Bandara Schiphol yang berada di Amsterdam, Belanda dikabarkkan telah menjadi bandara pertama di Eropa yang menyandang status sebagai WeChat Pay Smart Airport. Ya, sebagaimana yang kita ketahui bersama, WeChat merupakan salah satu platform media sosial asal Negeri Tirai Bambu yang tengah naik naik daun. Dengan menyandang status tersebut, kelak penumpang akan merasakan dua fitur anyar, WeChat Mini Program dan WeChat Pay di bandara yang terletak 9 km sebelah barat daya dari Amsterdam ini.
Baca Juga: Cina Adaptasi Sistem Pembayaran Tiket Kereta Bawah Via Smartphone Android
Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman dfnionline.com (23/4/2019), pengenalan WeChat Mini Program ini akan memberikan pengguna aplikasi tersebut akses informasi terkait bandara secara praktis, mencakup layanan belanja berbagai macam produk, mulai dari kecantikan, mode, jam tangan, perhiasan, hingga buah tangan khas Negeri Kincir Angin. Tidak berhenti sampai di situ saja, para pengguna juga bisa memesannya terlebih dahulu hingga melakukan pembayaran dimuka dengan menggunakan fitur WeChat Pay.
Zona pengalaman yang coba ditargetkan WeChat ternyata tidak hanya sebatas berada di dalam bandara saja, melainkan di luar bandara, aplikasi yang dikembangkan oleh Tencent ini juga memungkinkan para pelancong dan pedagang yang berdomisili di Tiongkok untuk siap menerima pembayaran via WeChat Pay.
Di tahun 2018, Bandara Schiphol Amsterdam mencatat ada sekitar 500.000 penumpang yang berdomisili di Cina dan angka tersebut bisa dibilang cukup tinggi. Menanggapi hal ini, Direktur Produk & Layanan Konsumen Tanja Dik mengatakan, “untuk memenuhi kebutuhan penumpang kami, kami berinvestasi dalam pengembangan dan implementasi konsep-konsep baru dengan fokus pada kenyamanan dan pengalaman pelanggan,”
Tanja Dik juga tidak menampik bahwa kemitraan yang terjalin di antara dua perusahaan beda benua ini patut untuk dibanggakan – terlebih predikat baru yang disandang oleh Bandara Internasional Schiphol.
Baca Juga: Di Bandara Schiphol, Calon Penumpang Bisa Pesan Makanan Online Yang Diantar via Kurir
“Sebagai hasil dari kemitraan ini, kami memberi penumpang yang berdomisili di Cina layanan perjalanan yang mulus dan pengalaman berbelanja yang disesuaikan melalui Program Mininya, seolah-olah mereka berada di Tiongkok,” terangnya.
Di lain pihak, Direktur Senior WeChatPay, Dave Fan meyebutkan bahwa pihaknya akan memperdalam smart solution yang coba dikemas di dalam WeChat Pay.
“Kami akan membawa inovasi Cina ke seluruh dunia, dan ini memungkinkan wisatawan Tiongkok untuk bepergian ke luar negeri dan menikmati gaya hidup cerdas,” ujar Dave.
Jawa Timur tak hanya punya Pelabuhan Ketapang ataupun Tanjung Perak, tetapi di Situbondo juga ada pelabuhan yang cukup terkenal dan memiliki keunikan dari yang lainnya. Ya, namanya Pelabuhan Jangkar yang menjadi pelabuhan utama dan tradisional di masa sekarang ini.
Baca juga: Ojek Gendong, Kerap Mendapat Cibiran Meski Kadang Dibutuhkan
Letaknya sekitar 35 km arah timur kota Situbondo dan berada di kecamatan Asembagus. Seperti yang sudah KabarPenumpang.com katakan diawal, Pelabuhan Jangkar memiliki keunikan yakni ojek gendongnya. Biasanya ojek gendong ini selalu menjadi pusat perhatian pemudik dikala musim Lebaran tiba.
