Cathay Pacific Hong Kong, Ternyata Didirikan oleh Orang Australia dan Amerika

Nama maskapai ini begitu kondang, boleh dibilang sejajar dengan Singapore Airlines, Emirates, atau bahkan maskapai asing lainnya yang pernah Anda lihat tengah ‘nangkring’ di tarmak Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tapi ternyata, Cathay Pacific Airways punya segudang fakta-fakta unik yang menarik untuk dibahas. Ya, salah satunya adalah Flag Carrier Hong Kong ini pernah meraih penghargaan “Airline of the Year” selama empat kali (tahun 2003, 2005, 2009, dan 2014)

Baca Juga: OMG! Salah Penulisan Livery Pesawat, Nama Cathay Pacific Menjadi ‘Cathay Paciic’

Tentu pencapaian tersebut bisa dibilang fenomenal karena tercatat hanya ada enam maskapai yang pernah menyandang gelar tersebut – terhitung sejak pertama kali penghargaan tersebut dirilis pada tahun 2001. Wah, kira-kira apa lagi ya yang menarik dari maskapai yang bermarkas di Hong Kong International Airport ini? Berikut KabarPenumpang.com rangkum empat fakta unik seputar Cathay Pacific Airways, dikutip dari laman gotravelyourway.com.

Pelanggan Pertama Airbus A350
Tidak bisa dipungkiri, armada A350 rilisan Airbus memang tengah naik daun belakangan ini – dan Cathay Pacific Airways menjadi maskapai yang pertama kali menerima produk ini pada 30 Mei 2016 silam dari pabrik Airbus di Toulouse, Perancis. Kendati sebelumnya sudah ada Qatar Airways yang menggunakan armada ini, namun stasusnya masihlah sebagai launching customer.

Pesawat Jet Pertamanya
Maskapai yang didirikan pada 24 September 1946 ini menjalani tahun-tahun berat di awal pengoperasiannya. Alih-alih untuk memperluas jaringan penerbangan dan semakin kompetitif dengan para pesaingnya, Cathay Pacific mendatangkan Convair 880 sebagai armada jet pertamanya pada tahun 1964. Kala itu, maskapai lain yang juga menggunakan Convair 880 adalah Delta dan SwissAir.

Armada Pertama Cathay Pacific Airways
Douglas DC-3 merupakan armada pertama Cathay Pacific dan juga merangkap sebagai salah satu armada unik di tubuh maskapai ini. Bagaimana tidak, DC-3 merupakan pesawat yang masih bisa mengudara kendati umurnya sudah tidak lagi muda. Diibaratkan dan terinspirasi dari mobil Volkswagen (VW Beetle), alhasil DC-3 pertama Cathay Pacific Airways ini Betsy.

Baca Juga: Cathay Pacific Hibahkan Boeing 777-200 Perdana Ke Museum Dirgantara di Arizona

Didirikan oleh Orang Australia dan Amerika
Adalah Sydney H. de Kantzow dan Roy C. Farrell.yang menjadi dua penggagas terbentuknya maskapai berkode ICAO CPA ini. Sydney merupakan pilot Royal Australian Air Force berkebangsaan Swedia/Polandia yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Sydney, Australia. Sedangkan Roy merupakan pria berkebangsaan Amerika yang menjadi pencetus dari penggunaan nama Cathay. Menurutnya, nama Cathay sendiri diambil dari nama abad pertengahan dari Cina.

Inilah Serba-Serbi Tentang Flag Carrier, Ternyata Amerika Serikat Justru Tidak Punya!

Apa persamaan dari Garuda Indonesia, Singapore Airlines, KLM, dan Qatar Airways? Jika jawabannya “Semua itu merupakan nama maskapai,” maka Anda kurang tepat. Ya, persamaan dari empat maskapai yang namanya sudah mendunia tersebut adalah mereka sama-sama Flag Carrier dari negaranya masing-masing. Lalu, apakah semua negara memiliki Flag Carrier-nya masing-masing? Atau siapakah yang mengelola maskapai Flag Carrier? Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu apa itu sebenarnya yang dimaksud dengan Flag Carrier.

Baca Juga: Maskapai di Amerika Serikat Tawarkan Tarif Ekonomi Dasar, Murah Tapi Berisiko

Flag Carrier sendiri merupakan sebuah perusahaan transportasi udara yang dibentuk oleh pemerintah sebagai wujud pemenuhan perhubungan negara di dalam suatu negara yang diregistrasikan di dalam negara tersebut. Istilah Flag Carrier sendiri mulai menyeruak pasca Perang Dunia II, dimana kebanyakan negara yang sudah merdeka mendirikan maskapai penerbangan sebagai perwujudan titik awal negara dalam merencanakan pembangunan setelah negara tersebut hancur akibat perang.

