misterius di Bali, Kini Jadi Obyek Foto Favorit Para Pelancong Dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, pilot yang disinyalir bernama Bed Upreti tersebut merombak pesawat Airbus A330 milik Turkish Airlines yang mengudara dari Istanbul dan tergelincir saat hendak landing di Kathmandu pada 4 Maret 2015 silam. Walaupun nyawa dari 227 penumpang beserta 11 awak pesawat tersebut selamat, namun jalur internasional di bandara tersebut terpaksa ditutup selama empat hari karena petugas berusaha untuk memindahkan badan pesawat nahas tersebut. Sayangnya, baik pihak bandara maupun Turkish Airlines tidak ada yang menindaklanjuti insiden tersebut hingga bangkai pesawat terbengkalai begitu saja di salah satu sudut bandara. Berangkat dari situ, Bed Upreti lalu berinisiatif untuk membuka sebuah museum dengan menggunakan bangkai pesawat Airbus A330 milik Turkish Airlines yang sudah tidak terpakai itu, dengan mahar USD$600,000 atau setara dengan Rp8,1 miliar.
Sumber: etimg.com
Bed Upreti mengungkapkan kesulitannya memindahkan Airbus A330. Sebelumnya, ia pernah memindahkan sebuah Fokker 100 dari Nepal ke Dhangadi yang jaraknya sekitar 500km di sebelah barat Nepal. Perlu diketahui, ukuran Fokker 100 mungkin hanyalah setengah dari Airbus A330. “Mengangkut pesawat (Fokker 100) melintasi distrik jauh lebih mudah daripada memindahkan Airbus yang jaraknya hanya beberapa meter saja dari bandara,” ungkap Bed Upreti.
Sumber: aviationnepal.com
Bed Upreti membutuhkan sekitar enam minggu untuk memotong Airbus A330 tersebut menjadi 10 bagian, sebelum akhirnya pesawat tersebut dipindahkan menuju ‘rumah barunya’, yang berjarak hanya 500 meter dari bandara. Proses pengerjaannya yang lama dikarenakan Bed Upreti bersama timnya hanya bekerja ketika malam hari, dimana bandara tersebut sudah tidak beroperasi. Dan ia mengaku membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk menyatukan kembali 10 bagian pesawat yang sudah dimutilasi tersebut. Ketika sudah rampung, rencananya kelas bisnis akan menampilkan model pesawat pertama yang mengudara buatan Wright Brothers, dan pada bagian ekornya akan ada sebuah kafe. Tidak hanya itu, Pesawat bercat putih betuliskan Aviation Museum tersebut juga akan menampilkan lebih dari 150 display mini yang akan memetakan sejarah penerbangan serta asal muasal industri penerbangan di Nepal. Baca Juga: Pensiun dari Dunia Aviasi, Boeing 747 Disulap Jadi Restoran Mewah Dibalik idenya untuk membangun museum, Bed Upreti berharap pembukaan museum tersebut akan mengilhami anak muda untuk lebih tertarik di dunia aviasi dan terinspirasi untuk mengambil bagian di dalamnya, entah menjadi seorang pilot, kru darat, hingga awak kabin. Untuk memaksimalkan daya tampung dari Aviation Museum tersebut, Bed Upreti mengeluarkan semua partikel yang berada di lambung pesawat Airbus A330 dan menata kembali sedemikian rupa.

