Kombinasi Teknologi Ponsel Pintar dan Kode QR Bantu Penyandang Tunanetra di Stasiun

Untuk meningkatkan keselamatan para tunanetra ada teknologi terbaru yang digunakan untuk keselamatan dan kenyamanan mereka saat menggunakan fasilitas kereta api. West Japan Railways Company atau JR West meluncurkan sistem navigasi terbarunya.

Baca juga: Perusahaan Bus di California Hadirkan Peta Audio dan Tactile Untuk Kaum Difabel

Mereka menggunakan kombinasi teknologi ponsel pintar dan kode QR dalam penyampaian informasi terkait stasiun kereta api. Hal ini terlihat di Sanyo Shinkansen di Stasiun Shin-Kobe, seorang pria yang menggunakan tongkat putih menggunakan ponsel pintarnya saat dengan mantap berjalan di atas paving taktl lantai.

Dilansir KabarPenumpang.com dari mainichi.jp, kode QR ini terlihat di blok paving yang terletak di titik-titik penting salah satunya adalah menghubungkan gate tiket ke platform. Pria tunanetra ini tiba di salas satu titik yang ada kode QR dan sebuah suara kemudian terdengar dari ponsel pintarnya. Kemudian pria tersebut dibimbing suara itu ke tujuan yang sudah dimasukkan sebelumnya.

“Saya belum pernah menggunakan Stasiun Shin-Kobe sebelumnya, tetapi saya bisa berjalan-jalan di kecepatan normal. Saya merasa senang dan seperti sedang melakukan sesuatu yang baru,” kata pria itu.

Untuk diketahui, Progress Technologies merupakan perusahaan yang telah mengembangkan sistem navigasi yang digunakan di stasiun tersebut sejak 2016 lalu. Mereka juga sudah bekerja sama dengan Tokyo Metro Company di wilayah timur Jepang Kanto dan melakukan pengujian di tempat yakni sistem di stasiun kereta bawah tanah.

Di wilayah Kansai di Jepang bagian barat, perusahaan bermaksud melakukan pengujian untuk melihat apakah sistem dapat memberikan informasi yang akurat untuk kereta dengan jumlah gerbong yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Kepala perusahaan, Yuichi Konishi mengatakan, di masa depan pihaknya akan menggunakan kecerdasan buatan (AI), dan dapat mendeteksi lokasi blok taktil dan objek yang mungkin dimasuki orang.

Di balik perkembangan teknologi untuk membantu penyandang tunanetra adalah penggunaan ponsel pintar yang sekarang tersebar luas di masyarakat dan peningkatan dalam teknologi pengenalan gambar. Pada Februari 2020, Kyocera Corp. mengumumkan bahwa mereka mengembangkan “tongkat pintar”. Konsep ini melibatkan pemasangan pemancar sinyal di titik-titik tertentu, seperti di tepi platform dan bagian tempat gerbong kereta terhubung.

Sehingga jika pengguna tongkat pintar mendekati pemancar, mereka akan merasakan getaran pada tongkat, yang dilengkapi dengan penerima, dan mengeluarkan peringatan lisan tentang bahaya dari telepon orang tersebut. Karena proyek ini baru dimulai pada 2019, perusahaan tersebut melaporkan bahwa mereka ingin melakukan tes di lokasi di stasiun kereta.

Sejak Juni, Kintetsu Railway Co. telah melengkapi sistem AI di Stasiun Yamato-Saidaiji kota Nara di Jepang barat. Pintu masuk ke penghalang tiket memiliki kamera terpasang, dan AI secara otomatis memfoto ketika seseorang dengan tongkat atau pengguna kursi roda melewati lensanya. Setelah itu sistem memberi tahu anggota staf yang bertanggung jawab untuk membantu orang bahwa mereka ada di sana.

Baca juga: Serba-Serbi Rumble Strip, “Polisi Tidur Mini” Yang Kerap Dijumpai di Jalan Tol

Perusahaan kereta api mengatakan bahwa karena beberapa orang yang mungkin membutuhkan bantuan berjuang untuk mendekati orang lain untuk meminta bantuan, mereka berharap sistem baru itu akan “mencegah orang terlewatkan.” Ia juga mengatakan akan terus meningkatkan akurasinya dan akan menerapkannya di lebih banyak stasiun.

HarbourFront Singapura, Pelabuhan Masuknya Pelancong dari Batam

Pernah menyeberang ke Singapura menggunakan kapal dari Batam? Kalau pernah pasti Anda tidak asing dengan HarbourFront. Ini merupakan salah satu distrik tepi laut yang letaknya di bagian selatan Singapura. Dulu, area ini dikenal sebagai Seah Im tetapi juga disebut sebagai Jardine Steps.