Walaupun peran pemerintah dalam status kepemilikannya berbeda di masing-masing negara (ada yang sepenuhnya milik negara, ada juga yang tidak), namun Flag Carrier masih menjadi prioritas pemerintah, terutama dalam pembagian perencanaan koridor rute area nasional dan internasional. Bisa dibilang, Flag Carrier tidak hanya mengudara membawa penumpang saja, melainkan mereka mengemban tugas lebih, yaitu membawa nama baik dan reputasi negara yang bersangkutan.

Tapi, ada satu fakta unik yang terselip dari keberadaan Flag Carrier di seluruh dunia. Amerika Serikat yang diketahui sebagai Negara Adidaya ternyata tidak memiliki Flag Carrier. Ya, negera berjuluk Negeri Paman Sam ini melarang adanya Flag Carrier karena aturan anti keistimewaan yang sangat ketat.

Diketahui, negara tersebut hanya memiliki tiga maskapai internasional saja, setelah mengalami berbagai proses akuisisi dan likuidasi, yaitu American Airlines, Delta Air Lines, dan United Airlines. Dimana ketiganya memiliki fungsi yang mirip dengan Flag Carrier di negara lain. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman foxnews.com (20/3/2018), seorang editor dari laman SmarterTravel.com, Ed Perkins mengatakan bahwa sebenarnya Amerika pernah punya Flag Carrier.

“Sebelum Perang Dunia II, Pan American merupakan Flag Carrier Amerika yang diakui secara de facto, dimana mereka mencoba untuk mempertahankan posisi sebagai Flag Carrier tersebut pasca perang,” tutur Ed. “Namun di sisi sebaliknya, Pemerintah Amerika Serikat malah lebih memilih maskapai penerbangan yang kompetitif,” tandasnya.

Baca Juga: Dielukan dan Selalu Dicari, Inilah Serba Serbi Low Cost Carrier

Lebih lanjut, Ed menyebutkan bahwa pasca deregulasi maskapai penerbangan pada tahun 1978, secara resmi pemerintah tidak lagi memegang kendali atas penentuan harga dan rute penerbangan. Sejak momen tersebut, persaingan antar maskapai di Negeri Paman Sam pun secara otomatis mengalami peningkatan.

Ternyata, Qantas Airways Itu Merupakan Singkatan dari…

Qatar Airways sudah, Emirates juga sudah, sekarang giliran Qantas Airways yang akan dibongkar fakta-fakta unik yang terselip di dalamnya. Ya, maskapai berjuluk The Flying Kangaroo memang memiliki segudang cerita unik yang patut untuk Anda ketahui. Sebagai permulaan, Qantas Airways merupakan maskapai ketiga tertua di dunia, menyusul KLM di urutan pertama dan Avianca di posisi kedua maskapai paling ‘kolot’ di dunia.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Tentang Qatar Airways yang Mungkin Baru Anda Tahu!

Nah, sudah siap untuk menyimak fakta-fakta unik berikutnya dari Flag Carrier Australia ini? Berikut KabarPenumpang.com himpun empat fakta unik lainnya dari Qantas Airways, dikutip dari laman gotravelyourway.com.

Qantas Ternyata Sebuah Singkatan!
Ya, mungkin sebagian dari Anda pernah bertanya-tanya, “Apa sih makna dari Qantas? Apakah itu nama dari sebuah hewan kebanggan Australia layaknya Garuda Indonesia?”. Jika dirunut dari sejarahnya, Qantas merupakan singkatan dari “Queensland and Northern Territory Aerial Service”. Sesuai dengan namanya, Qantas dulunya mengoperasikan penerbangan dari Queensland menuju wilayah Utara Australia.

Salah Satu Pencetus Aliansi Penerbangan Terbaik di Dunia
Bersama dengan American Airlines, British Airways, Canadian Airlines, dan Cathay Pasific, Qantas sepakat untuk membentuk aliansi penerbangan OneWorld pada 1 Februari 1999 silam. Kini, OneWorld sudah berkembang dan diketahui memiliki 13 ‘pengikut’, termasuk Qatar Airways dan Japan Airlines.

