Hampir Bangkrut, Thai Airways Bukukan Laba Rp24 Triliun di 2021!

Thai Airways sungguh mengejutkan banyak pihak. Bagaimana tidak, lima tahun berturut-turut sejak 2016 selalu rugi, di tahun 2021 kemarin maskapai nasional Thailand itu sukses membukukan laba sebesar 55 miliar baht (US$1,68 miliar) atau sekitar Rp24,1 triliun (kurs 14.378). Bagaimana bisa?

Baca juga: Nyaris Bangkrut, Thai Airways Mulai Bangkit! Kini Terbang ke 10 Negara

Setahun sebelumnya, saat pandemi virus Corona sedang bergejolak hebat, Thai Airways berada dalam situasi sangat sulit dengan membukukan kerugian hampir 141 miliar baht (US$4,31 miliar) atau sekitar Rp62 triliun (kurs 14.378).

Sebagaimana maskapai lain di dunia, Thai Airways mengalami kerugian sangat besar di tahun 2020 lantaran industri pariwisata Negeri Gajah Putih anjlok ke jurang terdalam. Selain Thailand sendiri menutup perbatasannya akibat Covid-19, negara-negara tetangga juga demikian, sehingga semakin memperburuk keadaan.

Di pertengahan tahun 2020, Thai Airways resmi mengajukan prosedur ‘anti bangkrut’ atau restrukturisasi di Pengadilan Kepailitan Pusat Thailand. Saking sulitnya, Thai Airways bahkan tak sanggup untuk mengembalikan dana oleh penumpang (refund).

Sambil menunggu proses restrukturisasi berjalan, Thai Airways coba membangkitkan asa dengan melakukan berbagai inovasi, mulai dari berbisnis restoran khas hidangan pesawat, menyewakan flight simulator, jasa pelatihan menjadi pramugari, sampai flight to nowhere atau terbang keliling Thailand untuk mengakomodir masyarakat yang rindu terbang.

Selain itu, Thai Airways juga tak segan menjual berbagai hidangan khas pesawat di berbagai supermarket ternama di Thailand.

Puncaknya adalah di pertengahan tahun 2021. Ketika itu, Thai Airways mulai menerbangi 13 bandara di 10 negara, mulai dari Filipina, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Australia, Inggris, Perancis, Jerman, Swiss, dan Denmark, direct baik dari Bangkok ataupun Phuket, sampai akhir September di tahun yang sama.

Itu semua merupakan bagian dari program mendukung Project Sandbox, sejenis program Vaccine Tourism Hub atau pusat hub vaksinasi bagi wisatawan di Thailand tanpa perlu menjalani karantina mandiri terlebih dahulu; sesuatu yang hampir mustahil dilakukan di luar Project Sandbox Thailand.

Rata-rata penumpang pun, sebagaimana dilansir Simple Flying, mengalami peningkatan, dari semula 311 penumpang pada Oktober menjadi 1.067 di bulan November dan 2.559 di bulan Desember.

Upaya tersebut pun sukses membuahkan hasil. Tahun 2021 ditutup dengan laba sebesar sebesar 55 miliar baht (US$1,68 miliar) atau sekitar Rp24,1 triliun. Laba tersebut yang terbesar tentu saja bukan datang dari penerbangan penumpang, melainkan penerbangan kargo. 50 persen dari laba tahun 2021 datang dari penerbangan kargo dengan total 10 miliar baht (US$305,96 juta).

Selain itu, pendapatan berkali-kali lipat dari tahun 2020 tersebut juga didukung dengan pendapatan lain dari penjualan aset dan tentu saja suntikan dana sebesar 61,8 miliar baht (US$1,89 miliar) sebagai bagian dari restrukturisasi.

Baca juga: Waduh! Berat Badan Berlebih Tak Bisa Duduk di Kelas Bisnis Thai Airways

Di tahun 2022 ini, jumlah penumpang mengalami penurunan sebesar 20 persen di banding Desember 2021. Dari segi armada, Thai Airways melakukan perampingan dengan mengoperasikan 67 pesawat dari semula 83 pesawat.

Selain itu, maskapai juga terus memperluas dan meningkatkan penerbangan internasional ke London, Frankfurt, Kopenhagen, Zurich, Singapura, Melbourne, dan Kuala Lumpur.

Bus Bisa Terbakar Karena Power Bank? Simak Dulu Penjelasan Ini

Kejadian kebakaran yang menimpa bus pariwisata asal Malang di Tol Pandaan-Malang beberapa waktu lalu menjadi perbincangan di media sosial. Belum diketahui secara pasti penyebab peristiwa tersebut, akan tetapi banyak yang menduga power bank adalah biang keroknya.