Dirangkum dari berbagai laman sumber kapal yang bersandar dan berangkat dari Pelabuhan Jangkar tak hanya kapal ferry, tetapi kapal kayu jenis Kapal Layar Motor (KLM) tujuan Pulau Raas, Sapudi, Kangean dan Kalianget yang merupakan Kabupaten di Pulau Madura. Naiknya lonjakan penumpang yang mengguakan KLM, warga Pelabuhan Jangkar mendapat berkah sendiri apalagi penyedia jasa ojek gendong.
Pasalnya para penyedia jasa ojek gendong ini siap menggendong para pemudik dan bawaannya dari tepi pantai menuju perahu kecil yang disebut tambangan sejauh 30 meter dari bibir pantai. Setelah dari kapal kecil, para pemudik akan diantar ke KLM yang berada di perairan dalam, dan selanjutkan KLM membawa penumpang ke beberapa tujuan tersebut.
Mengapa harus naik ojek gendong? Sebab pemudik akan basah dan barang bawaan mereka pun terancam basah air laut. Ternyata bukan hanya orang dan barang bawaan mereka seperti tas, tetapi sepeda motor pun juga ikut digendong.
Karena tak mau basah inilah yang membuat penumpang KLM menyewa jasa ojek gendong. Tarif sekali naik ojek gendong ini pun tak mahal yakni sekitar Rp5 ribu, tetapi banyak juga penumpang yang memberikan lebih pada penyedia jasa sebagai tip tambahan membawa barang mereka.
Selain menjadi tempat bersandar dan berangkatnya kapal ferry, pelabuhan ini ternyata diminati masyarakat sekitar bukan hanya untuk mencari nafkah tetapi hiburan diri. Dimana masyarakat sekitar bisa menikmati hobi mereka seperti memancing, berjalan santai di pantai menunggu matahari terbenam hingga berenang.
Sebagai tempat ngabuburit atau waktu menunggu berbuka pun, Pelabuhan Jangkar juga cukup diminati. Meski begitu pada tahun 2012 silam, Pelabuhan Jangkar sempat ditutup dan tidak beroperasi selama enam hari.
Baca juga: Pelabuhan Srengsem, Aset PT KAI Tempat Sejenak Melepas Penat
Hal ini dikarenakan cuaca di tengah Selat Madura sedang tidak kondusif. Namun kembali buka setelah cuaca dipastikan normal dan kapal ferry maupun KLM bisa kembali beroperasi secara lancar. Satu hal lagi, dulunya penumpang yang naik kapal kayu sebelum ke KLM tidak mengenakan pelampung, tetapi kini kapal kayu melengkapi dengan pelampung untuk keamanan penumpang.
Pada tahun ini, produsen pesawat asal Eropa, Airbus akan merayakan hari jadinya yang ke-50, yakni bertepatan dengan 50 tahun peluncuran pesawat Airbus pada Mei 1969. Dari sejumlah tanda tangan pada MOU yang terjadi selama perusahaan ini berdiri, Airbus telah berkembang menjadi pusat produksi yang menjual berbagai pesawat komersial, helikopter, hingga peralatan pertahanan dan ruang angkasa, menjadikan Airbus menjadi salah satu roda bisnis terbesar di Eropa.
Baca Juga: ‘Curi’ Pasar Boeing, Airbus Genjot Produksi A321XLR
Pada tahun 1969 silam, pabrikan pesawat asal Eropa ini sukses ditaklukkan oleh pabrikan pesawat asal Negeri Paman Sam – Boeing, Lockheed dan McDonnell Douglas. Dalam momen kerja sama yang tampaknya mustahil untuk dilakukan hari ini, Jerman dan Prancis bersama-sama menandatangani kemitraan baru untuk bersama-sama mengembangkan pabrikan pesawat baru yang disebut Airbus – dan semua karir Airbus dimulai dari sana.
Diantara sekian banyak varian pesawat yang sudah dirancang oleh Airbus, ternyata varian A320-lah yang keluar sebagai pesawat Airbus yang ‘laku keras’ di pasar. Ini tercatat dari buku kas perusahaan yang mengatakan bahwa 78 persen pesanan yang masuk ke perusahaan pada tahun 2018 lalu adalah A320. Ya, seperti yang sudak diketahui bersama, armada A320 identik dengan penerbangan regional jarak pendek – menengah. Namun setelah dilakukan upgrade terhadapnya, maka kini Airbus A320 sudah bisa melakoni perjalanan jarak jauh sekalipun.
