Mengenal Sonar Bangla Express, Kereta di Bangladesh dengan Rangkaian Gerbong Produksi PT INKA

Sonar Bangla Express yang merupakan kereta antar kota di Bangledesh yang membentang antara ibukota Dhaka dan Chittagong. Tapi tahukah Anda gerbong-gerbong kereta tersebut dibuat di pabrik mana? Ternyata gerbong-gerbong untuk Sonar Bangla Express adalah besutan PT INKA milik Indonesia. Baca juga: Ekspor 14 Bus ke Bangladesh, Karoseri Laksana Andalkan Sasis dari Scania Rangkaian gerbong buatan PT INKA di Sonar Bangla Express melayani perjalanan nonstop untuk rute yang memakan waktu sekitar lima jam 40 menit perjalanan. Sonar Bangla Express ternyata menjadi kereta kedua setelah Subarna Express dan berhenti hanya di Stasiun Bandara Dhaka dan tarifnya pun cukup tinggi. Namun meski begitu tarif ini sudah termasuk dengan makanan yang disediakan oleh Bangladesh Parjatan Corporation. Kereta ini memiliki jadwal keberangkatan dari Stasiun Dhaka pukul 07.00 pagi waktu Bangladesh dan tiba pukul 12.20 di Chittagong. Sedangkan dari Chittagong sendiri berangkat pukul 17.00 waktu setempat dan tiba di Dhaka pukul 10.10 malam. Kereta ini tidak akan beroperasi setiap Selasa dari Chittagong dan Rabu dari Dhaka. Satu rangkaian kereta terdiri dari 14 hingga 16 gerbong dengan 746 kursi yang tersedia. Kelas di Sonar Bangla Express terbagi antara Shovan, Snigdha (AC) dan AC Berth. Bisa dikatakan kereta ini merupakan kereta mewah pertama dan tercepat di Bangladesh.
Kereta Buatan PT INKA untuk Bangladesh. Sumber: anekainfounik.files.wordpress.com
Kereta besutan PT INKA ini mulai meluncur di rel Bangladesh sejak 2016 lalu setelah peresmiannya. Berwaran merah hijau, kereta ini ternyata ditarik oleh lokomotif kelas 2900 dari Bangladesh Railway. Bangladesh diketahui memesan sebanyak 250 gerbong kereta dari PT INKA. Dimana gerbong-gerbong ini pun pengirimannya bertahap dan baru-baru ini dikirim lagi 50 gerbong ke Bangladesh. Humas PT INKA Muhammad Advin mengatakan, kereta yang dikirim secara bertahap dan ini kereta campuran untuk kelas eksekutif dan ekonomi. “Kalau keretanya sama dengan Indoneisa, ada yang pake AC dan kipas atau kipas saja. Kita juga buat dan kirim kereta sleeper ke sana,” ujar Advin yang dihubungi KabarPenumpang.com, Senin (29/4/2019). Baca juga: Tak Jadi Beroperasi Tahun Ini, Pabrik PT INKA di Banyuwangi Dibuka Tahun 2020 Dia mengungkapkan setiap pengiriman yang dilakukan PT INKA, tipe keretanya selalu bervariasi. Untuk kereta sleeper bertingkat dan berbilik atau berkamar. “Yang dimaksud sleeper bertingkat adalah kasurnya bukan keretanya yang bertingkat dua,” jelas Advin.

Sertifikat Bandara Terbit, Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) Siap Dioperasikan

Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) siap untuk dioperasikan seiring dengan penerbitan Sertifikat Bandar Udara Bandara Internasional Yogyakarta dengan nomor sertifikat 149/SBU-DBU/IV/2019 oleh Direktorat Jenderal Bandar Udara (DJBU) Kementerian Perhubungan pada 26 April 2019. Adapun penerbangan komersial pertama akan dilakukan pada dalam waktu dekat oleh maskapai Citilink dan Lion Air. Nantinya YIA akan beroperasi dari 06.00 – 18.00 WIB. Baca juga: Sempat Jadi Tempat Persusulan Kereta, Stasiun Wojo Direaktivasi Untuk Transit Kereta Bandara “Melalui terbitnya Sertifikat Bandar Udara dari Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan 26 Maret 2019 lalu, kami menyatakan kesiapan Bandara Internasional Yogyakarta untuk dioperasikan untuk penerbangan internasional dan domestik,” kata PTS. General Manager Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) Agus Pandu Purnama. Secara teknis dan administratif, Bandara Internasional Yogyakarta sudah siap untuk dioperasikan. Hal tersebut dapat dilihat dari dokumen-dokumen persyaratan yang sudah siap seperti Aeronautical Information Publication (AIP), Sertifikat Bandar Udara, Penetapan Kawasan Kepabeanan, Tempat Penimbunan Sementara, Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Adapun berbagai layanan pendukung juga telah siap, seperti layanan navigasi penerbangan; layanan metereologi; layanan pengisian bahan bakar pesawat udara; fasilitas kesehatan pelabuhan, fasilitas karantina ikan, hewan, dan tumbuhan; tenant atau area komersial; groundhandling , dan dukungan transportasi darat (Damri, shuttle bus, kereta api, taksi). Secara umum, fasilitas sisi udara (airside) YIA ini sudah siap 100 persen dengan panjang runway 3.250 meter dan lebar 75 meter. Spesifikasi runway ini mampu didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing 777-300 dan Airbus A380. Adapun fasilitas Penyelamatan Kecelakaan Pesawat – Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di YIA masuk ke dalam Kategori 8.
Di sisi darat (landside), terminal seluas 12.900 meter persegi sudah dapat digunakan, dari total 210.000 meter persegi pada saat full operation akhir 2019 nanti. Di terminal penumpang tersebut tersedia 12 konter check-in, 2 x-ray, 2 walk through metal detector (WTMD), 400 kursi tunggu, 6 konter imigrasi di kedatangan dan keberangkatan, serta 2 bag conveyor belt. Adapun fasilitas standar pelayanan bandara lainnya yang sudah tersedia yaitu signage, konter informasi, flight information display system, announcement, informasi transportasi lanjutan, customer service dengan tenaga yang berasal dari warga lokal Kulon Progo, Tourist Information Center, difable lounge, difable toilet, difable lift, difable drop zone, 132 tenaga facilities care, nursery room, kid zone, reading corner, troli sebanyak 400 unit. Baca juga: Lion Air Resmi Buka Penerbangan Non Stop Yogyakarta – Samarinda “Dengan segala kesiapan fasilitas YIA yang sesuai dengan standar keselamatan dan keamanan penerbangan global, kami mengundang maskapai lainnya untuk membuka rute-rute baru dari dan menuju YIA. Dengan spesifikasi runway yang mampu menampung pesawat berbadan besar, YIA dapat dijadikan maskapai sebagai hub baru untuk pengembangan rute-rute baru, baik internasional maupun domestik,” kata Agus Pandu Purnama.

Mileslife Dirundung Masalah, KrisFlyer Singapore Airlines Tangguhkan Kerja Sama

Baru-baru ini Singapore Airlines menangguhkan kemitraannya antara KrisFlyer, program frequent-flyer dengan Mileslife. Mileslife sendiri adalah aplikasi seluler yang memungkinkan pengguna mendapatkan miles atau poin dalam penerbangan baik di tempat makan, gaya hidup, ritel, perjalanan dan berbagai pengeluaran lainnya. Baca juga: Miles KrisFlyer Singapore Airlines Naik Per 7 Desember 2017 Sebab Milislife sendiri memiliki fitur e-wallet yang mana pengguna bisa memperoleh kredit dengan imbalan uang tunai. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman techinasia.com (26/4/2019), Singapore Airlines mengumumkan penangguhan tersebut dengan pemberitahuan singkat di situs websitenya.
(www.techinasia.com)
“Berlaku sejak 22 April 2019, kemitraan KrisFlyer dengan Mileslife untuk sementara ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi tulisan tersebut. Pasalnya berbagai tanda dan sinyal menunjukkan Mileslife tengah dalam pergolakan. Hal ini pun terlihat dari 47 karyawan perusahaan ini yang terdaftar di Linkedin sebagai staf Mileslife dimana delapan diantaranya menyatakan terakhir bekerja per April ini. Ini juga dibuktikan dimana seorang pedagang asal Cina yang mengeluh tidak menerima pembayaran $7420 dari Mileslife sejak Desember 2018 kemarin. Seorang staf mengatakan kepada pedagang tersebut bahwa karyawan banyak yang diberhentikan dan perusahaan tutup. Beberapa vendor lainnya bahkan melaporkan tidak dapat menghubungi perusahaan yang bermarkas di Cina itu. Karena hal ini kemudian Mileslife mengeluarkan pernyataan dalam bahasa Cina yang menyangkal rumor dan mengatakan bahwa ini bisnis seperti biasa. Pernyataan tersebut juga menyatakan operasional perusahaan tersebut untung tahun 2018 kemarin. Namun, bisnis secara keseluruhan mengalami kerugian karena operasi di luar negeri. Mileslife kemudian berjanji untuk melunasi semua hutang dengan para pedagang. Tetapi, pernyataan itu tampaknya tidak menyangkal ada PHK. “Kami juga menyadari bahwa seorang karyawan Mileslife (Cina) telah berbagi bahwa perusahaan itu menyusut operasi di Tiongkok, dan mengurangi tenaga kerja. Kami mohon maaf atas kepanikan ini. Kami mohon maaf karena tidak menyampaikan informasi ini dengan cara yang lebih profesional dan matang,” ujar pernyataan itu. Perusahaan kemudian merilis pernyataan dalam Bahasa Inggris di Facebook dimana pihaknya memahami bahwa pengguna telah melaporkan contoh terbatas di mana pedagang terpilih menunda sementara penerimaan Mileslife setelah dugaan ini. “Tim kami bekerja keras untuk menjangkau semua mitra yang berharga untuk mengatasi masalah mereka, dan mencari pengertian Anda atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan selama ini waktu, “kata pernyataan itu. Baca juga: Tidur Selonjoran di Kelas Ekonomi Jarak Jauh, Garuda Indonesia Tawarkan Economy Sleeping Comfort Singapore Airlines untuk menjelaskan mengapa mereka menangguhkan kemitraan. “Kami juga telah menghubungi Mileslife untuk memberikan komentar dan bertanya apakah Mileslife bermaksud mengembalikan uang kepada pengguna yang membeli kreditnya.”

