[Video] Lagi dan Lagi, Aksi Lempar Koin di Pesawat Bikin Penerbangan Delay

Jika penerbangan Anda tertunda akibat ada masalah pada bagian mesin atau kendala lain yang berhubungan dengan teknis, nampaknya Anda masih bisa mentolerir. Namun apa jadinya jika penerbangan Anda tertunda akibat seseorang melemparkan koin ketika dirinya tengah boarding menuju pesawat? Wah, kalau seperti ini sih sudah masuk ke dalam kasus luar biasa ya! Baca Juga: Lempar Koin ke Mesin, China Southern Airlines Alami Delay 5 Jam Pada beberapa artikel sebelumnya, KabarPenumpang.com telah membahas tentang penumpang yang melemparkan koin ke dalam mesin jet yang mayoritas dari para pelaku mengaku bahwa yang mereka lemparkan ini merupakan koin keberuntungan. Kali ini, kasusnya sedikit berbeda, namun masih berasal dari negara yang sama, yaitu Cina. Entah dilatarbelakangi oleh sistem kepercayaan akan hal-hal yang dianggap tabu atau apa, namun kejadian yang sama sering kali terjadi di Negeri Tirai Bambu. https://www.youtube.com/watch?v=k2uqAFw5h6E Kejadian kali ini terjadi pada hari Selasa (2/4/2019), dimana seorang penumpang maskapai Hainan Airlines dengan nomor penerbangan 7783 melemparkan koin ketika dirinya tengah berjalan di garbarata menuju ke dalam pintu pesawat. Aksi dari penumpang berjenis kelamin pria ini terekam oleh kamera CCTV. Pada awalnya, semua skenario boarding berjalan normal, hingga pada satu masa, tampak seorang pria yang berjalan bersama keluarga kecilnya melemparkan koin tepat sebelum ia naik ke dalam pesawat. Alhasil, penerbangan dari Bandara Internasional Tianhe Wuhan di provinsi Hubei menuju Urumqi, Xinjiang ini tertunda selama 40 menit dan merugikan kurang lebih 101 penumpang yang berada di dalamnya.
Sumber: MSN.com
Dalam rekaman CCTV tersebut, tampak pria yang disinyalir berusia 31 tahun ini hendak melakukan perjalanan bersama istri dan anaknya yang masing balita. Sebelum melemparkan koin, tampak si pria sempat merogoh sakunya untuk mengeluarkan koin tersebut. Dari hasil investigasi, petugas menemukan tiga buah koin yang diduga kuat milik pria tersebut – dua buah koin pecahan 1 yuan dan satu buah koin pecahan 1 jiao. Baca Juga: (Lagi) Penumpang Lempar Koin ke Dalam Mesin Pesawat, Lucky Air Tunda Keberangkatan CZ380 Singkat cerita, pria ini diamankan oleh petugas berwenang, dan kepadanya, pria yang diketahui bermarga Xia ini berdalih bahwa koin yang dilemparkannya tersebut merupakan sebuah bentuk pengharapan agar penerbangan perdana anaknya ini bisa selamat. Akibat ulahnya ini, si penumpang harus mendekam di balik jeruji besi selama 10 hari di Wuhan karena dianggap sudah membahayakan keselamatan penumpang. Sedangkan istri dan anaknya tetap melanjutkan perjalanan menuju Urumqi.  

Bak Raja, Pria Asal Lithuania Menjadi Satu-Satunya Penumpang Pesawat Tujuan Italia