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (23/5/2019), di tahun 2019 ini, Airbus mengirimkan pesawat ke-12.000nya ke maskapai asal Amerika, Delta Air. Tentu saja, merakit 12.000 unit pesawat dalam rentang waktu 50 tahun bukanlah perkara mudah dan sudah seyogyanya mendapatkan predikat sebagai sebuah lompatan besar bagi Airbus.
Jenis pesawat yang pernah dirakit Airbus. Sumber: Airbus
Namun sesungguhnya, yang paling fenomenal dari Airbus adalah gelar pesawat jet penumpang terbesar di dunia yang hingga saat ini masih disandang oleh A380 – kendati perusahaan sudah mengisyaratkan untuk menghentikan produksiannya. Pertama kali mengudara pada 27 April 2005 dan dua tahun berselang mulai melakukan operasi perdananya bersama Singapore Airlines – tepatnya pada 25 Oktober 2007.
Baca Juga: Dinilai Kurang Efisien, Akankah Airbus A380 Berjaya 20 Tahun Mendatang?
Apabila di tanya, “seperti apa masa depan dari Airbus?” maka sesungguhnya tidak ada yang bisa menentukan nasib dari produksian pesawat ini. Kondisi perusahaan yang terus mengalami fluktuasi menjadi penanda bahwa perusahaan ini benar-benar hidup dan seolah enggan menyerahkan ceruk pasarnya kepada rival abadinya, Boeing.
Tersandungnya nama Boeing akibat dua kecelakaan maut yang melibatkan maskapai Lion Air dan Ethiopian Airlines beberapa waktu yang lalu seolah jadi momentum yang sangat berharga bagi Airbus untuk membanjiri ‘buku pesanannya’.
Wow, bisa saja menjadi kata yang pertama kali keluar dari mulut penumpang atau orang awam setelah melihat kereta baru dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Hal ini karena, kehadiran kereta sleeper jenis terbaru untuk mudik Lebaran 2019.
Baca juga: Capai Okupasi 60 Persen, Luxury Sleeper Train PT KAI Terbukti Diminati Penumpang
Kereta sleeper ini dinamakan Luxury 2 dengan menghadirkan kesan elegan dimana kabin kereta dilapisi vinyl dan seluruh lantai berbalut dengan karpet. Fasilitas penumpang terlihat mewah dan elegan serta berbeda dari pendahulunya kereta sleeper luxury pertama.
Sebab kereta ini menghadirkan dua baris kursi elektrik yang bisa direbahkan hingga 140 derajat dan diputar 180 derajat serta ada penambahan kaki seperti kelas bisnis di pesawat. Satu gerbong kereta Luxury 2 berisikan 27 kursi (konfigurasi 2 – 1) yang juga dilengkapi dengan televisi, USB port untuk pengisian baterai pinsel dan train attendance button serta lampu baca.
Tak hanya itu, PT KAI juga memberi tambahan bantal, selimut, handuk wajah, makanan serta minuman sepanjang perjalanan penumpang. Berbeda dari sebelumnya, selain jumlah kursi, di kelas ini pun ada tambahan mini bar di dalam gerbongnya. Sehingga penumpang bisa menikmati makanan ringan dan minuman sepuasnya yang dilayani oleh pramugari cantik.
Adapun alasan Luxury 2 diluncurkan diungkapkan Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro karena tingginya peminat kereta sleeper pada musim mudik Lebaran tahun 2018 lalu. Kereta Luxury 2 tersebut merupakan generasi terbaru kereta Luxury yang telah KAI rilis pada tahun 2018 lalu.
Terkait rute keberangkatan, kereta Luxury 2 dirangkaikan pada KA Argo Lawu rute Gambir – Solo Balapan pulang pergi (PP), KA Argo Dwipangga rute Gambir-Solo Balapan PP, KA Taksaka rute Gambir-Yogyakarta PP dan KA Gajayana rute Gambir-Malang PP.
“Minat masyarakat untuk menggunakan kereta Luxury generasi pertama sangat positif. Rata-rata okupansi kereta Argo Bromo Anggrek Luxury (rute Gambir-Surabaya Pasar Turi) mencapai 108 persen,” ungkap Edi Sukmoro yang dikutip KabarPenumpang.com dari kai.co.id (26/5/2019).