Pernah Mengoperasikan Penerbangan Terjauh di Dunia
The Flying Kangaroo pernah mengoperasikan rute Dallas – Sydney yang jika diukur, jarak yang membentang diantara dua kota beda negara dan benua ini mencapai 13.799km! Namun rekor penerbangan selama 17 jam 5 menit tersebut harus tumbang di tangan Qatar Airways yang mengoperasikan rute Doha – Auckland pada Februari 2017 silam.

Baca Juga: Ternyata, Emirates Hanya Menggunakan Dua Jenis Pesawat!

Pernah Disumbang Jet
Jika sebuah maskapai mendapat sumbangan jet dari sebuah negara, mungkin itu sudah tidak aneh lagi – walaupun cukup membuat kita mengerenyitkan dahi. Namun apa jadinya jika maskapai sebesar Qantas Airways pernah mendapat sumbangan jet dari seorang aktor Hollywood, John Travolta.

Ya, aktor kawakan yang pernah membintangi sejumlah film Box Office seperti The Punisher, Wild Hogs, Swordfish, Grease, dan sejumlah film lainnya pernah menyumbangkan Boeing 707 yang ia miliki ke pihak Qantas pada tahun 1964 silam.

Inilah AirSial, Maskapai Pakistan yang Terinspirasi dari Kota Sialkot

Di dunia, ada ratusan bahkan ribuan bahasa nasional dan daerah. Banyaknya bahasa di dunia, tak jarang terdapat beberapa kata yang sama namun beda makna. Salah satunya Sial. Di Indonesia, “sial” berarti negatif, tetapi, di Pakistan “sial” merupakan nama salah satu kota yang pada akhirnya menginspirasi lahirnya maskapai penerbangan AirSial.

Baca juga: Inilah Air Sinai, Maskapai ‘Hantu’ yang Hubungkan Israel dan Mesir!

Dikutip dari berbagai sumber, AirSial sendiri merupakan maskapai swasta ketiga Pakistan. Sebagaimana namanya, AirSial berbasis di kota Sialkot, Tenggara Islamabad, ibu kota Pakistan.

Tak banyak informasi mengenai maskapai itu. Namun, data centreforaviation.com, AirSial didirikan oleh segolongan komunitas pengusaha yang bernaung di Kamar Dagang dan Industri Sialkot.

Semangatnya ketika mendirikan maskapai AirSial adalah untuk meningkatkan konektivitas antara Sialkot dengan kota-kota besar di negara tersebut, seperti Islamabad, Lahore, dan Karachi.

AirSial didirikan dengan belanja modal sebesar US$20 juta atau sekitar Rp312 miliar. Tergolong kecil untuk memulai bisnis maskapai penerbangan. AirSial tercatat mendapatkan lisensi RPT atau sejenis izin usaha penerbangan niaga berjadwal dari Otoritas Penerbangan Sipil pada Oktober 2017.

Kendati sudah mendapat restu dari regulator penerbangan sipil Pakistan, AirSial tidak langsung beroperasi. Maskapai harus melakukan berbagai penguatan di internal. Nahasnya, saat semua persiapan sudah siap dan matang pada tahun 2020, pandemi Covid-19 merebak dan maskapai kembali tiarap.

Setelah persiapan ulang dengan berbagai penguatan konsep bisnis dan target pasar, maskapai AirSial mulai beroperasi pada tanggal 25 Desember 2020. Rute perdananya adalah terbang antara Islamabad dan Karachi.

Seiring waktu, AirSial terus mengembangkan jangkauan terbangnya. Terbaru, maskapai itu telah mendapat izin melakukan penerbangan internasional ke UEA, Arab Saudi, Qatar, Oman, Irak, dan Iran dengan armada setidaknya lima pesawat. Dengan capaian tersebut, tak heran AirSial digadang-gadang sebagai maskapai yang sedang naik daun di industri penerbangan Pakistan.

Jumlah armada pesawat maskapai AirSial tidak banyak datanya. Tetapi, menurut FlightGlobal, AirSial di awal berdiri telah menyewa tiga pesawat Airbus A320 ke lessor kenamaan, AerCap.

Baca juga: Profil China Airlines, Maskapai Nasional Taiwan yang ‘Alergi’ Pakai Nama ‘China’

Meski muncul sebagai maskapai baru, AirSial memiliki visi misi tinggi. AirSial bertujuan untuk terbang tinggi dengan menawarkan perpaduan pengalaman terbang yang luar biasa – berakar kuat pada praktik keselamatan dan operasional terbaik, dengan sikap yang dijiwai dengan kebanggaan budaya setempat, keramahtamahan yang hangat, dan standar layanan yang luar biasa.