Menjadi satu-satunya penumpang dalam sebuah penerbangan memang jarang sekali terjadi. Baru-baru ini seorang pria asal Lithuania yang terbang ke Italia pada bulan lalu merasakan hal yang berbeda dalam penerbangannya. Ia merasa mendapat kejutan saat naik ke pesawat karena dirinya hanya seorang penumpang dalam Boeing 737-800 itu. Baca juga: Menjadi Penumpang Tunggal Dalam Penerbangan? Wanita Filipina Baru Merasakannya Dilansir KabarPenumpang.com dari nzherald.co.nz (3/4/2019), Skrimantas Strimaitis awalnya terbang dari Vilnus yang merupakan ibukota Lithuania menuju ke Bergamo di Italia utara untuk liburan dan bermain ski pada 16 Meret 2019 kemarin. Pesawat yang bisa mengangkut hingga 188 orang penumpang tersebut hanya dinaiki dirinya sendiri. Menjadi satu-satunya penumpang, Strimaitis ditemani oleh dua orang pilot dan lima orang awak kabin. Bahkan sebuah agen perjalanan Novaturas mengatakan, pihaknya sudah mencarter pesawat untuk pulang dan pergi dari Italia. Hal ini juga untuk menghindari penerbangan kosong dimana tiket sekali jalan di jual dan hanya satu pembelinya. Dia mengatakan pengalaman yang ditempuh dalam waktu dua jam tersebut merupakan pengalaman sekali seumur hidupnya. Dia pun berbagi selfie dari penerbangan itu dan terlihat berseri-seri dengan menikmati perjalanan yang sepi dan damai tersebut. Pada Juli tahun lalu, Saad Jilani yang berusia 28 tahun bisa mendapatkan pengalaman seperti naik pesawat pribadi terbaik ketika satu-satunya orang yang bepergian dengan penerbangan dari Corfu, Yunani, ke Birmingham, Inggris. Ketika dia naik pesawat yang membawanya pulang dari pernikahan, Jilani disambut oleh staf yang mengatakan: “Selamat datang di pesawat jet pribadi Anda, Pak.” Selama perjalanannya, ia mengambil foto pramugari yang melakukan demonstrasi keselamatan yang disinkronkan sebelum berfoto selfie dengan mereka semua. “Stafnya luar biasa dan sangat gembira bahwa saya adalah satu-satunya orang di pesawat itu bersama mereka. Meskipun itu hanya saya dan mereka, mereka profesional tetapi kami memiliki tawa dan lelucon dan itu brilian. Itu rute baru yang mereka lakukan sehingga tidak banyak orang yang tahu tentang itu,” ujar Jilani Jilani mengatakan itu adalah penerbangan terbaik dalam hidupnya dan diakhiri dengan pengumuman pilot: “Elang telah mendarat.” Latsamy McAdoo dari Amerika Serikat juga menemukan dirinya dalam situasi yang sama pada Januari tahun lalu ketika terbang ke sebuah pulau di Thailand. Dia terkejut melihat seorang anggota awak kabin menutup pintu ketika dia baru saja naik jet A319. Seperti Jilani dan Strimaitis, dia bisa duduk dan bersantai dengan ruang di sekelilingnya untuk menyelesaikan penerbangannya dari Bangkok ke pulau Koh Samui. Baca juga: Jadi Penumpang Tunggal di Penerbangan Garuda Indonesia, Sosok Pengusaha Asal Palu Menjadi Viral Dia menulis di posting Instagram-nya: “Awalnya mengasyikkan dan menghibur. Mereka membiarkan saya berlari-lari di gang, menari sendiri. “Tapi kemudian mulai bergelombang, benar-benar bergelombang. Aku mulai khawatir bahwa ini adalah jenis penerbangan Tujuan Akhir dan ini adalah waktuku untuk pergi. Untungnya, pilot dapat mendarat di pulau itu dengan relatif lancar.”

Polydrop, Teardrop Trailer “Kotak-Kotak” yang Tawarkan Kenyamanan Ruang Pribadi Portable

Kendaraan semacam teardrop trailer memang tidak terlalu populer di Indonesia, namun tidak di Negeri Paman Sam Amerika Serikat. Tidak heran jika banyak perusahaan di Amerika sana yang mengembangkan kendaraan semacam ini. Sebut saja perusahaan asal California, Polydrops Inc. yang tengah berfokus untuk mengembangkan teardrop trailer dengan desain yang cukup unik – bentuknya sangat poligonal, berbeda dengan kebanyakan teardrop trailer yang punya lekukan fisik yang sangat mulus. Baca Juga: Rapide 3 Electric Vehicle, “Bemo” Canggih Untuk Jasa Antar Paket Bagi Anda yang masih bingung, teardrop trailer merupakan moda transportasi non-independen (tidak memiliki mesin dan tidak bisa bergerak sendiri) yang biasanya memiliki ruang untuk tidur untuk satu hingga dua orang. Tidak sedikit juga dari teardrop trailer ini yang memiliki dapur sederhana pada bagian belakangnya. Biasanya teardrop trailer ini ditempelkan pada mobil jeep untuk berpetualang. Pada awalnya, nama moda ini sendiri terinspirasi dari bentuk fisik kendaraan yang menyerupai tetesan air mata (teardrop). Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com (27/3/2019), adalah Kyung-Hyun Lew, orang pertama yang mendesain Polydrop, dimana ia menghubungkan sejumlah titik dari konsep dasar teardrop trailer dan pada akhirnya menciptakan bentuk poligonal yang sangat unik dan berbeda dari konsep teardrop sebelumnya. Kendati terkesan sangat kotak-kotak, namun Polydrop setinggi 3,8 meter ini tetap menawarkan kenyamanan ruang pribadi portable ketika Anda hendak pergi berpetualang. Dengan ukuran panjang 1,2 meter kali lebar 2,4 meter dan menggunakan stuktur kayu dan kulit alumunium, menjadikan Polydrop memiliki bobot yang sangat ringan namun tetap kokoh. Polydrop sendiri menggunakan jenis pintu kupu-kupu yang akan semakin mempertegas nuansa kabin yang sederhana namun memiliki kekuatan pada bagian strukturnya. Polydrop sendiri mampu menampung kasur dengan ukuran 122 x 191cm dan memiliki teknologi yang akan tetap menjaga suhu di dalam tetap hangat – walaupun suhu di luar sangat dingin. Belum lagi fitur-fitur lain yang siap melengkapi petualangan Anda, seperti lemari penyimpanan, port USB, tata pencahayaan yang menggunakan lampu LED, hingga space khusus yang dapat Anda pergunakan sebagai dapur. Menarik, bukan? Baca Juga: Startup Asal Australia Canangkan Perakitan Wahana Transportasi ‘Dua Alam’ Polydrop trailer ini dibanderol dengan harga US$9.000 atau yang setara dengan Rp128,3 juta selama masa pra produksi massal, dan harga tersebut akan meningkat ke angka USD$13.000 atau yang setara dengan 185,3 juta jika sudah masuk masa produksi massal. Jika sudah memasuki masa produksi massal, para pembeli diwajibkan untuk menyimpan Rp85,5 juta terlebih dahulu sebagai dana awal. Tertarik?  

