Jika Jakarta punya KA Bandara yang menghubungkan Ibukota dengan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang ada di Cengkareng, maka lain halnya dengan yang ada di Phnom Penh, Kamboja. Perkenalkan, Royal Railways, layanan shuttle yang menghubungkan pusat kota Phnom Penh dengan Phnom Penh International Airport. Sayang, ketika beberapa negara luar mempercayakan produksian kereta dari PT INKA, tapi Kamboja lebih memilih untuk menggunakan barang impor dari Meksiko.
Baca Juga: Urai Konsentrasi Kepadatan Lalu Lintas Darat, Phnom Penh Hadirkan Layanan Taksi Air Perdananya!
Sebagaimana yang dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, Royal Railways sendiri hanya memiliki dua gerbong yang saling membelakangi satu sama lain. Selain itu, jalur dari Royal Railways juga bisa dibilang unik, karena di beberapa titik, jalur dari rangkaian kereta ini berada di median jalan tanpa adanya pagar pembatas yang menghalangi – layaknya jalur trem di kebanyakan kota. Jadi mungkin bisa dibilang, Royal Railways adalah trem modern yang didesain sedemikian rupa untuk mengantarkan penumpangnya menuju dan dari bandara.
https://www.youtube.com/watch?v=ofnEpOxGFq4
Menurut Menteri Transportasi Kamboja, Sun Chantol adapun kapasitas dari Royal Railways ini sendiri mencapai 100 penumpang dalam sekali perjalanan – tentu saja tidak semuanya kebagian bangku untuk duduk. Menurut Menteri Sun, dibutuhkan waktu sekira 120 menit untuk bisa melakukan perjalanan pulang pergi.
Dikutip dari laman khmertimeskh.com, usut punya usut jaringan trem yang menghubungkan Stasiun Utama Phnom Penh dengan bandara ini akan digratiskan hingga bulan November 2019 mendatang. Setelah itu, penumpang akan dikenakan biaya sebesar US$2,5 atau yang setara Rp36.000 untuk sekali perjalanan.
KA Batara Kresna. Sumber: wikipedia
Jujur, bentuk dari moda ini terbilang sangatlah unik dan tampak seperti bus rel Batara Kresna yang ada di Solo, Jawa Tengah. Sebagai informasi tambahan, moda transportasi bergerbong tiga ini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia.
Bus rel ini sendiri mulai beroperasi pada tanggal 5 Agustus 2012 dengan rute Sukoharjo-Solo Purwosari-Yogyakarta Tugu. Karena ada jembatan kereta api yang sedang diperkuat antara Stasiun Pasarnguter-Stasiun Wonogiri, untuk sementara bus rel ini hanya sampai Stasiun Sukoharjo.
Baca Juga: KA Batara Kresna, Melaju di Rel Bekas Trem
Dikarenakan satu dan lain hal, bus rel Batara Kresna berhenti beroperasi pada sekitar awal tahun 2013, setelah mangkrak sejak Oktober 2012 karena generator rangkaian bus rel yang sering rusak. Bus rel ini dibawa ke pabrik PT Inka di Madiun untuk diperbaiki. Hingga 2015 bus rel ini hanya dikandangkan di dipo lokomotif Solo Balapan, sampai pada akhirnya PT KAI memutuskan untuk mengoperasikan kembali bus rel ini. Saat ini bus rel telah beroperasi kembali dengan rute Purwosari-Wonogiri pp dengan rute trayek dua kali sehari.
Garuda Indonesia dan Huawei Tech Investment dilaporkan tengah menjajaki pengembangan teknologi dan IT infrastructure dalam memperkuat transformasi digital pada lini operasional dan layanan Garuda Indonesia. Penjajakan kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama (perjanjian induk) antara kedua korporasi yang dilaksanakan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara bersama sama dengan President Director of Enterprise BG, Huawei Indonesia, Roger Zhang, di Jakarta, (15/5).
Baca juga: Gandeng Google Cloud, AirAsia Siap ‘Bertransformasi’
Adapun lingkup penjajakan kerja sama tersebut nantinya akan meliputi penyediaan platform Cloud Computing, penyediaan sistem kecerdasan buatan – Artificial Intelligence (AI), pengembangan teknologi warehouse & logistic system, hingga payment platform solution bagi seluruh lini usaha Garuda Indonesia Group dan afiliasinya.
