Lazimnya, banyak orang mencari tempat atau spot hiburan ke berbagai lokasi yang indah dan sedap di pandang mata, seperti pantai atau mungkin pegunungan. Seiring berjalannya waktu, berbagai tempat wisata alternatif pun mulai diminati, salah satunya adalah wisata di bandara.
Baca juga: Empat Bandara ini Punya Observation Deck yang Dianggap Terbaik
Terminologi wisata di bandara ini cukup beragam, bisa dimulai dari adaptasi seperti halnya jalan-jalan di bandara yang punya standar airport mall, atau melihat aktivitas pesawat di apron lewat observation deck. Kedua aktvitas di atas dilakukan di lingkup internal bandara. Namun ada spot wisata bandara yang lokasinya berada di luar bangunan bandara itu sendiri.
Yang dimaksud adalah runway visitor park. Seperti di beberapa negara Eropa misalnya, mereka sudah mulai memberikan spot pemandangan yang letaknya tak jauh dari runway bandara. Ya, sebagaimana namanya, runway visitor park memang terletak dekat sekali runway alias area landas pacu. Tentu saja dengan mempertimbangkan batas aman pesawat dan pengunjung.
Dalam pengaplikasiannya, runway visitor park menawarkan sajian hiburan anti mainstream, khususnya sajian berbagai jenis pesawat berbadan besar dan kecil saat lepas landas, ataupun turun landas. Sekilas memang terdengar tidak ada yang istimewa dari hiburan tersebut. Namun, bagi pecinta dirgantara ataupun sekedar mencari hiburan anti mainstream, melihat kesibukan pesawat saat mengambil posisi lepas landas hingga turun landas, hal tersebut tentu sangat menyenangkan.
Salah satu negara yang memiliki runway visitor park dan mengelolanya dengan profesional adalah Inggris. Runway visitor park sendiri terletak tak jauh dari area terminal utama bandara di sepanjang Wilmslow Road. Lokasi yang unik tersebut menawarkan banyak daya tarik untuk kaum muda dan tua, termasuk kesempatan melihat pesawat lepas landas dan turun landas tadi.
Suasana keramaian di Runway Visitor Park, Inggris. Foto: Manchesterairport.co.uk
Selain itu, untuk anak-anak, Tim Pendidikan di Runway Visitor Park juga menawarkan berbagai tur yang disesuaikan dengan kelompok usia. Tak hanya itu, pengunjung yang ikut serta dalam wisata pendidikan tersebut juga memiliki kesempatan untuk naik pesawat nyata dan masuk ke kokpit, sambil belajar tentang berbagai peran profesi kedirgantaraan lainnya yang turut membantu memastikan bandara berjalan dengan lancar, seperti Avsec Ground Handling, dan sebagainya.
Hal tersebut tentu mengingatkan kita pada salah satu program International Civil Aviation Organization (ICAO) mengenai program next generation of aviation professionals (NGAP). NGAP sendiri adalah program ICAO yang bertujuan untuk terus mengawal industri penerbangan di masa mendatang. Program tersebut fokus menanamkan pentingnya dunia penerbangan kepada anak-anak usia 5 tahun hingga kelak mereka dewasa dan mengajar kembali tentang dunia penerbangan ke anak-anak di generasi berikutnya. Dengan begitu, industri penerbangan akan terus berlangsung hingga masa yang akan datang.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia sendiri, sebetulnya sudah mulai melaksanakan program tersebut. Memang tidak banyak. Misalnya, di Bandara Ahmad Yani, di sana terkadang, di setiap musim liburan mereka kerap mengadakan semacam acara dimana anak-anak membantu mengisi posisi tugas-tugas kebandarudaraan, seperti Avsec, customer servis, dan sebagainya.
Di kesempatan lainnya, dalam rangka menjalankan program NGAP tersebut, berbagai atraksi akrobatik di udara oleh TNI AU rutin dilakukan. Dalam kesempatan tersebut, masyarakat dapat melihat langsung dari jarak dekat, bahkan menyentuh dan menaikinya, baik orang tua, muda, ataupun anak-anak.
Baca juga: Bandara Helsinki Hadirkan Toilet Khusus Hewan Peliharaan Penumpang
Namun, bila dilihat dari sisi keramahan bandara-bandara di Indonesia, dalam kaitannya dengan Runway Vistor Park, Indonesia masih dinilai kurang memperhatikan sisi itu. Bandara-bandara yang ada, pada umumnya memblokade akses secuil apapun ke bandara dengan alasan keamanan. Tentu saja hal tersebut dapat dimaklumi pula, mengingat ada potensi dari bahaya terorisme yang bisa mengancam setiap saat.
Akan tetapi, bagi praktisi penerbangan, Haryo Adjie, harusnya hal itu tak menghalangi Indonesia untuk tetap ramah untuk para pecinta dunia penerbangan. Ramah dalam artian, ketika mereka (pecinta dunia penerbangan) ingin melihat dari jarak dekat pesawat yang ingin lepas landas maupun turun landas, baik sekedar hiburan belaka ataupun untuk mengambil momentum untuk diabadikan (difoto).