50 Tahun Tak Berjumpa, Awak Kabin dan Pilot Malaysia-Singapore Airlines Reunian

Menjadi seorang pensiunan kerap kali saat bertemu kembali atau yang biasa di sebut reuni menjadikannya untuk mengingat masa lalu. Hal ini pun dirasakan oleh para awak kabin dan pilot yang bertemu kembali setelah 50 tahun. Baca juga: Ellen Church, Pramugari Pertama di Dunia yang Juga Punya Lisensi Pilot Dilansir KabarPenumpang.com dari laman straitstimes.com (27/4/2019), mantan pramugari Malayan Airways Eunice Chua berusia 76 tahun yang hadir dalam reuni tersebut kembali mengenang petualangannya sebagai pramugari di Singapura selama reuni awak kabin dan pilot itu. Reuni ini dihadiri 145 orang mantan awak kabin dan pilot dari Malaysia-Singapore Airlines (MSA) dan Singapore Airlines.
(www.straitstimes.com)
Para mantan awak kabin dan pilot tersebut kini rata-rata berusia 60-an dan 70-an serta sebagian besar diantaranya akhirnya bertemu kembali setelah 50 tahun terakhir berjumpa. Meski telah 50 tahun tak berjumpa, para awak kabin dan pilot perintis tersebut saling mengenali dengan mudah satu sama lain saat reuni yang diadakan di Singapore Criket Club. “Pertemuan itu adalah kesempatan bagi para keluarga tua untuk mengenang masa lalu dan mengejar ketinggal pesawat saat ini,” ujar Chua. Chua bergabung dengan maskapai ini tahun 1962 dan terbang ke berbagai destinasi selama sepuluh tahun serta mengalami transisi dari Malayan Airways ke Malaysia-Singapore Airlines. Kemudian tahun 1972, MSA menghentikan operasi dan dirinya berpindah ke maskapai Qantas Airways. “Penumpang sangat menghargai hal-hal kecil yang kami lakukan untuk mereka saat itu. Ketika saya membantu manula untuk membaringkan kursi mereka, mereka sangat bersyukur mereka memegang tangan saya begitu lama. Kami masih sangat muda dan naif. Kami mengatakan apa yang ada dalam pikiran kami, dan penumpang kami menyukainya,” kata Chua. Reuni ini diselenggarakan oleh mantan anggota awak kabin Ravinder Pal, 71, karena banyak mantan rekan penerbangannya mengatakan mereka ingin bertemu lagi. Chua mengaku, mereka pernah mengadakan pertemuan kecil di masa lalu, tetapi tidak pernah sebesar skalanya dalam 50 tahun terakhir. “Semua orang sangat senang bertemu satu sama lain sehingga mereka sudah merencanakan pertemuan berikutnya,” tambahnya. Peserta tertua adalah mantan pilot Ho Weng Toh yang berusia 99 tahun, yang terbang dengan Malayan Airways, kemudian Malaysia-Singapore Airlines dan akhirnya Singapore Airlines. “Oh, dan dia bahkan bertarung dalam Perang Dunia II sebagai pilot bomber. Terbang adalah hal yang sangat aneh. Begitu kamu mulai, kamu tidak bisa berhenti. Aku benar-benar rindu melihat awan. Untuk malam ini melihat teman-temanku lagi mendekati perasaan itu,” kata dia. Mantan pramugari Malayan Airways yang memiliki penglihatan buruk tersebut saat itu memiliki cerita menarik. Dimana melihat bahwa jari-jari kaki penumpangnya mencuat dari lubang di sepatunya. Dia merasa kasihan padanya dan memberinya kantong udara penuh biskuit Thye Hong. Pria itu memberikan kartu namanya, tetapi baru belakangan Chua menemukan bahwa dia adalah seorang jutawan di Kuala Lumpur. Baca juga: Heinrich Kubis – Awak Kabin Pertama di Dunia yang Cekatan dan Berpengalaman “Saya memiliki perhentian malam (di sana) dan memutuskan untuk meneleponnya,” kenangnya pada Sabtu (27 April). Yang membuat saya takjub, sebuah Cadillac tiba dengan tuan rumah saya dan keluarganya untuk menjemput saya. Jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Aku mengalami begitu banyak petualangan lucu karena penglihatanku yang buruk,” tutupnya.