Bila tak ada aral melintang, bukan tak mungkin kelak AirSial dapat menyaingi maskapai terbesar sekaligus maskapai nasional Pakistan, Pakistan Internasional Airlines (PIA). Terlebih, maskapai itu sedang dalam masa-masa sulit pasca pandemi Covid-19.

Dihadapan Bos Skywell Indonesia, Dirut Transjakarta Tantang Kementerian BUMN Riset Retrofit Bus Listrik

Direktur Utama (Dirut) PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Mochammad Yana Aditya, mengungkapkan agar Kementerian BUMN kelak melakukan riset terkait retrofit bus listrik. Ini dianggap mempercepat komitmen Indonesia mencapai bebas emisi karbon di tahun 2060. Menariknya, hal itu disampaikan dihadapan pimpinan PT Kendaraan Listrik Indonesia (KLI) sebagai agen pemegang merek Skywell.

Baca juga: TransJakarta Mulai Opersikan 30 Armada Bus Listrik di 4 Rute

Mula-mula Yana menyampaikan perihal penandantanganan kerja sama layanan angkutan umum bus listrik dengan Perum PPD, yang merupakan bagian dari 100 bus listrik yang direncanakan beroperasi pada tahun ini.

Dirut yang sempat dicopot oleh Menteri BUMN Erick Thohir dari posisi Dirut PT Perikanan Nusantara (Persero) itu kemudian mengungkapkan jumlah armada Perum PPD baik konvesional maupun bus listrik.

Yana lanjut melaporkan bahwa pihaknya memiliki rencana jangka panjang terkait pengoperasian bus listrik sampai tahun 2030. Di tahun tersebut, Transjakarta akan mengoperasikan 10.047 unit bus listrik. Saat ini, rencana tersebut sudah dimulai dan pengoperasian bus listrik Transjakarta dilakukan secara bertahap sampai di tahu 2030.

Rencana jangka panjang tersebut disebutnya tentu saja membutuhkan dukungan dari banyak pihak, terutama Kementerian BUMN.

“Tentu membutuhkan Kementerian BUMN, Pak Wamen (BUMN II), selain dari Damri mungkin nanti merger dengan Perum PPD sebagai operator kami membutuhkan dukungan dari BUMN yang lain, dari PLN, mungkin INKA untuk bus listrik,” jelas Yana, dalam acara Seremonial Kerjasama Layanan Angkutan Umum Bus Listrik Skywell dengan Perum PPD, Rabu (28/12/2022).

Sampai di sini, Yana mengundang INKA agar kelak menguji coba lagi bus listrik buatannya, yang belakangan sudah dipakai dalam gelaran G20 di Bali beberapa waktu lalu. Dengan catatan, agar bus listrik buatan Inka tersebut yang terkategori high tech agar jajaran bus listrik Transjakarta bisa terus bertambah.

Barulah setelahnya, Dirut Yana mengusulkan agar Kementerian BUMN melakukan riset terkait retrofit bus listrik dihadapan Wakil Menteri II Kementerian BUMN, Kartika Wirjoatmodjo.

“Barangkali Kementerian BUMN berkenan perlu juga ada riset terkait dengan retrofit. Jadi untuk mempercepat komitmen negara Indonesia untuk net zero emmission ini,” jelas Yana.

“Kalau kita hanya membeli dan membuat kan ada waktu. Tapi kalau ada operator misalnya Damri dan PPD juga ada bus makin bagus mesinnya kita ganti dengan mesin listrik saya kira ini akan bisa lebih cepat proses,” tambahnya.

Baca juga: PT INKA Punya Bus Listrik dan Kini Diuji Coba di Jakarta oleh PT TransJakarta

Dengan turun tangannya Kementerian BUMN dalam melakukan riset retrofit bus listrik, ia berharap transportasi di Jakarta bisa didukung oleh banyak pihak agar pelayanan transportasi di Jakarta bisa lebih baik.

Retrofit sendiri bukan barang baru di sektor transportasi. Di sektor transprotasi udara, misalnya, retrofit marak dilakukan beberapa perusahaan. Retrofit sendiri adalah penambahan teknologi atau fitur baru pada sistem lama untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan proses kerja menjadi lebih optimal.