Dianggap Lumrah, Burung Elang Masuk di Kabin Pesawat Maskapai Timur Tengah

Membawa hewan untuk dukungan emosional sah-sah saja bila memang dibutuhkan dan memiliki keterangan yang jelas dalam sebuah penerbangan. Namun bagaimana jadinya jika hewan dukungan emosional tersebut merupakan burung elang yang kerap kali dikatakan sebagai burung pemangsa atau predator? Baca juga: Burung Merak, Ikon Pendukung Emosi Ini Dilarang Masuk dalam Penerbangan KabarPenumpang.com melansir dari laman foxnews.com (1/4/2019), di sebuah penerbangan dua orang pria membawa tiga ekor burung elang bersama mereka. Kedua pria itu membawa burung elang sembari berjalan menyusuri lorong kabin untuk mencari kursi mereka. Ini membuat mata penumpang lain tertuju kepada mereka berdua dan memandang hal itu dengan bingung. Pria pertama membawa satu burung elang ditangannya dan pria lainnya membawa dua ekor elang. Seorang pnumpang bernama Donnie mentweet dengan caption, “Orang-orang mulai berpindah dari tempat duduk untuk menjauh dari mereka. Saya hanya mengajukan diri untuk duduk dekat dengan mereka. Mereka membuat saya aman.” “Post Flight Thoughts: Akan naik dengan seluruh pesawat penuh elang jika diberi kesempatan. Saya melihat seorang anak berusia enam tahun mencoba menyentuh seekor elang, tetapi tidak melihat elang-elang itu mencoba menyentuh anak-anak berusia enam tahun. Berperilaku sangat baik,” ujarnya lagi dalam ciutan di akun Twitter @DonnieDoesWorld. Video kedua pria membawa tiga ekor elang tersebut diunggah bersamaan dengan tulisan itu pada 29 Maret 2019 kemarin. Video ini sudah dilihat lebih dari 1,95 juta dan 37 ribu suka dari warganet yang melihatnya. Meski sebagai hewan dukungan emosional, ternyata ada hal yang menarik yakni, burung elang yang bepergian dengan pesawat adalah hal yang lumrah dalam penerbangan maskapai dari negara-negara Teluk seperti Etihad dan Qatar Airways. Di Qatar sendiri mengoleksi burung elang dianggap sebuah hobi nasional. Pasalnya Unesco bahkan menetapkan elang ke dalam daftar warisan Budaya Takbenda warisan manusia untuk budaya Timur Tengah. Maskapai Qatar Airways sendiri memungkinkan penumpang ekonomi untuk membawa seekor elang didalam kabin. Tetapi batas maksimal adalah enam ekor elang yang diizinkan dibawa dalam kabin ekonomi untuk satu pesawat dalam sekali penerbangan. Membawa elang sendiri termasuk dalam hitungan bagasi dengan kelebihan biaya bagasi sebesar antara $115 hingga $630 untuk hak istimewa tersebut. Di Etihad, penumpang ekonomi dapat membawa satu elang ketika mereka membayar tiga kali lipat dari kelebihan tarif bagasi normal. Punya lebih dari satu? Anda dapat mengambil elang ekstra saat membeli kursi tambahan atau penumpang kelas bisnis dapat mengambil dua (sekali lagi membayar tiga kali lipat tarif bagasi per burung). Baca juga: Bebek Ini Bantu Atasi Stress Pasca Trauma Pada tahun 2017, seorang “pangeran Saudi” menjadi berita utama setelah sebuah foto diunggah ke Reddit yang memperlihatkan sebuah kabin pesawat yang penuh dengan burung mangsa berkerudung. Itu diposting dengan caption, “Teman kapten saya mengirimi saya foto ini. Pangeran Saudi membeli tiket seharga 80 elang. ”Tidak jelas maskapai mana yang ditawari elang.