Jika faktor keselamatan dan keamanan, mengingat runway adalah area steril dari berbagai macam benda atau objek apapun, lanjutnya, pihak pengelola bandara bisa mengakalinya dengan memberikan akses yang biasa disebut observation desk. Dengan fasilitas tersebut, para pecinta dunia penerbangan dimnungkinkan untuk melihat aktivitas kebandar udaraan dari jarak dekat namun, tetap aman untuk aktivitas penerbangan itu sendiri, karena observation desk terhalang oleh kaca tebal. Namun, hal itu tidak menjadi soal, setidaknya tetap bisa melihat pesawat lepas dan turun landas, lengkap dengan suara gemuruh yang dihasilkannya.
Mungkin kalian pernah melihat bahkan sempat bertanya – tanya saat naik Kereta Rel Listrik (KRL) menuju Stasiun Jatinegara? Ada tiga unit gerbong berwarna putih agak ke abu-abuan yang berada di pojok bersebelahan dengan bangunan tua yang sudah dibongkar.
Baca juga: Gerbong dengan Pendingin Udara Digunakan untuk Angkut Cokelat
Jika dilihat dengan teliti gerbong ini memiliki bentuk yang cukup unik. Mempunyai 2 pintu di kanan dan kiri gerbong dan tidak memiliki jendela sama sekali. Yang ada hanya bagian pagar diluar gerbong layaknya teras rumah. Dan lagi gerbong ini sudah terlihat sangat usang. Sepertinya memang sudah tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Mengenal Gerbong dan Fungsinya
Gerbong yang teronggok dekat dengan bangunan bekas Depo Lokomotif Jatinegara ini ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejak jaman PNKA gerbong ini sudah dijalankan atau saat lokomotif uap masih berjaya. Bagaimana tidak, dulu gerbong ini lebih banyak digunakan sebagai sarana angkutan barang dan memiliki jumlah yang sangat melimpah ruah di berbagai jalur KA Pulau Jawa dan Sumatera.
Gerbong yang agak tinggi dan tertutup ini disebut Gerbong GW yang artinya gerbong tertutup bergandar 2. Gerbong GW dibuat dari pabrikan Werkspoor, Utrech, Belanda. Gerbong GW berkapasitas muat 15 ton dan memiliki bordes kecil berpagar besi pipa lengkap dengan rem tangan. Untuk angkutan yang biasa dibawa gerbong GW ini adalah semen ataupun pupuk.
Kemudian disebelahnya merupakan Gerbong Jenis YYW. Gerbong ini didatangkan dari pabrikan ARAD, Rumania berganda 4. Huruf “W” pada Gerbong YYW ini yang berarti gerbong ini menggunakan rem westinghouse/rem udara tekan. Gerbong ini dahulu pernah dijadikan sebagai angkutan pasir dan batu balast (kricak).
Teronggok Tak Berdaya
Saat ini kedua gerbong tersebut benar – benar sudah tidak digunakan. Hanya disimpan di samping bekas Depo Lokomotif Jatinegara. Dulu gerbong ini masih digunakan khusus angkutan barang hingga tahun 2000-an. Namun saat ini sesuai dengan standar layak operasional kereta api yang diharuskan setiap rangkaian kereta/gerbong berusia tidak lebih dari 30 tahun. Khususnya untuk gerbong, saat ini banyak yang terbaru keluaran dari PT INKA. Baik angkutan barang petikemas, kricak, BBM, semen, hingga angkutan rel.
Baca juga: Depo Bekasi Ditutup, KRL Menginap di Cikarang
Dikabarkan mengenai kedua gerbong yang teronggok di Jatinegara tersebut rencananya akan dikonservasi (dibuang) ke wilayah Daop 3 Cirebon. Namun hingga saat ini belum ada informasi lanjutan mengenai gerbong tersebut akan dipindahkan atau tetap dibuang. (PRAS – Cinta Kereta Api)
Pesawat punya pramugari, kereta api juga punya, nah bagaimana dengan bus Antar Kota Antar Provinsi atau AKAP? Ternyata bus AKAP juga punya loh pramugari untuk melayani penumpang. Kehadiran pramugari ini dalam upaya peningkatan kualitas penyedia layanan bus atau perusahaan otobus (PO).
Baca juga: Imbas Covid-19, PO Bus Sepi Penumpang dan Tengah Cari Solusi
Ada beberapa PO bus yang menggunakan pramugari untuk membantu pelayanan dalam bus. Penasaran apa saja yang dilakukan pramugari dalam bus AKAP? Pramugari ini dalam bus AKAP memberikan pengumuman kepada penumpang sebelum jalan sepeerti kelas, kota tujuan, waktu tempuh dan fasilitas yang diberikan. Selain itu juga pramugari menjelaskan penggunaan toilet ketika bus berjalan.
Seperti pramugari di pesawat, pramugari di bus AKAP juga akan melayani penumpang seperti memeriksa AC di kursi dan membagikan minuman. Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, pramugari membantu memeriksa tiket dan memberikan arahan perjalanan kepada penumpang yang membutuhkan informasi.
Selain itu ada juga himbauan untuk menjaga kebersihan dan barang bawaan. Selanjutnya juga ada yang memberitahu di mana bus akan berhenti untuk melakukan isitrahat dan servis makan untuk penumpang.
Pramugari bus juga bertugas membuka bagasi barang penumpang. Tugas ini cukup unik karena sebelumnya dilakukan oleh para kondektur bus. Hanya bedanya kondektur tidak melayani penumpang seperti pramugari bus.
