Norwegian Airlines Bebaskan Awak Kabin untuk Berdandan Seadanya

Jika selama ini Anda kerap melihat awak kabin maskapai berbalut polesan make-up yang cukup tebal, dan sepatu hak tinggi, maka lain halnya dengan awak kabin dari Norwegian Airlines. Ya, maskapai terbesar di Norwegia ini ternyata tidak terlalu menuntut para awak kabinnya untuk menggunakan sepatu hak tinggi ketika tengah bertugas. Baca Juga: Inilah 14 Tugas Awak Kabin Pesawat Yang Jarang Diketahui Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (4/5/2019), kebebasan yang coba diterapkan oleh Norwegian Airlines terhadap awak kabinnya ini merupakan salah satu wujud untuk menghargai usaha yang telah mereka lakukan dan ternyata merujuk kepada pernyataan salah satu dokter yang menyebutkan bahwa penggunaan sepatu hak pendek dinilai lebih sehat ketimbang sepatu hak tinggi. Bagi awak kabin perempuan (pramugari), mereka diperkenankan untuk menggunakan make-up seadanya saja – riasan mata, foundation tipis, dan pelembab kulit. Sementara awak kabin yang berjenis kelamin pria (pramugara) tidak diperkenankan untuk menggunakan make-up dalam bentuk apapun. Sudah barang tentu, para awak kabin ini akan berdandan semaksimal mungkin, dengan perlengkapan seadanya. Bukankah mereka juga akan tetap ingin terlihat sempurna di depan ratusan penumpang kendati hanya menggunakan make-up tipis saja? “Kami selalu memperbolehkan awak kabin kami untuk mengenakan flat shoes ketika tengah bekerja – setidaknya dua centimeter yang ditujukan untuk keselamatan dan kenyamanan mereka selama bertugas,” ujar Director of Communication Norwegian Airlines, Anders Lindström. “Tidak hanya sebatas membebaskan awak kabin kami untuk berdandan seadanya, tapi kami juga terus berusaha untuk berkomunikasi dengan mereka perihal seragam yang mereka kenakan, apakah sudah cocok dengan pedoman atau belum,” lanjutnya. Baca Juga: Adakah Yang Berbeda Antara Pramugari dan Awak Kabin? Memang, kedengarannya ini seperti tidak ada aturan baku mengenai cara berdandan bagi awak kabin Norwegian Airlines, namun ternyata ini berdampak pada kepercayaan diri mereka untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan. “Tidak hanya pedoman baru ini menawarkan tingkat kenyamanan yang bertambah, mereka juga memberi tim kami lebih banyak pilihan tentang bagaimana mereka ingin mengekspresikan diri di tempat kerja,” lanjut Anders.    

Animo Pengguna MRT Jakarta Tinggi, TransJakarta Koridor 1 Tidak Mengalami Penurunan Penumpang

Sudah satu bulan berlalu sejak MRT Jakarta beroperasi secara komersial pada 1 April 2019. Dengan rata-rata penumpang 80.550 per hari, animo pengguna MRT Jakarta dapat disebut cukup sukses, bahkan pada akhir pekan pernah menyentuh angka 116.748 penumpang dalam satu hari. Lantas yang menjadi pertanyaan, dengan tingginya antusiasme warga untuk menggunakan MRT Jakarta, apakah berdampak pada penurunan penumpang bus (BRT) TransJakarta, terutama di koridor 1 yang melayani rute Blok M – Stasiun Kota. Baca juga: BYD K9 – Inilah Bus Listrik untuk Koridor 13 TransJakarta Pertanyaan di atas tentu wajar, mengingat ada irisan jalur antara MRT Jakarta dan TransJakarta koridor 1, yaitu di sepanjang kawasan Thamrin hingga Sudirman. Menjawab pertanyaan di atas, Agung Wicaksono selaku Direktur Utama PT TransJakarta dalam acara Forum Jurnalis 29 April lalu menyebutkan, bahwa tingginya pengguna MRT Jakarta nyatanya tidak membuat pelanggan TransJakarta koridor 1 mengalami penurunan. Agung justru menyebut sebaliknya, bahwa pelanggan TransJakarta koridor 1 malahan bertambah. “Seperti pada 29 Maret pengguna TransJakarta koridor 1 mencapai 90.003 dan pada 2 April sampai 89.039 penumpang,” ujar Agung. Ia menambahkan bila dihitung mulai 13 Maret (saat uji coba gratis MRT) hingga 25 April 2019, maka rata-rata penumpang di koridor 1 mencapai 78.010. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasional TransJakarta Daud Joseph mengatakan, dengan rampungnya pengerjaan proyek MRT Jakarta, laju akses bus di koridor 1 dapat lebih baik. “Bila dahulu semasa pembangunan proyek MRT, bus tidak dapat melaju kencang, maka kini sebaliknya dan on time perfomance semakin baik, setiap dua menit armada kami selalu hadir di setiap halte,” ujar Daud. Baca juga:15 Tahun Beroperasi, TransJakarta Targetkan 236 Rute di Akhir Tahun 2019 Rencananya dalam waktu dekat, koridor 1 TransJakarta akan diujicobakan untuk operasional bus listrik. Selain koridor 1, bus listrik akan dijajal untuk koridor 6 yang melayani Ragunan – Dukuh Atas.