Direktur Kargo dan Pengembangan Mohammad Iqbal dalam catatan tertulis mengungkapkan, “Penjajakan kerja sama pengembangan teknologi bersama Huawei Tech Investment kami harapkan dapat menunjang komitmen transformasi digital yang saat ini tengah dijalankan perusahaan, khususnya dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan layanan personalisasi pada pelanggan”.
“Hadirnya teknologi yang dikembangkan oleh Huawei Tech Investment seperti iCloud, Big Data dan Artificial Intelligence ini tentunya menjadi milestone tersendiri bagi Garuda Indonesia dalam rangka memberikan pengalaman baru kepada pelanggan ketika terbang dengan Garuda Indonesia, dari pre-journey hingga post-journey. Hal ini juga turut sejalan dengan demand market industri penerbangan saat ini, di mana pelanggan lebih membutuhkan layanan secara personal dengan basis pendekatan teknologi informasi”, tutup Iqbal.
Huawei pada pertengahan tahun 2017 berinisasi membangun aliansi global bersama sejumlah perusahaan telekomunikasi dunia. Tujuannya adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan para konsumen akan ruang penyimpanan data raksasa. CEO Huawei Guo Ping dalam gelaran Huawei Connect 2017 di Shanghai New International Convention Center menjelaskan bahwa terobosan ini terinspirasi dari aliansi maskapai penerbangan di dunia. SkyTeam, Star Alliance dan One World adalah beberapa di antaranya.
Baca juga:Amadeus Tawarkan Teknologi Check In Barang Bawaan Berbasis Cloud
Selama ini Huawei telah menunjukan komitmennnya pada pengembangan sektor IT dirgantara, salah satu wujudnya adalah pada penerapan smart airport. Di Indonesia Huawei telah menjajaki penerapan solusi digital aviation di ratusan bandara di Indonesia. Salah satu fitur solusi ini adalah pemantauan bendara menggunakan teknologi face-recognition).
Pil pahit harus kembali ditelan oleh produsen pesawat asal Negeri Paman Sam, Boeing. Setelah sebelumnya diberitakan bahwa karyawan di interal Boeing mengakui bahwa produksian mereka jelek, kini perusahaan yang bermarkas di Chicago ini harus menghadapi kenyataan yang lebih pahit. Pasalnya, Boeing tidak menerima pesanan pesawat yang masuk selama periode April 2019 kemarin.
Baca Juga: Akhirnya! Boeing Akui Adanya Kesalahan Sistem pada Boeing 737 MAX 8
Jika dikaitkan dengan insiden jatuhnya dua pesawat 737 MAX 8 yang dioperatori oleh Lion Air dan Ethiopian Airlines, justru kosongnya pesanan masuk ini tidak hanya pada tabel 737 MAX saja, melainkan dari varian lain pun mengalami hal yang sama. Akankah ini menjadi suatu pertanda buruk bagi Dennis Muilenburg cs?
Sebagaimana yang dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, sejumlah varian pesawat Boeing yang lainnya seperti 787 Dreamliner dan 777 juga belum ada yang memesan. Memang, saat ini dapur Boeing masih ngebul karena mereka masih mengerjakan pesanan yang masuk pada akhir bulan Maret kemarin, seperti Lufthansa yang memesan 20 unit 787, dan British Airways yang memesan 18 unit 777X.
Menurut laman cnn.com (14/5/2019), satu-satunya pesanan yang dilaporkan oleh Boeing untuk bulan April adalah entri pembukuan adalah empat pesawat 737 jet MAX yang telah dijual ke Boeing Capital di masa lalu dipindahkan ke lessor yang tidak dikenal bulan lalu. Boeing tidak menganggap hal tersebut sebagai pesanan baru. Sebagai gantinya, perusahaan mereklasifikasi penjualan yang sudah dilaporkan pada kuartal pertama.
Baca Juga: Rampung Pembaruan Software 737 MAX, Boeing Siap Serahkan Hasilnya ke FAA Guna Sertifikasi
Tidak satu pun dari model pesawat Boeing lainnya yang mengalami kecelakaan, dan maskapai belum melaporkan masalah keselamatan selain yang terjadi pada 737 Max. Tapi, masalah 737 Max bisa jadi alasan maskapai menunda pesanan untuk pesawat lain, kata Philip Baggaley, analis kredit utama untuk sektor transportasi untuk Standard & Poor’s.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018 kemarin, pada bulan yang sama, Boeing melaporkan total 76 pesanan yang masuk ke perusahaan.