Dalam sehari pramugari ini menempuh perjalanan pulang pergi sesuai jadwal bus. Itu berarti ia bertugas dalam perjalanan sejauh 400-500 km dengan total waktu tempuh selama sepuluh jam bahkan lebih jika macet. Sebuah jarak yang cukup jauh untuk seorang awak bus wanita. Pramugari bus AKAP dalam perjalanan akan duduk di samping pengemudi.
Untuk pertama kali, bus yang menggunakan pramugari adalah PO Efisiensi yang melayani trayek Yogyakarta-Purwokerto-Purbalingga dan Yogyakarta-Cilacap serta arah sebaliknya. PO yang satu ini menjadi primadona di jalur selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Baca juga: Pemberian Kupon Makan oleh PO Bus, Bagaimana di Bulan Ramadhan?
Kemudian pramugari juga ternyata hadir di PO Rosalia Indah, PO Muji Jaya, Po Mtrans, PO Sinar Jaya dan Cyber Bus. Tak hanya unik, kondektur wanita atau pramugari bus juga menambah kesan manis selama perjalanan. Pramugari-pramugari ini membuat perjalanan semakin nyaman.
Memilih maskapai penerbangan asal Timur Tengah, saat ini trennya cenderung mengerucut kepada The Three Mega Carrier, yakni Emirates, Qatar, dan Etihad. Padahal, di beberapa negara lainnya, terdapat beberapa maskapai yang patut diperhitungkan. Salah satunya adalah Saudia Airlines.
Baca juga: Etihad Kerja Sama dengan Bandara Abu Dhabi Hadirkan Kursi Roda Otomatis
Dikutip dari laman simpleflying.com, Chris Loh, jurnalis di media yang berbasis di London tersebut akan coba mengulas serta membandingkan pengalaman terakhir yang dimilikinya di kedua maskapai. Yang pertama adalah layanan Singapura ke Jeddah dengan Saudia dan yang kedua adalah penerbangan Abu Dhabi ke Roma dengan Etihad. Dilihat dari rute, tentu saja kedua penerbangan tersebut tergolong dalam jarak jauh – meskipun penerbangan Saudia mencatat waktu hampir dua jam lebih lama.
Kedua penerbangan menggunakan Boeing 787-9 Dreamliner dan sebagaimana diungkapkan sebelumnya, perbandingannya terbatas hanya pada kelas ekonomi. Namun, sebelum jauh membahas soal perbandingan keduanya, ia merasa bahwa Etihad menempatkannya pada kursi yang lebih baik dari kelas ekonomi biasa.
Tempat duduk
Menurut jurnalis asal Kanada itu, jenis kursi yang ditawarkan oleh kedua maskapai ini mungkin lebih cenderung ke preferensi pribadi. Untuk Saudia, para tamu memiliki permukaan kulit krem yang halus dan nyaman menemani selama di pesawat mengudara. Kursi-kursi memiliki sandaran kepala yang bisa disesuaikan dengan ‘sayap’ samping yang terlipat agar kepala tidak terguling ke kanan dan ke kiri.
Etihad, di sisi lain, memiliki kain-kain untuk sarung joknya. Pengalaman ekonomi Etihad juga memiliki salah satu sandaran kepala yang lebih menarik yang ia temui dari ratusan penerbangan yang pernah dialaminya. Setiap sandaran kepala, kursi ekonomi memiliki ‘sayap’ yang kokoh, dan menonjol di satu sisi. Sangat nyaman untuk dibuat bersandar selama berjam-jam.
Dalam urusan tampilan dan nuansa tempat duduk, Saudia – rasanya jauh lebih ‘bersih’ dan sedikit lebih ‘berkelas’. Ide sayap sisi besar Etihad di sandaran kepalanya sebetulnya sangat bagus. Pasalnya, ia telah melihat terlalu banyak penumpang yang kesulitan tidur karena kepalanya tidak memiliki penjagaan yang memadai di kedua sisinya.
Sayangnya, perbandingan dalam hal tempak duduk ini kurang begitu fair. Sebab, ia ditempatkan di kelas ekonomi Etihad yang tak ‘biasa’. Dibanding Saudia, Etihad memiliki jarak 3-4 inci lebih tinggi. Meskipun demikian, leg room atau ruang kaki Saudia tak terlalu buruk untuk ukuran ekonomi.
Dari segi fasilitas, masih dalam kaitannya dengan tempat duduk, baik Etihad maupun Saudia, keduanya menawarkan soket listrik di samping soket USB. Saudia ada di bawah kursi sementara Etihad ada di kursi belakang (di depan penumpang). Dari sisi kemudahan, lokasi plug Saudia lebih sulit diakses sebab mengharuskan penumpang beranjak dari kursi. Adapun bantal, kedua maskapai tersebut sama-sama menyediakan selimut dan bantal yang nyaman untuk penerbangan.
Hiburan dalam pesawat dan WiFi
Dalam urusan hiburan dalam pesawat atau In-flight entertainment (IFE), Saudia tampil dengan beberapa wajah baru. Terdapat beberapa fitur yang cukup mengesankan. Penumpang dapat menggunakan layar untuk memilih kapan pramugari harus membangunkan untuk layanan makanan dan kapan mereka harus meninggalkannya sendirian.
Sayangnya, Chris tidak dapat mencoba layanan ini. Kala itu, ia cukup sadar bahwa awak kabin memiliki kesibukan lain hingga ia enggan untuk mencobanya. IFE Saudia yang lebih baru juga memiliki sistem pengiriman pesan sehingga penumpang dapat mengirim pesan ke orang-orang di kursi lain, khususnya bagi pasangan yang tidak mendapatkan kursi berdampingan.
