Apa yang Terjadi Bila Penumpang Tidak Menyimpan Laptop dalam Penerbangan?

Di era digital seperti sekarang ini gadget, laptop, dan perangkat elektronik sejenis hampir tidak pernah lepas dari manusia, bahkan ketika di pesawat. Namun, aturan yang ketat mengharuskan penumpang menyimpan laptop di saat-saat tertentu. Lantas apa yang terjadi bila penumpang tidak menyimpan laptop atau tidak menyimpan laptop dengan baik dalam penerbangan?

Baca juga: Ikuti Aturannya, Laptop Aman Digunakan Dalam Penerbangan

Sebelum dan setelah pramugari menutup pintu pesawat dan persiapan lepas landas dilakukan, mulai dari menyalakan mesin, pushback, dan taxiing, biasanya ada pengumuman untuk mematikan perangkat elektronik, mengembalikan sandaran kursi ke mode normal, dan melipat meja.

Namun, bila ada penumpang yang mematuhi protokol tersebut, termasuk tidak mau mematikan laptop dan menyimpannya dengan baik, itu akan menimbulkan beberapa konsekuensi.

Susan Fogwell, pramugari senior di dalam satu maskapai besar, sebagaimana dikutip dari rd.com, mengungkapkan andai ada penumpang yang tak mau mematikan laptop mereka dan menyimpannya dengan baik, pesawat akan putar balik dan kembali ke bandara.

“Jika penumpang tidak menuruti permintaan pramugari, pesawat akan berbalik arah dan kembali ke gerbang,” jelasnya.

Setelah itu, penumpang akan diminta keluar dari pesawat dan mendapat penanganan dari petugas untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Itu karena, sebelum lepas landas dan mendarat, pesawat harus dipersiapkan untuk menghadapi kondisi darurat agar proses evakuasi dapat dilakukan secepat mungkin.

Penumpang biasanya baru diizinkan menggunakan laptop, termasuk menurunkan sandaran kursi, menutup tirai jendela, menurunkan meja, melepas seat belt, dan sebagainya, setelah cruising. Bagi penumpang yang ingin menggunakan laptop, ini adalah waktu yang tepat.

Karenanya, sebelum lepas landas dan saat masuk ke kabin, penumpang harus mempunyai rencana pasti akan menggunakan laptop atau tidak. Bagi penumpang yang ingin menggunakannya, menurut Fogwell, tempat terbaik untuk menyimpannya adalah di tas atau ransel dan diletakkan di bawah kursi depan, bukan bawah kursi sendiri.

Sebaliknya, andai tidak berencana menggunakannya, lanjut Fogwell, tempat terbaik adalah menyimpannya di kompartemen bagasi.

Jangan sampai, ketika laptop disimpan di ransel dan diletakkan di kompartemen bagasi, penumpang tiba-tiba ingin menggunakannya dan mengacak-ngacak formasi kompartemen bagasi yang sudah bercampur dengan ransel dan koper penumpang lain saat dalam penerbangan. Ini berbahaya.

Meski sudah cruising, turbulensi kapan saja bisa terjadi dan penumpang diminta untuk segera kembali ke kursi dan apa jadinya bila turbulensi terjadi saat penumpang sedang membuka kompatemen bagasi untuk mencari laptop di ranselnya?

Baca juga: Lirik Wanita Lain, Penumpang American Airlines Pukul Suami Pakai Laptop!

Fogwell juga menyoroti, selama ini penumpang banyak yang menyimpa laptop di tempat penyimpanan di seat back. Menurutnya, itu berbahaya. Ada pula yang menyimpannya di bawah kursi sendiri atau kursi depan.

Saat terjadi turbulensi, laptop bisa saja berpindah bergeser, terbentur dan menyebabkan kerusakan pada baterai sampai akhirnya terbakar.

Hadirkan Pemindai 3D, Gerbang Kemanan TSA Tetap Lebih Lambat

Setiap penumpang yang akan bepergian menggunakan pesawat, harus melewati gerbang keamanan sebelum menikmati perjalanan mereka. Di gerbang keamanan, penumpang harus memindai barang bawaan mereka melalui mesin X-Ray.

Baca juga: Keren, Bandara di Italia Pasang CT-Scan dan Face Boarding! Penumpang Bebas Ribet

Namun, tidak semua barang bisa langsung terdeteksi melalui mesin pemindai, sehingga laptop, kamera atau alat elektronik lainnya harus di keluarkan dari tas. Hal ini yang membuat melewati keamanan bandara cukup lambat.