Korean Air Jual Lima Unit Boeing 747-8 untuk Dikonversi Jadi “Doomsday Plane”

Korean Air telah menandatangani kesepakatan dengan kontraktor pertahanan yang berbasis di Nevada, Sierra Nevada Corp mengenai penjualan lima Boeing 747-8 (800). Sierra Nevada belum lama ini mendapatkan kontrak senilai $13 miliar untuk mengembangkan Survivable Airborne Operations Center (SAOC), atau “Doomsday Plane” untuk kebutuhan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Baca juga: Korean Air Tuntaskan Kontrak Pemesanan 33 Unit Airbus A350 Seperti dikutip Reuters, maskapai utama Korea Selatan ini akan menjual lima pesawat berbadan lebar Boeing 747-8 miliknya seharga $674 juta, atau setara dengan $135 juta per badan pesawat. Penjualan tersebut diperkirakan akan selesai pada September 2025 dan akan membuat maskapai ini hanya memiliki empat pesawat penumpang 747-8 seiring dengan upaya modernisasi armadanya. Dalam pengajuan Sierra Nevada kepada Korean Air, mereka mengatakan langkah tersebut selaras dengan strategi jangka panjangnya untuk mendivestasi pesawat tua demi jet generasi berikutnya. Penjualan ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Korean Air mengkonfirmasi kesepakatan pembelian 33 unit Airbus A350 senilai $13,7 miliar. Pesawat 747 bermesin empat pada akhirnya akan menggantikan pesawat Boeing E-4B Advanced Airborne Command Post (AACP) yang dioperasikan USAF, yang saat ini menggunakan badan pesawat Boeing 747-200B yang dimodifikasi. Berdasarkan kontraknya dengan USAF, Sierra Nevada diharapkan menyelesaikan pekerjaannya pada tahun 2036, dengan Angkatan Udara AS memberikan kontribusi langsung sebesar $59 juta untuk memulai pengembangan dan pengujian. Ketika industri penerbangan semakin memilih pesawat jarak jauh bermesin ganda yang lebih efisien, Korean Air akan memangkas separuh armada penumpang Boeing 747-nya dalam 18 bulan ke depan. Maskapai penerbangan Korea ini saat ini mengoperasikan sembilan jet penumpang 747-8I yang dapat menampung hingga 368 penumpang dalam tiga kelas – enam di kelas satu, 48 di kelas bisnis, dan 314 di kelas ekonomi – dan merupakan salah satu dari tiga maskapai penerbangan yang mengoperasikan 747-8 sebagai pesawat penumpang, bersama dengan Air China dan Lufthansa. Boeing 747-8I tertuanya belum berusia sembilan tahun, sementara Korean Air juga mengoperasikan 11 pesawat kargo Boeing 747 sebagai bagian dari bisnis kargonya yang cukup besar. Masih harus dilihat apakah hal ini dapat meyakinkan maskapai ini untuk mempertahankan armada Airbus A380-nya lebih lama, terutama karena beberapa hari yang lalu salah satu pesawat A380-nya terlihat dibongkar.
Sejarah Panjang Korean Air, Maskapai Nasional yang Awalnya Dimiliki Pemerintah

Singapora Airlines Group Pesan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan dari Neste