Tidak Ada Varian Airbus A370, Netizen Sampai Bikin Ilustrasi Sendiri!

Dari sekian banyak varian pesawat Airbus yang telah diluncurkan, pernahkah Anda mendengar varian A370? Nampaknya dari susunan angka yang tersemat di belakang nama armada Airbus, hanya angka 7 lah yang tidak pernah tampak melengkapi bagian A3xx pada awal penamaan dan 0 di akhirnya. Nah, kira-kira kenapa ya varian A370 tidak pernah dirilis oleh pihak Airbus? Atau mungkin varian ini masih dalam proses perkitan dan ada kemungkinan untuk diluncurkan di waktu yang akan datang? Baca Juga: Dinilai Kurang Efisien, Akankah Airbus A380 Berjaya 20 Tahun Mendatang? Sebagai informasi tambahan, rumor dan spekulasi yang beredar soal kehadiran varian A370 di sektor aviasi global ternyata sudah terbentuk sejak bertahun-tahun lalu – tepatnya pada tahun 2006 dimana rumor ini dicetuskan oleh salah satu media yang berfokus pada sektor kedirgantaraan internasional, Aviation Pros. Dalam artikel tersebut, tercatat sebuah “buzz in Paris” pada pagelaran tahunan yang diadakan oleh International Air Transport Association (IATA). Ya, frasa “buzz in Paris” ini diartikan oleh banyak pihak sebagai sebuah gebrakan yang akan dilakukan oleh Airbus, mengingat sentra bisnis pesawat sipil Airbus berada di Blagnac, pinggiran kota Toulouse, Perancis. Namun apalah arti desas-desus yang beredar luas di masyarakat tanpa adanya pergerakan dari pihak manufaktur – semuanya hanya akan meninggalkan rasa penasaran yang mendalam terhadap pecinta aviasi global. Bahkan, dikutip KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (28/4/2019), saking penasarannya warganet dengan pesawat Airbus A370 yang hingga saat ini belum atau bahkan tidak akan dirilis oleh pihak Airbus, mereka (warganet) sampai-sampai membuat gambaran mereka sendiri tentang pesawat A370 ini. Dimana kebanyakan dari warganet menggambarkan Airbus A370 sebagai pesawat mesin ganda dan bertingkat dua – hampir mirip seperti Airbus A380 hanya saja ini merupakan versi mininya. Sementara itu, di tahun 2014, rumor tentang hadirnya Airbus A370 kembali muncul. Adalah media Global Security yang kembali melemparkan isu ini ke hadapan publik. Pada artikel tersebut, mereka memberikan gambaran bahwa bisa saja ukuran dari Airbus A370 ini (apabila dirilis oleh pabrikan pesawat kelak) akan berada di antara ukuran A321 dan A330 atau di antara ukuran A350 dan A380. Baca Juga: Sukhoi KR-860, ‘Kembaran’ Airbus A380 yang Tak Pernah Mengudara Jika ukurannya saja masih mengambang seperti ini, maka kapasitasnya pun masih belum dapat ditentukan – bisa saja A370 ini merupakan pesawat narrow-body atau juga pesawat wide-body. Pada akhirnya, Airbus sendiri masih belum merilis informasi lebih lanjut mengenai varian ini. Jadi ada baiknya, Anda tidak perlu berasumsi terlalu jauh mengenai Airbus A370 dan menunggu pihak informasi resmi dari perusahaan terkait pesawat varian ini.  