Tetapi, belum lama ini Administrasi Keamanan Bandara atau TSA menghadirkan pemindai 3 dimensi (3D) baru dan menawarkan langkah-langkah keamanan yang lebih baik serta beberapa manfaat bagi pelancong. Meski begitu ini tidak membantu pelancong mencapai gerbang mereka lebih cepat.

KabarPenumpang.com melansir insidehook.com (4/4/2022), pemindai tomografi checkpoint (CT) baru ini menyediakan pencitraan tas 3D dan bagi mereka yang tidak memiliki TSA PreCheck memungkinkan penumpang tak lagi perlu mengeluarkan laptop atau cairan dari tas mereka.

Sayangnya, ini pun memiliki kelemahan yakni mesin tersebut tampaknya sangat lambat. Seperti yang dicatat oleh penumpang Joelle Erickson dalam artikel The Points Guy, gerbang keamanan baru-baru ini diperkirakan membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menyaring sepuluh orang.

“Orang-orang di depan saya mencoba menghubungi keluarga mereka lebih jauh ke belakang untuk memperingatkan mereka tentang betapa lambatnya mesin itu,” tulisnya.

Seperti yang dicatat TSA, perangkat CT menerapkan algoritme canggih untuk mendeteksi bahan peledak dengan membuat gambar 3D yang dapat dilihat dan diputar 360 derajat pada tiga sumbu. Selain meningkatkan keamanan, agensi mengatakan bahwa perangkat baru akan memungkinkan penumpang untuk menyimpan lebih banyak barang di bagasi mereka dan mengurangi pemeriksaan tas.

“Ini seperti mesin CT scan yang Anda lihat di rumah sakit. Dan perbedaan dalam keamanan benar-benar [seperti] perbedaan antara peta dan bola dunia,” kata juru bicara TSA tenggara Mark Howell.

Meskipun tidak ada fakta kuat tentang bagaimana 1.000 atau lebih mesin baru yang diluncurkan perlahan ke bandara yang berbeda, ini mempengaruhi waktu tunggu. Bahkan ini juga TSA telah mengakui beberapa kesulitan yang berkembang.

“Seperti halnya teknologi baru, ada kurva pembelajaran bagi petugas; seiring dengan peningkatan kecakapan mereka, ada ekspektasi throughput akan memenuhi dan melampaui sistem AT yang ada,” kata juru bicara.

Baca juga: Mudahkan Pelancong Asing, Jepang Hadirkan Gerbang Pemindai Otomatis di Bandara Narita

Jalur keamanan yang lebih lambat (walaupun lebih aman) tiba pada saat perjalanan tampaknya kembali ke tingkat pra-pandemi dan musim panas semakin dekat. Berikan waktu ekstra selama perjalanan Anda, dan seperti yang disarankan TSA dan penulis ini, ajukan TSA PreCheck.

Alastua, Bangunan Kecil dan Dijuluki “Stasiun Pulau”, Kenapa?

Bagi warga Semarang dan sekitarnya justru sudah tak asing lagi dengan stasiun yang satu ini. Ya, Stasiun Alastua (ATA) berada di wilayah Daerah Operasi (Daop) IV Semarang antara petak Stasiun Semarang Tawang dengan Stasiun Brumbung. Stasiun ini sekilas memang seperti hanya stasiun kecil pada umumnya, pengoperasiannya pun sudah elektrifikasi walaupun bangunan cagar budayanya masih dipertahankan hingga kini.

Baca juga: Stasiun Bangil, di Masa Lalu Dioperasikan Dua Operator Kereta Api

Tapi ada keunikan dari stasiun ini, yaitu berada di bagian tengah dari jalur kereta api. Biasanya bangunan stasiun berada di bagian kanan atau kiri dari rel kereta api, namun tidak untuk stasiun ini. Hingga stasiun ini mendapat julukan “stasiun pulau” oleh penggemar kereta api wilayah Semarang, karena stasiunnya di himpit oleh jalur kereta api di kanan dan kirinya. Terdapat 6 jalur yang tersedia di stasiun ini.

Untuk 3 jalur digunakan sebagai jalur raya atau utama untuk dijalankan kereta api reguler, sedangkan 3 jalur lainnya digunakan untuk penyimpanan rangkaian atau bisa juga untuk kereta api reguler yang biasanya digunakan dalam keadaan darurat. Stasiun Alastua ramai dilewati oleh kereta api penumpang jarak jauh, kereta api lokal, maupun angkutan barang. Dan stasiun ini melayani 24 jam perjalanan kereta api.

Baca juga: Menipu! Terdengar Sangat “Eropa,” Padahal Stasiun ini Terletak di Jawa Timur

Stasiun Alastua hanya melayani pemberhentian kereta lokal dengan rute Semarang Poncol – Ngrombo, yaitu KA Kedung Sepur. Tak hanya keunikan sebagai julukan stasiun pulau, Alastua juga memiliki keunikan penomoran jalur.