Singapore Airlines (SIA) Group menandatangani perjanjian dengan Neste untuk membeli 1.000 ton Neste MY Sustainable Aviation FuelTM murni. Hal ini akan menjadikan SIA dan Scoot, dua maskapai di dalam grup tersebut, sebagai maskapai pertama yang menggunakan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan atau Sustainable Avitiaton Fuel (SAF), yang diproduksi di kilang Neste di Bandara Changi Singapura. Baca juga: Airbus Bergabung di “Act For Sky”, dukung SAF Produksi Lokal Neste akan mencampurkan SAF tersebut dengan bahan bakar pesawat konvensional sesuai dengan spesifikasi keamanan yang ditetapkan, dan akan mengirim campuran bahan bakar pesawat tesebut ke sistem hidran bahan bakar di Bandara Changi dalam dua tahap – tahap pertama pada kuartal kedua tahun 2024 dan tahap kedua pada kuartal keempat tahun ini. Pencapaian ini juga menandai pasokan langsung pertama SAF dari Neste ke maskapai penerbangan di Bandara Changi, yang akan memperkuat kemampuan rantai pasokan SAF mereka secara menyeluruh di Singapura. Hal ini menyusul selesainya perluasan kilang Neste di Singapura pada bulan Mei 2023. Kilang ini memiliki kapasitas memproduksi satu juta ton SAF setiap tahun, menjadikannya sebagai fasilitas produksi SAF terbesar di dunia. SAF dari Neste, yang terbuat dari bahan baku 100% limbah terbarukan dan residu, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80% siklus hidup bahan bakar. Dicampur dengan bahan bakar pesawat konvensional, SAF ini terintegrasi secara sempurna dengan mesin pesawat dan infrastruktur pengisian bahan bakar yang sudah ada. Lee Wen Fen, Chief Sustainability Officer, Singapore Airlines, mengatakan, “Perjanjian dengan Neste merupakan tonggak penting dalam perjalanan SIA Group untuk memiliki minimal 5% bahan bakar penerbangan berkelanjutan dalam total pengangkutan bahan bakar kami pada tahun 2030 mendatang. Kolaborasi erat dengan mitra dan pemangku kepentingan, baik di Singapura maupun secara global, berperan penting dalam tujuan dekarbonisasi jangka panjang kami. Industri penerbangan yang lebih berkelanjutan akan memastikan bahwa generasi mendatang akan terus mendapatkan manfaat dari konektivitas global, kemakmuran ekonomi, dan hubungan antar manusia yang didorong oleh perjalanan udara.” Mulai bulan Mei 2024, SIA akan menawarkan 1.000 Unit SAF Book & Claim Units (BCUs) yang dapat dibeli oleh pelaku perjalanan bisnis, pengirim barang, dan perusahaan ekspedisi. Setiap BCU mewakili satu ton SAF murni terkait dengan manfaat pengurangan karbon dioksida.
Singapore Airlines Gandeng ExxonMobil untuk Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan
Dengan membeli BCU SAF, pelaku perjalanan bisnis, pengirim barang, dan perusahaan ekspedisi dapat mengklaim manfaat lingkungan untuk penerbangan yang terkait dengan kegiatan bisnis dan operasional mereka, serta mendukung perkembangan industri SAF yang sedang berkembang. Sistem Roundtable on Sustainable Biomaterials (RSB) Book & Claim, sebuah standar industri terpercaya, akan memastikan ketelusuran dan kredibilitas transaksi-transaksi ini.

Sambut Musim Haji 2024, Garuda Indonesia Maksimalkan Operasional Penerbangan dan Jalankan Aircraft Health Program