Baca juga: Tak Perlu ke Pulau Sentosa di Singapura, Indonesia Mau Punya Bakauheni Harbour City

Namun setelah pelabuhan Singapura diperluas dan dikembangkan menjadi Maritime Square, kemudian berubah nama menjadi HarbourFront. Dirangkum KabarPenumpang.com dari wikipedia.com, nama HarbourFront sendiri hadir sejak awal tahun 2000-an.

Yang mana nama HarbourFront memberikan nuansa yang lebih berkelas pada area ini. Hadirnya HarbourFront sendiri awalnya dekat dengan titik paling selatan pulau utama Singapura dan akhirnya ada reklamasi lahan di Tanjong Pagar dan Tuas.

Lokasinya di perairan Pelabuhan Keppel yang terlindung membantu daerah tersebut berkembang sebagai area komersial yang berdekatan dengan Keppel Shipyards, terutama dengan pembangunan bekas World Trade Center pada tahun 1978. Tempat Pameran dan Konvensi besar pertama di Singapura, Kompleks Pameran World Trade Center, kemudian dibangun di samping World Trade Center, dan juga berfungsi sebagai simpul transportasi dengan ferry ke Sentosa dan tujuan regional lainnya seperti Batam.

Bahkan HarbourFront juga menjadi terminal kapal pesiar internasional di Negeri Singa. Pasalnya tahun 1991 silam, Singapore Cruise Center dibuka. Kemudian pembangunan besar-besaran kembali dilakukan di daerah itu setelah penutupan galangan kapal yang membuat nama HarbourFront ini diciptakan.

Kemudian HarbourFront Centre diluncurkan kembali yang mana bekas World Trade Center juga memiliki Kompleks Pameran tetangganya yang dihancurkan untuk memberi jalan bagi VivoCity, peningkatan Menara Kereta Gantung dan pembangunan dua blok perkantoran baru berdekatan dengannya.

Transportasi ke daerah tersebut meningkat pesat dengan dibukanya stasiun MRT HarbourFront dan perpanjangan Persimpangan Bus HarbourFront. Selain itu, jalur monorel baru ke Sentosa, Sentosa Express telah selesai dan dibuka pada 15 Januari 2007. Stasiun HarbourFront jalur Circle telah dibuka pada 8 Oktober 2011.

Baca juga: Pelabuhan Benoa Berbenah, Kapal Pesiar Ukuran Besar Akan Bisa Bersandar

Sebuah gedung perkantoran enam lantai baru juga sedang dikerjakan sebagai tambahan baru di HarbourFront Office Park. Situs baru ini dikenal sebagai HarbourFront Merrill Lynch, yang merupakan gedung enam lantai dan akan ditempati seluruhnya oleh bank Amerika Merrill Lynch dengan luas total 19 ribu meter persegi.

Pembangunan kantor lain sedang direncanakan di lokasi Gedung SPI saat ini. Selain itu, pengembangan perumahan dimungkinkan di masa depan. Singapore Cruise Centre akan diperluas untuk menampung lebih dari enam juta penumpang pada tahun 2010.

Serba-serbi Kapal Ferry Ro-Ro dan Pintu Rampa di Haluan-Buritan

Nama ferry Ro-Ro begitu sering disebut, namun sudahkah Anda tahu fungsi dari desainnya, dan mengapa sampai dijuluki “Ro-Ro”? Kapal ferry Ro-Ro (Roll-on/Roll-off) disebut demikian karena desain dan fungsinya memungkinkan kendaraan bermotor untuk “roll-on” (naik) dan “roll-off” (turun) ke dan dari kapal dengan mudah melalui pintu rampa atau landasan miring.

Baca juga: Punya Beragam Peran dan Spesifikasi, Inilah Jenis-Jenis Kapal RoRo

Konsep Ro-Ro memungkinkan kendaraan untuk dengan cepat memasuki atau meninggalkan kapal tanpa perlu menggunakan derek atau kargo khusus untuk memuat dan membongkarnya.

Kebanyakan kapal ferry Ro-Ro memiliki dua pintu rampa, satu di haluan (depan) dan satu di buritan (belakang) kapal. Desain ini memungkinkan kapal ferry untuk berlayar mundur (berjalan mundur) saat masuk atau keluar dari pelabuhan, tanpa perlu memutar kapal saat sandar atau berlayar ke belakang seluruhnya.

Dengan menggunakan kedua pintu rampa, kapal ferry dapat melakukan manuver yang lebih efisien dan cepat saat berlabuh di pelabuhan. Kendaraan dapat masuk dan keluar dari kapal dengan mudah melalui dua pintu tersebut, tanpa perlu diarahkan atau dimundurkan dalam posisi yang khusus. Pintu rampa di haluan dan buritan juga memudahkan distribusi beban kendaraan di kapal untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas selama pelayaran.