Disambut Water Salute, Citilink QG-132 Lakukan Penerbangan Komersial Perdana ke YIA

Maskapai berbiaya hemat (LCC) Citilink Indonesia melakukan penerbangan komersial perdana ke Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (6/5/2019). Penerbangan QG-132 menggunakan armada Airbus A320 (PK-GQR) dengan 96 penumpang ini berangkat dari Bandara Halim Perdanakusumah (HLP) pada pukul 11.30 WIB dan tiba di YIA pukul 12.15 WIB. Baca juga: Semburan “Water Salute,” Penanda Tibanya Penerbangan Perdana Setiba di YIA, pesawat disambut water salute oleh 2 armada Satuam Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK). Kemudian saat masuk terminal kedatangan, penumpang disambut tarian khas Kulon Progo yaitu “Tari Angguk Sigrak” yang dipersembahkan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. “Penerbangan komersial perdana Citilink ini merupakan momen bersejarah bagi Angkasa Pura I dan Citilink sebagai maskapai penerbangan Indonesia pertama yang beroperasi di Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi dalam keterangan tertulis. “Diharapkan dengan dibukanya penerbangan Citilink Indonesia dari dan menuju YIA ini bisa menjadi rute alternatif bagi masyarakat yang ingin bepergian ke Yogyakarta,” imbuh VP Corporate Secretary & CSR Citilink Indonesia Resty Kusandarina. Penerbangan rute HLP-YIA ini menggantikan salah satu jadwal penerbangan Citilink Indonesia rute Bandara Internasional Halim Perdanakusuma (HLP) menuju Bandara Internasional Adisutjipto (JOG). Penerbangan rute HLP-YIA beroperasi setiap hari menggunakan pesawat Airbus A320 dengan kapasitas angkut sebanyak 180 penumpang. Penerbangan ini dijadwalkan berangkat setiap hari dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma (HLP) pukul 11.30 WIB dan tiba di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) pukul 12.40 WIB dengan nomor penerbangan QG 132. Sedangkan penerbangan sebaliknya akan berangkat dari YIA pukul 13.10 WIB dan tiba di HLP pukul 14.15 WIB dengan nomor penerbangan QG 133. Sebelumnya, Citilink telah melakukan proving flight (penerbangan uji coba) ke Bandara Internasional Yogyakarta pada Kamis (2/5/2019). Resty menambahkan bahwa pembukaan rute baru ini merupakan bentuk komitmen Citilink Indonesia untuk memperluas jaringan penerbangan di Indonesia dan sebagai upaya untuk turut serta mendukung program pemerintah dalam memperluas akses konektivitas antar kota di Indonesia. Baca juga: Di Tengah Hembusan Angin Laut Selatan, Proving Flight Berlangsung Sukses di Bandara Internasional Yogyakarta “Angkasa Pura I berharap dengan dibukanya Bandara Internasional Yogyakarta ini dapat meningkatkan konektivitas ke Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang pada akhirnya dapat mengembangkan perekonomian Jawa bagian selatan dan sekitarnya. Kami mempersembahkan bandara ini bagi masyarakat untuk mendapatkan kenyamanan dalam melakukan perjalanan udara dari dan menuju Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan,” tambah Faik Fahmi.