Garuda Indonesia secara berkesinambungan terus memaksimalkan kesiapan operasional jelang pelaksanaan penerbangan haji yang akan dimulai pada hari Minggu (12/5) mendatang. Kesiapan tersebut salah satunya dioptimalkan pada sejumlah aspek di antaranya yaitu aspek layanan, operasional, hingga tata kelola safety, untuk memastikan kesiapan layanan penerbangan bagi calon jamaah haji dapat berjalan lancar. Baca juga: Saudia Berencana Fokus di Layanan Umrah dan Haji, Geser Hub dari Riyadh ke Jeddah Operasional penerbangan haji tahun ini merupakan salah satu momen penting Garuda Indonesia Group, atas kepercayaan yang kembali diberikan oleh Pemerintah —melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI— kepada Garuda sebagai maskapai penyelenggara pengangkutan udara jemaah haji Indonesia tahun ini, yang merupakan tahun ke-69 sejak Garuda Indonesia mengoperasikan penerbangan haji untuk pertama kalinya pada tahun 1955. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan “Dipercaya untuk mengantarkan calon jemaah Haji asal Indonesia untuk menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci lebih dari enam dekade, tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami sekaligus tanggung jawab bagi kami untuk memastikan kualitas layanan, operasional, dan aspek safety bagi seluruh masyarakat yang akan berangkat ke tanah suci terpenuhi dengan baik.” Irfan menjelaskan, salah satu langkah persiapan tersebut adalah dengan melaksanakan Aircraft Health Program, yaitu penyehatan pesawat melalui beragam prosedur perawatan secara menyeluruh dan berlapis pada armada yang akan melayani penerbangan haji. Program ini sendiri telah berlangsung secara intensif sejak bulan Maret lalu yang dibarengi dengan persiapan secara umum  sejak awal tahun 2024 lalu. Lebih lanjut, Garuda Indonesia melalui GMF AeroAsia juga telah melaksanakan berbagai persiapan teknis lainnya, seperti Material/Spare Readiness, Station and Manpower Readiness, serta GACA (General Authority of Civil Aviation) Certification yang merupakan proses mandatory untuk mendaftarkan pesawat-pesawat penerbangan haji ke Otoritas Kerajaan Arab Saudi.
Khusus Layani Jamaah Haji Tradisional, Garuda Indonesia Andalkan Awak Kabin (Lokal)
Selain itu, dalam aspek pelayanan penumpang, Garuda Indonesia juga menyiapkan sajian makanan dalam inflight service berupa hot meals sedikitnya sebanyak 2 kali dan snack sebanyak 1 kali. Adapun Garuda Indonesia memberikan improvisasi dengan sajian hidangan khas dari masing-masing daerah embarkasi. Irfan menambahkan, “Berkaca pada pelaksanaan penerbangan Haji tahun sebelumnya yakni lebih dari 20% dari total seluruh jemaah yang diantar oleh Garuda merupakan kategori lanjut usia (lansia), sehingga pada tahun ini, Garuda Indonesia juga fokus pada pemenuhan kebutuhan pendukung pelayanan lansia dalam perjalanan udara maupun darat untuk dari dan menuju asrama. Upaya tersebut ditunjangan dengan perlengkapan penunjang kenyamanan pada saat melaksanakan penerbangan seperti penyediaan selimut dan emergency equipment, optimalisasi boarding management hingga penyiapan 30 kursi roda di setiap embarkasi. Selain itu, pada musim Haji 2024 ini Garuda Indonesia menambah jumlah petugas darat hingga 10% dari jumlah petugas pada tahun sebelumnya untuk para calon jemaah melaksanakan perjalanan ibadah hajinya.” Irfan menambahkan, “Lebih lanjut, kesiapan operasional haji kali ini juga ditunjang melalui armada tambahan untuk memastikan layanan operasional khususnya terkait dengan ketepatan waktu penerbangan dapat terjaga secara maksimal.” Irfan melanjutkan, “Kami memahami bahwa lebih dari 66% calon jemaah haji yang kami layani di tahun ini memiliki latar belakang pendidikan yang beragam serta tidak sedikit dari mereka yang belum pernah menggunakan moda transportasi udara sebelumnya. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri yang mendorong kami, bersama seluruh stakeholders terkait, untuk terus berkoordinasi secara intensif guna memastikan hadirnya layanan yang aman dan nyaman bagi seluruh jemaah dengan berbagai latar belakang.” Pada musim Haji 1445H/ 2024 ini, Garuda Indonesia akan mengangkut 109,072 calon jemaah yang akan terbagi ke dalam 292 kelompok terbang (kloter) dan diberangkatkan dari 9 (sembilan) embarkasi, yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta-Pondok Gede, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, dan Lombok. Para calon jemaah haji ini nantinya akan diberangkatkan secara bertahap menuju Tanah Suci mulai 12 Mei hingga 10 Juni 2024, dengan keberangkatan menuju Madinah pada 12 – 23 Mei 2024 dan keberangkatan menuju Jeddah pada 24 Mei – 10 Juni 2024. Selanjutnya, fase pemulangan jemaah akan dimulai pada tanggal 22 Juni sampai dengan 21 Juli 2024. Adapun pada hari pertama (12/5), fase 1 keberangkatan Haji tahun 2024 direncanakan  akan diberangkatkan dari 7 embarkasi, yaitu Jakarta, Solo, Medan, Banjarmasin, Lombok, Makassar, dan Padang; di mana kloter asal Jakarta akan menandai penerbangan perdana operasional haji Garuda Indonesia di tahun ini. Untuk mengoptimalkan seluruh rangkaian pelaksanaan penerbangan haji tersebut, Garuda Indonesia mengoperasikan 14 pesawat berbadan lebar termasuk armada B777-300ER dan A330 yang dimiliki oleh Garuda Indonesia.  