Etihad tentu tak mau kalah. Mereka memiliki fitur ‘mewah’ berupa remote control yang juga memiliki layar sentuh dengan fleksibilitas tinggi. Ini adalah fitur bagus yang memungkinkan tamu duduk dan mengakses menu sistem hiburan dengan lebih mudah.
Ia (Chris) berpendapat bahwa keduanya memiliki sistem yang cukup bagus. Namun, bila dipaksa untuk memilih, sistem aksesibiltas hiburan dirancang lebih baik pada Etihad. Di Saudia, ada bagian-bagian di pada Audio yang diberi label sangat buruk dan tidak menampilkan artis (hanya nama album).
Untuk WiFi, Saudia lebih unggul karena memiliki opsi pengiriman pesan 10MB gratis. Etihad tidak memiliki yang seperti ini sehingga penumpang harus membayar, bahkan untuk tingkat layanan WiFi paling dasar. Paling tidak, dengan paket gratis Saudia, penumpang dapat mengirim dan menerima beberapa pesan WhatsApp atau Facebook Messenger dan tetap mengikuti beberapa komunikasi dasar.
Makanan (dan minuman)
Layanan makanan dalam pesawat Saudia terasa cukup elegan. Dimulai dengan distribusi menu yang dicetak dengan baik dan kemudian taplak meja (baki). Keduanya menambah sedikit sentuhan kelas pada seluruh pengalaman makan di dalam pesawat. Mungkin perasaan tersebut cenderung tentatif, tetapi menu makanan dijelaskan secara rinci.
Dari segi rasa dan kualitas, pengalaman makan di Saudia adalah yang terbaik. Dalam penerbangan ekonomi A320 dari Milan ke Riyadh, mereka bahkan menawarkan pisang utuh sebagai pilihan makanan ringan yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Untuk Etihad, menu makanan mewahnya tidak termasuk taplak meja yang bagus. Namun, ayam dan sayuran mereka sangat fantastis. Makanan penutup dikemas dengan baik tetapi dan sangat menakjubkan.
Satu hal unik tentang layanan makan malam Etihad adalah bahwa penumpang kini dapat membayar makanan tambahan. Hal Itu diuraikan dalam menu yang ditemukan di saku kursi belakang dan penumpang mendapatkan pengingat ketika sistem hiburan dalam pesawat dinyalakan. Ia pikir ini bagus dalam hal keragaman makanan – dan bagi siapa saja yang mungkin lebih lapar. ia hanya berharap itu tidak memberikan lisensi maskapai untuk mengurangi kualitas atau ukuran penawaran gratis mereka.
Untuk minuman, satu hal yang dinikmati dari operator Timur Tengah tersebut adalah mereka melayani lebih dari sekadar jus apel, jeruk, dan jus tomat. Jika ingatannya benar, baik Saudia dan Etihad menyajikan jus mangga dan jambu biji.
Satu perbedaan besar dengan Saudia adalah penerbangannya ‘kering’, artinya tidak ada alkohol yang disajikan (atau bahkan diizinkan) di kabin pesawat. Di sisi lain, Etihad memang menyajikan minuman beralkohol dalam penerbangannya.
Baca juga: Saudia Jadi Yang Pertama Hadirkan Layanan Gratis WhatsApp OnBoardKomentar terakhir
Pengalaman Chris dengan layanan pramugari di kedua maskapai sangat baik tanpa keluhan. Baik Saudia maupun Etihad, semua awak kabin profesional dan sopan serta menawarkan layanan sambil tersenyum. Satu hal yang masuk ke Saudia adalah layanan handuk panas yang ditawarkan di awal penerbangan. Dan itu menjadi salah satu pembeda serta menjaadi masalah baru untuk Etihad.
Perbandingan ini hanya mencakup pengalaman penerbangan dalam bidang ekonomi dan tidak memperhitungkan jumlah rute atau tujuan yang ditawarkan oleh masing-masing maskapai atau pengalaman di bandara. Semoga, bagaimanapun, jika pembaca sekalian memiliki pilihan antara salah satu dari kedua maskapai ini, artikel ini akan membantu Anda untuk menentukan pilihan. Perjalanan yang menyenangkan!
Italia, salah satu negara di Eropa yang memiliki banyak kota-kota sejarah salah satunya adalah Venesia. Kota yang disebut kota air ini memiliki keindahan yang bisa dikatakan klasik.
Sungai atau kanal yang mengitari kota ini membuatnya menjadi lebih menarik dibandingkan negara Eropa lainnya, apalagi ada Gondola yang menjadi transportasi pendukung, dan kini menjelma sebagai ikon wisata Venesia.
Baca juga: Jadi Lambang Cinta Abadi, Gondola Tak Pernah Berganti Warna
Dengan Gondola, Venesia dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, melihat rumah-rumah dengan pintu di depan anak sungai, jembatan kecil yang menghubungkan satu rumah dengan rumah yang lainnya, sesuatu yang eksotis untuk dikunjungi, telebih amat pas bagi pasangan yang ingin menikmati Bulan Madu. Bila Anda ke Italia, khususnya Venesia ada baiknya memilih musim semi. Karena udara yang sejuk tidak terlalu dingin di bandingkan saat musim dingin. Selain itu tempat-tempat wisata di Italia banyak yang tutup saat musim dingin.