Seperti diketahui, untuk rel Jalur 1 biasanya paling dekat dengan bangunan stasiun/ruang PPKA. Namun tidak untuk Stasiun Alastua. Jalur 1 Stasiun Alastua berada di sebelah selatan atau yang biasa digunakan jalur KA Kedung Sepur berhenti. Kemudian disusul jalur 2 (Jakarta – Surabaya), jalur 3 (Surabaya – Jakarta), kemudian jalur 4, 5, dan 6 berada di sebelah utara stasiun. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Ini Dia Ciri Khas Musik Kedatangan Kereta Api di Stasiun. Kira – kira Apa Saja, ya?

Rindu akan kampung halaman saat mudik pasti sudah menjadi kegiatan yang sepertinya sangat wajib saat jelang hari raya. Tak melulu soal kepadatan penumpang atau harga tiket yang hampir ludes, menggunakan transportasi umum rasanya sudah sangat erat bagi masyarakat Indonesia untuk bersilaturahmi ke tempat tujuan saat hari raya tiba. Nah, menggunakan kereta api baik di jalur utara maupun selatan pasti Anda melewati beberapa stasiun besar maupun kecil di beberapa daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur.

Baca juga: Stasiun Jatinegara, Gerbang Keluar Masuk Jalur Kereta di Ibu Kota

Tapi tahukah Anda kalau beberapa stasiun yang dilewati kereta api memiliki ciri khas masing – masing saat kedatangan kereta api di stasiun tersebut. Bukan karena bangunannya yang megah dan memiliki cagar budaya, namun stasiun yang memiliki ciri khas musik kedatangan kereta api. Nah, tentunya pasti Anda tidak sengaja terdengar alunan musik tersebut setiap naik kereta api atau menunggu kedatangan kereta di stasiun.

Berikut ini kabarpenumpang.com merangkumnya judul – judul ciri khas musik kedatangan kereta api:

1. Stasiun Jatinegara
Mengawali stasiun yang pertama di Jabodetabek, Jatinegara memang memiliki ciri khas musik yang berbeda saat kedatangan kereta api. Ya, menggunakan musik instrumental dengan judul “Kicir – Kicir” ini membawa ciri khas lagu Kota Jakarta yang mengalun merdu di area Stasiun Jatinegara. Alunan musik tersebut selalu diputar tak selalu pada kedatangan kereta api saja, namun diputar setiap waktu.

2. Stasiun Cianjur
Bergeser ke selatan musik instrumental di stasiun ini dengan judul “Manuk Dadali” yang merupakan ciri khas lagu dari Jawa Barat. Setiap musik tersebut di bunyikan, itu pertanda kereta api akan datang.

3. Stasiun Bandung
Masih di Jawa Barat bagian selatan terdengar alunan lagu kedatangan kereta dengan judul “Sabilulungan” yang merupakan ciri khas musik di Stasiun Bandung. Stasiun yang selalu dipadati oleh penumpang lokal maupun jarak jauh ini, tetap menjadi favorit masyarakat Indonesia.

Sumber: istimewa

4. Stasiun Cirebon
Menuju utara Jawa Barat alunan musik instrumental hadir di Stasiun Cirebon dengan judul “Kota Cirebon”. Kedatangan kereta api saat masuk di Stasiun Cirebon maupun Stasiun Cirebon Prujakan sering kali disambut dengan lagu tersebut.

Stasiun Cirebon saat ini

5. Stasiun Pemalang
“Ande – ande Lumut” merupakan ciri khas musik instrumental setiap kedatangan kereta api di stasiun ini. Namun tak semua kereta api yang berhenti di stasiun ini di bunyikan ciri khas musik Stasiun Pemalang, hanya yang kereta api berhenti saja yang dibunyikan.

6. Stasiun Pekalongan
Stssiun yang terkenal dengan Kota Batiknya ini memiliki ciri khas lagu instrumental berjudul “Nyidam Sari”. Hampir tak semua penumpang yang tahu persis judul musik kedatangan kereta api di Stasiun Pekalongan. Setelah di telusuri, lagu tersebut berjudul Nyidam Sari.

7. Stasiun Purwokerto
Stasiun yang memiliki lagu khas berikutnya untuk menyambut kedatangan kereta api adalah stasiun Purwokerto, terletak di Kabupaten Banyumas. Lagu khas yang diputar sebagai tanda kereta tiba, berjudul “Di Tepinya Sungai Serayu” dengan genre keroncong. Lagu ini mengisahkan tentang keindahan sungai Serayu, dimana jalur kereta Purwokerto menuju Jogja menyusuri tepi sungai.

