Setelah sebelumnya Garuda Indonesia tidak dapat memenuhi undangan forum tukar informasi dari pihak Boeing di Washington, Amerika Serikat. Maka hari ini, Kamis 28 Maret 2019, petinggi Boeing dikabarkan yang akan mendatangi kantor PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di Cengkareng, Banten. Salah satu poin yang akan dibahas, nantinya adalah terkait pembatalan pesanan Boeing 737 MAX oleh Garuda Indonesia yang mencapai 49 unit.
Baca Juga: Lakukan Inspeksi, Kemenhub Resmi Berlakukan Temporary Grounded Pada Boeing 737 MAX 8
Terkait undangan forum diskusi yang tidak dapat dihadiri utusan dari Garuda Indonesia, Direktur Utama Garuda Indonesia IGN Askhara Danadiputra sempat menawarkan untuk melakukan webinar (diskusi secara online) dengan pihak Boeing, namun tawaran tersebut ditolak.
Forum diskusi yang digelar Boeing didasari dua dua kecelakaan maut yang melibatkan Ethiopian Airlines dan Lion Air yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih lima bulan, pihak Boeing mengadakan pertemuan dengan sejumlah perusahaan di sektor aviasi global. Setidaknya, Boeing telah mengundang lebih dari 200 pilot maskapai global, penanggung jawab teknis, dan regulator ke dalam sebuah forum tukar informasi, Rabu (27/3/2019) mendatang. Forum tukar informasi ini dilakukan karena Boeing berencana untuk mengembalikan keluarga 737 MAX ke layanan komersial.
Dalam pertemuan tersebut, Boeing seolah mengisyaratkan bahwa patch (pembaruan) perangkat lunak yang tengah direncanakan oleh pihak manufaktur pesawat ini hampir rampung, walaupun masih perlu persetujuan dari regulator. Sebagaimana yang dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, pasca kecelakaan yang menimpa Ethiopian Airlines pada 10 Maret 2019 kemarin, sejumlah eksekutif dari flag carrier Ethiopia ini mempertanyakan apakah Boeing telah memperingatkan para pilot mengenai perangkat lunak “agresif” yang menyebabkan hidung pesawat menukik ke bawah.
Pertemuan ini sendiri direncanakan berlangsung di Renton, Washington, dimana ini merupakan bagian dari Boeing untuk angkat bicara terhadap semua operator 737 MAX 8 dan para regulator. Boeing akan membahas tentang, “pembaruan perangkat lunak keluarga 737 MAX dan pelatihan khusus untuk pesawat terkait,” ujar pihak Boeing dalam sebuah pernyataan tertulis.
Baca Juga: Boeing 737 Sabet Predikat Sebagai Pesawat Terlaris Sepanjang Sejarah Aviasi Global
Mengutip dari laman Reuters.com, salah satu maskapai dari Tanah Air yang turut diundang dalam pertemuan tersebut adalah Garuda Indonesia. Hal tersebut dilontarkan langsung oleh Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara – dimana beberapa waktu lalu, dirinya sempat menyatakan untuk membatalkan pesanan 49 armada Boeing 737 MAX. Lantaran pemberitahuannya yang terlalu mendadak, Ari mengatakan Garuda Indonesia tidak bisa mengirimkan delegasinya menuju Negeri Paman Sam.
“Kami diberitahu hari Jumat, tetapi karena pemberitahuan singkat, kami tidak dapat mengirim pilot ke sana,” ujar IGN Askhara Danadiputra yang akrab dipanggil Ari Askhara.
Bersenggolan atau menjatuhkan barang tidak sengaja dan mengenai penumpang lain di dalam kereta bukanlah masalah besar. Sebab saat barang atau tersenggol pastinya akan meminta maaf karena ketidaksengajaan tersebut.
Baca juga: Gara-gara Bau Kentut, Dua Penumpang di Kereta Komuter Jepang Bersitegang
Namun, ada penumpang di MRT Singapura yang tidak terima kakinya kejatuhan ponsel penumpang lainnya. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman asiaone.com (25/2/2019), seorang wanita memarahi penumpang kereta lainnya saat berada di Downtown Line pada Kamis (21/2/2019). Hal itu dikarenakan penumpang tersebut tidak sengaja menjatuhkan ponselnya di kaki perempuan tersebut.
Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 18.50 sore waktu setempat ketika kereta dalam perjalanan menuju ke Bukit Panjang. Salah seorang penumpang yang melihat kejadian tersebut mengatakan, perempuan itu marah dan meminta kompensasi atas kejadian tersebut.
Dalam sebuah video tersebut wanita itu berusaha menangkap penumpang itu dan meminta identitasnya.
“Jika saya memiliki biaya medis, Anda membayar tagihan medis saya oke?” kata wanita tersebut. Penumpang lainnya yang membantu menengahi masalah tersebut bahkan dibilang terlalu ikut campur masalah tersebut.
“Dan kamu diamlah, kamu tidak terlibat di insiden ini, saksi apa kamu? saksi palsu?” ujar wanita itu ke penumpang yang ingin membantu tersebut.
“Hari itu di MRT Serangoon, seorang wanita memukul saya sampai kaki saya dibalut selama tiga bulan, saya punya uang $500, Anda tahu? Sekarang aku tidak peduli. Kamu memberiku identitas kamu dan kamu membayar biaya pengobatanku ok?” ujarnya lagi.
Dia mengatakan, bahwa ponsel tersebut mengenai kakinya. Penumpang lainnya yang membantu menengahi mengatakan agar wanita tersebut membuka sepatunya dan memukul kaki tersebut dan dia ingin melihat apa reaksi wanita tersebut.
“Bahkan jika itu kecelakaan di jalan ah, tabrakan mobil secara tidak sengaja, juga harus membayar asuransi. Kakiku tiba-tiba terasa sakit di sana, kau tahu?” ujar wanita itu lagi.
“Dan kamu segera bangun di sana dan diam di sana ah kamu,” kata wanita itu lagi ke penumpang yang membantu tersebut.
Baca juga: Gigit Polisi dan Penumpang di Kereta Api, Remaja Pria Diganjar 60 Jam Kerja Tanpa Bayaran
Sebuah video berikutnya menunjukkan wanita itu, yang sekarang duduk, masih berteriak-teriak, meskipun komuter perempuan dan pihak ketiga sudah meninggalkan kereta. Ketika kereta mendekati stasiun MRT Hillview, suara wanita itu masih dapat didengar dan mengatakan bahwa “ini sudah ketiga kalinya saya memiliki omong kosong ini” dan “Anda pikir saya tidak berani membawa ke otoritas yang lebih tinggi ah?”
Flag carrier Singapura, Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ423 dikabarkan mendapatkan pengawalan dari dua jet tempur bertipe F-16. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya isu bom yang menyeruak di dalam penerbangan dari Mumbai menuju Singapura tersebut. Adapun penerbangan lintas negara tersebut menggunakan armada Boeing 777-300ER, yang berisikan 263 penumpang dan 18 awak kabin. Beruntung, pesawat ini bisa mendarat dalam kondisi selamat.
Baca Juga: Terima Pesan Hoax, Eurofighter Typhoon Inggris Paksa Mendarat Ryanair
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, Singapore Airlines SQ423 dijadwalkan untuk mengudara dari Chhatrapati Shivaji International Airport pada Senin (25/3/2019) kemarin, sekira pukul 23.36 waktu setempat. Ketika di tengah perjalanan, pilot Singapore Airlines SQ423 mengatakan melalui pengeras suara bahwa pesawat tersebut mendapat ancaman bom tak lama setelah mereka mengudara.
Pengumuman tentang adanya teror bom dari sang pilot ini sontak membuat seisi kabin kepanikan. Sebagai bentuk preventif, pilot kemudian melaporkan kejadian ini ke menara ATC terdekat.
Sebagai tanggapan atas laporan ini, Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) mengirimkan dua jet tempur F-16 untuk mencegat dan mengawal perjalanan maskapai ini untuk bisa mendarat dengan selamat di Singapura.
“Jet tempur kami telah mengawal pesawat sampai dapat mendarat dengan selamat di Bandara Changi,” ujar pihak RSAF dalam sebuah pernyataan tertulis di laman Facebook mereka.
Ternyata, laporan terkait adanya bom di dalam penerbangan tersebut hanyalah hoax semata.
Setibanya di Singapura, seluruh penumpang wajib “disaring” guna memastikan bahwa keadaan benar-benar kondusif. Hingga pihak keamanan mengamankan seorang wanita dan anak kecil guna kepentingan interogasi lanjutan.