Keuntungan dari desain ini adalah efisiensi waktu saat bongkar muat di pelabuhan, dan kapal dapat dengan cepat melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya tanpa memerlukan perputaran yang memakan waktu. Hal ini sangat penting dalam mengoperasikan kapal ferry yang melayani lintasan pendek antar pulau atau pelayaran dalam kawasan tertentu.

Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua kapal ferry Ro-Ro memiliki dua pintu rampa. Beberapa kapal mungkin hanya memiliki satu pintu rampa di haluan atau buritan, tergantung pada desain dan kebutuhan operasionalnya.

Agar lebih jelas, berikut ini beberapa alasan mengapa kapal ferry mendapat julukan Ro-Ro

1. Efisiensi Pemuatan
Sistem Ro-Ro memungkinkan kendaraan untuk masuk ke kapal dengan cara yang efisien dan cepat. Kendaraan dapat mengemudi langsung ke atas kapal melalui landasan miring di pelabuhan dan menepi saat mencapai lokasi parkirnya. Hal ini memungkinkan kapal untuk mengisi dan mengosongkan muatan dengan cepat, mengurangi waktu berlayar dan mengoptimalkan penggunaan kapal.

2. Keanekaragaman Kargo
Kapal ferry Ro-Ro tidak hanya digunakan untuk mengangkut kendaraan penumpang, tetapi juga berbagai jenis kargo ro-ro, seperti truk, trailer, bus, dan lainnya. Karena desainnya yang serbaguna, kapal ferry Ro-Ro dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengangkutan, termasuk kargo pribadi, angkutan umum, dan pengiriman komersial.

3. Penumpang dan Kendaraan
Selain melayani kendaraan, kapal ferry Ro-Ro juga menyediakan layanan transportasi penumpang. Penumpang dapat naik dan turun dari kapal melalui pintu penumpang yang terpisah dari pintu kendaraan, memisahkan pergerakan kendaraan dengan penumpang untuk keamanan dan kenyamanan.

Baca juga: Dari Insiden KMP Ihan Batak, Inilah Peran Penting “Ramp Door” di Kapal Ferry

4. Fleksibilitas
Sistem Ro-Ro memungkinkan kapal untuk beroperasi di pelabuhan yang tidak memiliki fasilitas khusus untuk memuat dan membongkar kendaraan. Hal ini menjadikan kapal ferry Ro-Ro lebih fleksibel dalam memilih rute dan destinasi yang dapat dilayani, memungkinkan akses ke pelabuhan yang lebih beragam.

Igor Sikorsky – Jadi Nama Bandara di Ukraina dan Amerika Serikat

Di dunia aviasi, tentu tidak asing lagi dengan nama seorang imigran asal Uni Soviet ini. Secara, ia merupakan perintis pembuatan helikopter dan pesawat bersayap multi-mesin pertama di dunia, Russky Vityaz pada tahun 1913 silam. Ya, dia adalah Igor Sikorsky. Pria dengan nama lengkap Igor Ivanovich Sikorsky ini lahir di Kiev – Ukraina pada 25 Mei 1889 dan meninggal pada 26 Oktober 1972 dalam usia 83 tahun. Sedikit banyaknya, ia telah berberpengaruh besar dalam perkembangan dunia penerbangan global.

Baca Juga: Nama Taufik Kiemas Menjadi Nama Bandara di Lampung

Ketertarikannya akan dunia aviasi membuat sulung dari lima bersaudara ini tidak ada hentinya untuk terus mencari ilmu. Namun, usahanya dalam mencari ilmu mengenai pesawat terbang tidak melulu berjalan lancar, terbukti pada tahun 1917, ia terpaksa melarikan diri dari tanah airnya akibat ancaman dari pemerintah baru yang akan membunuhnya. Akibat ancaman itu, Igor lalu bertolak ke Amerika dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Status Igor yang seolah menjadi pelarian perang di Amerika membuatnya berpikir untuk melakukan sebuah perubahan agar citranya tidak menjadi buruk dan ia tetap bisa mempelajari ilmu seputar dunia penerbangan. Tahun-tahun pertama Igor berada di negeri Paman Sam, ia memilih untuk menjadi tenaga pengajar di beberapa sekolah dan universitas, sembari tetap mencari kesempatan untuk dapat bekerja di industri penerbangan. Lalu tahun 1923, Igor mendirikan Sikorsky Manufacturing Company di Roosevelt, New York. Dalam mendirikan Sikorsky Manufacturing Company, ia mendapat bantuan dari beberapa mantan perwira militer Rusia.

