Masa Promosi Berakhir, Mulai 13 Mei MRT Jakarta Terapkan Tarif Normal

Sejak meluncur komersial pada 1 April 2019, pengguna MRT Jakarta telah menikmati tarif dengan diskon 50 persen. Hal tersebut penting dilakukan dalam upaya untuk memperkenalkan dan mendorong masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi massa terbaru di Indonesia ini. Namun sebagai layanan yang bersifat bisnis, periode tarif dengan diskon tentu ada batasnya. Setelah diperpanjang pada 30 April lalu, maka mulai Sabtu 13 Mei, warga yang menggunakan MRT Jakarta akan dikenakan tarif normal. Baca juga: Animo Pengguna MRT Jakarta Tinggi, TransJakarta Koridor 1 Tidak Mengalami Penurunan Penumpang “Kami sudah mempertimbangkan dampaknya, kemungkinan ada sekitar 39 persen pengguna yang akan berhenti menggunakan MRT Jakarta saat tarif normal berlaku. Harus diakui ada kelompok pengguna yang price sensitive,” ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta dalam acara Forum Jurnalis bebepa hari lalu. Dalam kesempatan terpisah, Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta M Effendy menyebutkan pihaknya akan mendorong integrasi dengan moda lainnya. Sebelumnya PT MRT Jakarta mengusulkan kepada pihak Pemprov DKI untuk terus memperpanjang masa potongan tiket, sembari dilakukan evaluasi pada pricing. Di Mei 2019 MRT Jakarta sudah mengoperasikan 16 set kereta pada weekday, dengan rincian 14 set berjalan dan 2 set standby di depo. Sementara pada weekend aka nada 7 set yang berjalan setiap harinya. Baca juga: Sebulan Beroperasi Komersial, Rata-Rata Pemumpang MRT Jakarta Per Hari Mencapai 82.615 Orang Dengan menjual ketepatan waktu yang mencapai level 99,8 persen, MRT Jakarta mulai Mei 2019 akan menerapkan headway per 5 menit pada jam sibuk (07.00 – 09.00 dan 17.00 – 19.00 WIB) dan headway per 10 menit di luar jam sibuk. Pada weekend headway diberlakukan per 10 menit.

Lindungi Industri Dirgantara, Rusia Sebut Human Error Jadi Penyebab Tragedi Sukhoi SJ100