Hingga saat ini, masih belum bisa dipastikan apakah orang yang diamankan pihak berwajib ini ada hubungannya dengan teror bom yang terjadi pada penerbangan tersebut atau tidak. Sementara pihak berwajib pun masih enggan berkomentar lebih lanjut terkait pemeriksaan keduanya, dengan dalih masih melakukan penyelidikan.
Baca Juga: Antara Garuda Indonesia, Berita Hoax, dan Media Sosial
Adapun imbas dari insiden teror bom hoax ini adalah keterlambatan Singapore Airlines SQ423 sampai di Singapura. Menurut laman FlightAware, maskapai ini mengalami keterlambatan hingga 31 menit. Selain itu, sebanyak 20 orang mengaku kehilangan connecting flights mereka.
Kendati begitu, insiden ancaman bom ini tidak sampai mempengaruhi pengoperasian Bandara Changi di Singapura, meski sempat menimbulkan keterlambatan penerbangan di bandara Mumbai.
Sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung gerakan Earth Hour 2019 yang jatuh pada tanggal 30 Maret mendatang, PT MRT Jakarta bersama sejumlah pemangku kepentingan melakukan konferensi pers pada Rabu (27/3/2019). Sebelumnya, patut diketahui bahwasanya gerakan Earth Hour ini diinisiasi oleh World Wildlife Fund (WWF) , dan di Indonesia sendiri, gerakan ini sudah dimulai sejak tahun 2009 silam.
Baca Juga: Mulai 25 Maret, MRT Jakarta Kenakan Tiket Meski Masih “Gratis”
Puncak Earth Hour 2019 tahun ini juga sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada pukul 20.30 hingga 21.30 WIB. Nah, dalam menyambut gerakan ini, sejumlah operator moda transportasi berbasis massal di Jakarta seperti MRT Jakarta dan TransJakarta sudah punya rencananya masing-masing guna mendukung gerakan ini.
Sebagaimana yang dilontarkan oleh Corporate Secretary PT MRT Jakarta, Muhammad Kamaludin, PT MRT Jakarta sangat mendukung gerakan yang dilakukan oleh para relawan yang tersebar di seluruh Indonesia ini.
“Salah satu bentuk dukungan kami terhadap Earth Hour 2019 ini adalah dengan cara mematikan satu lampu di salah satu sudut stasiun kami – di total 13 stasiun yang ada saat ini,” ujar Muhammad Kamaludin di hadapan awak media, Rabu (27/3/2019) di Stasiun MRT Dukuh Atas.
Dirinya menjamin bahwa apa yang sudah menjadi putusanperusahaan ini tidak akan mengganggu operasional MRT Jakarta secara keseluruhan, “dan tentu saja tetap safety,”
Tidak hanya berhenti sampai di situ, ternyata MRT Jakarta juga memberlakukan optimalisasi energi berkelanjutan di setiap stasiunnya. Muhammad Kamaludin mengambil contoh nursery room dan kamar mandi (rest room) yang menggunakan semacam sensor.
“Jadi kalau ada penggunanya (nursery atau rest room), maka lampu akan menyala. Jika tidak ada yang menggunakan, maka lampunya akan mati,” terang Muhammad Kamaludin.
Lain cerita dengan PT Transportasi Jakarta yang membawa bendera TransJakarta dalam konferensi pers ini. Dihadiri langsung oleh Agung Wicaksono selaku Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, ia mengatakan bahwa salah satu bentuk dukungan langsung terhadap penurunan emisi gas rumah kaca untuk mengurangi dampak perubahan iklim ini adalah dengan menggunakan armada bus listrik yang sebelumnya dipamerkan pada pagelaran Busworld South East Asia 2019, 20-22 Maret kemarin.
Baca Juga: BYD K9 – Inilah Bus Listrik untuk Koridor 13 TransJakarta
“Ke depannya, bahkan electric mobility bisa menjadi pilihan untuk menekan lagi emisi, dengan melalui uji coba terlebih dahulu,” ujar Agung.
Selain itu, Agung juga tidak lupa menghimbau kepada warga Ibukota untuk mulai meninggalkan kendaraan pribadi mereka dan beralih menggunakan moda transportasi umum.