Marak Pelecehan Seksual di Bus, Transjakarta Sediakan Ruang Khusus di Halte–Pengacara

Transjakarta bakal menyediakan ruang khusus bagi korban pelecehan seksual. Ruang khusus ini adalah salah satu fasilitas baru di halte Transjakarta pasca revitalisasi. Tak hanya itu, perseroan juga menyiapkan dokter, psikiater, psikolog, sampai pengacara sebagai langkah-langkah lanjutan dalam melakukan pendampingan terhadap korban pelecehan seksual.

Baca juga: Belum Berubah, Wanita Masih Sering Mengalami Pelecehan Seksual di Transportasi Massal

“Kita di halte menyediakan ruang ramah perempuan dan anak. Nanti ada petugas keamanan yang pakai rompi biru mereka yang bertugas untuk memastikan keamanan di halte dan bus itu terjaga. Kita bantu dengan CCTV. CCTV itu terpantau di kantor pusat. Nyambung juga di ponsel pimpinan,” ujar Kepala Divisi Prasarana PT Transjakarta, Trijatmi Erawati, kepada wartawan, Rabu (28/12).

CCTV, lanjutnya, yang saat ini tersebar di bus dan halte, juga dilengkapi dengan teknologi terkini yang memungkinkan terduga pelaku mudah diidentifikasi.

Sambil terus mengidentifikasi pelaku, korban pelecehan seksual akan diamankan dan dibawa ke ruang ramah perempuan dan anak di halte untuk dilakukan pendampingan. Di sana, korban akan diminta untuk menjelaskan kronologi kejadian. Andai situasinya buruk, Transjakarta akan berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk  (PPAPP) Provinsi DKI Jakarta.

PPAPP kemudian akan melakukan asessment untuk melakukan pendampingan dengan psikologi, psikiater, sampai pengacara.

“Pada saat ada laporan kejadian pelecehan atau apapun kita bisa langsung ambil CCTV. CCTV-nya juga sudah model V8 itu kita bisa zoom mukanya kaya apa itu kita bisa cari. Kita sudah kerja sama dengan kepolisian-TNI, kalo oknumnya ada itu kita gampang banget nangkapnya,” jelas Trijatmi.

“Kita perlu ruang me-recovery psikisnya pelanggan yang terkena pelecehan itu biasanya pasti stress pasti panik, takut, nah kita ada ruang jadi di revitalisasi ini kita menyediakan ruang buat pelanggan untuk bisa di ruangan itu dulu menenangkan diri kemudian dia bisa melaporkan apa yang terjadi, kita dampingi nah itu bagian dari usaha kita untuk mengurangi itu,” tambahnya.

“Kita bekerja sama dengan PPAPP, kita sudah bekerja sama. Jadi kalau kondisinya sangat buruk kita bisa panggil dokter psikiater psikolog sampai ke pengacara itu disediakan. Tinggal nanti kita koordinasi dengan Dinas mereka yang sediakan,” tutupnya.

Baca juga: KAI Blacklist Pelaku Pelecehan Seksual untuk Naik Kereta Api

Pelecehan seksual di bus Transjakarta marak terjadi. Sampai bulan Agustus tahun ini saja sudah terjadi sembilan kasus pelecahan seksual di lingkungan Transjakarta.

Upaya demi upaya terus dilakukan Transjakarta, mulai dari imbauan agar pelaku berani melapor ke petugas, sampai mengoperasikan bus khusus wanita.

Rusia: “Proyek CR929 Bisa Dilanjutkan Tanpa Menggunakan Komponen dari Pihak Ketiga”