Pada tahun 1928, Sikorsky menjadi warga negara naturalisasi Amerika Serikat. Juli 1929, Sikorsky Manufacturing Company pindah ke Stratford, Connecticut dan menjadi bagian dari United Aircraft and Transport Corporation atau yang kini dikenal dengan nama United Technologies Corporation. Perusahaan ini menunjukkan keseriusannya dengan memproduksi pesawat, seperti Clipper 42-s yang pernah digunakan oleh salah satu flagship Amerika kala itu, Pan Am untuk penerbangan trans-Atlantik.

Landas Pacu Sikorsky Memorial Airport. Sumber: Connecticut Post

Tidak sampai di situ, rasa cinta Igor yang besar terhadap dunia aviasi membuatnya semakin penasaran untuk membuat sebuah terobosan baru. Berbekal pengalaman yang pernah ia enyam sebelumnya, pada tahun 1942, Sikorsky mencatatkan namanya dengan menelurkan Vought-Sikorsky VS-300. Ini menjadi helikopter yang diproduksi massal di dunia. VS-300 lalu disempurnakan Igor dengan menggunakan rotor utama tunggal dan rotor ekor anti-torque tunggal. Helikopter ini merupakan jenis yang paling popular diantara yang lainnya. Oleh karena itu, nama Igor Sikorsky digalang-galang menjadi penemu helikopter modern.

Igos Sikorsky International Airport. Sumber: progressivemediagroup.com

Dedikasi Igor terhadap dunia aviasi tidak bisa dilupakan begitu saja. Walaupun ia sudah meninggal puluhan tahun lalu, namun namanya masih tetap menghiasi dunia penerbangan dewasa ini. Terbukti dengan dua bandara yang menggunakan namanya, Igor Sikorsky International Airport di Kiev, Ukraina, dan Sikorsky Memorial Airport di Stratford, Connecticut. Terlepas dari latar belakang apa yang mendorong penamaan dua bandara tersebut, namun jasa Igor Ivanovich Sikorsky dalam dunia penerbangan global akan selalu dikenang.

Here’s Why! Bahan Bakar Disimpan di Sayap Pesawat, Kamu Harus Tahu

Bahwa komponen sayap pesawat digunakan sebagai area tangki bahan bakar, tentu sudah jamak diketahu. Namun, tahukah Anda, mengapa tangki bahan bakar dirancang berada di bagian sayap? Bukankah sayap justru terlihat sebagai bagian dari pesawat yang ‘nampak rapuh’.

Baca juga: Bagaimana Sayap Pesawat Dipasang Sampai Bisa Menopang Mesin Berbobot Sangat Berat? Ini Rahasianya

Nah, penyimpanan bahan bakar pesawat di bagian sayap memiliki beberapa alasan dan keuntungan yang signifikan. Berikut adalah beberapa alasan teknis, mengapa bahan bakar pesawat umumnya disimpan di bagian sayap:

1. Pusat Berat
Sayap adalah salah satu bagian pesawat yang terletak cukup jauh dari titik pusat gravitasi pesawat (CG – Center of Gravity). Menyimpan bahan bakar di sayap membantu dalam menjaga pusat berat pesawat tetap stabil dan mengoptimalkan keseimbangan selama penerbangan. Seiring bahan bakar dikonsumsi, pergeseran pusat berat akan lebih stabil dan mudah dikendalikan daripada jika bahan bakar disimpan di bagian belakang atau depan pesawat.

2. Kekuatan Struktur
Sayap adalah salah satu bagian pesawat yang dirancang untuk menahan beban berat dan tekanan aerodinamis selama penerbangan. Sayap biasanya memiliki struktur kuat dan kokoh untuk menampung kapasitas bahan bakar yang besar tanpa mengorbankan keamanan dan integritas pesawat.

3. Ruang Tersedia
Sayap biasanya memiliki ruang yang cukup besar yang dapat menampung tangki bahan bakar dengan kapasitas besar. Dengan menyimpan bahan bakar di sayap, pesawat dapat membawa lebih banyak bahan bakar, yang berarti jarak terbang yang lebih jauh dapat dicapai tanpa perlu terlalu banyak modifikasi pada desain pesawat.

4. Stabilitas
Penyimpanan bahan bakar di sayap juga membantu meningkatkan stabilitas longitudinal (gerakan naik-turun) pesawat selama penerbangan. Dengan meletakkan bahan bakar di sayap, pusat berat yang lebih stabil dan perubahan pusat berat yang lebih lambat memungkinkan pesawat untuk tetap dalam posisi yang diinginkan oleh pilot tanpa perlu banyak koreksi.