Insiden pendaratan darurat yang berujung maut oleh pesawat Sukhoi SJ100 milik Aeoroflot pada Minggu (5/5/2019) menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga korban tewas yang mencapai 41 orang. Lepas dari itu, insiden ini juga menjadi pukulan berat bagi industri dirgantara Rusia yang selama ini mengalami keterpurukan. Baca Juga: Evakuasi Terhambat Penumpang Egois, Dua Awak Kabin Sukhoi SJ100 Aeroflot Tunjukan Heroisme Sejati Bagi Rusia, hadirnya Sukhoi Superjet 100 ibarat titik balik kebangkitan industri pesawat terbang komersial pasca jatuhnya Uni Soviet. Terbang perdana pada 19 Mei 2008, dan resmi operasional perdana pada 21 April 2011, sampai Mei 2019 sudah 162 unit Sukhoi SJ100 yang telah diproduksi untuk empat maskapai. Selain kebanggaan bagi Rusia, pesawat regional jet narrow body ini juga banyak menciptakan lapangan pekerjaan. Singkat kata, Sukhoi SJ100 adalah aset strategis bagi denyut industri dirgantara Rusia. Perjalanan Sukhoi SJ100 juga tidak mudah, musibah crash SJ100 saat menabrak lereng Gunung Salak di 9 Mei 2012, merupakan kemunduran besar dalam pemasaran pesawat twin jet ini. Dan ketika Sukhoi SJ100 kembali mengalami insiden fatal di Bandara Sheremetyevo, Moskow, sontak membuat panik pemerintah Rusia. Meski masih menunggu penyelidikan dan identifikasi data dari black box, otoritas penerbangan Rusia sudah langsung mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada rencana untuk meng-grounded Sukhoi SJ100. Terasa disini pemerintah Rusia mengambil ancang-ancang agar Sukhoi SJ100 tidak dicecar pemberitaan negatif. Ya, industri di Rusia secara makro memang bisa dibllang sempat mengalami masa terseok-seok – terutama dari sektor kedirgantaraannya. Sukses mengungguli Ilyushin, nama Sukhoi seolah menjadi angin segar bagi sektor industri Rusia untuk membanggakan rakitan dalam negeri mereka. Teknologi yang digunakan Sukhoi dalam Superjet 100-nya pun bisa dikatakan sudah cukup mumpuni untuk bersaing dengan kompetitornyadari berbagai belahan dunia lainnya, seperti Boeing dan Airbus – sebut saja teknologi fly by wire yang juga diaplikasikan Sukhoi dalam Superjet 100-nya. Nah, guna melindungi sektor industrinya yang sedang berusaha merangkak naik, Menteri Transportasi Rusia Yevgeny Ditrikh langsung menyiarkan keesokan harinya (6 Mei 2019) bahwa tidak ada armada Sukhoi Superjet 100 yang mesti grounded, tidak seperti grounded massal yang dilakukan oleh hampir seluruh maskapai di seluruh dunia terhadap armada Boeing 737 MAX. Tidak cukup sampai di situ, sebagai usaha lain agar nama Sukhoi tidak tercoreng, juru bicara dari Komite Investigasi, Svetlana Petrenko mengatakan bahwa ada beberapa indikasi awal dari kecelakaan ini; seperti human error yang dilakukan oleh pilot, kesalahan pengendali lalu lintas udara, teknisi yang memeriksa kelaikan pesawat sebelum mengudara, kondisi cuaca yang buruk, hingga kemungkinan terkecilnya adalah kesalahan pada pesawatnya sendiri. Tak lama berselang, sebuah isu yang tersebar mengatakan bahwa Sukhoi Superjet 100 yang dioperasikan oleh Aeroflot tersampar oleh petir ketika tengah mengudara. Sebagai gambaran sederhana untuk mematahkan isu ini adalah, bagaimana mungkin pesawat yang tergolong produksian baru seperti Sukhoi Superjet 100 tidak dilengkapi dengan fitur penangkal petir, padahal pesawat-pesawat lain yang lebih dahulu diproduksi sudah dilengkapi dengan fitur serupa? Baca juga: Apa Yang Terjadi Jika Pesawat Anda Tersambar Petir? Tapi apabila dilihat dari runutan laporan yang diterima, kemungkinan pilot kurang terlatih cukup kuat untuk melatarbelakangi insiden mematikan ini. Ya, sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, salah satu prosedur utama pesawat sebelum melakukan pendaratan darurat adalah mengosongkan terlebih dahulu tangki bahan bakar – dikhawatirkan hard landing memicu percikan api yang pada akhirnya menyambar tangki bahan bakar. Namun kembali lagi, pemberitaan terakhit menyebutkan bahwa pihak investigator sudah berhasil mengumpulkan Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR) dari black box Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Bandara Sheremetyevo. Ada baiknya untuk menunggu hasil investigasi yang saat ini tengah dilakukan oleh pihak berwenang di Negeri Beruang Merah.  