Akhir Maret 2017 lalu, kami pergi bertiga mengunjungi Italia selama empat hari untuk berwisata. Kami berangkat dari Jakarta menuju ke Amsterdam, Belanda naik pesawat Boeing 777 Garuda Indonesia dengan perjalanan sekita 14 jam, dan dilanjutkan menginap dua malam di Amsterdam sebelum akhirnya kami tiba di Italia. Pada hari yang ditentukan kami menuju ke Italia menggunakan maskapai Transavia dan tiba di bandara Marco Polo, Venesia. Karena merupakan rute pendek, yang digunakan adalah jenis pesawat berbedan sedang, mungkin sekekas Boeing 737 Series atau Airbus A320.
Pesawat yang digunakan Transavia tidak memberikan layanan penuh alias low coast carrier (LCC), karena kami mendapat tiket murah sekitar Rp600 ribu sekali jalan dari Amsterdam menuju Venesia waktu tempuh dari Amsterdam menuju Venesia, Italia sekitar 2 jam 45 menit. Pemandangan di dari dalam pesawat yang terlihat adalah pegunungan Alpen dan kota-kota Italia.
Kami mendarat pukul 09.30 waktu Italia dan langsung menuju terminal kedatangan untuk mengambil bagasi. Sajian yang terlihat saat pengambilan bagasi adalah loket-loket tiket untuk bus, kapal bus dan kereta. Saat itu, bandara masih terlihat sepi karena kami sampai masih pagi, selain itu bandaranya pun lebih kecil dibandingkan yang ada di ibu kota.
Dari pilihan tiga moda transportasi yang disuguhkan, kami memilih menggunakan bus. Untuk tiketnya sendiri seharga 8 Euro sekali perjalanan. Harga tiket ini tergantung jarak, waktu tempuh dan jalur yang digunakan.
Sebenarnya pemilihan bus ini, bukan karena interior di dalamnya, sebab model bus yang kami gunakan tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Kami menggunakan bus untuk menikmati perjalanan dan melihat kota tua dengan bangunannya. Padahal bila dilihat kota Venesia terbagi dua bagian besar yakni daratan dan perairan yang menjadi bagian wisata.
Dan tempat kami menginap sebenarnya di dekat dengan kota wisata tersebut. Dengan jarak tempuh sekitar 20-30 menit hingga sampai di terminal, kami bisa menikmati keindahan Venesia secara lebih lagi. Ini juga yang menjadi alasan kami tidak memilih kapal bus, walaupun harga tiket yang ditawarkan sama dengan bus biasa yakni 7-8 Euro. Sesampai di Terminal, untuk menuju ke penginapan, kami harus berjalan kaki sekitar 15 menit dan sempat berhenti di depan stasiun kereta Santa Lucia untuk menikmati keindahan bangunan Santa Lucia sendiri.
Kapal bus di Venesia.
Oh iya, bentuk tiket naik bus berupa kertas karcis seperti kita naik TransJakarta sebelum menggunakan kartu seperti saat ini. Sesampai di penginapan kami menyimpan barang-barang, karena masih pagi, kami kemudian berkeliling kota Venesia. Pemandangan yang diberikan kota air ini adalah kanalnya, apalagi Gondola yang menjadi daya tarik sendiri serta jembatan-jembatan klasiknya. Untuk menemukan tempat makan di kota ini tidaklah susah karena di setiap sisi jalan terlihat restoran-restoran.
Rialto Bridge
Tak hanya itu, jembatan terkenal seperti Rialto Bridge juga tempat yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu tempat yang tak boleh terlewatkan adalah gereja Katedral St. Marco, untuk mencapai ke sini, kami berjalan kaki sembari menikmati keindahan kota Venesia. Tetapi Anda juga bisa menggunakan kapal bus untuk sampai ke sini.
Setelah cukup berkeliling di kota Venesia, kami kembali kepenginapan dan tujuan selanjutnya adalah kota Florence yakni kota tua lainnya yang ada di Italia. Penasaran dengan perburuan kota tua Italia lainnya? Tunggu artikel selanjutnya di KabarPenumpang.com. (Dessyta Octavera Santi – karyawati swasta di Jakarta)Baca juga: Italia (2) – Berburu Wisata di Florence dalam Satu Hari
Tidak jelas kapan dimulainya, namun pemberian fasilitas makan gratis oleh Perusahaan Otobus (PO) jarak jauh di Pulau Jawa sudah menjadi ciri khas tersendiri. Meski kebanyakan serba standar, namun beberapa PO menghadirkan menu yang cukup bervariasi dan tergantung rumah makan tempat bus AKAP berhenti.
Baca juga: Pelayanan Rumah Makan Minang dan Karakter Penumpang, Jadi Sebab Bus AKAP Lintas Sumatera Tak Sediakan Makan
Biasanya bus yang melakukan perjalanan dengan trayek dari barat ke timur yakni dari Banten, Jakarta atau Jawa Barat akan berhenti di rumah makan wilayah Subang, Indramayu, Cirebon atau Brebes.
Sedangkan bus yang berjalan dari timur ke barat akan beristirahat di wilayah Weleri, Jawa Tengah. PO Raya bahkan pernah menghadirkan menu garang asem untuk servis makan penumpang kelas Supertop dari timur. Hal ini menjadi sebuah ciri khas yang diketahui oleh banyak orang.