Tingginya peminat kereta model sleeper, PT KAI membuka penawaran tarif tiket istimewa, yakni sebesar Rp750 per orang untuk keberangkatan 26 Mei 2019 hingga 26 Juni 2019. Pemesanan dapat dilakukan di aplikasi KAI Access, Website KAI, dan seluruh channel penjualan resmi KAI lainnya.
Baca juga: Hadirkan Sleeper Train, Siapkah PT KAI Hapus Bayangan “Masalah” Sosial KA Bima?
“Kereta Luxury 2 merupakan bentuk inovasi KAI untuk meningkatkan layanan dan kenyamanan bagi pengguna KA. Kereta ini hadir untuk menjawab antusiasme masyarakat untuk menggunakan kereta dengan pelayanan istimewa. Dengan adanya Kereta Luxury 2 ini, kami berharap masyarakat dapat merasakan sensasi naik kereta dengan tingkat pelayanan dan kenyamanan yang lebih eksklusif,” jelas Edi.
Tak lama lagi, peningkatan arus mudik akan dijelang seiring dimulainya libur cuti bersama Lebaran 2019. Dan seperti biasa dengan meningkatnya trafik perjalanan, maka utilitas wahana transportasi akan melonjak di semua sektor. Seperti di segmen penerbangan, saat musim mudik Lebaran kerap kita dengar istilah extra flight alias penerbangan tambahan. Dengan bertambahnya penggunaan pesawat, tak sedikit netizen yang menyoroti masalah keamanan dalam penerbangan itu sendiri.
Baca juga: Pasca Insiden Boeing 737 MAX 8, Akankah Pilot ‘Kembali’ Menyandarkan Kepercayaan Pada Pesawat Tersebut?
Pertanyaan yang mengemuka dari netizen adalah, apakah armada Boeing 737 MAX 8 yang telah di-grounded oleh Kementerian Perhubungan sejak pertengahan Maret lalu, akan digunakan kembali sebagai wahana angkutan Lebaran? Tentu pikiran netizen berkecamuk, lantaran status grounded adalah larangan terbang sementara (temporary grounded).
Nah, guna member kepastian dan menenangkan calon pengguna jasa penerbangan, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menegaskan bahwa pesawat Boeing 737 MAX 8 masih dilarang terbang. Dengan demikian, pesawat tipe tersebut tetap tidak boleh digunakan untuk angkutan mudik dan balik Lebaran 2019.
“Boeing Max 8 tetap tidak diizinkan untuk terbang sekalipun akan ada puncak penerbangan jelang dan usai Lebaran,” ujar Menhub Budi Karya dikutip dari situs Merdeka.com (26/5). Menurut Menhub, maskapai diinstruksikan tetap tidak gunakan Max 8 sampai ada investigasi akhir dan tidak digunakan saat angkut mudik dan balik.
FAA (Federal Aviation Administration) telah menerbitkan Airworthiness Directive yang juga telah diadopsi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan telah diberlakukan kepada seluruh operator penerbangan Indonesia yang mengoperasikan Boeing 737 MAX 8.
Baca juga: Akhirnya! Boeing Akui Adanya Kesalahan Sistem pada Boeing 737 MAX 8
Saat ini, maskapai yang mengoperasikan pesawat jenis tersebut adalah PT Garuda Indonesia sebanyak 1 unit dan PT Lion Air sebanyak 10 unit. FAA menyampaikan akan terus berkomunikasi dengan Ditjen Hubud guna memastikan kondisi airworthy (laik terbang) untuk Boeing 737 MAX 8. Total sebanyak 146 unit pesawat Boeing 737 Max 8 milik berbagai maskapai di dunia, sampai saat ini dalam status temporary grounded.
Pada bulan Februari kemarin, tersiar kabar bahwa manufaktur kedirgantaraan asal Eropa, Airbus akan menghentikan produksian jet penumpang terbesar di dunia saat ini, A380 pada tahun 2021 mendatang. Hingga periode Februari kemarin, tercatat Airbus hanya merakit 17 unit A380 yang tiga diantaranya akan dikirim kepada All Nippon Airlines (ANA), dan 14 sisanya akan dikirim kepada maskapai kenamaan asal Timur Tengah, Emirates.