Pasca Pemberlakuan Tarif Baru, Pengemudi Ojek Online Keluhkan Sepinya Order

Penetapan tarif yang diberlakukan oleh salah satu unicorn asal Indonesia, GoJek ternyata berdampak langsung pada turunnya orderan yang didapatkan oleh pengemudi di lapangan. Ya, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 348/2019 GoJek dan ojek online (ojol) lainnya telah menerapkan tarif yang sudah disesuaikan di lima kota berbeda di seluruh Indonesia. Penetapan tersebut terjadi bertepatan dengan peringatan Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei kemarin. Baca Juga: Tarif Baru Ojol Berlaku 1 Mei di Lima Kota, GoJek dan Grab Ikut Aturan Pemerintah Hal tersebut diungkapkan oleh Vice President of Corporate Communication GoJek, Michael Reza Say. Penetapan tarif tersebut diungkapkan Michael berdampak langsung pada sepinya pesanan terhadap fitur terkait (GoRide). “Pada 1 Mei 2019, GoJek telah menerapkan tarif untuk GoRide di lima kota sebagaimana mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan No. 348/2019. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi tiga hari, kami melihat penurunan yang signifikan dari pesanan GoRide, dan itu mempengaruhi mitra pengemudi kami, ”ujar Michael, dikutip KabarPenumpang.com dari laman Tempo.co (7/5/2019). Kendati menerima kenyataan pahit di lapangan pasca kenaikan tarif tersebut, namun GoJek akan terus berupaya untuk tetap mendukung keberhasilan dan optimalisasi keputusan mengenai pedoman tarif layanan tesebut. “Kami juga akan terus melaporkan perkembangan terkait uji coba tarif kepada pemerintah, sehingga kami dapat saling memberi dan menerima saran,”tandasnya. Mengutip dari laman sumber lain, ternyata ada yang dialami oleh pengemudi ojek online di lapangan memang sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Michael tadi. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluh baru mendapat tiga penumpang sejak pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB – padahal normalnya ia bisa mendapat sampai 10 penumpang. Baca Juga: Jawaban Atas Buruknya Infrastruktur Transportasi, di Mogadishu Kini Meluncur Layanan “Ojek Online” “Sepi orderan hari ini. Biasanya saya jam segini sudah dapat 10, sekarang cuma 3,” ujar seorang driver Grab Bike, dikutip dari laman detik.com (1/5/2019). Adapun perubahan tarif pada angkutan online ini mencakup tarif batas bawah yang semula Rp 1.500 menjadi Rp. 2.000. Tarif batas atas yang semula Rp 2.000 menjadi Rp 2.500. Kenaikan tarif tersebut rupanya hanya tarif bersih yang didapat mitra pengemudi, bukan konsumen. Akibatnya, tarif yang dikenakan kepada konsumen jauh lebih mahal karena harus membayar jasa sewa aplikasi.  

Evakuasi Terhambat Penumpang Egois, Dua Awak Kabin Sukhoi SJ100 Aeroflot Tunjukan Heroisme Sejati

Terbakarnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Bandara Sheremetyevo, Moskow pada Minggu (5/5/2019) kemarin memang menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban – baik korban luka maupun jiwa. Namun di balik kisruh isu yang melatarbelakangi terbakarnya pesawat narrow-body ini, ada kisah heroik dari dua korban tewas pada insiden yang menimpa maskapai Aeroflot nahas ini. Baca Juga: Sukhoi SJ100 Aeroflot Jatuh di Moskow, Akankah Pengaruhi Rencana Akuisisi Merpati Airlines? Sebelumnya, Aeroflot SSJ100 dengan tujuan Murmansk ini memboyong 78 penumpang dan lima awak kabin. Namun tak berselang lama setelah pesawat mengudara, pilot meminta ijin kepada Bandara Sheremetyevo untuk melakukan pendaratan darurat karena mengalami masalah teknis. Hentakan yang cukup kuat ketika pendaratan darurat tersebut disinyalir sebagai titik dimana bunga api tercipta dan menyambar bahan bakar yang diduga tumpah saat rough landing. Menteri Transportasi Rusia, Yevgeny Dietrich menyebutkan bahwa petugas darurat di lapangan yang membantu proses evakuasi menemukan 41 jenazah dari dalam tubuh pesawat – dimana kebanyakan dari jenazah ini berada dalam kondisi mengenaskan akibat terbakar. Di antara sejumlah jenazah yang ada, Yevgeny menyebutkan bahwa salah satunya adalah seorang awak kabin yang bernama Maxim Moiseev. Maxim Moiseev sendiri ditemukan di bagian belakang pesawat dan tetap memilih berada di dalamnya bahkan ketika si jago merah melalap bagian belakang pesawat. Menurut salah satu narasumber yang menjadi saksi dari kejadian nahas ini mengatakan bahwa Maxim tampak berusaha untuk membuka pintu darurat ketika akses menuju bagian depan tersendat – guna mempercepat proses evakuasi. “Ia mencoba untuk membuka pintu darurat guna mempercepat proses evakuasi, padahal bagian belakang pesawat sudah terbakar,” ujarnya.
Sumber: foxnews.com
Kendati upaya yang dilakukan oleh Maxim ini gagal, namun ia tetap mengupayakan agar setiap penumpang bisa selamat – kendati nyawa Maximlah yang menjadi bayarannya. “Ia membiarkan tubuhnya terbakar agar penumpang bisa keluar dengan cepat,” tandasnya. Tidak hanya Maxim saja, sebuah penghormatan juga diberikan kepada awak kabin lainnya, Tatyana Kasatkina. Tatyana lebih mementingkan keselamatan para penumpangnya ketimbang dirinya sendiri. Terbukti saat ia lebih memilih untuk berada di atas pesawat yang terbakar untuk membantu proses evakuasi ketimbang turun ke darat guna menyelamatkan diri. Tatyana dikabarkan membantu proses evakuasi dengan cara meraih kerah dari setiap penumpang dan melemparkannya ke arah perosotan darurat. Baca Juga: Apa Yang Terjadi Jika Pesawat Anda Tersambar Petir? Namun menurut sebuah foto yang dipajang pada laman iheartcabincrew.com, tampak beberapa penumpang membawa barang bawaan mereka sembari berjalan meninggalkan pesawat yang terbakar. Diindikasikan para korban yang meninggal ini tidak bisa dievakuasi karena tersendat oleh penumpang yang berada di baris depan yang berusaha untuk menyelamatkan barang bawaannya.
Sumber: iheartcabincrew.com
Hipotesa ini didukung oleh sebuah petisi yang menyerukan hal serupa yang dibuat dilaman Change.orgSemua penumpang dan awak pesawat yang berada pada bagian belakang pesawat terbakar hidup-hidup. Sejumlah penumpang, termasuk “penumpang berukuran besar”, menghalangi lorong sehingga menyebabkan penundaan proses evakuasi yang substansial ketika mereka berhenti untuk mengambil tas punggung dan tas jinjing dari bagasi kabin.” Itulah petisi yang tersiar luas di laman change.org yang intinya meminta untuk mengganti prosedur evakuasi.  