8. Stasiun Semarang Tawang & Semarang Poncol
“Gambang Semarang” juga sudah menjadi ciri khas musik instrumental saat kedatangan kereta api. Tentunya musik ini sudah tak asing lagi bagi penumpang yang berada di stasiun dengan ornamen kota tuanya ini.

Stasiun Semarang Tawang masa kini, bangunannya tak berubah dari masa lalu

9. Stasiun Surabaya Gubeng & Surabaya Pasar Turi
Untuk Kota Surabaya memiliki 2 ciri khas musik instrumental kedatangan kereta api. Ciri khas musik Stasiun Surabaya Gubeng berjudul “Rek Ayo Rek” sedangkan Stasiun Surabaya Pasar Turi berjudul “Surabaya Oh Surabaya”. Musik tersebut sudah sangat melekat ke masyarakat khususnya warga asli Surabaya yang hendak menggunakan kereta api.

Baca juga: Arsitektur Neo Indishce Membuat Stasiun Pasar Senen Tak Lekang Oleh Waktu

10. Stasiun Banyuwangi/Ketapang
Menuju ke ujung timur Pulau Jawa, Stasiun Banyuwangi atau Ketapang tak luput dari ciri khas musik kedatangan kereta api berjudul “Luk – luk Lumbu”. Lagu yang merupakan ciri khas Kota Banyuwangi mengalun indah saat dibunyikan di area stasiun.
Itulah beberapa ciri khas musik instrumental stasiun yang selalu dibunyikan saat kedatangan kereta api. Kira – kira ada yang menambahkan ciri khas musik stasiun di kota kalian? (PRAS – Cinta Kereta Api)

JSX Airlines Jadi Maskapai Pertama Pakai Inflight WiFi Satelit Internet Starlink SpaceX

Maskapai regional private regional asal Amerika Serikat, JetSuite X atau JSX (disebut juga sebagai BEJ) resmi menggandeng SpaceX untuk menghadirkan layanan Inflight WiFi atau WiFi onboard, menjadikannya sebagai maskapai pertama yang menghadirkan layanan WiFi dalam penerbangan dari internet Starlink yang notabene berbasis satelit.

Baca juga: Keren, Tahun 2022 Pesawat Airbus Terhubung Internet Berbasis Satelit Berkecepatan 1,8 Gbps!

Dalam keterangannya yang dikutip New Atlas, maskapai yang menawarkan penerbangan point-to-point dari dan ke Arizona, California, Florida, Nevada, Texas, dan New York itu menyebut layanan inflight WiFi satelit Starlink SpaceX bisa dinikmati seluruh pelanggannya mulai akhir tahun ini, gratis.

Di pasar penerbangan komersial berjadwal, Delta Airlines besar kemungkinan akan menjadi yang pertama. Sejak beberapa tahun lalu, maskapai tersebut terus bekerjasama dengan SpaceX untuk menguji WiFi onboard di pesawat dari satelit internet Starlink.

Selama uji coba tersebut, tak diketahui pasti bagaimana hasilnya dan tidak diketahui pula uji coba tersebut adalah bagian dari kerjasama menghadirkan layanan Starlink inflight WiFi atau bukan.

Sebelum internet satelit Starlink mulai menyediakan layanan WiFi onboard dalam pesawat, Airbus sebetulnya sudah lebih dahulu. Namun prosesnya tak secepat dan se-massif Starlink.

Pada April tahun lalu, Airbus dilaporkan akan mulai menguji ketersediaan internet atau inflight WiFi di pesawat-pesawatnya. Tak tanggung-tanggung, kecepatan internet di pesawat Airbus nantinya bisa mencapai 1,8 Gbps. Hal itu dimungkinkan berkat sinyal internet yang dipancarkan satelit ke pesawat dari luar angkasa.

proyek ini dilakukan Airbus dengan menggandeng mitra Belandanya, UltraAir. Perusahaan tersebut nantinya akan memfasilitasi komunikasi antara pesawat dalam penerbangan dan satelit di orbit geostasioner.

Teknologi ini akan mencakup sistem mekatronika optik yang stabil dan presisi, yang diharapkan Airbus akan memberikan tingkat transmisi yang luar biasa tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai informasi, kecepatan WiFi OnBoard saat ini rata-rata hanya dikisaran 3 Mbps, dibandingkan dengan 1,8 Gpbs yang ditargetkan Airbus. Sangat jauh bukan?