“Emisi CO2 dari transportasi berkontribusi sampai 46 persen terhadap emisi di perkotaan, apalagi kalau menggunakan kendaraan pribadi. TransJakarta berjuang untuk memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan haltenya dengan MRT, LRT, dan KRL.” Tutupnya.
Maskapai berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC) asal Malaysia, AirAsia meminta maaf atas iklan yang tersebar di Australia yang dilabeli dengan status “berbahaya”. Pasalnya, iklan yang ditempel pada sebuah bus ini menyertakan slogan “Get off in Thailand”, dimana hal tersebut dituding menjurus kepada promosi wisata seks di negara berjuluk Negeri Gajah Putih tersebut. Tidak hanya di bus, iklan yang sama juga dipasang di sejumlah papan iklan di Brisbane, dan di Bandara Internasional Sydney. Padahal melalui iklan tersebut, AirAsia tampaknya ingin mempromosikan rute penerbangan langsung dari Brisbane menuju Bangkok.
Baca Juga: Iklan Menjurus Seksis, AirAsia Menuai Kecaman dari NetizenKabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, isu ini berawal ketika seorang netizen membagikan foto dari sebuah bus di Brisbane yang dipasangi iklan AirAsia. Adalah Melinda, seorang netizen Twitter dengan nama akun @MelLiszewski, mengunggah sebuah foto bus yang berisikan iklan AirAsia tersebut.
Pada caption cuitannya tersebut, Melinda mengatakan, “Get off in Thailand, promosi #sextourism yang dipersembahkan bagi Anda oleh maskapai berbiaya rendah @AirAsia. Bangkok merupakan pusat eksploitasi seksual terhadap wanita dan anak-anak, serta hampir 250.000 turis seks pria asal Barat mengunjungi Thailand setiap tahunnya. #Shame”
Sumber: Twitter.com
Kurang lebih, seperti itulah caption yang dicantumkan Melinda dalam cuitannya yang diunggah pada Jumat (22/3/2019) kemarin. Sontak, hal ini ramai diperbincangkan oleh banyak orang dan menjadi viral. Memang, jika dilihat dari mata orang awam, iklan ini terlihat seperti iklan biasa, dengan latar belakang pemandangan lalu lintas di Thailand – tidak menjurus kepada promosi berbau seksual sama sekali. Namun hal tersebut dipandang lain oleh orang-orang tertentu, seperti halnya Melinda.
Senada dengan Melinda, anggota dewan Brisbane, Kara Cook mengatakan bahwa iklan AirAsia tersebut mengerikan. Ia secara pribadi mendesak agar dewan bertanggung jawab atas iklan yang beredar dipublik itu.
“Iklan ini benar-benar tidak sesuai dan menyoroti situasi mengerikan yang dihadapi banyak perempuan dan anak-anak, yang menjadi korban eksploitasi seksual di Thailand,” ujarnya.
Baca Juga: Dianggap Seronok, Soal Kostum Pramugari AirAsia Diadukan Ke Pejabat Malaysia
Menanggapi hal ini, juru bicara dari AirAsia mengatakan, iklan tersebut telah dicabut dan dipastikan tidak akan beredar lagi. “Kami menanggapi umpan balik masyarakat dengan sangat serius dan dengan tulus meminta maaf atas masalah ini,” ujarnya.
“Kami menginstruksikan mitra media kami untuk menghapus iklan tersebut sesegera mungkin dari semua lokasi,” tandasnya.
Bandara-bandara di dunia sepertinya tengah menjadi incaran pengguna drone gelap. Pasalnya pada 22 maret 2019 kemarin, Bandara Internasional Frankfurt am Main di Jerman harus berhenti beroperasi sejenak karena adanya drone tak dikenal berkeliaran di kawasan bandara dan menjadi bandara kesekian yang menghentikan operasionalnya karena pesawat tanpa awak tersebut.
Baca juga: Drone Muncul (Lagi) di Bandara Dubai, Operasional Penerbangan Dihentikan 30 Menit
Drone tersebut terlihat selama 30 menit dan lalu lintas udara di bandara terbesar di Jerman tersebut dihentikan dari pukul 15.15 hingga 17.45 waktu setempat pada Jumat lalu. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (26/3/2019), untungnya pihak keamanan bandara cepat tanggap dan helikopter polisi federal langsung dikerahkan untuk melakukan penyisiran.