Tandingi Layanan Dunia Dirgantara, Otoritas Kereta Api Rusia Siap Ganti Kereta Sleepers Legendaris

Berita mengejutkan datang dari Negeri Beruang Merah dimana otoritas setempat berencana untuk memberhentikan layanan sleepers train kelas ekonomi yang legendaris pada tahun 2025 kelak. Ya, sleepers train kelas ekonomi ini tidaklah sama dengan kebanyakan sleepers train di kebanyakan negara, karena The Platzkart – nama dari kereta ini, memiliki kasur yang terbuka pada kedua sisi gerbong, tanpa pintu atau sekat, dan bertumpuk dua ke atas. Baca Juga: Bersanding Dengan Trans-Siberia, Rusia Siap Bangun Jaringan Kereta Cepat Moskow-Kazan! The Plazkart sendiri sudah menjadi solusi transportasi yang cukup ramah di dompet dan namanya cukup tersohor seantero Rusia. Dikutip KabarPenumpang.com dari laman themoscowtimes.com, pemberhentian layanan sleepers train ini memang sudah direncanakan oleh Russian Railways sebagai upaya untuk memerangi persaingan dengan pihak maskapai dengan memasang target 1,4 miliar penumpang pada tahun 2025 kelak. Alih-alih diberhentikan begitu saja, Russian Railways nantinya akan mengganti The Plazkart dengan moda yang lebih anyar dan modern terhitung sejak tahun 2019 ini – bahkan tidak sedikit dari kereta-kereta ini yang menggunakan transmisi otomatis. Tidak hanya itu, seorang juru bicara dari Russian Railways juga mengatakan bahwa kereta hasil pembaruan ini kelak akan menyajikan kenyamanan kepada penumpang – dan tetap menganut konsep sleepers train. Kepada media setempat, ia membocorkan bahwa kelak, Russian Railways akan menggunakan produksian lokal, Transmashholding. Tidak hanya itu, salah satu langkah visioner dari Russian Railways adalah mereka bakal melakukan peremajaan terhadap kereta-keretanya yang sudah berumur 12 setengah tahun – seperti ditambahkan colokan USB dan berbagai bentuk kenyamanan lainnya. Sebagai upayanya untuk meningkatkan kenyamanan bagi penumpang, kelak Russian Railways akan meningkatkan kecepatan keretanya, mereduksi polusi suara yang dihasilkan, pun dengan getaran yang dihasilkan oleh kereta, nantinya akan dihasilkan seminimal mungkin. Baca Juga: Jepang dan Rusia Sepakat Kembangkan Jalur Kereta Kargo Trans-Siberia Bagi warga Rusia, tidaklah mudah untuk meninggalkan dan mengganti The Plazkart begitu saja – karena layanan ini sudah cukup lama beroperasi di Rusia. Maka dari itu, otoritas terkait tidak akan mengganti begitu saja The Plazkart, melainkan secara bertahap. Sebagai informasi tambahan, penggunaan sleepers train di Rusia bukanlah hal aneh, mengingat jarak yang ditempuh untuk kereta antar kota terbilang sangat jauh.