Baca Juga: Dinilai Kurang Efisien, Akankah Airbus A380 Berjaya 20 Tahun Mendatang?
Sebenarnya, industri dirgantara global sangatlah rumit untuk disederhanakan. Pada beberapa periode yang lalu, mungkin nama Airbus A380 muncul sebagai solusi untuk maskapai yang hendak melayani penerbangan jarak jauh dengan kapasitas angkut penumpang yang fantastis. Namun kehadirannya tidak sekonyong-konyong menjadikan A380 sebagai primadona di sektor aviasi karena setelah ditinjau lebih mendalam, sebenarnya A380 memiliki ongkos operasional yang cukup fantastis.
Di sini tampak, semakin maju jaman dan penambahan beragam teknologi di dalam sebuah pesawat, maka semakin rendah pula biaya operasinya, dan itu juga meliputi keandalan pesawat ketika beroperasi. Ambil contoh Airbus A380 yang ternyata memiliki biaya operasional per penumpang lebih rendah ketimbang Boeing 747 yang notabene telah menapaki langit terlebih dahulu ketimbang jet penumpang terbesar ini.
Atas alasan yang sama pula, sejumlah maskapai pada akhirnya menghentikan layanan A380 di masing-masing tubuh mereka. Ya, sekarang ini sudah banyak pesawat yang memiliki kapasitas angkut tidak sebesar Airbus A380 namun bisa merengkuh jarak yang sama – atau bahkan melebihi A380, contoh yang paling baru adalah Boeing 777X.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman onemileatatime.com, sudah sangat jelas bahwa di sini Airbus membutuhkan dana yang sangat besar untuk mengembangkan A380, dan mungkin berada di kisaran US$17 hingga 25 miliar. Hal ini semakin diperparah dengan kabar yang tersiar bahwa Airbus bahkan tidak balik modal dengan mengembangkan A380, dan wajar adanya jika pihak Airbus lebih memilih untuk menghentikan program ini – daripada mereka harus terus-terusan merugi akibat keuntungan yang belum kunjung datang.
Baca Juga: Kendati Produksi Dihentikan, Airbus A380 Tetaplah Fenomenal
Tapi pada akhirnya, kendati Airbus menghentikan program pengembangan dari A380, namun nama pesawat ini sudah kadung membekas di benak masyarakat dan akan tetap fenomenal.
Anda masih ingat dengan istilah “Chikan” yang berarti pelaku pelecehan seksual di ruang publik secara terus menerus. Nah kali ini pihak berwenang di Jepang tidak hanya sebatas menggolongkan pria hidung belang ini ke dalam suatu kelompok Chikan saja, melainkan telah mengembangkan aplikasi smartphone untuk menghindari tindak pelecehan seperti yang sudah disebutkan di atas kembali terulang. Wah, kira-kira bagaimana keunggulan dari aplikasi tersebut, ya?
Baca Juga: Istilah ‘Chikan’ Masuk Kamus Internasional Berkat Tingginya Angka Pelecehan Seksual di Kereta Jepang
Patut diketahui terlebih dahulu, tindak pelecehan seksual di kereta Jepang ini marak terjadi ketika jam-jam sibuk (peak hour) dengan sasaran utamanya adalah kaum hawa. Nah ketika menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh pihak kepolisian Tokyo ini, maka diharapkan dapat menekan angka pelecehan seksual yang terjadi di Jepang.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman dailymail.co.uk (21/5/2019), aplikasi yang sudah diunduh terlebih dahulu di gadget ini nantinya akan mengeluarkan suara nyaring yang berbunyi, “hentikan!” dengan volume yang sangat keras ketika seseorang telah dilecehkan. Ini bertujuan untuk menarik perhatian dari penumpang yang ada di sekeliling korban dan dapat diharapkan dapat dengan mudah menangkap pelaku.
Tidak hanya itu, aplikasi yang sudah diunduh lebih dari 237.000 kali ini juga akan mengeluarkan sebuah pesan yang bertuliskan, “Ada seorang pelaku tindak pelecehan seksual di sini, bisakah Anda membantu saya,”. Anda dapat menunjukkan pesan pengingat tersebut kepada penumpang lain sehingga Anda dapat perlindungan.