5. Pengaruh Aerodinamis
Penyimpanan bahan bakar di sayap dapat memberikan pengaruh aerodinamis yang positif pada performa pesawat. Dengan memanfaatkan bentuk sayap dan pengaturan aliran udara di sekitarnya, pesawat dapat mencapai efisiensi yang lebih baik dan perlawanan yang lebih rendah selama penerbangan.

Baca juga: Untung-Rugi Mesin Pesawat di Sayap dan di Belakang, Mana Lebih Baik?

Namun, perlu dicatat bahwa desain pesawat dapat bervariasi, dan ada beberapa pesawat dengan konfigurasi penyimpanan bahan bakar yang berbeda.

Tenggelamnya MS Estonia, Kecelakaan Laut Terbesar Kedua di Abad ke-20

Titanic menjadi salah satu sejarah kecelakaan kapal di lautan yang masih terngiang hingga hari ini, bahkan sudah dijadikan film. Namun ternyata ada kecelakaan terbesar kedua yang terjadi pada kapal lainnya. Kecelakaan ini terjadi pada kapal ferry Estonia tanggal 28 September 1994 yang menewaskan 852 orang dan menjadi salah satu bencana maritim terburuk di abad ke-20.

Baca juga: 1 September 1985, Bangkai Kapal Titanic Ditemukan, Banyak Barang Masih Utuh

Kapal ini tenggelam di Laut Baltik tepatnya lepas pantai Finlandia yang berangkat dari Pelabuhan Tallin di Estonia menuju ke Stockhlom di Swedia. MS Estonia mengangkut 803 penumpang dan 186 awak di dalamnya dan berangkat pukul 18.30 waktu setempat pada 27 September serta akan tiba pukul 09.30 waktu Stockholm esok harinya.

Namun saat itu cuaca buruk dengan gelombang yang cukup tinggi hingga tanda pertama muncul di mana MS Estonia terdengar dentuman logam yang disebabkan oleh gelombang besar yang menghantam pintu haluan pukul 01.00 pagi waktu setempat. Kemudian ketika dilakukan inspeksi untuk memeriksa indikator lampu untuk ramp dan visor tidak menunjukkan masalah. Lalu sepuluh menit berikutnya suara sama dilaporkan penumpang dan awak kanin lainnya.

KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, pada pukul 01.15 bow visor diketahui terlepas dari ujung kapal sehingga membuat badan MS Estonia miring ke kanan. Pukul 01.20 terdengar sebuah suara lemah dari seorang wanita “Häire, häire, laeval on häire” bahasa Estonia dari “Alarm, alarm, alarm berbunyi di dalam kapal” melalui saluran pengeras suara.

Beberapa saat kemudian baru terdengar tanda bahaya berbunyi dan prosedur menurunkan sekoci penyelamat mulai dilakukan. Sayangnya saat itu kapal sudah miring sekitar 30–40 derajat ke kanan mengakibatkan hampir tidak mungkin bisa berjalan dengan aman di dalam tubuh kapal.

Pintu dan aula berubah menjadi jebakan maut dan mereka yang berhasil selamat adalah orang-orang yg saat itu sudah berada diatas geladak kapal. Pesan “Mayday” dikirimkan awak kapal pada pukul 01.22, tapi pesan tersebut ternyata tidak sesuai dengan standard internasional.

Karena kehabisan tenaga posisi kapal menjadi sulit diketahui dan memperlambat upaya penyelamatan. Dari total 989 penumpang dan awak kapal hanya 138 orang yang selamat tetapi satu diantaranya meninggal dirumah sakit.

Baca juga: Inilah Serangkaian Faktor yang Menjadi Penyebab Tabrakan kapal di Laut

Salah satu korban tewas karena tenggelam adalah penyanyi Estonia Urmas Alender. Dalam insiden ini secara total 94 jenazah ditemukan dimana 93 diantaranya ditemukan setalah 33 hari dan korban terakhir ditemukan 18 bulan kemudian. Banyaknya korban dari tenggelamnya MS Estonia sendiri karena penumpang terperangkap di lambung kapal dan beberapa diantaranya terkena hipotermia.

Ini Lho Fungsi Lain dari Airplane (Flight) Mode!

Tentu Anda semua tidak asing lagi dengan yang namanya fitur Airplane Mode (flight mode). Fitur yang terdapat di hampir semua smartphone ini kerap kali disebut Flight Mode. Tapi, apa sih kegunaan dari Airplane Mode itu sendiri? Sebagaimana KabarPenumpang.com wartakan dari laman digitaltrends.com, fitur Airplane Mode dirancang khusus untuk mematikan semua koneksi yang ada di smartphone Anda, termasuk bluetooth, WiFi, dan juga koneksi data.