Hanya dari Biaya Bagasi, Maskapai Global Raup Untung Hingga Ratusan Triliun Rupiah

Maskapai penerbangan di seluruh dunia memperoleh pendapatan sekitar US$28.1 miliar (Rp402,6 triliun) dari biaya bagasi pada tahun 2018 kemarin. Angka tersebut dikabarkan mengalami peningkatan sebanyak 110 persen dari tahun 2014 lalu, dimana laporan ini disadur dari IdeaWorksCompany dan CarTrawler. Laporan Pendapatan Perkiraan Biaya Bagasi Global CarTrawler menunjukkan bahwa uang yang diperoleh dari biaya bagasi mencapai 3,2 persen dari pendapatan maskapai global dibandingkan dengan angka 2014, di mana biaya tersebut menyumbang 1,8 persen. Baca Juga: Bagasi Cuma-cuma Hilang dari Penerbangan Domestik Lion Air, Bagaimana Reaksi Penumpang? Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (2/5/2019), sebuah laporan lebih lanjut mengungkapkan bahwa pendapatan tambahan global untuk maskapai penerbangan meningkat menjadi US$92,9 miliar (Rp1.331,02 triliun) di seluruh dunia untuk tahun 2018. Angka tersebut hanya diambil dari 20 maskapai top yang tersebar di seluruh dunia. Meningkatnya angka pendapatan dari sektor bagasi pesawat ini semakin merangkak manakala terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dari sektor Low Cost Carrier (LCC) atau penerbangan berbiaya rendah. Ya, layanan jenis ini memang sedikit banyaknya memberikan ‘pemasukan’ tambahan bagi pendapatan maskapai dari sektor bagasi. “Nilai pendapatan maskapai (a’la carte revenue) mengalami peningkatan sekitar 128 persen pada rentang tahun 2014 hingga 2018,” ujar kepala komersial CarTrawler, Aileen McCormack. Lebih lanjut, Aileen mengatakan bahwa tidak aneh apabila pendapatan dari segi bagasi juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. “Jadi tidak mengherankan jika pendapatan biaya bagasi mengalami pertumbuhan dengan margin yang sama besar, baik dalam hal nilai moneter maupun presentase pendapatan maskapai secara keseluruhan,” terangnya. Baca Juga: Kadung Bawa Bagasi ‘Dadakan’ Pasca Penghapusan Free Baggage, Ini Regulasi Ala Citilink! Jika diteliti dengan seksama, peningkatan pendapatan maskapai dari segi bagasi bisa dibilang sejalan dengan peningkatan tarif dasar penerbangan dan juga pemberlakuan bagasi berbayar oleh sejumlah maskapai baik asing maupun domestik. “Tren ini secara keseluruhan mencerminkan strategi maskapai tradisional dalam merangkul pendapatan a la carte bersama dengan penyedia layanan LCC, menawarkan pelanggan solusi bernilai terbaik di pasar yang sudah mengalamai perubahan,” tandas Aileen.

Lebaran 2019, Seluruh Extra Flight ke Bandara Adisutjipto Dialihkan ke Bandara YIA