BAe-146 200 “Republik Indonesia” – Pesawat Jet Empat Mesin Pertama yang Mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta

Pada 4 Mei lalu, atau H-2 sebelum pengoperasian secara komersial Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) pada 6 April 2019, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla melakukan kunujungan kerja untuk melihat langsung kesiapan bandara yang berlokasi di kawasan Kulon Progo. Bersama rombongan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Wapres menggunakan pesawat Kepresidenan BAe-146/RJ85, yang sekaligus menandakan untuk pertama kalinya pesawat jet bermesin empat (four engine) mendarat di bandara yang punya runway sepanjang 3.250 meter. Baca juga: Di Tengah Hembusan Angin Laut Selatan, Proving Flight Berlangsung Sukses di Bandara Internasional Yogyakarta Lepas dari kunjungan Wapres Jusuf Kalla, sosok pesawat BAe-146, persisnya dari seri BAe-146 200 menarik untuk dicermati. Walau menyandang predikat pesawat Kepresidenan dengan livery bertuliskan “Republik Indonesia,” namun pesawat ini masih menggunakan kode pesawat sipil, yaitu PK-PJJ, lantaran secara kepemilikan pesawat ini adalah milik maskapai Pelita Air Service (PAS). BAe-146 yang ditumpangi Wapres Jusuf Kalla jelas bukan pesawat baru, di zaman Presiden Soeharto berkuasa, pesawat narrow body ini kerap digunakan untuk menyambagi wilayah pelosok yang hanya memiliki basis landasan udara sederhana. Berdasarkan catatan dari planespotters.net, disebutkan BAe-146 200 PK-PJJ dengan nama “Wamena” dibuat oleh British Aerospace (Inggris) dan terbang perdana pada 28 Agustus 1993. Setelah melewat tahap uji terbang dan pemasangan interior kabin VVIP (Very Very Important Person), pesawat ini kemudian resmi diserahkan ke PAS pada 20 Desember 1993. Mengutup dari Indomiliter.com, untuk kebutuhan VVIP, BAe-146 200 PAS dilakukan konfigurasi pada sisi interior, dari yang tadinya dapat membawa 109 penumpang, versi BAe-146 200 Soeharto disulap untuk maksimal membawa 30 penumpang saja. Sejak pesawat Kepresidenan ditangani sepenuhnya oleh PAS, maka para awaknya juga adalah orang-orang sipil. Hanya saja setiap kali Presiden pergi selalu ada awak cadangan yang ikut dan seorang perwira penerbang senior TNI AU yang bertindak sebagai liason officer duduk di kokpit. Saat ini operasional pesawat ditangani oleh Sekretariat Negara dan home base berada di Lanud Halim Perdanakusuma.
Foto: Istimewa
Tentu menjadi pertanyaan menarik, mengapa level pesawat Kepresidenan tertarik dengan BAe-146? Ternyata dari sisi performa, pesawat ini sanggup mendarat dan lepas landas dari lapangan terbang yang sederhana, dan tak perlu landasan yang terlalu panjang, pasalnya dengan sokongan empat mesin, dorongan tenaga yang dihasilkan lumayan besar. Sementara dari aspek keamanan, bekal empat unit mesin tentu memberi level safety lebih baik, tatkala ada satu atau dua mesin yang gagal berfungsi. Dengan mesin 4x Honeywell ALF 502R-5, pesawat ini dapat terbang dengan kecepatan maksimum 890 km per jam dan kecepatan jelajah 750 km per jam. Berbekal kapasitas bahan bakar penuh (11.728 liter avtur), pesawat ini dapat terbang sampai 2.365 km. Kapasitas payload yang dapat dibawa mencapai 8.075 kg. Sebagai informasi bobot maksimum saat lepas landas adalah 42.184 kg. Keunggulan BAe-146 diantaranya telah dilengkapi EFIS (Electronic Flight Instument System) yang modern. Adopsi empat mesin ini kabarnya dibuat untuk mengurangi kebisingan, pasalnya jenis mesin yang digunakan berukuran kecil dan di saat yang bersamaan mempunyai tenaga cukup besar untuk lepas landas di landasan pendek, kemampuan ini disebut STOL (Short Take Off and Landing). Pihak pabrikan menggunakan lapisan peredam suara tambahan yang dipasang ke dalam mesin. Baca juga: Jejak Boeing 707 di Indonesia – Pernah Dioperasikan 4 Maskapai Hingga Jadi Pesawat Kepresidenan Untuk kepentingan navigasi ada bekal EGPWS (Enhanced Ground Proximity Warning System). EGPWS adalah alat hasil pengembangan yang lebih canggih dari GPWS, yakni alat untuk memberikan peringatan pada penerbang jika pesawat mendekati/akan menabrak daratan/terrain.

Sukhoi SJ100 Aeroflot Jatuh di Moskow, Akankah Pengaruhi Rencana Akuisisi Merpati Airlines?

Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang berlapiskan livery dari flag carrier sekaligus maskapai terbesar di Rusia, Aeroflot dikabarkan terbakar di bandara Sheremetyevo, Moskow setelah melakukan pendaratan darurat pada Minggu (5/5/2019) kemarin. Setidaknya, ada 41 korban meninggal dari total 78 penumpang yang turut dalam penerbangan nahas ini. Tidak hanya melakukan pendaratan darurat biasa, namun maskapai ini terpaksa melakukan Return to Base dalam kondisi badan pesawat terbakar. Baca Juga: Aeroflot – Ternyata Jadi Maskapai dengan Jumlah Armada Terbesar di Dunia Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, pesawat dengan nomor penerbangan SU1492 mengudara dari Sheremetyevo sekira pukul 18.03 waktu setempat. Namun tak lama berselang – sekitar delapan menit mengudara, pilot pesawat tersebut melaporkan adanya kegagalan salah satu sistem (radio failure). Kondisi semakin parah ketika pada pukul 18.25 waktu setempat, sang pilot menyatakan kondisi darurat dan meminta akses untuk melakukan Return to Base. Dalam sebuah video yang berhasil diabadikan oleh kamera amatir, tampak separuh badan pesawat sudah dilahap oleh si jago merah yang diikuti oleh kepulan asap hitam pekat. Ya, pesawat ini sudah terbakar bahkan ketika belum melakukan touchdown. Proses Return to Base ini pun tidak berjalan mulus, karena pesawat sempat tergelincir terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa berhenti dengan sempurna. https://www.youtube.com/watch?v=hdllJgTdHiA Menurut pengakuan dari salah seorang penumpang yang selamat dalam kejadian ini, ia mengatakan bahwa asal usul api pada penerbangan tersebut berasal dari sambaran petir. “Kami lepas landas dan kemudia kilat menghantam pesawat,” tutur Pyotr Egorov, dikutip dari laman Reuters. Merpati Airlines, Superjet 100, dan Kenangan Buruk Khusus di Indonesia, kabar nahas dari dunia dirgantara internasional ini tentu membuat sebagian kalangan menjadi was-was. Ya, sebagaimana yang sudah diberitakan sebelumnya, maskapai yang hendak melakukan come back di sektor kedirgantaraan nasional, Merpati Airlines digaungkan bakal menggunakan pesawat dari Sukhoi Superjet 100 setelah mendapatkan suntikan dana dari Kim Johanes Mulia – owner dari Kartika Airlines. Tidak menutup kemungkinan kecelakaan di Moskow ini akan menjadi bahan pertimbangan perusahaan sebelum akhirnya ‘mengeksekusi’ tanda tangan kontrak yang sudah dilakukan oleh Kim Johanes Mulia soal pembelian 30 unit pesawat Sukhoi Superjet 100. Baca Juga: Antara Merpati Air, Kim Johanes Mulia dan Sukhoi SJ100 Belum lagi nama Merpati Airlines sendiri yang tidak bisa begitu saja dilepaskan dari berbagai kecelakaan dan insiden – salah satunya yang paling lekang di ingatan adalah jatuhnya pesawat Xian MA60 yang diopeasikan oleh Merpati Airlines pada 7 Mei 2011 lalu di laut dekat Bandar Udara Utarom, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Hingga hari ini, kecelakaan yang menewaskan keseluruhan penumpang dan awak penerbang (total 25 orang) tersebut diyakini dilatarbelakangi oleh tiga faktor: kegagalan dalam penggunakan checklist, kesalahan pada pilot, dan pilot yang dinilai kurang berpengalaman.
Lokasi dimana pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak Gunung Salak. Sumber: BeritaSatu.com
Tidak hanya di Moskow saja, ternyata nama Sukhoi Superjet 100 ini sudah terlebih dahulu menanamkan kenangan buruk di benak masyarakat Indonesia, pasalnya pada 9 Mei 2012 varian pesawat yang tengah melakukan demo terbang (joy flight) ini dikabarkan hilang di sekitaran Gunung Salak, Bogor. Keesokan harinya, puing-puing pesawat ini tampak di salah satu tebing Gunung Salak dengan korban meninggal 45 orang – keseluruhan penumpang dan awak penerbang.  