Mulai 30 April, Cathay Pacific Pindah dari Terminal 2 Ke Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta

Maskapai asal Hong Kong, Cathay Pacific besok (30/4/2019) akan berpindah layanan operasional di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dari Terminal 2 ke Terminal 3. Perpindahan ini akan melengkapi maskapai internasional yang ada di Terminal 3. Baca juga: Dua Pilot Cathay Pacific Kehilangan Pandangan Saat Mengudara, Ada Apa? Pada perpindahan ini sendiri penumpang dengan nomor penerbangan CX719 dan CX797 pada 29 April 2019 keberangkatan dari Hong Kong akan menjadi yang pertama turun di Terminal 3 ini karena tiba dini hari di Jakarta. Senior Manager Of Branch Communication and Legal Bandara Soetta Febri Toga Simatupang mengatakan adanya perpindahan ini untuk menjaga kenyamanan dan kelancaran operasional di Bandara Soetta. Karena adanya perpindahan terminal, PT Angkasa Pura II berharap agar pengguna jasa datang lebih awal dari jadwal penerbangan. “Penumpang minimal datang dua jam sebelum keberangkatan,” ujar Febri yang dikutip KabarPenumpang.com dari antaranews.com (26/4/2019). Lokasi konter check in Cathay Pacific akan berada di island C dan D. Dengan adanya perpindahan operasional maskapai yang berbasis di Hong Kong tersebut, Febri berharap, agar para penggun jasa memperhatikan pesan yang disampaikan maskapai. “Kami berharap agar pengguna jasa memperhatikan pesan yang disampaikan pihak maskapai baik itu berupa email, tiket atau petunjuk lainnya. Mohon untuk diperhatikan lokasi terminal dan area konter check in,” tambah Febri. Bandara Soetta sendiri telah menerapkan konsep Smart Connected Airport lengkap dengan sejumlah fasilitas teknologi canggih. Diantaranya konsep Smart Mobility, Smart Security, dan Smart Environment. Konsep Smart Mobility akan meningkatkan Airport Digital Journey Experience untuk penumpang, seperti otomatisasi dari Skytrain, dengan tanpa pengemudi dan peningkatan headway menjadi hanya lima menit. Country Manager Cathay Pacific Indonesia Chris Bowden mengatakan bahwa pengalaman bandara merupakan salah satu penting dari perjalanan untuk para pelanggan. “Manfaat yang dihasilkan dari mengadopsi sistem otomatis di bawah konsep Digital Journey Experience bandara akan membuat perbedaan nyata dan kami bersemangat untuk segera memberikan pelanggan kami opsi yang meningkat dan kenyamanan yang lebih besar,” kata Chris. Kehadiran Cathay Pacific di Terminal 3 secara resmi menjadikan terminal ini khusus internasional terkecuali penerbangan domestik Garuda Indonesia. Berikut ini maskapai internasional yang beroperasi di Terminal 3 yakni Air China, All Nipon Airlines (ANA), Asian Airlines, China Airlines, China Eastern, China Southern, Citilink Indoneisa, Emirates Airlines, Ethiopian Airlines, Etihad Airways, Eva Air. Baca juga: Cathay Pacific Beri Diskon 20 Persen untuk Pembelian Ekstra Bagasi 24 Jam Sebelum Keberangkatan Adapula Garuda Indonesia, Japan Airlines, KLM Royal Dutch Airlines, Korean Air, Malaysia Airlines, Oman Air, Philipines Airlines, Qantas Airways, Royal Brunei Airlines, Saudi Arabian Airlines, Shenzhen Airlines, Singapore Airlines, Srilanka Airlines, Thai Airways, Turkish Airlines, Vietnam Airlines dan Xiamen Air. Adapun Cathay Pacific mengoperasikan hingga empat layanan harian dari Jakarta ke Hong Kong, dari Denpasar dan Surabaya ke Hong Kong.