Maraknya isu tentang perluasan pembangunan 4.500 unit rumah baru khusus untuk warga Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan, Israel ternyata tidak mendapat restu dari banyak pihak. Sebut saja Hukum Internasional yang menyatakan bahwa segala bentuk pembangunan pemukiman khusus untuk orang Yahudi tidaklah sah, baik itu yang ada di Tepi Barat maupun di Al-Quds Timur. Sedangkan bagi Palestina sendiri, mereka menginginkan kedua wilayah tersebut masuk ke dalam teritorialnya di masa yang akan datang.
Baca Juga: Ben Gurion, Bandara Paling Aman dengan Standar Keamanan Tertinggi di Dunia
Nah, bicara tentang perluasan, ternyata Israel tidak hanya menginvasi daerah Tepi Barat, namun juga wilayah lain, yaitu Bandara Utama Ben Gurion. Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (14/5/2019), Kementerian Transportasi Israel telah menyetujui rencana untuk perluasan Ben Gurion Airport senilai NIS3 miliar atau yang setara dengan Rp12,13 triliun.
Adapun tujuan dari perluasan bandara ini adalah sebagai bentuk antisipasi Israel dalam menghadapi lonjakan penumpang di tahun-tahun mendatang. Bandara ini sendiri menjadi saksi dari 23 juta penumpang selama tahun 2018 kemarin – jadi wajar saja jika otoritas terkait ingin memperluas salah satu akses menuju negara dengan benderan bergambar hexagram ini.
Di bawah rencana ekspansi, Terminal 3 utama akan mencakup ruang tambahan seluas 80.000 m², 90 konter check-in baru, dan empat lagi conveyor belt untuk menampung bagasi. Selain itu, area bebas pajak, kontrol perbatasan, dan fasilitas parkir juga akan diperluas. Rencananya juga termasuk pembangunan concourse kelima, yang akan bercabang dari ruang keberangkatan terminal pusat, untuk mengakomodasi pesawat tambahan.
Sebenarnya, Terminal 3 di Ben Gurion Airport telah dibuka sejak tahun 2004 dengan nominal pembangunan senilai US$1 miliar atau yang setara dengan Rp14,4 triliun (kurs sekarang) – sedangkan concourse keempat dibuka pada Februari 2018 kemarin.
Baca Juga: Menghitung Hari, Israel Siap Punya Bandara Baru di Awal Januari 2019
Kelak, Ben Gurion Airport akan mampu untuk menampung 30 juta penumpang setiap tahunnya, dan akan terus mempersiapkan fisik bandara hingga mampu menampung 35 juta penumpang setiap tahunnya.
Menurut data yang dicatat oleh Kementerian Pariwisata, ada lebih dari 4,12 juta wisatawan asing yang mengunjungi Israel pada tahun 2018 kemarin. Angka itu meningkat sekitar 14% dari 2017 dan 42% dari 2016.
Meski dikabarkan mencoba bangkit kembali, namun fakta saat ini maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA) adalah tinggal kenangan. Dan dari sekian banyak kenangan akan maskapai plat merah tersebut, ada jejak pesawat eks MNA yang kini masih aktif beroperasi. Meski telah pindah tugas, Lockheed L-100 30 yang saat ini dioperasikan Skadron Udara 31 dan Skadron Udara 17 TNI AU, dulunya adalah bagian dari armada MNA yang aktif melayani penumpang di rute domestik.
Baca juga:Sukhoi SJ100 Aeroflot Jatuh di Moskow, Akankah Pengaruhi Rencana Akuisisi Merpati Airlines?
Lockheed L-100 30 yang notabene adalah varian sipil dari C-130 Hercules menjadikan MNA merupakan maskapai yang benar-benar beda. Bagi awam, tak mudah untuk mencari perbedaan antara L-100 dan C-130. Meski begitu mirip dengan C-130, L-100 yang juga buatan Lockheed bila diperhatikan ada sedikit pembedanya. Dari aspek permesinan, disebut-sebut dapur pacunya memang tidak se-strong C-130, meski punya kemampuan kargo, L-100 pada hakekatnya diciptakan sebagai transformasi dari pesawat angkut untuk menjadi pesawat penumpang, dan bisa dilihat bahwa pada bagian depan L-100 dilengkapi beberapa jendela khas pesawat penumpang.