Temukan Masalah Baru, Boeing Butuh Waktu Tambahan Guna Perbaiki Software 737 MAX

Setelah beberapa waktu yang lalu Boeing mengumpulkan sejumlah pilot dan regulator dari berbagai negara guna bertukar aspirasi mengenai perbaikan software dari keluarga pesawat 737 MAX, kini produsen kedirgantaraan asal Negeri Paman Sam ini mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan lebih banyak waktu guna menyelesaikan perbaikan sistem kontrol penerbangan yang menjadi diduga kuat melatarbelakangi jatuhnya maskapai Ethiopian Airlines dan Lion Air. Baca Juga: Di Balik Prahara Boeing 737 MAX 8, Mampukah Airbus ‘Curi’ Ceruk Pasar? Ya, dua kecelakaan yang terjadi dalam rentang waktu kurang lebih lima bukan ini telah menyedot perhatian publik dari berbagai penjuru dunia. KabarPenumpang.com mengutip dari berbagai laman sumber, pihak Boeing mengatakan akan menyerahkan dokumen akhir untuk perbaikan ini ke Federal Aviation Administration (FAA) pada 29 Maret untuk mengurangi agresitivas sistem otomatis pesawat dan menambah redundansi agar sistem tidak mudah diaktifkan secara otomatis ketika sistem lain mengalami kegagalan fungsi. Namun, Boeing mengatakan pemutakhiran sistem yang disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) ini belum akan akan siap dalam beberapa pekan mendatang. Menurutnya, perusahaan menemukan masalah lain ketika pihak Boeing melakukan audit akhir dari pemutakhiran tersebut. “Kami berupaya menunjukkan bahwa kami telah mengidentifikasi dan memenuhi semua persyaratan sertifikasi dengan tepat dan akan mengajukan tinjauan kepada FAA setelah selesai dalam beberapa minggu mendatang,” ujar salah satu juru bicara Boeing. Alih-alih tergesa-gesa untuk menyampaikan hasil pemutakhiran tersebut kepada FAA, Boeing malah memundurkan jadwal untuk menyerahkan hasil revisi tersebut. “Keselamatan adalah prioritas utama kami, dan kami akan mengambil pendekatan yang menyeluruh dan metodis untuk pengembangan dan pengujian pemutakhiran untuk memastikan kami memiliki waktu untuk memperbaikinya,” tandasnya. Baca Juga: Hasil Pertemuan dengan Boeing, Garuda Indonesia Ingin Tukar Pesanan 737 MAX 8 Tidak hanya terhadap FAA saja, Boeing juga harus menyampaikan bahwa mereka membutuhkan persetujuan dari regulator penerbangan lainnya, termasuk di Eropa dan Cina. “Berlandaskan prinsip kami, maka kami harus memastikan semua sistem yang kami perbaiki sudah tepat sasaran dan menangani semuanya dengan akurat.” tutupnya.