Lebih kerennya lagi, penggunaan aplikasi ini juga dapat mengirimkan tindak pelecehan terhadap operator layanan, karena ternyata hampir sama seperti di Indonesia, dimana korban enggan melaporkan tindakan yang sudah dialaminya kepada petugas kepolisian dengan dalih takut.
Baca Juga: Antisipasi Pelecehan Seksual di KRL, Ikuti Tips Berikut Ini
“Hal ini selayaknya sinyal SOS yang diberitahukan kepada penumpang lain namun dengan gerakan tubuh yang minim – selayaknya memainkan ponsel seperti biasa,” ujar pejabat kepolisian, Keiko Toyamine.
Menurut data yang dicatat oleh Departemen Kepolisian Tokyo, ada sekitar 900 kasus pelecehan seksual yang terjadi di jaringan kereta bawah tanah Jepang. Diharapkan dengan dikomersialkannya aplikasi bernama Digi Police ini, maka secara perlahan angka pelecehan seksual di kereta Jepang dapat menurun.
Bagi pecinta transportasi yang juga penggemar miniatur, pasti senang melihat miniatur stasiun, terminal atau bandara. Tapi apa jadinya bila kesenangan tersebut dirusak oleh sekelompok orang dan ternyata pembuatan miniatur tersebut membutuhkan waktu puluhan tahun?
Sektor aviasi Indonesia belakangan tengah disoroti media, pasalnya sejumlah kejadian penting berkecamuk di dalamnya – mulai dari jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air di perairan Tanjung Karawang pada akhir tahun 2018 silam, lalu ada lagi penetapan tarif bagasi berbayar, hingga yang paling anyar adalah penetapan tarif batas atas. Selain itu melonjaknyaharga tiket juga sedikit banyaknya mempengaruhi minat penumpang untuk melakukan perjalanan udara – apalagi dengan menggunakan layanan full service seperti Garuda Indonesia.
Baca Juga: Laba Kian Mengering, Garuda Indonesia Terpaksa Hentikan Sejumlah Rute
Gencarnya isu yang menyebutkan bahwa sang flag carrier Indonesia ini mulai tertatih untuk melanjutkan persaingan bisnis airlines di Tanah Air. Pada pemberitaan sebelumnya, disebutkan bahwa Garuda Indonesia akan menghentikan sejumlah penerbangan jarak jauhnya terkait dengan prinsip ekonomi yang tidak tecapai sempurna – cenderung nombok.
Terkenal sebagai layanan penerbangan paling bergengsi asli Tanah Air, sudah sewajarnya jika pasar dari Garuda Indonesia terbatas dari kalangan kocek menengah ke atas – berbanding terbalik dengan prinsip sebagian masyarakat Indonesia yang tidak terlalu mementingkan modanya, selama itu murah.
Tidak hanya karena stigma itu saja, menjamurnya maskapai low-cost carrier di Indonesia juga semakin membelenggu nafas dari sang maskapai plat merah. Otomatis, pasar low-cost carrier akan dengan mudah memenangkan persaingan dengan embel-embel tiket murah.
“Ya, ketimbang harus mengedepankan gengsi dengan naik maskapai full service, toh tidak ada bedanya dengan naik low-cost carrier? Toh sampainya juga sama, dan sama-sama cepat pula,”
Begitulah kurang lebih stigma yang terus berputar di masyarakat yang pada akhirnya semakin memutus udara ke tubuh Garuda Indonesia.
Selain itu, faktor pergantian manajemen yang bisa dibilang cukup sering dalam rentang waktu beberapa tahun terakhir juga sedikit banyaknya mempengaruhi kinerja maskapai, karena beda kepala yang memimpin, maka beda pula visi, misi, hingga strategi dalam mengembangkan bisnis yang terkenal ribet ini.
Baca Juga: Boeing 737 Garuda Indonesia Dipasangi Livery Mitsubishi Xpander! Ada Apa?