Menyambut musim mudik Lebaran 2019, pemerintah telah memutuskan bahwa seluruh extra flight (penerbangan tambahan) yang menuju ke Bandara Adisutjipto akan dialihkan seluruhnya ke Bandara International Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo. Hal tersebut disampaikan disampaikan Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi, yang menyebutkan pemindahan ini dilakukan guna membantu untuk mengantisipasi lonjakan penumpang di Bandara Adisutjipto pada musim puncak Lebaran 2019. Baca juga: Pasang Tarif Rp30 Ribu, KA Bandara YIA Resmi Beroperasi Hingga Stasiun Wojo Sebagai informasi, pada masa mudik 2018 terdapat 32 tambahan penerbangan ke Bandara Adisutjipto. Pengalihan penerbangan tambahan ke Bandara YIA didasarkan atas kesiapan operasional bandara ini yang telah memulai layanan penerbangan komersial pada 6 Mei lalu. Saat kunjungan kerja Menteri BUMN Rini Soemarno pada hari ini (7/5), telah dipastikan progress pembangunan yang mencapai 53 persen, dan YIA dinyatakan siap dalam menghadapi arus mudik Lebaran 2019. Selain itu, YIA merupakan salah satu bandara dengan spesifikasi landas pacu terbaik di Indonesia. Bandara ini memiliki fasilitas sisi udara (airside) yang sudah siap 100 persen, dengan panjang landas pacu 3.250 meter, lebar 45 meter, dan shoulder (bahu runway) 15 meter di setiap sisi. Spefisikasi runway ini mampu didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing 777-300 dan Airbus A380. Adapun fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di YIA masuk ke dalam kategori 8. Di sisi darat (landside), terminal seluas 12.900 meter persegi sudah dapat digunakan, dari total 210.000 meter persegi pada saat beroperasi penuh pada akhir 2019 nanti. Di terminal penumpang tersebut tersedia 12 konter check-in, 2 x-ray, 2 walk through metal detector (WTMD), 400 kursi tunggu, 6 konter imigrasi di kedatangan dan keberangkatan, serta 2 bag conveyor belt. Baca juga: Disambut Water Salute, Citilink QG-132 Lakukan Penerbangan Komersial Perdana ke YIA Adapun fasilitas standar pelayanan bandara lainnya yang sudah tersedia yaitu signage, konter informasi, flight information display system, informasi transportasi lanjutan, customer service dengan tenaga yang berasal dari warga lokal Kulon Progo, pusat pelayanan informasi pariwisata, nursery room, kid zone, reading corner, serta 400 unit troli. Untuk penyandang difabilitas, tersedia lounge, toilet, lift, dropzone khusus difabel. Disiapkan pula 132 tenaga facilities care.

Alihkan Tren Mudik Malam Hari di Merak–Bakauheni, Kemenhub Canangkan Dua Jurus Andalan

Selama ini seolah menjadi tren bagi pemudik Lebaran yang membawa kendaraan pribadi untuk melintasi penyeberangan Merak – Bakauheni pada malam hari. Berdasarkan pantuan dari tahun ke tahun, pilihan untuk menyeberang di malam hari dikarenakan beberapa hal. Diantara yang dominan adalah perjalanan di malam dipilih lantaran saat siang mereka harus berpuasa. Terlebih bagi yang membawa keluarga, pada perjalanan malam bisa lebih tenang, biasanya anak-anak dapat beristirahat di kendaraan. Baca juga: Presiden Jokowi Resmikan Terminal Eksekutif Sosoro-Merak dan Anjungan Agung-Bakauheni Seperti Bayu Laksana (47 tahun), pegawai swasta di Jakarta ini saban tahun memilih menyeberang malam ke Bakauheni (Sumatera) agar dapat tiba di kota tujuannya (Palembang) pada pagi hari. “Mudik malam hari lebih nyaman buat pengemudi yang berpuasa, selain terhindari dari hawa terik, perjalanan bisa digabungkan dengan waktu sahur,” ujar Bayu kepada KabarPenumpang.com. Apa yang dilakukan Bayu rupanya juga menjadi ‘tradisi’ buat ribuan pemudik yang melintasi Merak – Bakauheni. Dan bisa ditebak, pengumpulan jumlah kendaraan dalam sesi waktu tertentu berdampak pada antrean panjang di pelabuhan, bahkan tak jarang ratusan mobil sampai mengular di akses tol Merak. Hal tersebut menjadi momok bagi Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Perhubungan Darat yang menaungi penyedia jasa dan pengelola pelabuhan, PT ASDP Indonesia Ferry. Dalam sebuah wawancara di MetroTV, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi menyebutkan, bahwa saat musim mudik, penumpukan kendaraan di pelabuhan selalu pada jam-jam dini hari. “Hasil survei kami melihat masyarakat menyeberang jam 12 malam sampai jam 6 pagi, dari Jabodetabek sebagian besar menyebrang ke Sumatera, jadi distribusi pagi dan siang tidak seimbang, itu bisa mengakibatkan 7-9 km antrean di pelabuhan,” ungkap Budi. Dikutip dari detik.com (6/5/2019), Direktorat Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan punya jurus untuk mengatasi masalah yang terjadi setiap tahun tersebut. Jurus pertama yang dicanangkan adalah pemberlakuan ganjil – genap bagi kendaraaan yang akan menyeberang. Jadi nantinya, operasional pelabuhan akan dibagi dua, 12 jam untuk kendaraan yang berpelat ganjil, 12 jam lainnya untuk kendaraan berpelat genap. “Nanti mulai, 31 Mei rencananya jam 6 pagi-6 sore ini diarahkan yang menyeberang kendaraan ganjil, 6 sore-6 pagi genap,” papar Budi. Baca juga: Sebelum Menyebrang ke Bakauheni, Yuk Main di Destinasi Ini! Jurus kedua yang dicanangkan adalah pemberlakuan diskon tiket untuk penyeberangan di waktu tertentu. Diskon misalnya berlaku untuk kendaraan yang menyeberang pada siang hari, sedangkan penumpang yang menyeberang pada malam hari dikenakan harga tiket normal. Hal ini untuk menghindari penumpukan penyeberangan pada malam hari sebagaimana terjadi pada arus mudik Lebaran 2017 dan 2018 lalu.