Baca juga: Powerbank Tenaga Surya, Andalan Ketika Berlibur di Alam Tanpa Soket Listrik

Namun, dugaan tersebut akhirnya dipatahkan oleh salah satu penumpang bus melalui komentarnya di salah satu unggahan video detik-detik terbakarnya bus. Dia menegaskan tidak ada satupun penumpang yang mengisi daya power bank di dalam bus.

Dia menyebut asap muncul secara tiba-tiba dari bagian belakang atau mesin bus. Beberapa penumpang yang duduk di belakang juga merasakan hawa panas sebelum bus berhenti untuk evakuasi penumpang dan akhirnya terbakar habis.

Power bank yang diisi dayanya lewat fasilitas colokan listrik di dalam bus selama ini dianggap menjadi penyebab terjadinya kebakaran atau kerusakan kelistrikan bus. Demikian halnya dengan laptop dan kamera yang dianggap sebagai sumber masalah tersebut.

Oleh karena itu, beberapa perusahaan otobus (PO) atau kru bus dengan inisiatifnya melarang penggunaan fasilitas colokan listrik untuk pengisian daya perangkat tersebut. Berlaku untuk colokan listrik rumahan yang biasanya diletakkan di bagasi atas (stop kontak) atau port USB.

Sayangnya, ketika ditanya oleh penumpang alasan pelarangan itu sebagian besar mereka tak bisa memberikan alasan spesifik. Mereka hanya menyebut pengisian daya power bank, laptop, dan kamera bisa menyebabkan kebakaran.

Influencer otomotif Muhamad Abdul Wahid atau Mas Wahid yang juga pemilik dari PO Pesona Transport mencoba memberikan penjelasan singkat mengenai hal tersebut. Dia menyebut sistem kelistrikan pada bus tidak didesain untuk memenuhi kebutuhan listrik yang besar, termasuk mengisi daya perangkat dengan daya listik besar.

Jika digunakan untuk mengisi daya perangkat yang melebihi kapasitasnya, maka yang terjadi adalah panas berlebih pada komponen kelistrikan. Hal itu tentunya berpotensi merusak komponen, khususnya kabel yang berpotensi menyebabkan kebakaran atau konsleting.

“[Sistem kelistrikan] bus cuma didesain untuk charging hp demi mendukung para penumpang untuk tidak kehabisan daya baterai ponsel supaya dpt mendokumentasikan perjalanan dan memberi kabar keluarga,” demikian disampaikan Mas Wahid lewat unggahannya di akun @maswahid beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, risiko paling ringan yang harus dihadapi akibat penggunaan daya berlebih pada sistem kelistrikan bus adalah rusaknya komponen dinamo ampere atau alternator sebagai pengisi daya. Hal itu tentunya menyebabkan seluruh perangkat kelistrikan bus tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, termasuk lampu-lampu penerangan.

“Sebagai pengemudi saya pernah mengalami efek teringan seperti ini. Saat saya tugas malam menggantikan pengemudi utama, nyaris sepanjang Jatim-Jateng tanpa listrik, lampu utama redup, dan lain-lain terganggu,” ungkapnya.

Kerusakan lain yang kerap terjadi akibat penggunaan daya berlebih adalah inverter mati total atau terbakar. Seperti diketahui, arus listrik yang dihasilkan oleh alternator dan disimpan pada aki adalah arus searah (DC) dengan tegangan 24V. Sementara arus dan tegangan yang dibutuhkan oleh perangkat elektronik pada umumnya adalah arus bolak-balik (AC) dengan tegangan 110-220V.

Inverter bertugas mengonversi atau menyesuaikan arus dan tegangan tersebut. Biasanya, inverter memiliki kemampuan yang terbatas, tak lebih dari 1000W. Tentunya daya sebesar itu harus dibagi-bagi dan tidak semuanya dialokasikan untuk kebutuhan colokan listrik.

Baca juga: (Lagi) Powerbank Meledak di Penerbangan AirAsia Rute Kuala Lumpur-Hong Kong

Inverter juga digunakan untuk menyuplai listrik yang dibutuhkan oleh perangkat hiburan bus seperti televisi, mikrofon, dan beberapa perangkat audio. Demikian halnya dengan perangkat tambahan berupa dispenser dan coffee maker yang kerap ditemui di bus-bus masa kini. (Bisma Satria)

Boeing-Airbus Stop Suku Cadang, Rusia Bakal ‘Rampas’ Semua Pesawat Asing dari Lessor?