Beberapa rumah makan langganan perusahaan otobus AKAP memang memiliki rasa masakan yang berbeda-beda. Bahkan beberapa rumah makan menjadi favorit para penumpang bus karena rasa masakannya. Rumah makan Sari Rasa di daerah Kendal contohnya, rumah makan ini disebut-sebut para penumpang bus memiliki cita rasa masakan yang lezat.
Selain itu rumah makan ini menyediakan ruangan AC dan bisa dibilang kondisi rumah makannya bersih. Untuk servis makan ini biasanya dihargai Rp10.000 sampai Rp15.000 dari harga tiket yang anda beli.
Akan tetapi, fasilitas servis makan ini tidak bisa anda uangkan meskipun anda tidak mengambil servis makan gratis. Yang seringkali jadi masalah adalah ketika rasa masakan tidak cocok dengan lidah kebanyakan penumpang, bahkan kualitas masakan tidak baik, misalnya hampir basi dan berbau tidak sedap.
Baca juga: Pemberian Kupon Makan oleh PO Bus, Bagaimana di Bulan Ramadhan?
Jalan tengahnya ketika Anda tidak sreg dengan servis makan prasmanan yang ditawarkan, biasanya beberapa rumah makan kini menyediakan mie cup instan yang bisa ditukarkan dengan kupon servis makan milik Anda. Bisa juga Anda menambah uang untuk upgrade servis makan dengan menu yang lebih banyak pilihannya. Hal ini bisa anda temukan pada servis makan di PO Rosalia Indah. (Senna Aditya)
Larangan mudik yang akan berlangsung sejak 6-17 Mei 2021 membuat semua moda transportasi baik darat, laut maupun udara tidak akan beroperasi kecuali untuk angkutan logistik. Namun salah satu Perusahaan Otobus (PO) Arimbi akan tetap beroperasi di masa Lebaran meski ada larangan.
Baca juga: Berusia 82 Tahun, PO NPM Jadi Salah Satu Perusahaan Otobus Tertua di Indonesia
Tak hanya itu, untuk mengoperasikan bus di masa Lebaran, PO Arimbi akan menyiapkan pengemudi dan kondektur yang bisa berargumentasi jika mereka dicegat ketika beroperasi saat itu. Operasional PO Arimbi Bambang Suteja mengatakan, peraturan larangan mudik dianggap bukan sebuah kebijakan yang baik.
Hal ini karena ada banyak pekerja di jasa transportasi terkhususnya bus yang akan terdampak dengan peraturan itu. Dia mengatakan, bahwa tidak semua penumpang selalu mudik tetap kemungkinan keperluan di kota lain.
Bambang menambahkan, jika draft larangan mudik sah berlaku, PO Arimbi akan memilih pengemudi yang tahan banting ketika bertugas. PO Arimbi sendiri merupakan bagian dari PT Arimbi Jaya Agung yang bergerak dalam bidang transportasi sejak tahun 1969.
Dalam jasa perjalanan perusahaan ini menamakan armada bus mereka dengan Arimbi yang beroperasi sebagai moda perjalanan Natar Kota Antar Provinsi AKAP), Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Pariwisata. PO bus Arimbi sendiri memiliki sekitar 800 unit bus dengan trayek berbeda-beda yakni Lampung, Bekasi, Jakarta, Bogor, Metro, Tangerang.
Selain itu Lampung ke Metro, Bekasi ke Metro, Jakarta ke Lampung, Lampung ke Depok dan Bogor ke Lampung. Selain itu juga dari Jakarta ke Metro, Jakarta ke Merak, Jakarta ke Bandung dan Jakarta ke Sumedang.
Dalam memberikan layanan, Arimbi menyediakan bus yang bisa dipilih sesuai keinginan penumpang yakni kelas bisnis AC dan eksekutif. Di mana pada kelas bisnis kursi penumpang memiliki susunan dua hingga tiga orang perbaris, sedangkan kelas eksekutif memiliki fasilitas lebih lengkap dan beragam.
Baca juga: Pemberian Kupon Makan oleh PO Bus, Bagaimana di Bulan Ramadhan?
Untuk susunan kursinya 2-2 per baris sehingga penumpang bisa menikmati ruang duduk yang lebih luas dan nyaman. Tiketnya pun terbilang murah sekitar Rp75 ribu hingga Rp250 ribu tergantung kelas yang dipilih penumpang.
Pada Maret 2024, KCIC mengoperasikan hingga 44 perjalanan Whoosh per hari dengan 15 petugas dalam setiap rangkaiannya. Setiap harinya terdapat hingga 100 pegawai yang diperiksa kesehatannya mulai dari masinis, pramugari, kondektur, teknisi, hingga petugas keamanan dan kebersihan Whoosh.
Baca juga: Diisukan Sepi, Kereta Cepat Whoosh Capai 2 Juta Penumpang Berkat Strategi Tarif Dinamis
Manager Corporate Communication KCIC Emir Monti mengatakan, pemeriksaan kesehatan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan seluruh petugas saat berdinas dan mengoperasikan kereta Whoosh. KCIC menerapkan kebijakan pemeriksaan kesehatan secara mendetail secara rutin sebelum perjalanan.