KA Argo Bromo Anggrek, Sejarah Pertama Varian Keluarga Kereta “Argo”

Selang tiga tahun sejak Stasiun ‘layang’ Gambir diresmikan pada tahun 1992, di tahun 1995 diwarnai momen penting dalam dunia perkeretaapian. Persisnya di era Presiden Soeharto tersebut PT KAI (d/h Perumka) untuk pertama kalinya merilis varian kereta eksekutif “Argo” dan lokomotif penarik CC203 yang langsung didatangkan dari Amerika Serikat. Dan mengawali hadirnya keluarga Argo, maka tak bisa dilepaskan dari ikon KA Argo Bromo Anggrek yang melayani rute Stasiun Gambir – Stasiun Pasar Turi. Baca juga: Jadi ‘Paket’ Pada Peluncuran KA Argo, Ini Dia Lokomotif CC203 Penarik Kereta Eksekutif Dirunut dari sejarah, KA Argo Bromo Anggrek ini diresmikan pada 31 Juli 1995 oleh Presiden Soehato, pada kesempatan yang sama juga diluncurkan KA Argo Gede yang melayani rute Stasiun Gambir – Stasiun Bandung. KA Argo Bromo Anggrek dan Argo Gede hadir untuk menandai Hari Teknologi Nasional yang jatuh pada 12 Agustus dan Hari Kemerdekaan Indonesia ke 50 tahun. KA Argo Bromo Anggrek punya label JS-950 yang berarti relasi Jakarta-Surabaya ditempuh sembilan jam perjalanan. Dua tahun kemudian tepatnya pada 24 September 1997, Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) meluncurkan kereta api baru menggunakan rangkaian kereta berbogie K9 yang masih beroperasi hingga kini. Ini menjadi kereta generasi kedua untuk Argo Bromo Anggrek yang mengusung jargon JS-852 yakni dari Jakarta-Surabaya ditempuh selama kurang lebih delapan jam 30 menit dan dioperasikan untuk memperingati 52 Kemerdekaan Indonesia. Pada masanya, KA ini adalah unggulan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) karena lebih bagus dari yang lainnya. Fasilitasnya pun lebih baik dari KA eksekutif lainnya seperti sandaran kaki, toilet dan pintu masuk otomatis. Kereta ini adalah satu-satunya yang menggunakan bogie tipe K9/CL243 bolsterless, yaitu bogie yang dikembangkan bersama Alstom dari Perancis, yang terkenal nyaman dan menggunakan suspensi udara, serta mampu berlari hingga 120 km per jam. Pada masa-masa awal pengoperasiannya, Kereta api Argo Bromo Anggrek pernah memiliki kelas Super Eksekutif (penomorannya diawali dengan KZ), yang dioperasikan selama beberapa waktu. Kereta KZ memiliki fasilitas yang lebih dari kelas eksekutif biasa, yaitu dengan adanya komputer dan kursi yang lebih lega. Kereta api ini juga diutamakan di setiap persilangan. Namun, kiprah kereta KZ ini tidak bertahan lama karena pada akhirnya kereta kelas ini kembali diubah menjadi kereta eksekutif pada umumnya. Kereta api ini sempat berjalan bersama dengan pendahulunya, JS-950 Argo Bromo (non-Anggrek) hingga berhenti beroperasi awal dekade 2000-an seiring kebijakan rasionalisasi yang dilakukan oleh PT KA. Sejak dihapusnya kereta api JS-950 Argo Bromo, rangkaian keretanya dihibahkan kepada KA Bima. Baca juga: Kereta Sleeper Berada di Rangakaian KA Argo Bromo Anggrek, Ini Fasilitas Mewahnya Rangkaian ini juga sempat mengalami sekali retrofit di PT INKA sekitar 2000-an akhir dan itu mengubah warnanya dari pink menjadi ungu, meskipun tidak semua kereta Anggrek K9 ini mengalami proses retrofit. Ternyata, nama Argo Bromo Anggrek sendiri diambil dari nama gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur.  

Absennya Fitur Keselamatan di Bangku Belakang Mobil Sebabkan Penumpang Cidera Dada