Amat di sayangkan sebenarnya ketika mendengar Garuda Indonesia harus menghentikan rute penerbangannya menuju Benua Biru – karena alih-alih menghentikan rute tersebut, bukankah lebih baik untuk terus memperbanyak rute sehingga konektivitasnya semakin bertambah pula?
Namun kembali lagi kepada prinsip ekonomi di atas, daripada menjalankan rute yang memiliki margin keuntungan tipis, alangkah lebih baiknya lagi untuk mengoperasikan rute yang potensial untuk mendatangkan laba terhadap perusahaan.
Gangguan persinyalan pada hari Senin dan Selasa di Chennai, India terjadi karena aksi pemokogan oleh staf, ribuan penumpang Chennai Metro Rail Limited (CMRL) harus merasakan penderitaan. Pasalnya selain mogok, dua karyawan membuat sistem persinyalan otomatis tidak berfungsi dan mengakibatkan gangguan perjalanan kereta.
Baca juga: Mesin Tiket Otomatis Tak Berfungsi, Penumpang Kereta di Chennai Harus Antre
Akibat sabotase sistem persinyalan ini, membawa unsur ketakutan yang berbeda ke pikiran penumpang pada hari Selasa. Memang sabotase tak sampai sore saat masalah terlihat karena CMRL kemudian mengatakan gangguan dalam sistem sebagai alasan persinyalan otomatis rusak.
“Dua dari staf non-eksekutif kami merusak sistem pensinyalan otomatis, yang menyebabkan kegagalan fungsi pada sore hari tanggal 29 April. CMRL menyampaikan permintaan maaf yang tulus kepada penumpang atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan,” ujar pernyataan CMRL yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman thehindu.com (1/5/2019).
CMRL pada Selasa sore mengatakan layanan langsung dari Chennai Central ke bandara, yang dihentikan, telah dipulihkan.
“Operasi kereta antar-koridor antara Pusat ke Bandara telah berhasil dipulihkan pada pukul 1.30 malam. hari ini (30 April). Semua layanan kereta Metro berjalan sesuai jadwal,” twit CMRL.
Kemudian di hari itu, pihak kereta Metro Chennai mengajukan pengaduan ke kantor polisi Koyambedu dimana General manager bersama Satheesh Prabhu, mengatakan 18 anggota staf menyerang dan melecehkannya ketika dia mencegah mereka memasuki area terbatas Pusat Pengendalian Operasi dari mana seluruh operasi Kereta Api Chennai dapat dipantau.
Mereka juga menyabotase peralatan pensinyalan, yang menyebabkan kegagalan operasi, menciptakan kepanikan dan ketidaknyamanan yang luar biasa bagi para penumpang.
Banyak penumpang mengeluh bahwa mereka tidak dapat menggunakan layanan pada hari Selasa sampai mereka dipulihkan pada pukul 01.30 malam waktu setempat.
Ramani Krishnan, seorang penduduk Vadpalani, mengatakan bahwa dia ketinggalan pesawat karena kereta ditunda dan harus membatalkan pertemuan karena kekacauan. Di akun Twitter, Suresh (@ji_Sriram) mengatakan CMRL seharusnya telah mengatur pengaturan perjalanan darurat dengan bus atau kendaraan lain, terutama pada rute bandara ke Central Chennai, untuk membantu para penumpang yang terdampar.
Banyak warganet lain di Twitter menyuarakan keluhan mereka, termasuk mengungkapkan kemarahan atas tindakan sabotase, tetapi juga mengeluhkan kereta berjalan lambat dan frekuensi yang berkurang di Bandara Chennai ke bentangan Washermanpet, terutama bahkan setelah CMRL mengklaim telah memulihkan layanan.
Baca juga: Chennai Mofussil, Terminal Bus Terbesar dengan Kapasitas 2.000 Bus
Tak hanya itu banyak yang mengeluh bahwa kartu mereka tidak diterima, dan di beberapa stasiun, penumpang mengeluh bahwa tidak ada yang tersedia untuk mengeluarkan token perjalanan. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kekurangan staf di stasiun, karena CMRL mengklaim bahwa mereka menjalankan layanan pada hari Selasa dengan hanya staf outsourcing dan lima karyawan CMRL. Diketahui sebanyak 250 staf CMRL memboikot pekerjaan pada hari Selasa.