Melansir dari Indomiliter.com, Lockheed memutuskan untuk memproduksi varian sipil C-130 Hercules pada dekade 60-an. Sebagai platform pengembangan, Lockheed memanfaatkan basis C-130E Hercules yang sudah dispilkan. Selanjutnya prototipe pertama L-100 terbang perdana pada 20 April 1964 dengan melaukan penerbangan selama satu jam 25 menit. Kemudian sertifikasi kelayakan penerbangan L-100 resmi didapat pada 16 Februari 1965. Pesanan perdana L-100 berjumlah 21 unit untuk Continental Air Services pada tahun 1965.
Sayangnya tidak seperti penjualan C-130 yang laris manis, sebaliknya penjualan L-100 terbilang lesu, ini menyebabkan pengembangan L-100 terbilang lambat. Namun Lockheed tetap menawarkan L-100 dalam beberapa varian, mulai dari L-100-20, L-100-30, dan LM-100J. Total hanya 114 L-100 yang terjual, produksi terakhir terjadi pada tahun 1992. Di kemudian hari L-100 dikembangkan menjadi L-100J yang ekuivalen dengan C-130J lengkap dengan mesin turboprop canggih Rolls-Royce (Allison) AE-2100D3, baling-baling enam bilah, dan EFIS dua kru, tapi program ini dibatalkan pada tahun 2000 karena Lockheed ingin fokus di versi militer saja.
Lockheed L-100 30 di Skadron Udara 31.
Diantara varian L-100, yang paling laris adalah L-100-30. Ciri khas L-100-30 yakni punya bodi lebih panjang 2,03 meter dari seri L-100-20. Dan yang saat ini dioperasikan TNI AU adalah jenis L-100-30. Salah satu yang fenomenal adalah L-100-30 dengan nomer A-1314, pesawat ini dibeli baru dan digunakan untuk sarana angkut VIP/VVIP di Skadron Udara 17. Nah, populasi L-100-30 juga terdapat di Skadron Udara 31, namun L-100-30 di Skadron ini didatangkan sebagai bagian dari program hibah.
Baca juga:Setelah 25 Tahun Stop Produksi, Lockheed Martin Tampilkan L-100 di Paris AirShow 2017
Sesuai kebijaksanaan pemerintah, pada tahun 1995 TNI AU mendapat hibah dua unit L-100-30 dari maskapai Merpati Nusantara Airlines, dan tiga unit L-100-30 dari Pelita Air service. Kelima pesawat tersebut kini menjadi etalase Skadron Udara 31, masing-masing dengan nomer A-1325, A-1326, A-1327, A-1338 dan A-1329.
Siapa di antara Anda di sini yang sering tidur ketika tengah berkendara dengan menggunakan sarana transportasi publik? Terutama bagi kaum hawa, ada baiknya Anda lebih berhati-hati ya ketika sekiranya sudah merasakan kantuk yang luar biasa sebelum naik moda transportasi berbasis massal, karena jika tidak, maka nasib Anda bisa jadi seperti seorang wanita di Singapura – ia difoto oleh seorang pria hidung belang ketika tengah tertidur!
Baca Juga: Kerap Dijadikan Objek Pelecehan Seksual, Perlukah Pihak Maskapai Tambah ‘Kurikulum’ Bela Diri Terhadap Awak Kabin?
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman mothership.sg (11/5/2019), adapun pria hidung belang ini tampak sudah cukup berumur – mungkin paruh baya, dan duduk tepat di seberang wanita tersebut. Kejadian ini terekam oleh kamera pengawas (CCTV) yang terpasang di salah satu gerbong kereta MRT Singapore (SMRT).
Tampak dengan sangat jelas, si pria paruh baya yang mengenakan kemeja motif garis warna-warni ini tampak berusaha untuk mengabadikan momen seorang penumpang wanita yang mengenakan pakaian agak seronok tengah tertidur tepat di seberangnya. Entah akan digunakan untuk apa foto tersebut, namun tindakan yang dilakukannya ini sudah bisa dikategorikan sebagai tindak pelecehan. Ya, siapa yang suka apabila Anda difoto ketika tengah tertidur oleh seseorang yang tidak dikenal?