Kisah Dibalik Video Dramatis Ditching Boeing 767-200 Ethiopian Airlines Flight 961

Video yang beredar sangat dramatis, memperlihatkan detik-detik terhempasnya sebuah pesawat berbadan lebar lewat pendaratan darurat di air (ditching) yang berakhir maut. Rekaman video yang ‘melegenda’ tersebut bukanlah adegan dalam film, melainkan peristiwa nyata sebagai buah dari aksi pembajakan yang menimpa Boeing 767-200 Ethiopian Airlines Flight 961 pada tahun 1996. Baca juga: Mengenal Ditching, Pendaratan Darurat Pesawat di Atas Permukaan Air Ethiopian Airlines Flight 961 adalah penerbangan komersial dari Addis Ababa, Ethiopia, menuju Nairobi, Kenya, dengan rencana penerbangan lanjutan ke Lagos, Nigeria, dan kemudian ke Johannesburg, Afrika Selatan. Pesawat ini dibajak pada tanggal 23 November 1996 oleh tiga pria Ethiopia yang berencana untuk mendaratkan pesawat di Australia. Namun, karena keterbatasan bahan bakar dan ketidakmampuan pilot untuk memilih destinasi, pesawat tersebut terpaksa mendarat di laut dekat Pulau Comoros. Dari kronlogi, Ethiopian Airlines Flight 961dibajak hanya 20 menit setelah lepas landas. Para pembajak menyerbu kokpit dan membajak pesawat, menggunakan kapak dan alat pemadam kebakaran yang diambil dari kokpit. Para pembajak diidentifikasi sebagai dua lulusan sekolah menengah yang menganggur dan seorang perawat. Mereka menuntut agar pesawat tersebut diterbangkan ke Australia agar mereka bisa mencari suaka di negara tersebut. Kapten pesawat berusaha menjelaskan bahwa mereka hanya memiliki cukup bahan bakar untuk jadwal penerbangan, sehingga tidak dapat mencapai seperempat perjalanan ke Australia, namun para pembajak tidak mempercayainya. Mereka menyatakan dalam bahasa Amharik, Perancis, dan Inggris bahwa jika ada yang mencoba ikut campur, mereka mempunyai bom dan akan menggunakannya untuk meledakkan pesawat. Pihak berwenang kemudian menetapkan bahwa bom tersebut sebenarnya adalah botol minuman keras yang tertutup. Alih-alih terbang menuju Australia, sang kapten malah terbang di sepanjang garis pantai Afrika. Para pembajak menyadari bahwa daratan masih terlihat dan memaksa pilot untuk mengarahkan ke timur. Namun, sang kapten diam-diam menuju Kepulauan Komoro. Kemudian pesawat hampir kehabisan bahan bakar namun para pembajak terus mengabaikan peringatan kapten. Karena kehabisan pilihan, kapten mulai mengitari area tersebut, berharap bisa mendaratkan pesawat di bandara utama Comoros. Namun yang terjadi justru pesawat mendarat di air dengan kecepatan 321 km per jam. Dari pendaratan di air yang dramatis dan terekam oleh video amatir, dari total 175 penumpang dan awak pesawat, 125 orang tewas dalam insiden tersebut, termasuk pembajak. Banyak korban tewas karena tenggelam atau terluka parah akibat hentakan saat pendaratan darurat.
Apa yang Dilakukan Pilot Ketika Salah Satu Mesin Pesawat Mati?