“Tes kesehatan ini penting untuk menjamin seluruh petugas berada dalam kondisi prima dan siap bertugas mengoperasikan kereta serta melayani penumpang dengan fokus dan teliti. Kondisi fisik petugas yang prima menjadi salah satu faktor penting untuk mencegah terjadinya kesalahan yang dapat berisiko pada keselamatan serta mengganggu kenyamanan dan keamanan penumpang,” ujar Emir.
Tes kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah, saturasi oksigen, dan pemeriksaan fisik, dengan tambahan pemeriksaan alcohol breathing untuk masinis. Petugas yang dinyatakan sehat akan mendapatkan surat keterangan dari dokter yang ditunjuk KCIC.
Di bulan Ramadhan ini pula, petugas yang menjalankan puasa juga dipantau nutrisinya. Harapannya agar petugas tetap bugar dan siap bertugas dengan baik meski sedang berada menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Proses pemeriksaan ini dilakukan secara rutin di stasiun Halim dan Tegalluar menyesuaikan dengan lokasi dinasan pertama petugas tersebut. Pengetesan dilakukan 1 jam sebelum jadwal keberangkatan dan bila dinilai kurang sehat, maka akan langsung diganti petugas yang bersiaga lainnya.
Baca juga: Meski Serba Canggih, Kereta Cepat Tak Serta Merta Gunakan ‘Autopilot’, Masinis Tetap Nomer Satu
Emir menegaskan, pengecekan kesehatan rutin secara ketat ini merupakan bentuk komitmen KCIC untuk menyediakan layanan yang optimal bagi penumpang. Terutama menjelang masa Angkutan Lebaran 2024, di mana peningkatan jumlah penumpang diharapkan, penting bagi petugas untuk siap memberikan pelayanan terbaik.
“Kami memberikan standar yang ketat mengenai kestabilan tekanan darah, pendengaran, dan kesadaran personil yang akan bertugas. Hal ini bertujuan dalam rangka menghadirkan layanan Whoosh yang aman dan selamat sampai di tujuan,” tutup Emir.
Faktor manusia di kabin dan kokpit bisa meningkatkan dan menurunkan risiko insiden serta kecelakaan dalam pesawat. Seperti pada tahun 1972 di mana Eastern Airlines jatuh di Florida Everglades dan faktor manusia menjadi topik serius dalam penerbangan sipil. Kemudian sebuah konsep yang disebut manajemen sumber daya kokpit diperkenalkan dalam pelatihan percontohan untuk mencoba menghentikan kecelakaan serupa.
Baca juga: Pramugari Hibur Penumpang dengan Cara Unik Di Tengah Penerbangan yang Nyaris Kosong
Sehingga penekanan manajemen sumber daya kokpit adalah untuk mengembangkan kerja tim sebagai alternatif dari model yang berlaku di mana penilaian dan wewenang kapten tidak perlu dipertanyakan lagi. hal ini kemudian membuat situasi yang menyebabkan keputusan yang buruk dengan kapten menjadi tidak tertandingi dan kapten menjadi kelebihan muatan dengan tanggung jawab selama keadaan darurat dalam penerbangan karena kegagalan untuk mendelegasikan tugas.
Dirangkum KabarPenumpang.com dari flightsafetyaustralia.com, pad 1990-an kemudian dikembangkan untuk menjadi sumber daya awak atau crew resource management (CRM) yang memperluas konsep manajemen sumber daya kokpit untuk berkomunikasi antara pilot dengan awak kabin. Satu kecelakaan yang berkontribusi terhadap realisasi ini adalah Air Ontario Flight 1363, yang jatuh segera setelah lepas landas di Dryden, Kanada, pada tahun 1989.
Dalam laporan kecelakaan, satu-satunya pramugari yang masih hidup mengatakan, “Kami bekerja sebagai dua kru. Anda memiliki kru front-end dan kru back-end.”
CRM membantu meningkatkan komunikasi antara kedua kru sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pekerjaan satu sama lain tetapi juga untuk memecah hambatan dalam status atau takut melaporkan. Pelatihan bersama sangat umum di sebagian besar maskapai, dengan penekanan pada skenario praktis dan studi kasus untuk lebih meningkatkan hubungan.
Kecelakaan lain yang mendorong perlunya pengembangan pelatihan ini adalah jatuhnya British Midland Penerbangan 92 di Kegworth, di Inggris pada tahun 1989. Dalam laporan kecelakaan oleh AAIB, ditemukan bahwa penerbangan tersebut kru mematikan mesin yang bekerja menyebabkan kecelakaan. Awak kabin ketinggalan referensi kapten ke mesin yang tepat ketika ia berbicara ke kabin penumpang, meskipun beberapa penumpang di sebelah kiri pesawat, telah melihat percikan api dan nyala api dari mesin di sisi mereka, bingung karenanya.
Jadi apa saja kesulitan dalam komunikasi antara awak pesawat dan awak kabin? Kepribadian dan motivasi yang berbeda dapat berperan, juga kesenjangan status dan budaya. Selain itu awak kokpit dan awak kabin mungkin memiliki jadwal dan batasan waktu penerbangan yang berbeda. Pintu geladak penerbangan yang terkunci dan aturan kokpit yang steril juga dapat membuat komunikasi menjadi sulit pada tingkat praktis.