Baca juga: Google Ajukan Paten Fitur Baru pada Smartphone, Mampu Auto On/Off Flight Mode

Pengadaan fitur ini bukan tanpa alasan, keberadaan koneksi sinyal selama Anda mengudara dikhawatirkan akan mengganggu sensor dan sinyal yang ada di sebuah maskapai komersial. Banyak juga yang beranggapan bahwa benturan sinyal ini akan membahayakan hingga mencelakakan penerbangan tersebut. Memang, sinyal ponsel mengganggu radio pesawat, namun tidaklah terlalu berbahaya seperti yang diasumsikan orang selama ini.

Perlu Anda ketahui, jika saat mengudara ponsel Anda dalam keadaan menyala atau tidak menyalakan Airplane Mode, maka pilot akan mendengar suara dengungan dan suara-suara aneh lainnya di headphone mereka yang merupakan hasil dari pergesekan sinyal ponsel yang menyala dan sinyal lainnya. Bisa dibilang, suara tersebut mirip dengan dengungan yang dihasilkan jika Anda menyimpan ponsel di dekat sebuah speaker.

Baca Juga: Selain Mesin, Yuk Kenali Arti Suara-Suara di Dalam Kabin Pesawat

Walaupun gangguan yang ditimbulkan tidaklah semenakutkan yang dibayangkan, namun kehadiran suara tersebut di headphone pilot tetap saja mengganggu. Bayangkan jika ada 50 orang yang tidak mematikan ponsel mereka atau tidak menghidupkan Airplane Mode, tentu hal tersebut akan menimbulkan gangguan yang lebih besar pula.

Dengan kita mematikan ponsel atau  menghidupkan Airplane Mode, maka secara langsung Anda telah mencegah suara dengung tersebut muncul, dan juga dianggap sebagai cara penumpang untuk menghormati dan menghargai pilot yang tengah menjalankan tugasnya tersebut.

Pada tahun 2013 silam, United States Federal Aviation Administration memperbarui peraturannya dengan memperluas penggunaan barang elektronik yang penggunaannya menggunakan sistem sinyal. Dengan kata lain, Anda kini bisa menggunakan Bluetooth untuk menghubungkan ponsel Anda dengan headset, atau menggunakan Wi-Fi selama penerbangan. Dengan catatan, penerbangan tersebut menyediakan layanan Wi-Fi gratis.

Baca Juga: Tips Aman dan Nyaman Untuk Penerbangan Bagi Lansia

Ternyata, penggunaan Airplane Mode tidak melulu ketika Anda hendak mengudara. Ada beberapa fungsi lain dari fitur berlogo pesawat tersebut. Sebut saja menghemat penggunaan baterai, mempercepat pengisian daya, menghindari gangguan saat berkendara (biasanya ditimbulkan oleh notifikasi chatting yang masuk), memperkuat sinyal, karena secara otomatis smartphone kamu akan mencari jaringan baru sesaat setelah Anda mematikan Airplane Mode, dan me-refresh kinerja dari ponsel Anda. Jadi, sudah tahu kan fungsi dari Airplane Mode?

Google Ajukan Paten Fitur Baru pada Smartphone, Mampu Auto On/Off Flight Mode

Selama ini, penumpang pesawat harus mengubah secara manual ‘status’ jaringan di ponselnya saat berada di kabin, dari mobile (data) mode ke flight mode. Meski sudah ada kesadaran untuk menggunakan flight mode (airplane mode), pada kenyataan masih ada saja orang yang terlupa menggunakan flight mode. Nah, ada kabar baik untuk pengguna ponsel pintar (smartphone) ber-OS Android.

Baca juga: Ini Lho Fungsi Lain dari Airplane Mode!

Pasalnya, Google tengah mengajukan paten untuk fitur yang memungkinkan peralihan secara otomatis dari dan ke flight mode. Menurut Android Authority, Google sedang mengembangkan fitur yang secara otomatis mendeteksi ketika Anda berada di pesawat. Peraturan Federal Aviation Administration (FAA) mewajibkan semua penumpang untuk mengalihkan smartphone dan perangkat elektronik lainnya ke mode pesawat (flight mode) saat pesawat mengudara.

Karena telah menjadi peraturan FAA, awak kabin mengumumkan pengingat kepada semua orang di dalam pesawat untuk mengalihkan ponsel mereka ke flight mode agar sinyal yang dipancarkan dari ponsel tidak mengganggu elektronik pesawat.

Masih dari sumber yang sama, dikatakan Google telah mengajukan paten “Connect Flight Mode” dengan World Intellectual Property Organization (WIPO). Dengan suatu fitur baru nantinya, secara otomatis ponsel Anda akan beralih ke flight mode saat Anda berada di udara dan kemudian mematikannya kembali setelah Anda mendarat.