Selain itu, WiFi, yang identik tempat paling rawan membobol data pribadi, akan berbeda. WiFi OnBoard yang nantinya disediakan Airbus-UltraAir menjamin keamanan data, selain kapasitas dan jangkauan yang jauh lebih luas untuk memenuhi kebutuhan di masa depan.

Kunci dari proyek yang dinamakan SpaceDataHighway ini tentu terletak pada Badan Antariksa Eropa (ESA).

Baca juga: Hasil Riset: Pasca Covid-19 Penumpang Inginkan WiFi Onboard dan Leg Room Lebih Luas

ESA diketahui turut andil dalam memancarkan sinyal internet dari satelit Alphasat miliknya ke pesawat melalui teknologi laser canggih untuk menyampaikan informasi dari satelit orbit rendah Bumi dan platform udara melalui satelit GEO dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Bila tak ada aral melintang, pengujian pertama akan dilakukan di laboratorium akhir tahun ini, dibantu oleh anak perusahaan Airbus, Tesat, yang berpengalaman dalam bidang komunikasi laser.
























Stasiun Cibatu, Nuansa Vintage Yang Tak Lekang Ditelan Zaman

Stasiun Cibatu saat ini mungkin tak terlalu dikenal banyak orang, tapi justru popularitas stasiun ini berkibar di era 1920-an, saat dimana perkeretaapian di Tanah Air berada dalam penguasaan Kolonial Belanda. Pada masa kolonial, Cibatu merupakan stasiun kelas I karena peran dan keberadaannya sangat penting. Namun kini stasiun Cibatu hanya merupakan stasiun kelas II yang berada di Cibatu, Garut. Terletak di ketinggian +612 meter ini merupakan stasiun yang masuk dalam Daerah Operasional II Bandung.

Baca juga: Stasiun Lebak Jero, Suguhkan Pemandangan Cantik Hingga Jalur Elok Berbentuk “S”

Dibangun tahun 1889 setelah diresmikannya jalur kereta api yang menghubungkan stasiun Cicalengka dengan Cilacap oleh Staatsspoorwegen (SS) perusahaan kereta milik pemerintah Hindia Belanda. KabarPenumpang.com mendapatkan fakta bahwa, stasiun Cibatu ini pernah disinggahi orang-orang terkenal baik dari dalam maupun luar Indonesia. Seperti komedian bintang Hollywood Charlie Chaplin yang menjejakkan kakinya dua kali di stasiun Cibatu.

Charlie Chaplin saat menyambangi stasiun Cibatu

Pada kunjungannya yang pertama tahun 1927, dirinya sampai ke stasiun Cibatu bersama Mary Pickford dan kunjungannya yang kedua tahun 1935 bersama sang istri Paulette Goddard. Bukti Sir Charles Spencer alias Charlie Chaplin ini datang ke Garut adalah dari foto yang diabadikan oleh Thilly Weissenborn. Thilly merupakan seorang fotografer ketururnan Jerman yang lahir di Kediri, Jawa Timur. Dari Thilly juga Chaplin mengetahui indahnya pesona Garut melalui kartu pos yang dikirimkannya.

Diketahui ada tiga foto yang diabadikan Thilly saat Chaplin tiba di stasiun dan memperlihatkan keceriaan masyarakat Garut. Saat sampai di Cibatu, Chaplin tak menggunakan jas sempit dan celana kedodoran, topi hitam andalan serta kumis petaknya. Melainkan datang dengan setelan jas berdasi rapi yang lengkap dengan topi bundar.

Tak hanya Chaplin, Perdana Menteri Perancis yang menjabat selama dua periode, Georges Clemenceau pernah menjejakkan kakinya di stasiun Cibatu. Clemenceau merupakan pendiri koran La Justice (1880), L’Aurore (1897), dan L’Homme Libre (1913) sekaligus penulis politik terkemuka.

Stasiun Cibatu pada masa lalu

Selang satu tahun setelah Kemerdakaan Indonesia, yakni pada 1946 presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta juga sempat menikmati indahnya stasiun Cibatu bersama ibu Fatmawati dan Rachmi Hatta. Bapak Proklamator ini berhenti di Cibatu dalam rangka perjalanannya menggunakan kereta api luar biasa melalui jalur selatan dan turun di setiap stasiun termasuk Cibatu untuk berpidato karena di minta oleh masyarakat.

Stasiun Cibatu sendiri menjadi salah satu perhentian wisatawan yang ingin melancong ke Garut. Apalagi wisata alam Garut yang terbilang lengkap di tahun 1920-an dimana wisatawan bisa berkunjung ke kawah Papandayan dan Kamojang.

Tak hanya itu bisa menikmati gunung-gunung yang tersebar karena Garut di kepung tak kurang dari lima gunung. Bermain air di situ atau telaga, curug atau air terjun hingga pemandian air panas.