Grounded Boeing 737 MAX 8 Ikut Hantam Bisnis Agen Perjalanan Ini

Buntut dari kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air dalam waktu yang berdekatan ternyata semakin memanjang. Setelah hampir semua operator penerbangan menangguhkan pengoperasian dari Boeing 737 MAX 8, kini nama Boeing tengah menjadi sorotan sejumlah media dari berbagai penjuru dunia. Satu lagi yang menambah kesialan di tubuh Boeing adalah pernyataan dari raksasa travel agent, TUI yang menyatakan bahwa pendapatan mereka menurun setelah armada 737 MAX 8 ditangguhkan sementara pengoperasiannya. Baca Juga: Terkait Pembatalan Pesanan 737 MAX 8, Petinggi Boeing Sambangi Garuda Indonesia Hari Ini Patut diketahui, TUI merupakan perusahaan perjalanan dan pariwisata Inggris-Jerman yang berkantor pusat di Hannover, Jerman. Sebagaimana yang sudah diketahui bersama, dua kecelakaan dari keluarga 737 MAX 8 ini disinyalir berasal dari sistem sensor Angle of Attack (AoA) – dan ini masih menjadi temuan yang paling relevan dari dua kecelakaan yang menewaskan lebih dari 340 orang tersebut. Memang, Boeing telah melakukan upgrade terhadap inti dari kecelakaan maut tersebut, namun tetap saja, ada berapa banyak maskapai dan travel agent di luar sana yang mengalami kerugian akibat kecelakaan ini. Selain itu, pihak Boeing juga telah melewati serangkaian penyelidikan kriminal terkait bagaimana pesawat tersebut telah lulus uji terbang padahal masih ada instrumen yang belum sepenuhnya sempurna. Dan sudah sewajarnya jika ada banyak pihak di luar sana yang lalu meminta pertanggungjawaban Boeing atas himbauan penangguhan armada 737 MAX 8 tersebut. Seperti yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman engineeringnews.co.za (29/3/2019), TUI merupakan operator Boeing 737 MAX 8 terbesar di Eropa setelah Norwegian Air Shuttle ASA, dengan 15 pesawat dari total 150 armada yang ada. Semula, delapan armada 737 MAX 8 yang sudah dipesan TUI akan datang pada bulan Mei mendatang. Baca Juga: Hasil Pertemuan dengan Boeing, Garuda Indonesia Ingin Tukar Pesanan 737 MAX 8 Namun setelah dua insiden maut Ethiopian Airlines dan Lion Air tersebut, saham TUI merosot sekira 11 persen dari total laba bersih perusahaan. Tidak lain dan tidak bukan, ini karena adanya penangguhan pengoperasian dari Boeing 737 MAX 8 yang diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Juli mendatang. Adapun angka saham TUI yang diperkirakan merosot akibat dikandangkannya 737 MAX sementara adalah 200 juta euro US$ 225 juta. Duh!  

Angkut 104 Ribu Jamaah Haji, Garuda Indonesia Siapkan 14 Pesawat Wide Body

Meski masih sekitar 3 bulan kedepan, rangkaian persiapan pemberangkatan Haji telah dilakukan oleh Garuda Indonesia. Guna mengangkut 104 ribu jamaah dari 267 kloter, maskapai plat merah ini telah menyiapkan 14 pesawat berbadan lebar (wide body) untuk pelaksanan Haji 2019 (1440) yang akan dimualai pada awal bulan Juli mendatang. Baca juga: Khusus Layani Jamaah Haji Tradisional, Garuda Indonesia Andalkan Awak Kabin (Lokal) Kesiapan 14 pesawat tersebut dilakukan setelah tercapainya kesepatakan dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) bersama kementerian Agama RI mengenai pengadaan transportasi udara penyelenggaraan haji tahun ini oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara dan Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag RI Prof H. Nizar, pada Kamis, 28 Maret 2019 lalu. “Berkaca dari pencapaian kinerja haji tahun lalu di mana kami berhasil mempertahankan capaian ketepatan waktu di atas 90 persen, kami optimistis kesiapan dan kelancaran layanan operasional haji dapat terus kami maksimalkan,” ujar Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah dalam siaran pers (2/4). Seperti pelaksanaan Haji pada tahun lalu, untuk memberikan layanan terbaik bagi para jemaah Haji, Garuda juga mempersiapkan layanan cabin crew terbaiknya yang sebagian kami rekrut khusus dari daerah embarkasi untuk memenuhi harapan Jemaah Haji. Pada tahun 2019 ini Garuda Indonesia menyiapkaan sebanyak 14 pesawat haji yang terdiri dari tiga pesawat B747-400, lima pesawat B777-300ER, dan enam pesawat A330-300/200. Adapun jumlah pesawat yang dioperasikan pada musim haji tahun 2019 tersebut menyesuaikan dengan trafik Jemaah haji pada tahun ini. Pemberangkatan 267 kloter di seluruh Indonesia, meliputi dari Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, dan Lombok . Garuda Indonesia pada tahun ini juga meningkatkan jumlah awak kabin Haji, serta turut menghadirkan putera-puteri daerah khususnya yang berasal dari daerah embarkasi tersebut. Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen dari “pelayanan” Garuda Indonesia kepada para jemaah, dengan tujuan mengatasi kendala komunikasi (bahasa), mengingat sebagian Jemaah hanya mampu berbahasa daerah. Garuda Indonesia juga menyediakan akses informasi secara real time untuk jemaah dan keluarga yang ingin memantau update perkembangan operasional waktu keberangkatan dan kedatangan setiap kloter haji. Adapun masyarakat dapat mengakses informasi tentang jadwal keberangkatan/kepulangan jemaah melalui website : http://www.haji-ga.com Penerbangan fase keberangkatan rencananya akan dimulai pada tanggal 7 Juli 2019 sampai dengan 5 Agustus 2019. Gelombang 1 fase keberangkatan tersebut akan diberangkatkan menuju Madinah dari tanggal 7 Juli 2019 sampai dengan 19 Juli 2019. Sedangkan gelombang 2 fase keberangkatan akan diberangkatkan menuju Jeddah pada tanggal 20 Juli 2019 sampai dengan 5 Agustus 2019. Sementara itu, fase kepulangan akan dimulai dari tanggal 17 Agustus 2019 sampai dengan 15 September 2019. Gelombang 1 fase kepulangan tersebut akan diberangkatkan dari Jeddah dari tanggal 17 Agustus 2019 sampai dengan 29 September 2019. Sedangkan gelombang 2 fase kepulangan akan diberangkatkan dari Madinah pada tanggal 30 Agustus 2019 sampai dengan 15 September 2019. Baca juga: Performa Penerbangan Haji, Antara Level OTP dan Ketersediaan Pesawat Sewaan Pada tahun 2018 lalu, Garuda Indonesia menerbangkan sebanyak 107 ribu jemaah haji, dengan tingkat ketepatan waktu penerbangan (OTP/on-time performance) secara keseluruhan sebesar 94,75 persen.