Layaknya pada kebanyakan mobil, penumpang yang ada di bangku belakang seolah kurang mendapatkan perhatian dari segi pengamanannya. Kehadiran airbag yang digadang-gadang sebagai instrumen keselamatan nyatanya hanya ada pada bangku bagian depan saja, dan penumpang yang ada di belakang hanya mendapatkan sabuk pengaman sebagai instrumen keselamatannya. Lalu, apakah kehadiran sabuk pengaman di bangku belakang mampu untuk meminimalisir korban semisal terjadi sebuah kecelakaan? Baca Juga: Sabuk Pengaman Juga Bisa Berakibat Fatal, Lho! Sayangnya, menurut studi yang dilakukan oleh Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) menyebutkan bahwa penumpang yang berada di bangku belakang memiliki tingkat keselamatan yang lebih rendah ketimbang yang ada di bangku depan. Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman carsdirect.com (25/4/2019), ini bukan kali pertama IIHS melakukan riset tentang keselamatan penumpang yang ada di bangku belakang. Sebelumnya, di tahun 2014, IIHS juga telah melakukan riset yang berbuah pada temuan korban cidera dalam sebuah kecelakaan pada bangku belakang, tidak terkecuali anak kecil dan orang dewasa – kendati mereka menggunakan sabuk pengaman. Kebanyakan penumpang yang berada di bangku belakang mengalami cidera pada bagian dada ketika terjadi sebuah kecelakaan. Cidera ini disinyalir terjadi karena korban mengenakan sabuk pengaman. Ya, hentakan yang kuat ketika mobil mengalami kecelakaan akan berdampak pada hadirnya sebuah daya dorong ke arah depan dan faktor inilah yang melandasi terjadinya cidera pada bagian dada penumpang yang duduk di bangku belakang. Terlebih ketika sabuk pengaman pada mobil-mobil keluaran terbaru yang memiliki fitur anti-hentak, dimana ketika Anda menghentak sabuk pengaman ketika dikenakan, maka sabuk pengaman tersebut akan berada pada kondisi ‘terkunci’ yang dimaksudkan agar bisa menahan tubuh penumpang agar tidak terpental ke depan. Baca Juga: Ternyata, Sabuk Pengaman Lindungi Anda dari Lima Arah Masalah ini tentu menjadi pokok pembahasan para produsen mobil, namun sayangnya, hanya mobil-mobil kelas menengah ke atas saja yang memiliki fitur airbag pada bagian belakangnya. Ya, diharapkan dengan adanya fitur ini, dapat meminimalisir korban yang jatuh akibat suatu kecelakaan. Ambil contoh produk Ford, dimana fitur keselamatan bagi penumpang di bangku belakang ini baru ada di Ford Fusion Titanium dan Ford Explorer Platinum.  

Lion Air Group (Wings Air) Bersiap Terima ATR-72 600 Ke-80

Wings Air bagian dari Lion Air Group, maskapai dalam negeri yang kondang mengoperasikan pesawat turbo propeller, diwartakan akan segera menerima pesawat ATR-72 600 ke-65. Pesawat ini diterbangkan langsung dari pusat perakitan pesawat ATR (Aerei da Trasporto Regionale atau Avions de Transport Régional) Aircraft di Toulouse Blagnac, Perancis (TLS). Secara keseluruhan, ATR-72 600 ke-65 Wings Air juga menjadi pesawat ke-80 yang diterima Lion Air Group untuk jenis yang sama, lantaran pesawat jenis ini juga digunakan oleh Malindo Air dan Thai Lion. Baca juga: Alih Operasi ATR dari Garuda Indonesia ke Citilink Selesai di 2020 Dikutip dari siaran pers Lion Air Group (27/4), pesawat ATR 72-600 telah dicat bercorak khusus (special livery 80th) akan dikirimkan pada tahun ini, saat ini masih dilakukan beberapa persiapan termasuk dokumentasi. Dengan demikian, nantinya melengkapi kekuatan jajaran armada yang saat ini dioperasikan oleh Wings Air, yaitu 45 ATR 72-600 dan 19 ATR 72-500. Pesawat dengan kode penerbangan PK-WJQ ini merupakan bagian komitmen perusahaan menyediakan pelayanan terbaik dan menambahkan tingkat kenyamanan travelers, dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan serta keamanan penerbangan (safety first). Wings Air mengharapkan, kehadiran pesawat baru akan lebih menjadikan pengalaman perjalanan wisatawan dan pebisnis senantiasa berkesan, karena bisa bepergian menggunakan ATR 72-500 atau ATR 72-600, pesawat turboprop asal Perancis yang berkapasitas 72 penumpang dalam kelas ekonomi.
 
View this post on Instagram
 

A post shared by KabarPenumpang.com (@kabar.penumpang) on

Fitur kenyamanan di pesawat ini lebih menawarkan sensasi di setiap perjalanan antara lain pintu untuk penumpang hanya satu diletakkan di bagian belakang pesawat sebelah kiri dan pintu kargo terletak di depan sebelah kiri. Dari sisi teknologi, ATR 72-600 dibekali interior yang dirancang lebih futuristik, sehingga dinilai bisa meningkatkan layanan terbaik. Beberapa keuntungan diantaranya travelers serasa menikmati jet pribadi karena konfigurasi kursi mempunyai tata letak 2-2. ATR 72-600 dikenal sebagai pesawat baling-baling (propeller) modern dan canggih di kelasnya, antara lain menggunakan teknologi avionik terbaru serta fitur “synthetics runway visions” yaitu sistem yang mampu memberikan bantuan visualisasi runway saat mendarat. Selain itu memberikan keuntungan karena ramah lingkungan (emisi rendah), bahan bakar lebih hemat dengan efisiensi biaya perawatan. Baca juga: Wings Air Resmi Buka Rute Makassar – Maumere – Labuan Bajo dengan ATR-72 Wings Air dengan ATR 72 berperan sebagai feeder (penghubung) penumpang dan distribusi barang dari bandar udara setingkat kecamatan/ kabupaten khususnya setingkat kabupaten. ATR-72 600 didesain mampu lepas landas dan mendarat di panjang landas pacu (runway) kurang dari 1.600 meter.