Pantau Pergerakan Penumpang KRL Jabodetabek, PT KCI Andalkan E-Ticketing Monitoring Center

Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta mengandalakan otomatisasi dalam pengoperasiannya, seperti untuk menjalankan kereta dengan tujuan agar dapat dicapai level on time performance yang tinggi. Pengoperasian MRT Jakarta ditangani dari Operational Command Center (OCC) yang berlokasi di Depo Lebak Bulus. Lantas bagaimana dengan KRL Jabodetabekl yang sudah mengular puluhan tahun? PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) juga sudah menggunakan teknologi sejak 30 September 2013 lalu. Baca juga: Jelang Operasional Headway 5 Menit, Masinis MRT Jakarta Tuntaskan Trial Run Berbeda dengan MRT Jakarta, laju pergerakan kereta dilakukan secara manual oleh masinis, meski pergerakan KRL dapat dipantau secara terpadu. Nah, salah satu keunikan dari KRL Jabodetabek adalah tersedianya fasilitas E-Ticketing Monitoring Center (EMC) yang berlokasi di Stasiun Juanda. EMS dioperasikan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sejak 30 September 2013 dan dibangun dengan dukungan dari PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Sistem EMC dirancang untuk memantau operasional eticketing di 389 gerbang elektronik di 67 stasiun Jabodetabek. Mengutip dari buku The Untold Story of E-Ticketing – Kisah di Balik Modernisasi KRL Jabodetabek,  bila ada gangguan pada sistem tiket elektronik langsung terpantau di EMC. Menurut Direktur PT KAI pada kala itu yakni Ignasius Jonan, inisiatif membangun EMC sebenarnya datang dari PT Telkom untuk peningkatan pelayanan eticketing KCI. Direktur Enterprise Business PT Telkom Muhammad Awaluddin menjelaskan, EMC mempermudah pengawasan penjualan tiket. Sehingga bila ada masalah akan langsung termonitor di layar komputer untuk diteruskan ke pihak yang bertanggung jawab untuk mengatasinya. EMC juga dapat mengatur pergerakan penumpang dengan hanya memencet tombol. Sehingga bila ada pergerakan masif penumpang untuk keluar dari stasiun, maka semua gerbang elektronik seketika langsung dapat difungsikan hanya untuk akses keluar. Bahkan saat adanya pemadaman listrik pun EMC bisa mendeteksi dan mencarikan solusi yang lebih cepat dari pengamatan serta laporan secara manual di lapangan. EMC yang berada di salah satu ruangan di Stasiun Juanda ini berisikan layar-layar berukuran besar dan komputer disusun menghadap ke layar tersebut. Pada layar monitor akan terlihat kotak-kotak hijau kecil yang merefleksikan titik-titik point of sales (POS) atau loket-loket penjualan tiket KRL. Bila ada masalah pada POS atau gate maka akan tergambar jelas dengan kotak tersebut berubah menjadi warna merah dan petugas EMC langsung mencarikan solusi termasuk menghubungi petugas di lapangan. Kehadiran EMC sendiri untuk operasional eticketing ini membuat KCI bisa disejajarkan dengan komuter di kota-kota dunia lainnya. Sehingga PT KCI terbukti bukan perusahaan transportasi abal-abal. Baca juga: Kontrak Sejak 2018, PT KCI Kembali Datangkan 192 Kereta Bekas dari Jepang Diruang lainnya, yakni disebelah EMC bisa memonitor langsung petugas loket. Selain itu juga ada ruangan yang memonitor pergerakan penumpang naik turun kereta komuter di berbagai stasiun KCI yang telah terpasang CCTV. Kehadiran CCTV juga memudahkan pengaturan pergerakan penumpang kereta terutama bila terjadi kondisi luar biasa.

Airbus A330-900NEO Lion Air Kini Masuki Tahapan Pengecatan di Toulouse

Lion Air menyampaikan bahwa tak lama lagi pihaknya akan menerima kedatangan pesawat wide body modern Airbus A330-900NEO dengan nomer registrasi PK-LEI. Saat ini pesawat yang dimasud sedang dalam pengecatan (painting) dan proses pengerjaan akhir lainnya di pabrikan Airbus yang berlokasi di Toulouse, Perancis. Baca juga: Untuk Direct Flight Umrah, Mei 2019 Airbus A330-900NEO Lion Air Tiba di Indonesia Lion Air pada tahun 2018 telah memesan sepuluh (10) unit Airbus 330-900NEO dan mempunyai opsi memperoleh empat pesawat sejenis. Seluruh pesawat yang dipesan oleh Lion Air merupakan jenis armada berkapasitas lebih besar dan akan melengkapi kekuatan tiga wide body Lion Air Airbus 330-300 sekarang. “Kesepuluh pesawat direncanakan untuk pengiriman bertahap ke Lion Air Group pada 2019 dan 2020. Pada tahun ini, Lion Air akan menerima dua pesawat,” ujar Danang Mandala Prihantoro, Corporate Communications Strategic of Lion Air dalam pernyataan tertulisnya (5/5/2019) Lion Air mengharapkan pengiriman pesawat tersebut dapat berjalan lancar dan akan tiba sesuai waktu yang ditentukan. Kedatangan A330-900NEO di Indonesia dijadwalkan dalam waktu dekat, sehingga akan menempatkan Lion Air sebagai bagian jajaran maskapai pertama yang menggunakan armada ini. Dalam menyambut A330-900NEO, Lion Air sudah mempersiapkan secara optimal sejalan rencana pengoperasian antara lain sumber daya manusia (pilot, awak kabin, teknisi), layanan di darat (ground handling), pusat pelatihan dan hal-hal lain yang terkait.
 