Wabah Campak Landa Hong Kong, Pramugari Cathay Pacific yang Hamil Memaksa Cuti

Wabah campak tengah menghantui Hong Kong dan pramugari maskapai serta beberapa petugas bandara terdampak wabah ini. Kini sebanyak 33 orang sudah terinfeksi campak dan ini naik dari tahun 2018 lalu yang hanya ada 15 kasus. Baca juga: Tak Perlu Make Up, Kini Pramugari Virgin Atlantic Bisa Tampil Natural Dilansir KabarPenumpang.com dari thestar.com.my (1/4/2019), adanya kasus campak sendiri membuat pramugari Cathay Pacific yang tengah hamil mengancam akan cuti sakit karena salah satu staf maskapai tersebut menjadi orang ke 33 yang terkena wabah tersebut. Ancaman tersebut hadir jika maskapai yang berbasis di Hong Kong tidak meningkatkan perlindungan kesehatannya untuk wabah campak yang tengah melanda kota. Ketua Union Pramugari maskapai Cathay Pacific, Vera Wu Yee-mei mengatakan sekitar sepuluh pramugari yang sudah pindah tugas di darat pada berbagai departemen kantor pusat perusahan kecewa dengan tindakan yang tidak memadai untuk keselamatan mereka. Hal ini membuat Wu menulis surat kepada manajemen maskapai pada Sabtu (30/3/2019) untuk mengizinkan para petugas wanita bekerja di rumah dan tidak dianjurkan untuk bepergian. “Kami ingin perusahaan mengambil pendekatan yang lebih proaktif untuk menanggulangi wabah ini, tidak se-pasif seperti sekarang,” ujar Wu. Seorang juru bicara maskapai mengatakan, perusahaan memahami rekan-rekan yang tengah hamil dan bekerja dekat dengan karyawan yang terkena campak. Dia mengatakan bahwa mereka disarankan untuk menemui dokter mereka dan mengikuti saran mereka jika mereka memiliki kekhawatiran tentang status imunisasi mereka. “Kami juga menjangkau rekan-rekan hamil itu dalam pengaturan kerja,” tambahnya. Kasus terbaru datang ketika pejabat kesehatan kota bertemu dengan rekan mereka dari Makau pada hari Jumat untuk bekerja sama untuk menghentikan peningkatan jumlah orang yang jatuh sakit. Di pusat kasino, sejauh ini 26 orang telah terinfeksi penyakit tersebut. Di Hong Kong, lebih dari selusin kasus telah dicatat di antara staf bandar udara dan maskapai penerbangan saja, termasuk seorang pilot, penanggung jawab bagasi dan petugas keamanan, karena pemerintah bergulat dengan konsentrasi kasus, sementara permintaan untuk vaksin telah melampaui jumlah yang tersedia. Centre for Health Protection membenarkan bahwa kasus terakhir pada hari Sabtu adalah seorang pria berusia 26 tahun yang bekerja di kantor pusat maskapai, di departemen hubungan pelanggan. Staf maskapai mengalami demam pada 25 Maret, dan tiga hari kemudian dirawat di Rumah Sakit Princess Margaret untuk perawatan. Pasien, yang mengatakan kepada staf medis bahwa dia sebelumnya telah divaksinasi, terdaftar dalam kondisi stabil dan belum melakukan perjalanan selama masa inkubasi ketika gejalanya berkembang, kata pejabat kesehatan. Maskapai Cathay Pacific diketahui telah menutup lantai lima tempat wanita itu bekerja, dan telah mendesinfeksi area tersebut. Kasus lain yang terkait dengan bandara dikonfirmasi pada Jumat malam, melibatkan seorang pria berusia 49 tahun yang bekerja di ruang bawah tanah Bandara Internasional Hong Kong. Seorang pekerja klerus, pria itu juga belum melakukan perjalanan baru-baru ini. Para pejabat kesehatan mengatakan mereka akan memprioritaskan pekerja di bandara untuk vaksinasi, di mana stan khusus telah disiapkan untuk mereka yang belum diimunisasi. Lebih dari 6600 staf bandara telah divaksinasi sejak layanan dimulai Jumat lalu. Penyakit yang sangat menular yang sebelumnya dikendalikan dapat membuat kembali Pada hari Jumat, petugas kesehatan melakukan tes darah pada 100 orang untuk menilai mana yang paling membutuhkan imunisasi. Perusahaan farmasi telah mendistribusikan lebih dari 30 ribu dosis vaksin ke sektor swasta dalam sepekan terakhir, dan sekitar 40 ribu ke sektor publik. Pemerintah mengatakan pihaknya berharap 40 ribu lagi akan dikirim ke Hong Kong antara pertengahan April dan Juni. Cathay Pacific mengatakan pusat itu memberi tahu bahwa seorang karyawan kantor telah didiagnosis menderita campak. Sebagai informasi, wanita hamil yang terkena campak dapat berimbas serius pada janin yang sedang dikandungnya. Baca juga: Dalam Sosis yang Dibawa Penumpang, Virus Flu Babi Afrika Ditemukan di Bandara Hokkaido “Perusahaan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatur pembersihan mendalam di lantai tempat karyawan itu bekerja, mengangkat lobi dan area publik lainnya. Karyawan Cathay Pacific disarankan untuk memeriksa suhu mereka sebelum pergi bekerja dan untuk memverifikasi status imunisasi mereka. Jika mereka merasa tidak enak badan, mereka disarankan untuk mencari bantuan medis dan tinggal di rumah,” ujarnya.