Ternyata Boeing Ketahui Masalah Sensor di 737 MAX Sebelum Lion Air Jatuh!

Setelah melakukan pembaruan terhadap sistem yang disinyalir sebagai penyebab kecelakaan dua maskapai beda benua, Ethiopian Airlines dan Lion Air, kini produsen pesawat asal Amerika ini mengaku telah mengetahui perihal masalah terkait dua kecelakaan di atas – jauh sebelum kedua maskapai ini menjadi headline di berbagai media dunia. Namun alih-alih menanggulangi agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, pihak Boeing malah membiarkannya begitu saja. Dan boom! Pihak Boeing kini berada dalam posisi yang sangat tidak diuntungkan. Baca Juga: Ini Dia Daftar Maskapai yang Belum Hentikan Penggunaan Boeing 737 MAX 8 Sebagaimana yang dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, perusahaan menyatakan secara tidak sengaja membuat fitur sensor alarm pada armadanya dari standar untuk semua unit menjadi opsional. Namun mereka tetap bersikeras hal tersebut tidak membahayakan keselamatan penerbangan. Cerita ini bermula ketika beberapa bulan berselang setelah debut Boeing 737 pada tahun 2017 silam, dimana pihak perusahaan mengatakan bahwa para insinyur menyadari bahwa lampu sensor alarm hanya bekerja ketika maskapai penerbangan juga membeli fitur opsional terpisah. Akibatnya, dua penerbangan yang masing-masing jatuh di perairan Tanjung Karawang (Lion Air) dan Addis Ababa (Ethiopian Airlines) dilatarbelakangi oleh dua fitur keselamatan yang saling terpisah satu sama lain. Absennya sensor alarm pada dua penerbangan di atas menjadikan software yang berada di pesawat ‘menekan’ hidung pesawat ke arah bawah dan memaksa pilot untuk menaikkan sudut kemiringan pesawat hingga akhirnya mengalami stall. Fitur yang dipermasalahkan di sini merupakan alarm yang disebut Angle of Attack (AoA) Disagree, sebuah fitur yang dirancang untuk memberi informasi kepada pilot ketika terdapat dua sensor berbeda yang melaporkan data yang saling bertentangan. Boeing menyebut, fitur ini direncanakan bakal menjadi standar bagi semua unit produksinya. Namun hal itu tidak disadari hingga saat pengiriman pesawat, bahwa ternyata fitur ini tersedia jika maskapai membeli indikator yang bersifat opsional. Baca Juga: Akhirnya! Boeing Akui Adanya Kesalahan Sistem pada Boeing 737 MAX 8 Sekitar sebulan berselang setelah jatuhnya pesawat Lion Air pada bulan Oktober 2018 lalu, Boeing baru mengisyaratkan kekeliruannya ini terhadap Federal Aviation Administration (FAA). Mengutip dari laman BBC (7/5/2019), FAA tidak hanya mengatakan bahwa masalah tersebut (terpisahnya sensor alarm) “berisiko rendah”, namun juga mengatakan Boeing seharusnya bisa memberikan penjelasan untuk menghilangkan kemungkinan kebingungan oleh pilot yang menerbangan armadanya dengan memberi tahu sebelumnya.