View this post on Instagram
 

A post shared by KabarPenumpang.com (@kabar.penumpang) on

Momentum terbaik mengoperasikan pesawat baru telah menegaskan bahwa Lion Air mengutamakan program “revitalisasi atau peremajaan armada” dengan tetap mengedepankan faktor keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan (safety first). Langkah strategis ini sekaligus menjawab dinamika pasar, permintaan tren millennials traveling serta senantiasa menawarkan pengalaman mengesankan di setiap perjalanan udara supaya lebih maksimal. Lion Air akan memperkuat pengembangan bisnis penerbangan berkonsep low cost carrier (LCC), termasuk menambah layanan penerbangan jarak jauh (long haul). A330-900NEO dinilai tepat menjadi bagian pendukung model bisnis LCC dan mencerminkan keseriusan dalam memperluas jaringan secara efisien dengan tata letak kursi lorong ganda (double aisle) hingga 440 kursi penumpang. Lion Air optimis dapat melayani berbagai sektor pasar perjalanan yang membutuhkan waktu tempuh hingga lebih dari 15 jam. Pengoperasian A330-900NEO di waktu mendatang akan memberikan nilai tambah kepada travelers, antara lain penerbangan ibadah (umrah) non-stop dari Makassar ke Madinah dan Jedddah, Balikpapan ke Jeddah, Surabaya ke Madinah, Solo tujuan Jeddah. Selain itu, Lion Air juga mempersiapkan ekspansi pasar wisata ke Asia Timur dan Asia Selatan ke beberapa kota di India. Lion Air sudah mempertimbangkan bahwa setiap sisi A330-900NEO memiliki kinerja operasional, teknologi modern, tingkat keandalan hingga dilengkapi fitur-fitur yang menawarkan kelebihan bagi wisatawan dan pebisnis (travelers) selama berada di dalam kabin.
 
View this post on Instagram
 

A post shared by KabarPenumpang.com (@kabar.penumpang) on

A330-900NEO menghadirkan tingkat kenyamanan travelers dengan kabin paling senyap di kelasnya, menambah fitur utama dari kabin airspace, desain baru kompartemen bagasi kabin (overhead bin) yang memungkinkan lebih mudah mengatur dan menyimpan banyak barang bawaan di kabin. Baca juga: Terbang 4 Jam 45 Menit Hanya dengan Satu Mesin, Airbus A330-900 Raih Sertifikasi ETOPS Bagi maskapai, akan memperoleh keuntungan 25 persen lebih efisien dalam rasio penggunaan bahan bakar perkursi, menurunkan biaya operasi yang memanfaatkan teknologi generasi baru A350 XWB seperti lekukan ujung sayap (sharklets) rentang hingga 64 meter, penyempurnaan aerodinamis, mesin generasi terbaru, common type rating (lisensi pilot yang sama) dan sistem baru – teknologi kokpit WI-FI Tablet EFB – layar head-up ganda dalam pencegahan runway overrun.

Di Tengah Hembusan Angin Laut Selatan, Proving Flight Berlangsung Sukses di Bandara Internasional Yogyakarta