Antara Rusia dan Cina memang bersekutu, namun, dalam aspek industri, hubungan antar keduanya kerap mengalami pasang surut. Seperti dalam sektor dirgantara, Rusia dan Cina berksepakat untuk mendirikan perusahaan patungan China-Russia Commercial Aircraft International Corporation (CRAIC), yang diwujudkan dalam proyek pengembangan pesawat wide-body CR929, yang diproyeksi untuk menandingi Airbus A330 dan Boeing 787.
Lantaran ada sejumlah ketidaksesuaian, Rusia dikabarkan tengah mempertimbangkan keluar dari proyek CR929 dan meninggalkan Cina sendirian. Hal itu disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Rusia Yuri Borisov, yang mengawasi industri militer dan penerbangan Rusia, pada bulan Juli lalu.
Namun, ada update terbaru yang disampaikan Denis Manturov, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan dan Industri Federasi Rusia, yang baru. Dikutip dari Kantor Berita Rusia TASS, Manturov mengungkapkan bahwa proyek CR929 dapat terus dilanjutkan, tapi dengan sejumlah syarat.
Banyak kolaborasi teknologi internasional telah ditunda tanpa batas waktu karena sanksi yang dikenakan terhadap Rusia sebagai akibat dari invasinya ke Ukraina. Namun, Cina tidak membatasi hubungan perdagangan dengan tetangganya di utara. Dengan demikian, kolaborasi pesawat berbadan lebar yang direncanakan antara United Aircraft Corporation (UAC) dan Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (COMAC), CRAIC CR929, secara teoritis masih dapat terjadi.
Meskipun sempat ada ancaman dari Rusia untuk menarik diri dari proyek tersebut, rencana untuk pesawat penumpang dua lorong dengan 280 kursi jarak jauh tampaknya akan terus berlanjut.
Tapi perlu dicatat, bahwa Rusia tidak akan mengandalkan komponen dan sistem yang bersumber dari luar dan sadar akan risiko pemasok dari pihak ketiga, yang dapat menarik diri karena takut akan konsekuensi melakukan bisnis dengan Rusia. Untuk itu, Pemerintah Rusia sekarang berhati-hati untuk melanjutkan proyek CR929.
“Saya pikir kami akan mengadakan negosiasi reguler pada kuartal pertama tahun depan, dan kami akan mencapai prospek dan tenggat waktu yang jelas. Tetapi rekan Cina kami hari ini memiliki aplikasi untuk berpartisipasi dalam proyek ini dari berbagai produsen komponen dari negara ketiga. Kami sendiri tidak akan melakukannya dengan format seperti itu, mengingat situasi saat ini dan semua risiko yang kami pahami dengan baik, oleh karena itu, agar tidak menghadapinya, kami dapat membuat keputusan sendiri,” ujar Denis Manturov.
Sementara itu, Manturov juga mengatakan bahwa sementara pintu kolaborasi industri mungkin tertutup dengan Barat, Rusia akan berupaya meningkatkan kemitraannya dengan negara-negara di EAEU (Eurasian Economic Union) dan CIS (Commonwealth of Independent States), SCO (Asosiasi Kerjasama Shanghai), BRICS, negara-negara di dunia Arab, serta negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Target UAC terperinci untuk 1.000 unit jet pada tahun 2030. Manturov mempertahankan target yang disepakati dengan Vladimir Putin pada bulan Maret – bahwa pada tahun 2030, Rostec akan memproduksi 1.000 pesawat baru. Sekitar setengahnya, berarti 500, di antaranya akan datang dari United Aircraft Operation (UAC). Angka ini terdiri dari 240 unit MC-21-310, 114 SSJ-NEW, 70 Il-114-300, 70 Tu-214, dan 12 Il-96.

Tuntas Direvitalisasi, 4 Halte Transjakarta yang Terintegrasi KRL dan LRT Jabodebek Mulai Beroperasi

Transjakarta siap mengoperasikan empat halte yang sudah tuntas direvitalisasi. Halte-halte itu tidak hanya memiliki wajah baru yang lebih segar, tetapi juga ramah disabilitas dan terintegrasi dengan moda lain, mulai dari KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line sampai LRT Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi).

Baca juga: Anies: Integrasi MRT ASEAN-Halte TransJakarta di CSW Jadi Monumen Penting dalam Sejarah

Saat ini, dari keempat halte Transjakarta yang sudah rampung direvitalisasi itu, mulai dari Halte Stasiun Jatinegara 2, Halte Stasiun Matraman Baru, Halte Stasiun Cawang Cikoko, dan Halte Stasiun Juanda, yang sudah mulai dioperasikan atau diuji coba secara terbatas adalah Halte Stasiun Jatinegara 2.

Meski seluruh pekerjaan pembangunan revitalisasi dan integrasinya dengan KAI Commuter atau dengan Stasiun Jatinegara sudah rampung sepenuhnya, tetapi operasionalnya masih menunggu peresmian dengan pihak KAI Commuter.

“Yang mulai operasi ini (Halte Stasiun Jatinegara 2). Hari ini (Rabu) kita mulai operasikan. Secara bertahap sudah dioperasikan. Secara fisik pekerjaan sudah selesai tinggal kita buka aja itu penutup dengan pihak KAI Commuter,” kata Direktur Teknik & Digital Transjakarta, Mohamad Indrayana, kepada wartawan, Rabu, (28/12/2022).

Bila tak ada aral melintang, Halte Stasiun Jatinegara 2 dan Stasiun Jatinegara bisa sepenuhnya terintegrasi dan dinikmati masyarakat mulai awal tahun depan. “Kita targetkan awal tahun depan, awal Januari,” tambahnya.