Pasang Tarif Rp30 Ribu, KA Bandara YIA Resmi Beroperasi Hingga Stasiun Wojo

Bandara Internasional Yogyakarta (YIA – Yogyakarta International Airport) telah resmi beroperasi kemarin, 6 April 2019, yang ditandai dengan penerbangan perdana komersial pesawat Airbus A320 dari maskapai Citilink. Dan mendukung moda transportasi dari dan ke bandara yang berdekatan dengan Pantai Selatan Jawa ini, Kereta Api (KA) Bandara YIA juga telah resmi beroperasi per 6 April. Baca juga: Sempat Jadi Tempat Persusulan Kereta, Stasiun Wojo Direaktivasi Untuk Transit Kereta Bandara Namun perlu diketahui, meski namanya adalah kereta bandara, sampai saat ini belum tersedia stasiun kereta di Bandara YIA. Untuk penumpang KA Bandara yang akan menuju YIA, maka akan turun di Stasiun Wojo yang berada di Purworejo. Stasiun inilah yang berlokasi paling dekat dengan bandara. Sementara dari Stasuin Wojo ke lokasi bandara telah disediakan shuttle bus bekerja sama dengan PT Damri. Jarak dari Stasiun Wojo ke lokasi bandara sekitar 6,8 kilometer dan dapat ditempuh selama lebih kurang 15 menit. “Kedepan akan dibangun stasiun di area Bandara YIA yang terletak di Kecamatan Temon, Kulonprogo,” ujar Edi Sukmoro, Direktur Utama PT KAI dikutip dari bisnis.com (5/5). Sesuai rencana, jalur kereta api ke Bandara YIA akan menggunakan jalur utama (eksisting). Nantinya akan dibangun jalur baru dari Stasiun Kedundang ke arah selatan menuju bandara dan terus ke barat bergabung dengan Stasiun Kedundang. Saat ini proses sosialisasi pengadaan lahan sudah dilakukan. PT Angkasa Pura I juga sudah menyiapkan tempat untuk jalur kereta di areal bandara. Operasional KA Bandara disesuaikan dengan jadwal penerbangan yang ada. EVP PT KAI Daop 6 Eko Purwanto mengatakan, untuk saat ini operasional kereta cukup dengan satu trainset. KA Bandara akan tiba di Stasiun Wojo 1,5 jam sebelum jadwal keberangkatan pesawat sehingga masih bisa mengakomodasi waktu penumpang untuk mengikuti penerbangan. Mengenai alur perjalanan KA Bandara, dimulai dari pemberangkatan di Stasiun Maguwo dan akan berhenti di Stasiun Tugu, Stasiun Wates, dan terakhir di Stasiun Wojo. Ada empat gerbong dalam satu rangkaian tersebut seperti Solo Ekspres. KA Bandara ini merupakan KA dedicated khusus untuk penumpang pesawat. Namun, karena berhenti juga di Wates, tidak menutup kemungkinan penumpang reguler bisa memanfaatkan KA tersebut. Adapun waktu tempuh dari Maguwo hingga Wojo sekitar 45 menit, sedangkan dari Tugu ke Wojo sekitar 30 menit. KA Bandara YIA punya kapasitas 196 tempat duduk. Ada juga kapasitas untuk penumpang berdiri sebanyak 50% dari kapasitas tempat duduk. KA ini memang didesain untuk KA Bandara sehingga ada tempat koper. Untuk bisa menikmati fasilitas KA Bandara PT KAI telah menetapkan tarif Rp30 ribu per penumpang. Penumpang umum juga dapat menggunakan KA Bandara, asalnya tetap membayar tarif penuh. Dalam masa promosi ini, PT KAI memberikan potongan tarif hingga 50 persen. Untuk pembelian tiket saat ini masih go show, meski pihak PT KAI kedepan akan memberikan layanan pembelian tiket online seperti KA Bandara Soekarno-Hatta. Baca juga: Sama-Sama Kereta Bandara, Inilah Yang Beda Antara di Soekarno-Hatta dan Kualanamu Shuttle Gratis dari dan Menuju YIA 6-12 Mei 2019 Selain shuttle gratis yang menghubungkan Bandara YIA dan Stasiun Wojo, pihak PT Angkasa Pura I menyediakan fasilitas shuttle bus gratis Damri dan Satelqu di beberapa titik pemberangkatan mulai 6 hingga 12 Mei 2019. Adapun layanan shuttle bus Damri melayani rute pulang-pergi YIA menuju Bandara Adisutjipto, Wojo, Purworejo, dan Magelang. Sedangkan Satelqu melayani rute pulang-pergi YIA menuju Bandara Adisutjipto, Cilacap, Purwokerto.