Foto-foto si pria paruh baya yang tengah melancarkan aksi bejatnya ini lalu disebarkan di lama Facebook Helloあsia Singapore pada tanggal 9 Mei kemarin. Sudah bisa tertebak, unggahan ini dibanjiri oleh respon para netizen, mulai dari likes, komentar, hingga dibagikan. Terhitung sampai detik ini, unggahan ini menuai 225 komentar, 396 likes, dan dibagikan sebanyak lebih dari 1.100 kali. Ya, foto-foto dari pria ini diambil oleh penumpang lain yang kebetulan duduk disampingnya.
Baca Juga: Istilah ‘Chikan’ Masuk Kamus Internasional Berkat Tingginya Angka Pelecehan Seksual di Kereta Jepang
Bahkan, pada salah satu foto yang berhasil diabadikan oleh penumpang lain, tampak si pria paruh baya ini tengah memperbesar (zoom in) bagian wajah dari si wanita. Belum lagi di foto lain yang tampak bagian paha dari wanita ini terbuka. Duh, si bapak mesum juga ya ternyata!
Maskapai penerbangan asal Timur Tengah, Qatar Airways melontarkan pernyataan yang cukup mencengangkan terkait penggunaan varian pesawat di masa yang akan datang. Dikabarkan, anggota dari aliansi penerbangan Oneworld ini akan menghentikan penggunaan dari armada Airbus A320 dan A330. Bukan tanpa alasan, pihak maskapai rencananya akan mengganti dua varian armada ini dengan dalih untuk meningkatkan efisiensi pengoperasiannya.
Baca Juga: 5 Fakta Unik Tentang Qatar Airways yang Mungkin Baru Anda Tahu!
Ya, dua varian yang rencananya akan dihapus Qatar dari daftar armadanya ini memang terbilang sudah cukup tua untuk melakoni penerbangan – dimana ini akan berimplikasi langsung pada efisiensi dari berbagai aspek, tidak terkecuali ekonomi. Dengan tersebar luasnya keputusan ini, maka A320 dan A330 menjadi armada ketiga yang akan dipensiunkan oleh Qatar, menyusul A340 dan A380 yang mengusung empat mesin.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (13/5/2019), penghapusan armada A330 sendiri akan dilakukan Qatar dalam rentang waktu tiga tahun ke depan – dan dalam waktu dua tahun berikutnya, pihak maskapai mengganti armada A319 dan A320 yang tersisa dan menggantinya dengan A321neo dan A321LR.
“Rencananya, kami hanya akan mengoperasikan empat model pesawat di tahun 2024 mendatang, atau setengah lebih sedikit dari yang kami operasikan saat ini,” ujar salah satu pihak Qatar.
Hingga saat ini, Qatar sendiri memiliki tujuh unit Airbus A330-200 dan 13 unit A330, dan rencananya semua armada ini akan digantikan oleh Airbus A350-1000 dan Boeing 787 Dreamliner.
Pun dengan armada A320 yang ada di tubuh Qatar, dimana dalam jangka waktu lima tahun ke depan, pihak maksapai akan mengganti keseluruhan armada jadul ini dengan total 50 unit dari dua varian pesawat – A321neo dan A321LR. Jika merujuk pada spesifikasinya, maka armada ini akan melayani perjalanan jarak menengah dengan kapasitas angkut yang tidak terlalu banyak (di bawah 200 penumpang).
Baca Juga: Ketiban Durian Runtuh, Qatar Hibahkan Pesawat Mewah Boeing 747-8i Kepada Turki!
Lalu pertanyaan lain muncul, kemana perginya armada A320 dan A330 yang sebelumnya mengabdi kepada Qatar? Sebenarnya ada beberapa jawaban untuk menjawab pertanyaan ini, mulai dari mereka menjualnya ke sesama maskapai (terutama untuk A330 karena masih banyak maskapai yang membutuhkan dan mengoperasikan varian ini), atau pihak Qatar bisa saja mengalihkan kedua varian ini ke aircraft leasing business (bisnis penyewaan pesawat) – ya, banyak pihak yang percaya bahwa ini merupakan salah satu cara tepat untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan maskapai.