Meski begitu, ia menggarisbawahi bahwa operasional halte terintegrasi tersebut di bulan Januari masih belum 100 persen pekerjaan rampung.

“Kelengkapan disabilitas agak mundur sedikit. Kita harapkan paling cepat bulan Februari sudah lengkap dengan lift dan eskalator,” tambahnya.

Lebih lanjut, Mohamad mengungkapkan bahwa empat halte yag sudah tuntas direvitalisasi itu salah satunya tidak hanya terintegrasi dengan KRL tetapi juga dengan LRT Jabodebek.

“Jadi Transjakarta, ada Stasiun Cawang Cikoko sendiri yang dilintasi KRL terus ada juga dengan LRT Jabodebek. LRT-nya kan yang kemarin ditinjak Presiden (Jokowi) yang akan diperasikan pertengahan tahun depan. Tapi kita sudah kita koneksikan duluan dan kita operasikan tak menunggu LRT-nya dan ini (Halte Stasiun Cawang Cikoko) akan kita operasikan juga awal tahun depan,” jelas Mohamad.

Baca juga: Skybridge MRT Jakarta Hubungkan Poins Square dan Halte TransJakarta

Sayangnya, tarif integrasi antarmoda di empat halte yang terintegrasi itu, termasuk juga dengan halte-halte lainnya, masih harus menunggu dan belum ada kejelasan lebih jauh.

Meski begitu, saat ini, pihak KAI Commuter dan Transjakarta disebutnya sudah membuka komunikasi. Tinggal menunggu regulasi saja dari Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Perhubungan.

Ada “DINA” di Stasiun MRT Lebak Bulus, Robot Pintar untuk Tugas Patroli

Seolah mengkuti jejak MRT Singapura, MRT Jakarta mulai memperkenalkan sosok robot pintar di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Robot yang berkeliling di area lantai 2 itu, dapat berpatroli secara otonom maupun menggunakan kendali petugas. Robot inovasi ini diharapkan membantu tingkat manajemen untuk mengetahui kondisi nyata (real time) di stasiun sehingga membantu dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.
Dikutip dari Detik.com (28/12/2022), selain itu, robot ini juga melakukan interaksi dua arah dengan penumpang karena tersambung dengan petugas di stasiun. Robot pintar yang diberi nama DINA, dikembangkan oleh para akademisi Universitas Gunadharma dan digadang untuk melalukan patroli di dalam area stasiun.
Belum jelas mengenai spesifikasi DINA. Untuk saat ini, PT MRT Jakarta mengujicobakan satu unit Robot DINA dan ditempatkan di Stasiun Lebak Bulus Grab, sebagai salah satu stasiun besar dan tersibuk di jalur fase 1. Nantinya, akan dilakukan kajian dan evaluasi untuk penambahan di stasiun lain, termasuk untuk fase 2A.
Jauh sebelumnya, yakni pada tahun 2018, MRT Singapura juga telah menghadirkan robot dengan fungsi patroli di beberapa stasiun. Untuk melakukan tugas patroli, robot yang dikembangkan oleh leh ST Engineering, sudah terbilang canggih.
Fitur yang melekat pada robot patroli di stasiun MRT Singapura  mencakup 7 unit kamera pengintai yang dapat memanta situasi 360 derajat. Untuk akurasi lokasi, robot ini juga dilengkapi GPS (Global Positioning System), plus beragam sensor seperti LIDAR (Light Detection and Ranging) dan laser tracker. Dalam tahap lanjutan, LTA (Land Transport Authority) menyebut robot akan punya kemampuan analisa video dan audio.

Skadron Udara 17 TNI AU Operasikan Dassault Falcon 7X dan 8X, Jet Mewah dengan Kemampuan Terbang Jarak Jauh

Selain kondang dengan produk jet tempur Rafale, Dassault Aviation juga tersohor sebagai manufaktur pesawat jet bisnis, di mana Dassault Aviation telah mengibarkan nama Falcon sebagai lini pesawat jet mewah dengan kemampuan terbang jarak jauh. Dan pada 28 Desember 2022, Skadron Udara 17 VIP/VVIP TNI AU telah resmi bergabung sebagai operator jet mewah tersebut.