Meski urung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 29 April lalu, namun Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) akan memulai operasionalnya pada 6 Mei mendatang, persisnya Citilink akan memulai penerbangan perdana dengan membawa penumpang ke bandara yang berlokasi di wilayah Kulon Progo tersebut. Sebelum meyakinkan penerbangan komersial, serangkaian uji coba pendaratan dan lepas landas telah dilakukan, termasuk penerbangan perdana untuk kalibarasi landasan dengan pesawat Beechcraft 200 pada 20 April kemarin. Baca Juga: NYIA Kulon Progo Beroperasi Pertengahan 2019, Inilah Kesiapan Kereta Bandaranya Rangkaian uji coba pada landasan baru disebut sebagai proving flight, dan untuk Bandara Internasional Yogyakarta uniknya ada beberapa kali pembatalan uji setelah pendaratan Beechcraft. Pembatalan proving flight di bandara berkode ICAO – WAHI ini ini tidak hanya berlangsung satu kali. Pada tanggal 26 April kemarin, flag carrier Garuda Indonesia direncanakan untuk melakukan proving flight, namun gagal. Lalu keesokan harinya, anak perusahaan dari Garuda Indonesia, Citilink juga terpaksa diurungkan. Belum lagi pesawat Boeing 737-400 milik TNI-AU yang dijadwalkan melakukan proving flight dari Bandara Kulon Progo yang juga batal. Alih-alih dikarenakan masalah kelaikan landas pacu atau masalah teknis lainnya, ternyata salah satu sumber internal dari Angkasa Pura II mengatakan bahwa pembatalan sejumlah proving flight di atas merupakan dampak dari batalnya Presiden Joko Widodo yang hendak menjajal bandara baru ini. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dikabarkan akan bertolak menuju Bandara Internasional Yogyakarta pada tanggal 29 April. Namun jadwal tersebut terpaksa diurungkan keesokan harinya setelah mendapat kabar dari pihak Kepresidenan.
Pada akhirnya Kamis, 2 Mei 2019 kemarin, Citilink Indonesia dengan nomor penerbangan QG-3361 berhasil mendaratkan Airbus A320 milik mereka di landas pacu Bandara Internasional Yogyakarta sekira pukul 12.10 WIB setelah melakukan perjalanan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Menurut Kapten Agus Setiono yang menjadi penanggung jawab penerbangan Citilink tersebut, Bandara Kulon Progo sudah memenuhi syarat, walaupun terpaan angin dari arah laut masih cukup terasa. “Kondisi landasan bagus, permukaannya standar internasional. Semuanya kita coba, pendaratan mulus, dibandingkan Adisutjipto landasan YIA lebih panjang, tadi separuh runway sudah berhenti,” ujar Kapten Agus. “Angin dari arah laut selatan terasa, tapi tidak besar, tidak masalah,” sambungnya. Lokasi runway Bandara YIA memang tak jauh dari bibir pantai laut selatan. Baca Juga: Bandara Internasional Yogyakarta Mulai Beroperasi, Citilink Jadi Maskapai Pertama? Nah, berbicara soal proving flight yang sedari tadi dibicarakan, sebenarnya merupakan proses uji operasional guna memastikan kesiapan maskapai untuk mengoperasikan sebuah rute penerbangan baru – dalam hal ini, berkaitan dengan pengoperasian bandara baru. Uji operasional ini juga mencakup proses kalibrasi yang nantinya akan menunjang proses pengoperasian. Proving flight yang dilakukan oleh Citilink pada tanggal 2 Mei kemarin tidak hanya menjadi sebuah pencapaian besar dari segi kelaikan landas pacu dan sejumlah infrastruktur lainnya saja, melainkan satu hal yang tidak kalah prestisius dari penerbangan ini adalah Citilink dengan Airbus A320-nya ini menjadi pesawat jet pertama yang landing dan take off dari bandara yang punya runway sepanjang 3.250 meter ini.

Setelah Bus Scania, Mural Rangkaian Kereta Api India Sukses Sedot Perhatian Warga

Masih ingatkah Anda dengan mural sebuah bus Scania yang menghiasi salah satu sudut Government Model Boys’ Higher Secondary School di Attingal, Kerala? Ya, karya artistik ini memang bisa saja menipu sejumlah pasang mata yang sekilas melihatnya. Namun, tipuan mata seperti ini tidak hanya dapat Anda temui di Attingal saja. Pasalnya, di salah satu distrik Kerala lainnya, Mele Palangad juga terdapat sebuah mural yang siap menipu visual Anda. Baca Juga: Jangan Salah Naik, Bus Scania ini Hanyalah Sebuah Mural! Mengutip dari laman mathrubhumi.com (6/4/2019), sebuah rangkaian kereta api yang membentang sepanjang tembok dari salah satu rumah warga di sana berhasil membetot perhatian. Adalah Muhammad, seorang warga Mele Palangad yang ‘mengabdi’ kepada perusahaan kereta api di India melukis tembok rumahnya dengan desain kereta api. Ya, Muhammad bisa melihat kereta api tanpa harus pergi ke stasiun.
Sumber: mathrubhumi.com
Alih-alih hanya berupa gambar kereta saja, Muhammad juga mendesain tembok di rumahnya tersebut sehingga mirip dengan body kereta – lengkap dengan lokomotifnya. Desain tembok unik ini merupakan hasil kerja samanya dengan seorang seniman lokal yang bernama Shaji Arambram. Alhasil, bentuk kerja sama antara pegawai kereta api ini dengan sang seniman berbuah karya seni yang memiliki nilai estetik. Tidak hanya membentuk body keretanya saja, Shanji juga menambahkan sejumlah detail penting yang semakin menambah kemiripan tembok rumah Muhammad ini dengan sebuah rangkaian kereta – seperti detail pada bagian mesin dan kaca gerbong penumpang. Setelah mendapatkan bentuk kereta api yang diinginkan, Muhammad beserta Shanji sang seniman lalu mengecat keseluruhan pagar tersebut dengan rincian warna yang sama persis dengan salah satu kereta yang beroperasi di India. Baca Juga: Seni Graffiti di Inggris, Kebanggaan Kaum Bronx yang Sisakan Kesan Kotor dan Tidak Terjaga Ketika proses duplikasi kereta ini rampung, perhatian sejumlah orangpun langsung tertuju pada kereta palsu yang parkir di depan rumah Muhammad. Layaknya di Indonesia, mereka pun tidak lantas melewatkan karya seni ini begitu saja, melainkan mengabadikannya dengan cara selfie. Mungkin cerita dari Muhammad ini dapat dijadikan satu contoh sederhana bahwa kecintaan seseorang terhadap sesuatu dapat ditunjukkan atau bahkan direalisasikan dengan berbagai cara.