Karena penghentian operasional bandara selama setengah jam, akibatnya ada 60 penerbangan dari 1439 harus dibatalkan pada hari itu. Ini juga mempengaruhi 4500 penumpang yang ada di bandara. Selain itu maskapai Lufthansa harus membatalkan 22 penerbangannya.
Namun, pembatalan tersebut juga terjadi bukan hanya karena masalah drone tetapi disebabkan sebagaian besar adanya masalah program komputer yang tidak terkait di pusat kendali lalu lintas udara di Langen negara bagian Hesse.
“Sebuah pesawat tanpa awak terlihat hari ini di Bandara Frankfurt. Prioritas kami adalah keselamatan terlebih dahulu. Operasi penerbangan ditangguhkan selama 30 menit sampai polisi menyelesaikan situasi. Operasi penerbangan kembali normal, tidak ada kekacauan,” tulis Bandara Frankfurt di akun Twitternya.
Bandara Frankfurt menjadi yang terbaru kehadiran tamu tak diundang yakni penampakan drone baru-baru ini yang telah menghentikan operasi bandara di Inggris, Irlandia, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab (UEA). Bandara Dublin di Irlandia terpaksa menunda sementara operasi pada 21 Februari setelah sebuah drone terlihat di dekat lapangan terbang.
Baca juga: Di Inggris Drone Dilarang Terbang dalam Radius 5 Km dari Bandara, Di Indonesia Dilarang Lebihi Ketinggian 150 Meter
Bandara Internasional Dubai baru-baru ini menangguhkan operasi pada 15 Februari setelah dugaan aktivitas drone dilaporkan dekat bandara. Pada bulan Januari, Bandara Heathrow London untuk sementara menghentikan semua penerbangan yang berangkat sebagai tindakan keselamatan setelah drone terlihat terbang di dekat lapangan terbang, sementara Bandara Gatwick terpaksa menunda operasi selama 36 jam.
Hal ini membuat Bandara Heathrow dan Gatwick menghadirkan teknologi anti drone tersebut untuk menangani munculnya penerbangan drone ilegal di dekat lapangan udara yang bisa mengganggu lalu lintas penerbangan di dua bandara internasional tersebut.
Maskapai berbiaya hemat (LCC) Citilink per 1 April 2019 mendatang akan mengambil alih operasional Garuda Indonesia yang terbang di rute Surabaya menuju ke Jember. Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengatakan, pengalihan operasional penerbangan Garuda Indonesia rute Surabaya-Jember-Surabaya menggunakan Citilink karena dinilai masih bagus sebagai moda transportasi udara.
Baca juga: Alih Operasi ATR dari Garuda Indonesia ke Citilink Selesai di 2020
“Kami melakukan evaluasi terhadap rute penerbangan Surabya menuju Jember atau sebaliknya selama beberapa pekan terakhir. Hingga akhirnya diputuskan untuk menutup sementara penerbangan Garuda Indonesia,” ujar Ikhsan yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman Antara (26/3/2019).
Dia mengatakan, untuk menetapkan pengakomodasian penumpang Garuda Indonesia rute Surabaya-Jember akan dilayani oleh maskapai hijau tersebut dengan menggunakan slot time penerbangan Garuda Indonesia Explore. Hal ini bisa memudahkan penumpang menggunakan pesawat dari anak perusahaan Garuda tersebut.
Sementara itu, berdasarkan surat kepala Gapura Airport Service pada 20 Maret 2019 No.1018/WR/III/2019 tentang pemberitahuan “cancel flight” penerbangan Garuda Indonesia No.GA 7036/7037 rute Surabaya-Jember-Surabaya tidak beroperasi sejak 31 Maret hingga 26 Oktober 2019 yang ditujukan kepada Bupati Jember Faida.
Dalam surat itu juga disebutkan hasil konfirmasi dengan Stasiun Manager Garuda Indonesia kantor cabang Jember yakni tidak beroperasinya pesawat Garuda Indonesia adalah kebijakan perusahaan. Ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Dirjen Perhubungan Udara, bahwa Garuda diharapkan tidak mengoperasikan lagi pesawat baling-baling di rute perintis.
Rencana penerbangan pesawat Citilink di Bandara Notohadinegoro Jember telah ada kepastian akan dimulai 1 April 2019 sebagaimana surat dari pihak PT Citilink Indonesia pada 20 Maret 2019 No. Citilink/jkt OGQG/2053/19. Citilink akan menggunakan slot time Garuda Indonesia Explore, sedangkan jasa ground handling tetap menggunakan Gapura Airport Service.