Baca juga: KA “Simandra,” Kereta Api Ekonomi Lokal Tanpa Sensasi Mandra

Bukan hanya pemandangan indah saja yang mengelilingi stasiun Cibatu, dulu di stasiun ini juga terdapat dipo lokomotif. Biasanya digunakan untuk tempat perbaikan serta pemeliharaan lokomotif uap.

Dipo ini juga berfungsi sebagai dipo lokomotif cadangan jika harus ada penggantian dalam perjalanan dikarenakan rusak atau butuh tenaga tambahan. Sayangnya dipo tersebut tak lagi beroperasi sejak tahun 1983 seiring ditutupnya jalur Cibatu-Garut-Cikajang. Padahal dipo tersebut sebagai salah satu dipo utama dan kini hanya berstatus sub dipo.

Bagaimana Bisa Naiknya Harga Avtur Bakal Rugikan Maskapai dan Penumpang?

Tiket penerbangan di seluruh dunia sudah mulai naik di beberapa pekan terakhir. Penyebabnya, apalagi kalau bukan perang Rusia dan Ukraina yang mengerek harga minyak global naik, berujung naik pula harga Avtur.

Baca juga: Lima Dampak Perang Rusia-Ukraina yang Bikin Maskapai Internasional Pusing

Rusia diketahui memproduksi sekitar 10 persen dari pasokan minyak global, atau sekitar 11 juta barrel per hari. Dari jumlah tersebut, 7 juta barrel di antaraya rutin diekspor ke berbagai negara. Sanksi bertubi-tubi terhadap Rusia sudah pasti berdampak pada harga minyak dunia lantaran suplai terganggu.

Harga minyak mentah berjangka Brent per hari Jumat kemarin untuk pengiriman bulan Juni 2022 memang turun ke level 106,65 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun menjadi di level 102,7 dollar AS per barrel. Meski turun, harga dikisaran tersebut tetap lebih tinggi 20 persen dibanding harga Avtur di tahun 2019.

CEO Qantas, Alan Joyce, harga tiket pesawat juga akan ada kenaikan sebesar satu persen untuk setiap kenaikan minyak dunia sebesar US$4 per barrel.

Naiknya harga bahan bakar minyak sudah pasti membuat harga Avtur turut naik. Ini tentu akan membuat maskapai serba salah. Menaikkan harga tiket sudah pasti mempengaruhi pilihan penumpang. Tidak menaikkan harga tiket dipastikan rugi. Tetapi, bagaimana bisa kenaikan harga Avtur bakal merugikan maskapai dan penumpang?

Baca juga: Kemenhub Restui Maskapai Naikkan Tiket Pesawat 20 Persen dari TBA Gegara Avtur Naik

Dilansir Simple Flying, bahan bakar penerbangan atau Avtur adalah satu-satunya biaya operasional terbesar maskapai, antara 30-60 persen dari total pengeluaran rata-rata satu tahun. Hal ini membuat kenaikan harga Avtur signifikan bakal menggerus keuntungan maskapai di setiap flight, yang rata-rata 3-5 persen.

Biaya bahan bakar pesawat atau Avtur, setiap tahun naik 140 persen di Amerika Utara dan 126 persen di Eropa. Namun, saat ini, angka tersebut naik setiap bulan akibat dampak perang Rusia dan Ukraina.

Maskapai di dunia memang cenderung mempertahankan harga tiket pesawat untuk menghindari penurunan penumpang. Namun, mengingat Avtur menjadi bagian terbesar dari struktur cost tiket pesawat, sekitar 30 persen, seberapa lama maskapai dapat bertahan tanpa menaikkan harga tiket?

Beberapa maskapai besar -American Airlines, United Airlines, Delta Airlines, dan KLM-Air France- yang tak tahan untuk menanggung beban kenaikan harga Avtur, memilih untuk melepas harga tiket pesawat sesuai pasar.

Baca juga: Siap-siap, Tiket Pesawat Naik 2 Kali Lipat Gegara Perang Rusia-Ukraina

Selain karena harga Avtur naik signifikan, kenaikan harga tiket pesawat di dunia belakangan juga didorong oleh lonjakan penumpang. Di negara-negara Barat, lonjakan penumpang terjadi karena dorongan masyarakat berlibur di musim panas.

Di negara-negara Timur, dalam hal ini negara-negara berpenduduk mayoritas Islam, lonjakan penumpang didorong oleh tradisi mudik atau tradisi saling menyambangi satu sama lain saat Hari Raya Idul Fitri.