Lion Air Group Sabet Gelar Maskapai Penyumbang 5 Besar Trafik Penumpang di Bandara Changi

Lion Air Group yang menaungi maskapai Lion Air, Batik Air, Malindo Air dan Thai Lion Aoir, baru saja mendapatkan penghargaan sebagai lima maskapai teratas yang paling banyak menyumbangkan penumpang di Bandara Internasional Changi, Singapura. Selama tahun 2018, Lion Air Group mengoperasikan 15 layanan penerbangan harian (regular flight) ke Changi dan telah mengangkut sekitar 1,4 juta penumpang. Lion Air Group mengoperasikan lebih dari 100 keberangkatan menuju Changi setiap minggunya. Baca juga: “Ogah Rugi, Cari Paling Murah dan Tidak Ada Pilihan,” Jadi Momok Pemumpang Pesawat di Indonesia Pergerakan tersebut melayani dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang (CGK): Lion Air enam kali sehari dan Batik Air tiga penerbangan harian; Thai Lion Air tiga penerbangan per hari dari Bandar Udara Internasional Don Mueang, Bangkok, Thailand (DMK) serta Malindo Air memiliki empat penerbangan setiap hari dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia (KUL). Anugerah yang dicapai Lion Air Group diberikan untuk kategori (Top 5 Airlines and Airline Groups by Passenger Carriage) dalam acara Penghargaan Bandar Udara Internasional Changi ke-14 (14th Changi Airline Awards). Dikutip dari siaran pers Lion Air (26/4), Ajang Changi Airline Awards 2019 diserahkan langsung Changi Airport Group (CAG) Chief Executive Officer (CEO), Mr. Lee Seow Hiang kepada Managing Director Lion Air Group, Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi di Singapura. Penghargaan ini merupakan ketiga kali yang diterima Lion Air Group. Pada 2017 dan 2018 Lion Air Group telah memperoleh award serupa sejalan pengembangan empat perusahaan yaitu Lion Air, Batik Air dari Indonesia; Malindo Air dari Malaysia dan Thai Lion Air dari Thailand. Kehadiran Lion Air Group di Singapura untuk menjawab tingginya permintaan perjalanan udara selama ini serta sekaligus mempertegas kesungguhan Lion Air Group dalam memperluas konektivitas regional. Oleh karena itu, Lion Air sangat antusias terus mengembangkan network dari dan ke Changi. Dengan demikian, akan membawa lebih banyak pengunjung menuju ke tiga negara dimana Lion Air Group beroperasi dari Singapura. Singapura telah menempatkan salah satu bandar udara penghubung (hub) utama bagi konektivitas airlines dan travelers. Lion Air Group menantikan pertumbuhan berkelanjutan sehingga bisa membentuk dan melengkapi lalu lintas udara Singapura ke berbagai kota/ negara tujuan. Lion Air Group mengharapkan Bandara Changi akan semakin banyak membuka dan memberikan slot prime time untuk seluruh jaringan. Lion Air Group. Tujuan utama lebih memberikan kualitas penerbangan, tersedianya pilihan jadwal yang disesuaikan kebutuhan travelers serta dapat melakukan ekspansi dengan menambah rute baru menambah frekuensi terbang. Dengan bertambahnya kapasitas, Lion Air Group optimis dapat mendukung dalam meningkatkan investasi pada sektor ekonomi dan pariwisata di Singapura dengan Indonesia, Malaysia dan Thailand. Baca juga: Q1 2019, Lion Air Capai Level On Time Performance 85,97 Persen Frekuensi penerbangan Lion Air Group
Maskapai Rute Frekuensi Terbang
Lion Air Soekarno-Hatta – Singapura 6 kali per hari
Batik Air Soekarno-Hatta – Singapura 3 kali per hari
Malindo Air Kuala Lumpur – Singapura 4 kali per hari
Thai Lion Air Don Mueang – Singapura 2 kali per hari