Pantauan di lapangan, pihak Citilink juga sudah melakukan sosialisasi di Bandara Notohadinegoro Kabupaten Jember dan nantinya loket Garuda juga akan digantikan dengan Citilink. Pesawat Garuda Indonesia sendiri diketahui menerbangi rute Jember-Surabaya sejak 16 Juli 2014 dengan menggunakan pesawat jenis ATR 72-600 yang berkapasitas hingga 70 penumpang dengan frekuensi penerbangan setiap hari.
Baca juga: Citilink Gunakan ATR 72-600 untuk Rute Bandung dan Lampung
Kemudian, Garuda mengurangi jumlah frekuensi penerbangan karena kurangnya permintaan, menjadi empat kali dalam sepekan pada Januari 2019. Hingga akhirnya penerbangan Garuda dari dan menuju Jember benar-benar dihentikan Maret ini.
Atas musibah yang dialami Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines ET-302, berlanjut ke tekanan regulator dari seantoro dunia, akhirnya pihak Boeing telah resmi memberlakukan temporary grounded pada seluruh armada Boeing 737 MAX 8, termasuk yang beroperasi di wilayah Amerika Serikat. Nah, setelah langkah grounded dibelakukan secara serentak, ternyata masih ada saja kasus yang melibatkan Boeing 737 MAX 8.
Baca Juga: Boeing 737 MAX 7, Pecahkan Rekor Internal Penjualan Pesawat Tercepat Sepanjang Sejarah!
Berita mengejutkan datang dari pesawat Boeing 737 MAX 8 Flight 8701 milik maskapai Southwest Airlines yang tengah melakoni perjalanan non-komersial (tanpa penumpang) terpaksa melakukan pendaratan darurat setelah dilaporkan ada masalah pada bagian mesinnya, Selasa (26/3/2019) sore waktu setempat di Bandara Internasional Orlando, Amerika Serikat.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman cnn.com (27/3/2019), pesawat Boeing 737 MAX 8 Southwest Airlines ini diterbangkan dari Florida ke California untuk disimpan di storage facility. Menurut laporan yang diterima dari Federal Aviation Administration (FAA), pilot yang mengemudikan pesawat ini melaporkan bahwa ada masalah pada bagian mesinnya dan menyatakan situasi darurat sekira pukul 14.50 waktu setempat.
Sang pilot ini sendiri pun melaporkan masalah pada mesin tak lama setelah ia lepas landas dari Bandara Internasional Orlando. Petugas bandara mengatakan pesawat tersebut hanya berisikan pilot dan kopilot. Senada dengan yang diutarakan oleh sang pilot, petugas bandara pun mengatakan bahwa Boeing 737 MAX 8 tersebut mengalami kegagalan fungsi dan harus kembali ke Orlando untuk pendaratan darurat. Beruntung, pesawat twin engine narrow body ini dapat Return to Base (RTB) dengan selamat.
Baca Juga: Ini Dia Daftar Maskapai yang Belum Hentikan Penggunaan Boeing 737 MAX 8
Mengutip dari laman nytimes.com, FAA mengatakan bahwa pihaknya kini tengah melakukan penyelidikan guna mengetahui akar masalah dari insiden pendaratan darurat ini. Namun FAA menyebutkan bahwa insiden ini tidak ada kaitannya dengan masalah software Angle of Attack (AoA)yang ditengarai menjadi penyebab kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengajukan rencana untuk pembangunan jaringan kereta cepat di negara berjuluk Negeri Kangguru tersebut. Pengadaan jaringan kereta cepat ini, menurut Scott, merupakan satu dari serangkaian rencananya untuk mengentaskan kemacetan di Australia. Selain itu, visi strategis lain dari pengadaan kereta cepat ini adalah untuk memangkas waktu perjalanan antar negara, dimana diperkirakan para komuter bisa pergi dari Sydney menuju Brisbane (maupun sebaliknya) hanya dalam waktu setengah jam saja.
Baca Juga: Akhirnya, Hyperloop Transportation Technology Luncurkan Pod Penumpang Perdana
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman dailymail.co.uk (19/3/2019), adapun kecepatan dari kereta yang direncanakan oleh sang Perdana Menteri ini melebihi angka 1.220 km per jam! Dengan kecepatan tersebut, jarak 877,7 km yang terbentang antara Sydney dan Melbourne dapat ditempuh hanya dalam waktu 37 menit saja.