Diwartakan Siap Angkut Penumpang 28 April Mendatang, Pelita Air Belum Beri Kepastian

Pelita Air yang awalnya hanya melakukan penerbangan carter, kini mereka akan mulai membuka penerbangan berjadwal. Ini dikatakan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang juga menyatakan kehadiran Pelita Air akan meramaikan kancah penerbangan berjadwal reguler di musim mudik Lebaran 2022 ini.

Baca juga: Airbus A320 Pelita Air Muncul Usai Dirutnya Jadi Tersangka, Pakai Registrasi “VP” Bermuda, Hindari Pajak?

Dikutip KabarPenumpang.com dari detik.com (20/4/2022), dia mengatakan dalam pembicaraan tentang kesiapan angkutan udara untuk mudik Lebaran 2022, bahwa pelita Air kemungkinan akan membuka dua rute penerbangan menuju Makassar dan Bali.

“Ada penambahan nanti Pelita buka, tanggal 28 (April) Pelita mulai terbang. (Dengan pesawat Airbus baru?) Betul. Rencananya ke Makassar dan ke Bali,” ungkap Budi Karya.

Namun, hal ini belum ada pernyataan langsung dari pihak Pelita Air. Bahkan, Corsec Pelita Air yang dihubungi KabarPenumpang.com belum memberikan pernyataan terkait penerbangan terjadwal yang akan dilakukan pada 28 April mendatang.

Seperti yang diketahui, Pelita Air Services (PAS) sudah bersiap-siap untuk membuka penerbangan berjadwal reguler sejak akhir tahun lalu. Bahkan segala hal yang harus dipersiapkan sudah dilakukan maskapai tersebut.

Maskapai ini pun baru saja mendaratkan dua pesawat Airbus A320 di Indonesia. Sepasang pesawat ini bakal jadi modal Pelita Air untuk bersaing di kancah industri penerbangan penumpang nasional.

Baca juga: Akhirnya! Pelita Air Service Raih Izin Penerbangan Berjadwal

Pelita Air sendiri rencananya akan masuk ke pasar penerbangan berjadwal reguler sebagai maskapai di kelas medium service. Maskapai ini pun akan memiliki basis utama di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Ini yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Melakukan Perjalanan dengan Kereta Api Manca Negara

Jalur kereta api pastinya terkait dengan keberadaan operator kereta. Bahkan di satu negara pun memiliki lebih dari satu operator yang mengoperasikan kereta. Nah, untuk Anda yang ingin menjajal layanan kereta di manca negara, maka idealnya ada beberapa hal yang layak untuk dipikirkan.

Baca juga: Keselamatan Perjalanan Kereta Api Terjamin, Asalkan Pakai Teknologi Ini

Apa saja sih yang harus dipikirkan sebelum naik kereta api? Dilansir KabarPenumpang.com dari scootaround.com, ada berbagai hal yang dipertimbangkan sebelum naik kereta.

Fasilitas dan layanan
Layanan khusus bisa bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Ini juga tergantung pada sejumlah kriteria yakni bila di Indonesia ada gerbong wisata, gerbong tidur, kelas eksekutif, bisnis hingga ekonomi. Selain itu harus ada fasilitas yang baik bagi mereka penyandang disabilitas yakni selain kursi roda, juga aksesbilitas bagi yang lainnya.

Tiket dan rute perjalanan
Sebelum bepergian cek tiket dan rute perjalanan sudah sesuai atau belum. Bila sudah, pastikan nyaman dengan kebijakan dan ketentuan yang ada agar tidak kaget dengan perhentian. Di Eropa, melakukan perjalanan melalui negara-negara yang tidak terdaftar pada tiket kereta api umum – dalam kasus tertentu, Anda mungkin diminta untuk membayar tarif penuh untuk porsi perjalanan tersebut. Di beberapa kereta, misalnya, pemegang tiket perjalanan dari Venesia ke Munich akan melewati Austria, yang tidak tercakup oleh rail pass.

Bagasi Ekstra
Sebagian besar operator kereta akan melakukan yang terbaik untuk mengakomodasi penumpang berkebutuhan khusus dan bagasi tambahan yang mungkin mereka perlukan (misalnya skuter, kursi roda, tangki oksigen, dll.).

Jika Anda memiliki persyaratan bagasi tambahan, bicarakan dengan operator Anda terlebih dahulu. Ini akan membuat mereka lebih siap dan membuat proses boarding secepat dan semenyenangkan mungkin. Sebagian besar operator akan mengizinkan Anda memeriksa skuter, kursi roda, atau kursi listrik Anda tanpa biaya tambahan.