Qatar Airways Kini Punya “Sama 2.0”, Pramugari Hologram Berbasis AI yang Siap Layani Kebutuhan Penumpang

Tidak kalah dengan yang dilakukan Korean Air, Qatar Airways belum lama ini telah meluncurkan pramugari AI (Artificial Intelligent/Kecerdasan Buatan) pertama di dunia yang menyerupai manusia. Sang pramugari ‘pintar’ tersebut bernama Sama 2.0. Nantinya Sama 2.0 akan menyambut para penumpang dengan senyuman hangat. Baca juga: Video Keselamatan di Penerbangan Korean Air Kini Dibintangi Pramugari Virtual  Persisnya Sama 2.0 ditampilkan berupa hologram virtual yang tidak hanya memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan penumpang secara real-time, tetapi juga dapat diakses melalui platform digital imersif mereka QVerse. “Ini adalah titik penting dalam mempelopori keberhasilan sinergi antara teknologi dan hubungan manusia – tidak hanya untuk Qatar Airways tetapi juga untuk industri secara keseluruhan,” kata wakil presiden pemasaran perusahaan, Babar Rahman melansir New York Post. Nama Sama 2.0 diambil dari kata bahasa Arab yang berarti “langit”. Dengan kemampuan untuk menjawab pertanyaan mulai dari FAQ hingga informasi tujuan, Sama 2.0 dirancang untuk membantu penumpang selama perjalanan. Kabarnya, pramugari AI ini akan dipamerkan di Arabian Travel Market Dubai, yang berlangsung dari 6 – 9 Mei 2024. Pengunjung akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan AI holografik ini di paviliun Qatar Airways di Hall No.2. Qatar Airways menyebut Sama 2.0 sebagai ‘manusia digital pertama dalam penerbangan’. Meskipun Sama 2.0 tidak dapat mengambilkan air atau selimut, Sama 2.0 akan memberikan informasi yang diperlukan oleh penumpang, seperti membantu memesan penerbangan dan menyelesaikan transaksi. Dengan Sama 2.0, Qatar Airways tidak hanya meningkatkan efisiensi layanan mereka tetapi juga menetapkan standar baru dalam inovasi penerbangan.
MIT Kembangkan Air Guardian – Teknologi ‘Kopilot’ Berbasis Kecerdasan Buatan

Tak Sampai Setahun, LRT Jabodebek Telah Layani 10 Juta Penumpang

Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 28 Agustus 2023 lalu, LRT Jabodebek telah melayani 10.169.356 pengguna (per 7 Mei 2024). Hal ini berarti, rata-rata pengguna harian LRT Jabodebek sebanyak 45.287 pengguna pada saat weekday, dan sebanyak 29.592 pengguna pada saat weekend. Baca juga: PT KAI Tambah Jumlah Perjalanan LRT Jabodebek, Jadi 336 Perjalanan Setiap Hari Menurut data, jumlah pengguna tertinggi pada tahun 2024 terjadi pada bulan April, dimana LRT Jabodebek melayani sebanyak 1.402.933 pengguna. Sementara, rekor jumlah pengguna terbanyak dalam 1 hari terjadi pada tanggal 6 Mei 2024 dengan 69.705 pengguna. Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Harjamuki, Stasiun Kuningan, dan Stasiun Cikoko adalah stasiun yang paling banyak melayani pengguna pada bulan April, dengan total 1.301.445 pengguna. Manager Public Relations LRT Jabodebek mengucapkan terima kasih atas kepercayaan serta kesetiaan masyarakat yang telah memilih LRT Jabodebek sebagai moda transportasi sehari-hari. “KAI juga menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada masyarakat, pemerintah, serta semua pihak yang terkait atas dukungan kepada LRT Jabodebek sebagai hasil karya anak bangsa,” ujar Mahendro. Mahendro mengungkapkan KAI secara konsisten terus meningkatkan layanan LRT Jabodebek seperti penambahan perjalanan sehingga waktu tunggu antar kereta (headway) menjadi lebih singkat, hanya 5,5 menit pada jam sibuk di lintas Cawang – Dukuh Atas, dan 11 menit di lintas Jati Mulya – Cawang serta Harjamukti – Cawang. Baca juga: Pertama Kali Beroperasi Saat Lebaran, LRT Jabodebek Layani 250 Ribuan Penumpang: Naik 73 Persen Selain itu pemeliharaan fasilitas serta keamanan di kereta dan di stasiun juga terus dilakukan demi menjaga kenyamanan pengguna. “Kami berharap dengan adanya peningkatan di segala aspek pelayanan, dapat memberikan pelayanan terbaik untuk pengguna dan meningkatkan minat masyarakat menggunakan LRT Jabodebek,” tutup Mahendro.