Hadirnya fitur ini dapat memudahkan pengguna, ketimbang melakukannya secara manual yang terlupakan.

Android Authority mengatakan fitur ini juga akan mendukung Bluetooth dan WiFi, memungkinkan Anda untuk tetap terhubung. Paten juga menetapkan bahwa fitur tersebut akan mengonfigurasi pengaturan WiFi Anda ke jenis koneksi yang ditawarkan maskapai. Fitur juga dapat mematikan ponsel Anda jika baterai Anda lemah atau jika kualitas koneksi jaringan buruk.

Fitur pengalih mode dapat berjalan otomatis berkat beragam sensor di dalam smartphone. Seperti diketahui, ponsel pintar memiliki giroskop, akselerometer, dan sensor lainnya, termasuk sensor tekanan barometrik yang dapat mengukur ketinggian dan memprediksi cuaca. Google juga dapat menggunakan aktivitas pemesanan Anda sebagai pemicu potensial dan informasi tambahan yang menunjukkan bahwa Anda mungkin berada di pesawat.

Tahun lalu, Uni Eropa memutuskan bahwa penumpang dapat terhubung ke jaringan 5G saat berada di udara, mengurangi kebutuhan pada flight mode. Uni Eropa percaya bahwa membuka langit ke konektivitas 5G akan memungkinkan penumpang menggunakan paket data mereka untuk mengunduh film dalam hitungan menit dan memungkinkan bisnis Eropa tumbuh.

Baca juga: Gegara ‘Flight Mode’ di Ponsel, Seorang DJ Didepak Pramugari

Meskipun ada kekhawatiran bahwa konektivitas 5G dapat mengganggu pesawat di AS, hal ini tidak menjadi kekhawatiran di Eropa. Ha itu karena Uni Eropa menggunakan frekuensi yang berbeda dari yang digunakan di AS.

Badai Pandemi Berlalu, Fiji Airways Pekerjakan Kembali 200 Karyawan yang Terpaksa di PHK

Badai pandemi Covid-19 telah meluluhlantakkan industri penerbangan global dengan banyak menciptakan PHK bagi karyawannya. Namun, badai pandemi telah berlalu, dan kini industri penerbangan telah beranjak pulih. Tidak sedikit para mantan awak penerbangan yang memutuskan untuk kembali ke profesi semulanya. Seperti belum lama ini terjadi dengan maskapai Fiji Airways.

Baca juga: Bukan Hanya PHK Karyawan, Ini Sejumlah Opsi Maskapai Agar Bisa Tetap ‘Hidup’

Fiji Airways (FJ) yang berbasis di Nadi telah menyambut kembali sekitar 200 awak yang diberhentikan selama puncak pandemi Covid-19, menandakan maskapai ini sedang bangkit kembali. Meskipun maskapai mengakui bahwa pengumuman ini hanya mewakili 200 dari 750 staf yang diberhentikan selama pandemi, maskapai mendorong mereka yang telah bergabung kembali dengan maskapai untuk menyampaikan pengalaman dan kekhawatiran mereka untuk memperbaiki maskapai di masa depan.

Dikutip dari Simple Flying, Managing Director dan Chief Executive Officer Fiji Airways, Andre Viljoen, baru-baru ini menyelenggarakan sesi Talanoa (Talk) dengan para penumpang maskapai yang kembali untuk mendorong komunikasi terbuka bagi staf dan meninggalkan masa lalu untuk semakin mempercepat Fiji Airways menjadi maskapai besar yang terus berlanjut.

Sesi tersebut juga dihadiri oleh para eksekutif senior lainnya di maskapai tersebut, yang juga hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berbelit-belit yang diajukan oleh kru yang kembali. Viljoen berkomentar dalam pernyataan maskapai:

“Karyawan ini memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, yang sangat berharga bagi kami. Setelah sesi Talanoa hari ini, saya yakin bahwa kita semua bersatu dalam tujuan dan visi strategis yang sama untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaan dan masyarakat Fiji. Sebagai maskapai penerbangan terkemuka di kawasan ini, Fiji Airways berkomitmen untuk memberikan layanan yang luar biasa, menumbuhkan rasa hangat dan ramah yang mencerminkan esensi sejati Fiji. Awak Kabin memainkan peran penting dalam mewujudkan nilai-nilai ini dan menampilkan semangat Fiji yang terkenal kepada para tamu di seluruh dunia.”

200 orang yang kembali bekerja telah bertugas sejak Mei lalu, dengan sebelumnya melalui berbagai tahap pelatihan dan penilaian sebelum dinyatakan siap dan layak bertugas melayani penumpang di udara.