Guna menjamin keselamatan penerbangan, proving flight alias penerbangan uji coba lumrah dilakukan oleh maskapai saat akan membuka rute baru di suatu bandara, terlebih bila di bandara tujuan belum pernah ada pesawat sejenis yang mendarat dan lepas landas. Seperti proving flight yang dilakukan Airbus A320 Citilink di Bandara YIA pada 2 Mei 2019, maka pada 14 Mei lalu, Wings Air dengan pesawat ATR-72 600 dikabarkan melakukan proving flight di Bandara Muhammad Taufik Kiemas di Krui, Pekon Serai, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Baca juga:Nama Taufik Kiemas Menjadi Nama Bandara di Lampung
Dikutip dari siaran pers Lion Group, proving flight ATR-72 600 di Bandara Taufik Kiemas telah berlangsung secara tepat, baik dan berjalan lancar. Operasional tetap mengedepankan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan (safety, security, comfort first).
Proving flight bukan merupakan penerbangan komersial, dan penumpang yang di bawa adalah pihak-pihak yang terkait dalam uji coba saja, yaitu membawa empat kru; dua flight operation officer (FOO); dua perwakilan dari Direktorat Jenderal Pehubungan Udara; Kepala Bandar Udara Internasional Radin Inten II, Asep Kosasih dan perwakilan Otoritas Bandar Udara Wilayah I. Pesawat registrasi PK-WGU berangkat pukul 13.30 WIB dari Radin Inten II, Tanjung Karang, Lampung (TKG) dan tiba pada 14.15 WIB di Bandar Taufik Kiemas.
Rute kembali, Wings Air lepas landas dari Krui pada 15.15 WIB dan mendarat dengan mulus (sempurna) di Tanjung Karang pukul 16.00 WIB. Total waktu tempuh sekali jalan berkisar 45 menit.
Wings Air menginformasikan tujuan proving flight adalah dalam rangka menjajaki potensi pasar internal Lampung terutama permintaan layanan penerbangan berjadwal sehingga berdampak positif sejalan tren perjalanan udara di era kekinian (millennials traveling) serta upaya menguji kemampuan (kapabilitas) pengoperasian pesawat ATR di bandar udara baru.
Bandara Taufik Kiemas dengan panjang landas pacu (runway) 1.300 meter dianggap ideal untuk didarati ATR-72 600. Dengan kelak dibukanya rute Wings Air ke Bandara Taufik Kiemes diharapkan mampu mendorong pengembangan area Liwa-Krui sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di koridor barat Pulau Sumatera.
Krui dikenal salah satu lokasi paling hits di kalangan peselancar. Kawasan ini pernah menjadi tuan rumah bagi kompetisi kejuaraan selancar internasional. Tak heran bila semakin popular dan menonjolkan destinasi andalan berbasis kelestarian alam dan bahari berwilayah pesisir.
Baca juga: Lion Air Group (Wings Air) Bersiap Terima ATR-72 600 Ke-80
Apabila di waktu mendatang Wings Air melayani rute berjadwal di Krui, maka akan menghadirkan alternatif terbaru bagi travelers untuk melakukan perjalanan lebih efektif guna menghubungkan setiap daerah dalam mempercepat serta mempermudah mobilitas di intra-Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) maupun dari dan ke Lampung.
Pelecehan seksual di moda transportasi kembali terjadi, kini yang menjadi korbannya adalah seorang awak kabin wanita (pramugari) dari maskapai berbiaya murah asal Inggris, Easyjet. Kejadian yang terjadi pada Jumat (10/5/2019) ini memaksa pesawat yang akan bertolak dari Bristol, Inggris menuju ke Belfast, Irlandia Utara mengalami keterlambatan beberapa jam lamanya. Si pembuat onar dalam kejadian ini pun langsung digelandang oleh pihak yang berwajib guna dimintai keterangan dan diamankan.
Baca Juga: Pelecehan Seksual, Pramugari Dipaksa ‘Nyebokin’ Penumpang
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman foxnews.com (13/5/2019), seorang penumpang yang berada pada penerbangan yang sama mengatakan bahwa ada salah satu penumpang dari sekelompok pria yang diindikasikan telah menenggak minuman keras sebelum boarding – ya, itu seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan di luar sana, berupaya untuk menggoda seorang awak kabin pada penerbangan siang hari tersebut.
Sebelumnya, sekelompok pria ini nampak membuat kegaduhan yang cukup keras sampai-sampai sang pilot penerbangan keluar dari ruang kokpit untuk mengecek dari mana sumber suara itu berasal. Setelah proses boarding selesai, awak kabin lalu memperagakan safety demonstration dan hingga saat itu, kondisinya masih cukup kondusif.