Desain kokpit, Posisi Kursi Pilot, dan Ukuran Jendela, Faktor Penting dari Cockpit Visibility

Cockpit visibility tak pelak menjadi isu tersendiri dalam dunia penerbangan, pasalnya tanpa cockpit visibility yang memadai atau teganggu, maka kinerja pilot dan kopilot akan langsung terganggu, dan bisa berujung pada risiko keselamatan dalam penerbangan itu sendiri. Baca juga: Round Dial vs Glass Cockpit, Mana yang Lebih Baik? Cockpit visibility pada dasarnya mengacu pada seberapa baik seorang pilot dapat melihat ke luar pesawat dari kokpit. Ini mencakup pandangan pilot ke depan, ke samping, dan ke belakang pesawat. Cockpit visibility yang baik sangat penting untuk keselamatan penerbangan, karena memungkinkan pilot untuk melihat pesawat lain, objek di landasan pacu, dan kondisi cuaca dengan jelas, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat. Faktor-faktor seperti desain kokpit, posisi kursi pilot, dan ukuran jendela mempengaruhi tingkat cockpit visibility. Cockpit visibility pada pesawat penumpang bervariasi tergantung pada desain kokpit dan pesawat itu sendiri. Namun, umumnya, pilot pesawat penumpang memiliki pandangan yang baik ke depan dan ke samping. Sementara visibilitas ke belakang sering kali lebih terbatas karena adanya struktur pesawat seperti ekor dan sayap, namun ini dapat diatasi dengan bantuan kamera dan sistem monitor. Dalam kondisi normal, pilot memiliki visibilitas yang memadai untuk menjalankan operasi penerbangan dengan aman. Dan ada beberapa risiko bila pilot tidak memiliki cockpit visibility yang baik, di antaranya seperti: 1. Kesulitan untuk melihat landasan pacu saat lepas landas dan mendarat, yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengatur posisi pesawat dan mungkin menyebabkan kecelakaan. 2. Kesulitan untuk melihat pesawat lain di sekitarnya, yang dapat meningkatkan risiko tabrakan udara. 3. Kesulitan untuk melihat kondisi cuaca dan situasi lingkungan lainnya, seperti badai, awan rendah, atau gunung, yang dapat membahayakan penerbangan. 4. Kesulitan untuk navigasi, terutama saat mendarat di bandara yang kompleks atau dalam kondisi visibilitas yang rendah. Semua risiko ini dapat berkontribusi pada kecelakaan penerbangan dan dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Itulah mengapa penting bagi pilot untuk memiliki cockpit visibility yang baik untuk melakukan tugas mereka dengan aman dan efektif.
Bagaimana Cara Kerja Pintu Kokpit Cegah Pembajakan? Berikut Ulasannya