Awak kabin sekarang didorong untuk berbicara dengan awak pesawat tentang potensi ancaman di dalam kabin dan jangan takut untuk melakukannya, baik itu bau atau suara, hingga getaran yang tidak biasa atau penumpang yang mencurigakan atau sesuatu yang tidak biasa dan tidak rutin. Brifing kru juga bersama, jika memungkinkan, dan interaktif.
CRM adalah tentang kerja tim dan sinergi dan pendekatan pemecahan tim. Komunikasi, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan adalah faktor yang sangat penting. Sistem pelaporan yang terbuka dan jujur juga harus ada dan harus ada budaya yang memungkinkan pembelajaran dari setiap insiden atau kecelakaan.
Pelatihan CRM menciptakan kepercayaan di antara semua anggota awak, yang bisa menyelamatkan nyawa dalam keadaan darurat. Ini juga dapat diperluas ke insinyur, kru pengiriman, kru darat dan manajemen, sehingga penerbangan yang aman dan efisien dapat diharapkan dan dicapai. Di dalam kabin, banyak elemen faktor manusia yang harus diperhatikan.
Hubungan penumpang bisa menjadi sulit, karena seringkali maskapai ingin menyesuaikan sebanyak mungkin kursi di pesawat dan pesawat menjadi lebih sempit. Ada lebih banyak kasus dari sebelumnya penumpang yang mengganggu, karena kemarahan, kehilangan kendali atau penyalahgunaan zat. Ada persepsi bahwa awak kabin hanyalah pramusaji dan bukan profesional keamanan yang dilatihnya. Pada maskapai regional dengan pesawat yang lebih kecil, hanya satu awak kabin diperlukan dan bisa berarti, sebagai anggota awak tunggal, Anda bertanggung jawab atas semua yang terjadi di dalam kabin, termasuk berurusan dengan penumpang yang mengganggu dan situasi yang berpotensi mengancam.
Awak kabin tunggal sering merasa seperti kurangnya dukungan dari rekan-rekan mereka dan merasakan tekanan psikologis. Baru-baru ini, ada peningkatan penumpang melepas bagasi kabin dalam evakuasi pesawat, yang bisa melukai orang lain, menghambat evakuasi dan merusak slide. Jelas ada kebutuhan untuk menghentikan perilaku penumpang semacam ini dan memungkinkan awak kabin melakukan pekerjaan mereka tetapi bagaimana? Demonstrasi keselamatan telah dibuat lebih bervariasi dan lucu untuk menarik minat penumpang, tetapi instruksi keselamatan masih diabaikan. Seharusnya ada lebih banyak kesadaran, mungkin bahkan di bandara sebelum penerbangan untuk menunjukkan implikasi dari tidak mematuhi instruksi awak kabin.
Baca juga: Pramugari EasyJet Bikin Tubuh Penumpang Melepuh Akibat Ketumpahan Mie
Dalam desain kabin pesawat terbang, ergonomi perlu dipertimbangkan, mulai dari awak kabin melompat ke peralatan darurat, desain dapur dan kereta, pintu darurat dan papan tanda, dan lampu lantai darurat untuk awak dan penumpang agar dapat mengungsi dengan mudah dalam situasi darurat. Pakar keselamatan kabin dan kelompok fokus awak kabin harus memiliki suara yang kuat dalam desain kabin dan kebugarannya untuk tujuan tertentu.
Sebagai kereta komuter, MRT Jakarta punya tampilan bagian muka dan ekor yang sama. Na, lantas bagaimana cara membedakan bagian muka dan bagian ekornya? Dilansir KabarPenumpang.com dari sumber terpercaya, yang menandakan bagian muka dan ekor dari armada MRT Jakarta adalah lampu kecil pada bagian atas kaca kabin masinis, atau biasa disebut sebagai head lamp.
Baca Juga: Anies: Bukan Sekedar Alat Transportasi, MRT Juga Pembentuk “Budaya” Baru di Jakarta
Menurut sumber, ada dua buah lampu dengan bentuk yang berbeda, lingkaran dan kotak. Lampu yang berbentuk lingkaran akan memendarkan cahaya putih, sedangkan yang kotak akan memendarkan cahaya merah. Bukan tanpa tujuan, lampu berwarna putih menandakan bagian muka dari armada, sedangkan di ujung satunya lagi lampu akan menyala warna merah yang menandakan ekor dari rangkaian tersebut.
Selain ditujukan untuk memudahkan para pengguna jasa MRT Jakarta kelak, lampu berwarna putih pun berfungsi sebagai sumber pencahayaan ketika armada ini tengah beroperasi, mengingat rute MRT yang kebanyakan berada di bawah tanah yang minim pencahayaan. Jika diperhatikan, tidak ada lampu lain pada armada buatan Nippon Sharyo, Jepang ini.
Baca Juga: Tiga Tes Siap Dilakukan Pada Dua Rangkaian Kereta MRT Jakarta
“Supaya publik tidak bingung, mana bagian muka, mana bagian ekor,” ujar sumber yang namanya enggan dipublikasikan ini. “Jadi, dari jauh mereka bisa melihat kalau lampunya putih, itu bagian mukanya, begitupun sebaliknya,” tandasnya.
Selain itu, ia pun menyebutkan bahwa pemasangan lampu semacam ini sudah menjadi kriteria dasar jaringan Metro di dunia. “Ini sudah jadi standar internasional, kok,” teraangnya. Jadi, sekarang Anda sudah bisa membedakan mana bagian muka dan ekor dari MRT Jakarta, bukan?