Baca juga: 2023 Pesawat Falcon 50 Berbahan Bakar Amonia Terbang Perdana, Tantang Pesawat Hidrogen Airbus

Serupa tapi tidak sama, ada dua unit Falcon Business Jet yang didatangkan untuk TNI AU, yakni Falcon 7X dan Falcon 8X. “Hari ini kita berbangga, ada kekuatan tambahan untuk TNI AU. Dua pesawat yang kita sebut pesawat Kodal (Komando Pengendalian) ini diperuntukkan bagi unsur pimpinan sehingga mereka dapat dengan cepat bergerak dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya,” ujar Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang menyerahkan kedua pesawat di Hanggar Skadron Udata 17, pada 28 Desember 2022, seperti dikutip dari Tim Media Prabowo Subianto.

Acara penyerahan pesawat tersebut diawali dengan penghormatan, berupa Water Salute untuk pesawat Falcon 7X, sebagai simbol ucapan selamat datang di Lanud Halim Perdanakusuma.

Falcon 7 X yang digunakan TNI AU bukan pesawat baru. Pesawat ini dibuat Dassault Aviation pada tahun 2015. Saat pertama keluar dari pabriknya di Perancis, pesawat ini langsung diboyong ke Meksiko untuk digunakan oleh Aerolineas Centrales. Pesawat yang awalnya memiliki registrasi uji F-WWZR itu kemudian mendapatkan registrasi XA-GOR.

Dituliskan bahwa sebelum registrasi pesawat dicabut, nama pemilik pesawat yang terdaftar di FAA adalah salah satu perusahaan perbankan raksasa dunia, yaitu Bank Of America.

Lalu pada 10 Juni 2022, Falcon 7 X sudah terdaftar dalam registrasi di penerbangan Perancis, dengan nama Dassault Aviation dengan registrasi pengenal F-HJCP. Kemudian pada September 2022, pesawat tiba di Bandara Lelystad, ketika itu pesawat masih menggunakan strip besar berwarna abu-abu di badannya dengan tulisan F-HJCP terpampang di badan mesin jet.

Setelah sempat menghilang selama beberapa pekan, ternyata ketika muncul lagi, wajah Falcon 7 X sudah berubah. Warna dasarnya berubah dari putih menjadi abu-abu khas militer, dan strip abu-abu besar di badan telah berganti merah putih, Selain itu pada ekor pesawat ada roundel TNI AU.

Yang tadinya Falcon 7X menggunakan kode F-HJCP, maka saat resmi dioperasikan TNI AU mendapatkan nomor registrasi A-0707. Bicara spesifikasinya, Falcon 7X diawaki tiga kru (pilot, kopilot, dan pramugari) dan dapat menampung hingga 12 penumpang.

Pesawat ini memiliki panjang 23,19 meter, lebar bentang sayap 26,21 meter, dan tinggi 7,86 meter. Berat lepas landas maksimumnya (MTOW) mencapai 31.299 kg. Falcon 7X ditenagai berupa tiga mesin turbofan buatan Pratt & Whitney Canada (PWC) PW307A, yang masing-masing berdaya 28,46 kN.

Pesawat ini memiliki performa kecepatan jelajah maksimal 900 km per jam dan ketinggian terbang hingga 15.545 meter. Dassault Aviaton merancang Falcom series sebagai pesawat bisnis jet dengan kemampuan terbang jarak jauh. Dengan bahan bakar penuh, Falcon 7X dapat terbang non-stop sejauh 11.000 km.

Baca juga: Dassault Aviation Luncurkan Falcon 10X, Jet Bisnis Ultra Jarak Jauh dengan Sentuhan Jet Tempur Rafale

Falcon 8X
Falcon 8X adalan varian yang lebih maju dari Falcon 7X. Dassault Falcon 8X yang digunakan TNI AU adalah produksi tahun 2017. Operator pertamanya adalah Plenty Shine Investment Ltd, yang kala itu mendaftarkan Falcon 8X dengan nomer registrasi VP-CHY.

Kemudian sejak 18 Juli 2022, pesawat tersebut kembali dimiliki oleh Dassault Aviation dengan nomer registrasi F-HSRI. Ketika resmi digunakan TNI AU, pesawat mendapatkan registrasi A-0808.

Falcon 8X lebih panjang satu meter dari Falcon 7X dan dapat membawa 16 penumpang. Falcon 8X ditenagai tiga mesin jet Pratt & Whitney Canada PW307D. Falcon 8X memiliki jangkauan terbang lebih jauh dari Falcon 7X, yakni 11.950 km. Hal tersebut dapat dicapai berkat tangki tambahan dan mesinnya yang lebih efisien.