‘Belanja’ ke Cina, Garuda Indonesia Datangkan Drone Untuk Angkutan Kargo

Ketika ada banyak negara di luar sana yang menggunakan drone atau pesawat nirawak sebagai angkutan penumpang – atau bahkan moda pengantar barang, namun lain cerita dengan maskapai plat merah Tanah Air, Garuda Indonesia. Perusahaan yang dinakhodai oleh Ari Askhara cs. ini dikabarkan baru saja memesan tiga drone dari Negeri Tirai Bambu guna memperkuat sektor akomodasi kargo mereka. Ya, drone rakitan Beihang UAS Technology Co. Ltd. memang tergolong sebagai drone dengan body bongsor alias besar. Baca Juga: Mulai 1 April, Garuda Indonesia Alihkan Penerbangan Rute Surabaya-Jember ke Citilink Adalah Harbin BZK-005, drone HALE (High Altitude Long Endurance) ini mampu merengkuh kecepatan 150 hingga 180 km/jam dengan ketinggian pengoperasian berada di titik lima hingga tujuh kilometer. Menurut Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan, pesawat nirawak ini tidak membutuhkan landas pacu yang panjang untuk take-off. “Jadi runway yang dibutuhkan itu sekitar 500 hingga 600 meter saja,” tutur Ikhsan ketika dihubungi KabarPenumpang.com (2/4/2019). “Pun dengan wilayah operasinya, drone ini akan ditempatkan di wilayah remote saja,” tandasnya. Nah, alih-alih mengangkut kargo dari wilayah remote menuju kota-kota besar di pelosok negeri, drone Cina ini akan ditujukan sebagai pengumpan (feeder) saja. “Nantinya kargo akan dibawa dari wilayah remote menuju kota besar dengan menggunakan drone ini, dan seterusnya (kargo) akan dipindahkan menuju pesawat yang lebih besar. Mungkin drone ini nantinya akan kita operasikan di Kalimantan atau Papua,” terang Ikhsan. Sementara itu, mengutip dari laman indomiliter.com (1/4/2019), Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menegaskan bahwa akuisisi drone ini ditujukan untuk pengembangan bisnis kargo flag carrier Indonesia tersebut. “Drone yang ingin kami datangkan senilai US$1 juta per unit, sedangkan pesawat ATR 72-600 saja nilainya sampai US$22 juta per unit. Itu belum dihitung biaya lain seperti pilot dan set kru,” tutur Ari. Baca Juga: Garuda Indonesia Jadikan Kualanamu Hub Penerbangan Domestik Wilayah Barat dan Asia Tenggara Ari menambahkan pada tahap awal sebanyak tiga unit akan didatangkan. Pengiriman kargo untuk jarak jauh masih akan menggunakan pesawat konvensional seperti A330-300 atau B737-800 NG untuk jarak menengah. Merujuk pada pernyataan dari Ari tersebut, sudah jelas bahwa pihak Garuda Indonesia ingin meningkatkan efisiensi dan juga meminimalisir risiko. Selain itu, masalah kocek perusahaan juga dapat dihemat apabila Garuda Indonesia mengoperasikan Harbin BZK-005 ketimbang yang sudah disebutkan di atas.