Berpakaian Nyaman
Mobil kereta mewah saat ini menawarkan Anda kesempatan untuk bepergian dengan santai dan nyaman. Jika Anda tidak berencana turun dari pesawat, maka Anda harus bebas berpakaian seperti di rumah. Sepatu yang nyaman, pakaian longgar, dan sweter ekstra mungkin cocok untuk Anda.

Penundaan
Salah satu manfaat perjalanan kereta api adalah sifatnya yang damai dan tidak tergesa-gesa (meskipun kereta peluru). Lihatlah ke kedua sisi kereta dan Anda mungkin akan melihat pemandangan paling menakjubkan yang lewat, apakah itu gurun, gunung, pantai, atau padang rumput. Tidak seperti waktu perjalanan udara, di mana Anda dapat berangkat setengah jam terlambat tetapi masih tiba 20 menit lebih awal karena angin kencang, kecepatan perjalanan kereta api agak terbatas.

Baca juga: Menikmati Perjalanan Kereta Api Tertua di Jawa Barat, Cuma Goceng

Keamanan umum
Jangan pernah meninggalkan barang bawaan Anda tanpa pengawasan atau tidak dijaga di kereta atau di stasiun. Hanya butuh beberapa saat untuk tas Anda hilang. Baik bepergian siang atau malam, amankan bagasi Anda ke rak atau bangku dengan kunci atau pengikat yang sesuai. Selalu simpan barang berharga Anda di dekat Anda. Juga ingat untuk mengawasi pass kereta Anda.

Pasta? No, Nasi Goreng? Yes, Untuk Disantap di Kabin Pesawat

Sajian makanan di dalam pesawat biasanya terasa kurang sedap, hal ini karena adanya perubahan kelembaban dan tekanan udara di dalam kabin pesawat. Faktanya berada di ketinggian akan membuat tekanan udara dan kelembaban akan semakin menurun. Penggabungan kondisi kering dan tekanan rendah inilah yang membuat sensitivitas indera pengecap baik itu manis atau asin menurun 30 persen.

Baca juga: Sajian Makanan di Pesawat Wajib Ekstra Bumbu, Inilah Alasannya!

KabarPenumpang.com merangkum dari laman travel.cnn.com, bahwa seorang pakar kuliner telah mengungkap ada dua jenis makanan yang paling baik untuk dinikmati dalam penerbangan. Direktur Kuliner di LSG Sky Chefs Asia Pacific Fritz Gross mengatakan, pilihan makanan terbaik adalah nasi goreng atau masakan daging dan sayuran yang di stew atau dipotong kecil serta dimasak dengan api kecil.

“Makanan stew bisa kami hidangkan dengan mendidihkan perlahan dan memanaskannya lagi dan lagi,” ujar Gross.

Menurutnya, untuk nasi goreng juga merupakan makanan yang mudah dipanaskan. Meski sering dipanaskan ternyata rasa dari nasi goreng sendiri tetap konsisten dan tidak berubah meski dinikmati di ketinggian dalam pesawat.

Adapun makanan yang menurut Gross menjadi pilihan buruk dalam penerbangan adalah pasta dan mie. Pasalnya untuk memasak pasta harus al dente supaya rasanya enak. Sedangkan mie jika kelembekan tidak akan enak dimakan bahkan seperti bubur.

Gross sendiri bekerja dengan memproduksi lebih dari 30 ribu makanan penerbangan untuk maskapai British Airways, United Airlines dan DragonAir serta Hong Kong Sky Panels. Untuk memastikan semua makanan yang dimasak 100 persen aman dikonsumsi, Gross menolak untuk menyajikan steak dengan tingkat kematangan medium rare.

Hal itu juga berlaku dengan bahan masakan ikan dan ayam yang harus di masak dengan suhu tertentu. Menurutnya, keamanan makanan lebih penting dibandingkan dengan rasa.

Sebab, teknik memasak modern tidak bisa diaplikasikan saat membuat makanan di pesawat. Dia juga mengatakan, hampir semua makanan dalam pesawat bukanlah dari bahan yang segar.

Baca juga: Chef Vindex Tengker, Sosok Dibalik Lezatnya Hidangan di Kabin Garuda Indonesia

“Kami bukan restoran, kami tidak bisa pergi ke pasar pagi hari untuk memilih apa yang segar dan menjadikannya istimewa hari itu,” jelas Gross. Satu hal lagi, Gross menyarankan, agar penumpang pesawat menghindari minuman panas. Hal ini dikarenakan dispenser air panas pesawat mungkin jarang dibersihkan. Dia menyarankan jika penumpang ingin benar-benar aman, agar tidak makan makanan pesawat.

“Semua beresiko dari saat pesawat lepas landas,” tutur Gross.