Fiji Airways adalah maskapai penerbangan nasional dari Fiji, sebuah negara kepulauan di Samudera Pasifik. Maskapai ini didirikan pada tahun 1951 dengan nama awal “Airways of Fiji.” Pada tahun 2012, nama maskapai diubah menjadi “Fiji Airways” untuk mencerminkan identitas nasional dan meningkatkan citra merek.

Baca juga: Empat Alasan Mengapa Maskapai Selalu ‘Rugi’, Nomor 1 Dilematis

Fiji Airways mengoperasikan armada modern yang terdiri dari pesawat Airbus dan Boeing. Beberapa pesawat yang digunakan termasuk Airbus A330, A350 dan Boeing 737. Fiji Airways melayani berbagai destinasi di Pasifik Selatan, termasuk penerbangan ke Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Hong Kong, Singapura, dan beberapa pulau di kawasan Pasifik seperti Samoa, Tonga, Vanuatu, dan Tuvalu.

Hari Ini, 21 Tahun Lalu, Kecelakaan Air Show Paling Mematikan Tewaskan 77 Orang dan Lukai 543 Orang di Ukraina

Pada hari ini, 21 tahun yang lalu, bertepatan dengan 27 Juli 2002, kecelakaan air show paling mematikan terjadi di Sknyliv airfield dekat Lviv, Ukraina. Ketika itu, jet tempur Sukhoi Su-27 Flanker Angkatan Udara Ukraina jatuh tepat di kerumunan penonton air show, menewaskan 77 orang dan 543 orang lainnya luka-luka. Sebaliknya, pilot dan kopilot berhasil melontarkan diri dari pesawat.

Baca juga: Hari Ini, 29 Tahun Lalu, Kecelakaan Terburuk di Nepal PIA Flight 268 Terjadi Gegara Pilot Lalai Ikuti Prosedur

Dari beberapa video jatuhnya pesawat Su-27 Flanker di Ukraina yang dilihat KabarPenumpang.com, jet tempur bernilai triliunan itu awalnya melakukan manuver sederhana di ketinggian rendah.

Pesawat kemudian melakukan manuver lain semacam split-S, kehilangan ketinggian dengan cepat menuju apron dan taxiway tempat banyak kerumunan penonton, menabrak pohon, dan jatuh.

Tak sampai di situ, usai crash, jet tempur Sukhoi Su-27 juga terguling dan terbakar ke arah penonton, menabrak beberapa stasioner, termasuk menabrak pesawat angkut Il-76MD sebelum meledak. Dengan kronologi tersebut, tak heran jumlah korban jiwa dan korban luka cukup tinggi.

Sejak awal, penonton seperti tidak pernah menduga akan kecelakaan air show terburuk dalam sejarah bakal terjadi. Bahkan, ketika pesawat terbang sangat rendah dan menabrak pohon pun kerumunan penonton belum ada yang bergerak untuk menyelamatkan diri. Banyak yang menyebut bahwa saat itu penonton mengira itu masih bagian dari manuver spesial pilot jet Su-27 di ajang Sknyliv Air Show.

Ketika sayap jet tempur tersebut menyendur darat dan mulai terguling sampai terbakar, barulah penonton tersadar itu bukan bagian dari skenario.

Setelah peristiwa paling bersejarah tersebut terjadi, pilot Volodymyr Toponar dan kopilot Yuriy Yegorov pun ditangkap untuk dimintai keterangan.

Disebutkan, pilot Volodymyr berdalih bahwa kecelakaan terburuk dalam sejarah air show internasional atau pertunjukan udara internasional itu disebabkan perbedaan peta airfield yang mereka terima dengan kenyataan. Ia juga mengaku ditolak untuk latihan tambahan sebelum hari H air show tiba.

Keterangan tersebut tentu saja tak ditelan mentah-mentah oleh penyidik. Usai investigasi intensif, penyebab kecelakaan diketahui akibat pilot melanggar rencana awal dan melakukan manuver sulit yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Baca juga: Hari Ini, 46 Tahun Lalu, Kecelakaan Terburuk Turkish Airlines Akibat Mekanik Tak Paham Bahasa Inggris

Tim investigator juga menemukan penyebab lain jatuhnya banyak korban jiwa dan korban luka. Itu tak lain dan tak bukan akibat zona terbang begitu kecil dan zonasi yang buruk oleh panitia penyelenggara sehingga penonton berkumpul di apron dan begitu dekat dengan zona air show.

Setelah bertahun-tahun atau lebih tepatnya pada 24 Juni 2005, pengadilan militer menghukum pilot Volodymyr Toponar (yang selalu mengklaim kecelakaan itu karena masalah teknis dan rencana penerbangan yang salah) dan kopilot Yuriy Yegorov masing-masing 14 dan 8 tahun penjara. Yegorov diketahui sudah bebas pada 2008.