Namun tak berselang lama setelah peragaan instruksi keselamatan itu selesai, sekelompok pria ini lalu membuat kegaduhan lagi dan salah satu dari mereka beranjak dari tempat duduk dan tampak mendekati seorang awak kabin.
“Seorang penumpang beranjak dari tempat duduknya, padahal lampu tanda kenakan sabuk pengaman masih menyala, tapi ia malah berjalan menyisir lorong dan menghampiri dua orang awak kabin sekaligus,” ujar seorang penumpang bernama Rachel Davies.
“Kebetulan saya tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, namun salah satu dari awak kabin tersebut mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh pria tersebut tergolong ke dalam tindakan pelecehan seksual,” tandasnya.
Tidak diketahui secara persis apa yang sudah dikatakan oleh pria ini kepada pramugari tersebut, namun tak lama berselang setelah kejadian ini, pramugari yang menjadi sasaran dari sang pria lalu menangis sejadi-jadinya. Tidak hanya menangis, namun awak kabin ini juga mengatakan bahwa dirinya merasa tidak aman berada di dalam penerbangan itu.
Baca Juga: Pasca Pelecehan Pada Awak Kabin, EVA Air Siap ‘Banned’ Penumpang yang Berperilaku Tak Pantas
Melihat kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya sang pilot memutuskan untuk kembali lagi ke terminal dan memanggil petugas kepolisian guna mengamankan pria anonim tersebut.
Walhasil, insiden ini berbuntut pada keterlambatan pemberangkatan yang seharusnya berangkat pada 13.10 waktu setempat, menjadi pukul 15.15 waktu setempat.
Apakah Anda termasuk salah seorang yang tidak bisa lepas dari mendengarkan musik? Ya, mungkin AirPods akan menjadi salah satu solusi yang bakal Anda cari untuk menyiasati ‘kecanduan’ Anda terhadap alunan nada. Tapi apa jadinya jika AirPods yang notabene hanya menutupi lubang telinga Anda ini tidak sengaja jatuh dan hilang begitu saja? Tentu ini akan menjadi salah satu penyesalan terbesar di hidup Anda, ya?
Baca Juga: Smartsealz, Headset Berteknologi Augmented Reality, Sanggup Bantu Tugas Pilot!
Nah, ada banyak kasus AirPods yang jatuh begitu saja tanpa disadari oleh pemiliknya, dan salah satu wilayah yang kerap kehilangan AirPods adalah di San Francisco Bay Area, sebelah utara California. Padahal, papan peringatan untuk tidak memakai AirPods sudah banyak dipasang guna mencegah si empunya kehilangan barang yang cukup berharga ini – terutama di dekat kereta atau di sekitaran area kereta bawah tanah.
Tapi tetap saja, hasrat untuk memudahkan Anda untuk berbicara via telepon atau hanya sekedar mendengarkan musik terkadang membuat Anda mengindahkan peraturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Benar saja, dalam catatan Bay Area Rapid Transit – perusahaan yang mengoperasikan kereta komuter di San Francisco menemukan ada 52 laporan dari pengunjung yang menyebutkan bahwa mereka kehilangan AirPods-nya di sepanjang tahun 2019. Angka ini bisa dibilang cukup fantastis, mengingat total jumlah laporan yang masuk di tahun 2018 hanya 80 saja.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman cultofmac.com (10/5/2019), saking seringnya pengunjung kehilangan atau AirPodnya jatuh ke lintasan kereta, operator sampai-sampai membekali petugas dengan alat khusus untukmengambil AirPods yang jatuh ke lintasan – mungkin pada dasarnya hampir mirip dengan tongkat pengambil barang jatuh yang kerap Anda temui di stasiun-stasiun Commuter Line Jabodetabek.
Baca Juga: Bingung Pilih Earphone atau Headphone? Pilih Earbud UE Dong!
Satu hal yang patut Anda sadari betul adalah, tidak setiap AirPods itu cocok dengan kontur telinga setiap orang. Ya, selayaknya sidikjari yang sangat unik, kontur telinga manusia pun sejatinya tidak selalu sama dan memiliki lekukannya masing-masing. Jadi, ada baiknya Anda tidak menggunakan AirPods selama berkendara dengan menggunakan sarana transportasi publik, karena risiko AirPods Anda hilang cukup besar. Sayang, bukan?