Ternyata, kereta cepat yang dimaksud oleh Scott Morrison ini berupa Hyperloop, moda transportasi massal yang mengandalkan gaya levitasi magnetik dan bergerak di dalam sebuah tabung kedap udara. Sejak perusahaan asal Negeri Paman Sam, Hyperloop Transportation Technologies mempresentasikan tentang kelaikan moda tersebut pada bulan Oktober silam, Pemerintah Australia semakin yakin untuk menghadirkan moda berkecepatan tinggi ini.
Jika sudah rampung kelak, Hyperloop akan melayani pesisir timur Australia dan menghubungkan Sydney, Melbourne, dan Brisbane. Hyperloop siap mengakomodasi hingga lebih dari 10 juta penduduk di sana,” ujar pihak Hyperloop Transportation Technologies dalam sebuah laporan.
Sebagaimana yang sudah diketahui sebelumnya, Dirk Ahlborn selaku Co-Founder sekaligus CEO dari Hyperloop Transportation Technologies memang tengah gencar-gencarnya ‘mempromosikan’ moda futuristik ini ke berbagai penjuru dunia. Sebelumnya sempat diberitakan pula bahwa Dubai, Cina, dan beberapa negara lain sudah ‘antre’ untuk dipasangkan sistem Hyperloop di negara terkait.
Di akhir tahun 2018 kemarin, Hyperloop juga telah merilis moda yang kelak akan digunakan dalam sistem pengoperasiannya – Quintero One.
Namun, rencana pengadaan jaringan kereta cepat semacam ini sempat menuai kontroversi, dimana sejumlah analis mengatakan bahwa tidak setiap negara membutuhkan jaringan kereta cepat, salah satunya adalah Australia.
Baca Juga: Meski Diidamkan, Hadirnya Kereta Cepat di Australia Belum Dipandang Ideal
Seorang profesor transportasi kereta api dari University of Southampton, John Preston mengatakan bahwa sedikit kota di dunia yang dapat memenuhi kondisi yang diperlukan untuk jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang layak secara komersial, dalam hal ini termasuk di Australia yang populasi penduduknya rendah, maka disinyalir tingkat kebutuhan pada kereta cepat tidak memadai dalam skala bisnis dan investasi.
Jika ditengah perencanaannya saja sudah terjadi polemik semacam ini, akankah Australia dapat memiliki jaringan kereta cepat di masa yang akan datang?
Seperti menunggu penantian, akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta telah men-sahkan tarif rata-rata Mass Rapid Transit atau Moda Raya terpadu (MRT) Jakarta. Tarif yang diresmikan adalah sebesar Rp8.500 untuk MRT dan Rp5.000 untuk LRT Jakarta dan akan mulai berlaku pada 1 April 2019 mendatang. Terkhusus untuk MRT Jakarta, sayang banyak warganet yang kadung salah persepsi.
Baca juga: Jelang Beroperasi Penuh, Sebenarnya Berapa Tarif Tiket MRT Jakarta?
Dari beberapa warga yang ditanyakan KabarPenumpang.com, mereka menganggap bahwa Rp8.500 adalah tarif untuk rute terjauh, yakni dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Lebak Bulus, begitu juga sebaliknya. Beberapa media pun tak sedikit yang salah mengutip hal tersebut. Perlu dicatat bahwa Rp8.500 adalah tarif rata-rata, sementara untuk rute terjauh yang kerap menjadi patokan warganet, adalah Rp14.000. Untuk lebih jelasnya, seperti apa pemberlakuan tarif per tujuan (stasiun) dalam jaringan MRT Jakarta, simak pada tabel di bawah ini.
Tabel tarif MRT Jakarta. (Sumber: Istimewa)Baca juga: Mulai 25 Maret, MRT Jakarta Kenakan Tiket Meski Masih “Gratis”
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mengatakan tarif yang lebih murah akan semakin menarik minat masyarakat menggunakan MRT dan LRT ketimbang kendaraan pribadi. Apalagi nantinya kedua moda transportasi ini akan diintegrasikan dengan moda transportasi lain seperti TransJakarta, bahkan ojek dan taksi online.