“Lembah Anai,” Jadi Railbus Ketiga yang Dioperasikan PT KAI

Bus rel atau railbus di Indonesia ternyata sudah ada tiga dan semuanya dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Railbus pertama ada di Sumatera Selatan bernama Kertalaya dan kedua di Jawa Tengah yakni Bathara Kresna. Hingga akhirnya pada 1 November 2016, railbus Lembah Anai melaju di jalur Sumatera Barat. Baca juga: KA Batara Kresna, Melaju di Rel Bekas Trem Railbus Lembah Anai sendiri menggunakan rail bus Mak Buih besutan PT Industri Kereta Api (INKA) asal Madiun. Awalnya kereta ini hadir sebagai KA perintis dan mampu mengangkut penumpang sebanyak 160 orang dengan bagian 78 duduk dan 82 lainnya berdiri. Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, awalnya railbus yang memiliki julukan si Padang Anai dan Mak Buih ini ditujukan untuk layanan KA Bandara Minangkabau. Namun dibatalkan dan akhirnya menjadi layanan kereta perintis. Railbus Lembah Anai berada di Divisi Regional (Divre) II Padang dan memiliki frekuensi rute dua kali sehari. Mengular dari Stasiun Kayu Tanam menuju Stasiun Sicincin dan berakhir di Stasiun Lubuk Alung dengan waktu tempuh sekitar 38 menit serta jarak tempuh 20 km. Pada saat mengular dari Kayu Tanam hingga ke Lubuk Alung, kereta ini beroperasi sebanyak empat kali dalam sehari. Tarif tiket railbus Lembah Anai sendiri hanya Rp3 ribu untuk sekali perjalanan karena statusnya sebagai KA perintis yang dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat dalam menggunakan transportasi berbasis rel. Namun, pada 6 Maret 2019 kemarin, relasi railbus Lembah Anai diperpanjang hingga ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Perpanjangan relasi ini sendiri untuk mempermudah warga Padang Pariaman bepergian menuju bandara serta jadwalnya disesuaikan dengan Minangkabau Ekspres untuk memudahkan transit dari Padang menuju Kayu Tanam dan sebaliknya via Duku. Sayangnya, railbus Lembah Anai harus mengalah dengan Minangkabau Ekspres di Stasiun Duku ketika ada persilangan. Nama Lembah Anai sendiri berasal dari nawa wisata air terjun yang terkenal dan menjadi maskot pariwisata di Sumatera barat yakni Air Terjun Lembah Anai. Air Terjun ini biasa di sebut dengan Aia Tajun atau Aia Mancua Lembah Anai dan merupakan bagian dari Cagar Alam Lembah Anai. Baca juga: Membentang 22 Km, Jokowi Hari Ini Resmikan KA Bandara Internasional Minangkabau Railbus Lembah Anai sendiri menjadi unik ketika relasinya dipanjangkan hingga ke BIM dan satu-satunya railbus yang melaju hingga bandara. Pasalnya railbus Bathara Kresna sendiri hanya digunakan untuk mengakut penumpang biasa dan tidak sampai ke Bandara Solo. Selain itu jarak tempuh railbus Lembah Anai sendiri mencapai 38 km dengan waktu tempuh satu jam 20 menit hingga tiba di BIM dari Kayu Tanam.