‘Jual Beli’ Rute Basah, Inilah Kolusi ala Awak Kabin Maskapai

Penyalahgunaan tugas bisa terjadi dimana saja dan untuk profesi apa pun. Seperti di dunia awak kabin, ada yang disebut sebagai ‘jual beli’ rute penugasan, dimana awak kabin yang lebih senior umumnya punya kesempatan untuk ‘menjual’ rute tugas mereka. Aksi ilegal ini tentu terkait motif ekonomi, dimana yang dijual adalah rute ‘basah.’ Baca juga: Punya Keterampilan Multibahasa, Awak Kabin Berpeluang Sukses Lebih Besar Pada umumnya maskapai memberikan pembayaran dan insentif kepada awak kabin disesuaikan dengan jarak perjalanan yang mereka tempuh dalam suatu penerbangan. KabarPenumpang.com mengutip dari laman economist.com (5/4/2019), bahwa awak kabin di Amerika Serikat diketahui menjual penugasan rute mereka ke para junior. Bahkan satu tahun lalu, American Airlines mulai melakukan penyelidikan staf yang menggunakan seniortas mereka untuk mendapat rute yang diinginkan. Tak hanya itu, penjualan rute tersebut berkisar harga rata-rata US$200 pada para awak kabin junior. Selain American Airlines, United Airlines juga menemukan bukti adanya awak kabin yang melakukan hal tersebut. Hal ini membuat United Airlines memberikan peringatan serta mengancam akan memecat awak kabin dan staf lainnya yang berpartisipasi. Untuk diketahui, sistem penugasan awak kabin setiap maskapai berbeda. Awak kabin mengajukan tugas sesuai urutan senioritas. Awak kabin yang bekerja selama beberapa dekade biasanya bisa memilih pertama. Dan awak kabin senior memilih rute yang cukup panjang karena ‘bayaran’ yang lebih besar. Bahkan mereka bisa mendapat fasilitas terbaik dengan hotel nyaman di tempat tujuan. Penerbangan jarak jauh cenderung lebih diinginkan, karena banyak pramugari dibayar berdasarkan durasi penerbangan. Contohnya, seorang petugas Gulliver baru-baru ini bertemu dalam perjalanan ke Bahama dengan putus asa berusaha untuk menghindari penerbangan 18 menit dari Florida ke pulau terdekat kepulauan itu karena bayarannya sangat rendah. Hasilnya adalah bahwa beberapa awak kabin yang diberikan rute yang tidak diinginkan dapat memutuskan untuk menjualnya kepada awak kabin junior, dan ini adalah tindakan yang dilarang oleh kebijakan perusahaan di banyak maskapai penerbangan. Ekonom dan eksekutif maskapai berpendapat bahwa sistem ini tidak efisien. Awak kabin senior diberikan sesuatu gratis yang jelas berharga, yang memperburuk ketidaksetaraan gaji yang ada antara karyawan senior dan junior. Beberapa maskapai penerbangan Eropa, termasuk Ryanair, menugaskan penerbangan ke karyawan tanpa memperhatikan senioritas sama sekali. Solusi Ryanair tidak populer di antara semua awak kabin, yang kepuasan kerjanya sebagian terletak pada kontrol atas rute yang mereka terbang. Tetapi industri penerbangan sudah memiliki solusi yang akan memastikan efisiensi maksimum dan menghormati pilihan staf yakni harga dinamis. Harga yang dibayar penumpang untuk penerbangan didasarkan pada permintaan untuk rute itu, jika permintaan lebih tinggi dari penawaran, harga tiket naik. Alih-alih membayar tarif per jam yang sama untuk setiap rute, maskapai penerbangan dapat memotong pembayaran untuk rute yang paling dicari dan meningkatkannya untuk yang paling tidak diinginkan. Baca juga: Inilah 14 Tugas Awak Kabin Pesawat Yang Jarang Diketahui Jika sistem dirancang dengan benar, staf harus kehilangan insentif untuk menyalahgunakan senioritas mereka. Itu akan menjadi kabar baik tidak hanya bagi awak kabin, tetapi juga bagi penumpang yang mendapat manfaat dari awak kabin yang bahagia.