Di Hari Perdana Komersial MRT Jakarta, Vending Machine dan Passenger Gate Masih Bermasalah

Bagaimana operasi komersial hari pertama MRT Jakarta? Pertanyaan ini pastinya ada dibenak setiap masyarakat ibukota yang senang dengan kehadiran transportasi massal baru tersebut. Ternyata fakta dilapangan meski kereta sudah berjalan sepenuhnya, namun beberapa kendala teknis masih saja ditemukan seperti di hari pertama kemarin, 1 April 2019 yakni pada vending machine atau mesin tiket otomatis. Baca juga: Kabar Gembira! Selama April 2019, Tarif MRT Jakarta Diskon 50 Persen Dari siaran pers yang diterima KabarPenumpang.com, Senin (1/4/2019), hal ini membuat pengoperasian tidak optimal sehingga mengakibatkan adanya antrian penumpang pada ticket office atau gerai tiket. Tak hanya itu, beberapa gate pembayaran atau passenger gate tidak dapat menerima kartu uang elektronik terbitan lama sehingga antrian pun tak bisa dipungkiri selama jam sibuk pada siang dan sore hari. “Pada sore hari (pada jam pulang kantor) terjadi antrian panjang selama kurang lebih satu jam di Stasiun Bundaran HI. untuk memastikan keselamatan dan keamanan penumpang, kami memutuskan untuk membebaskan pengguna memasuki stasiun dan bebas menggunakan layanan kereta MRT Jakarta mulai pukul 17.10 hingga jam operasi MRT Jakarta berakhir pada pukul 22.30 WIB,” ujar Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin. Kamal mengatakan, pihaknya langsung melakukan evaluasi terhadap kendala yang terjadi dan PT MRT Jakarta melakukan sejumlah upaya seperti menginstruksikan kontraktor untuk menyelesaikan kendala teknis pada vending machine dan passenger gate yang bermasalah. Kamal menambahkan, PT MRT Jakarta juga langsung berkoordinasi pada semua bank penerbit kartu uang elektronik. Dia mengatakan untuk sementara waktu vending machine tidak bisa difungsikan hingga pengujian ulang memberikan hasil yang optimal. “Passenger gate akan mulai berfungsi 2 April 2019. Kartu Jak Lingko saat ini diperjualbelikan sebagai alat pembayaran utama MRT Jakarta dan bisa di beli di gerai tiket,” jelas Kamal. Kamal menambahkan, pihak MRT Jakarta meminta agar bank penerbit kartu uang elektronik bisa menyiapkan petugas di stasiun untuk membantu penjualan dan menjelaskan tentang kartu uang elektronik tersebut baik di Stasiun Bundaran HI atau Lebak Bulus. Untuk single trip ticket MRT Jakarta selain di ticket office juga akan dijual secara manual oleh pegawai MRT Jakarta sebelum memasuki gerbang pembayaran, terutama untuk rute favorit seperti Stasiun Lebak Bulus Grab – Stasiun Bundaran HI dan sebaliknya. Baca juga: Tarif MRT Jakarta Per Stasiun “Kami akan menambah petugas untuk memandu pengguna MRT Jakarta ketika memasuki gerbang pembayaran dan memohon maaf atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kendala teknis yang terjadi,” tutu Kamal.