Airbus dan Boeing menghentikan pasokan suku cadang, menangguhkan perawatan, dan dukungan teknis untuk seluruh armada mereka yang dioperasikan maskapai-maskapai Rusia, sebagai bagian sanksi AS dan Eropa menyikap invasi Rusia ke Ukraina. Menariknya, hal ini justru disebut bakal dimanfaatkan Rusia untuk merampas atau mengakuisisi pesawat dari tangan lessor. Mungkinkah?

Baca juga: Empat Kali Lipat dari Harga Rata-rata Global, Biaya Leasing Pesawat Bikin Garuda Indonesia Bangkrut

Dilansir The Guardian, sebanyak 332 pesawat Boeing dan 304 Airbus saat ini terdaftar dalam barisan armada maskapai-maskapai Rusia.

Meski pasokan suku cadang, perawatan, dan dukungan teknis untuk semua pesawat tersebut untuk sementara waktu di-stop Airbus-Boeing, namun, beberapa analis menduga itu tidak akan berdampak pada operasional maskapai dalam waktu dekat. Tentu dengan catatan, tidak ada kerusakan yang berarti.

Andaipun ada kerusakan, maskapai bisa saja melakukan tambal sulam atau kanibal dengan suku cadang atau komponen pesawat lain yang sedang digrounded.

Akan tetapi, bila keputusan Boeing-Airbus bertahan dalam jangka lama, bukan tak mungkin maskapai-maskapai di Rusia akan kelimpungan. Ini yang pada akhirnya memunculkan opsi untuk menasionalisasi atau ‘merampas’ pesawat-pesawat tersebut oleh Rusia.

Terlebih, perusahaan dalam negeri Rusia, seperti Irkut, Ilyushin, Sukhoi, dan lain sebagainya, bisa dikerahkan untuk meminimalisir dampak hengkangnya Boeing-Airbus, sekaligus me-maintenance pesawat-pesawat ‘warisan’ Boeing-Airbus.

Terlepas jadi tidaknya Rusia merampas seluruh pesawat Boeing-Airbus dari tangan lessor, secara hukum, hal itu sebetulnya sah-sah saja dan sudah dimasukkan dalam klausul penyewaan.

Praktisi hukum leasing dan keuangan pesawat, Hendra Ong, mengungkapkan, kemungkinan Rusia merampas pesawat-pesawat Boeing-Airbus yang dioperasikan maskapai-maskapai mereka dari tangan lessor atau leasing pesawat sangat mungkin terjadi.

Dalam lease agreement, lanjut Hendra, biasanya ada klausul yang mengatur mengenai keadaan tersebut.

“Bisa saja, apabila itu terjadi asuransi akan membayar. Umumnya utk perjanjian leasing standard, ada klausul di lease agreement yg mengatur mengenai keadaan tersebut,” katanya kepada KabarPenumpang.com.

Baca juga: Dinilai Krusial Bantu Kesuksesan Maskapai, Berikut Daftar 5 Leasing Pesawat Terbesar Di Dunia

Kendati lessor sebetulnya sudah sangat siap menghadapi keadaan tersebut (pesawat-pesawatnya dirampas oleh Rusia), namun, mereka tetap menuntut maskapai yang melakukan itu ke pengadilan setelah pesawat benar-benar diambil alih, tanpa harus menunggu keadaan atau situasi geopolitik antara AS-Uni Eropa dan Rusia kembali normal.

“Proses penuntutan sambil berjalan, tidak menunggu kembali normal. Itu masuk keadaan default. Pihak asuransi juga berkepentingan dalam hal ini,” tutupnya.
























Tes Covid Sudah Tidak Berlaku Lagi Untuk Naik Pesawat, Naik Kereta Api Kok Masih Berlaku, Kenapa?

Banyak kabar beredar mengenai pemerintah yang melonggarkan aturan untuk perjalanan dalam negeri (domestik) sudah tidak perlu menggunakan tes Covid-19 seperti PCR atau Rapid Antigen.

Baca juga: Mirip Prokes di Indonesia, Italia Mulai Buka Layanan Kereta Cepat ‘Bebas Covid-19’

Kelonggaran ini berlaku bagi warga masyarakat yang bepergian cukup untuk menunjukkan sertuifikan vaksin kedua saja. Kelonggaran ini berlaku bagi masyarakat yang bepergian dalam perjalanan domestik menggunakan pesawat terbang. Lalu bagaimana sih untuk perjalanan kereta api?

Ini alasan PT Kereta Api Indonesia masih mengacu pada Surat Edaran Kemenhub Nomor 97 Tahun 2021. SE tersebut memuat syarat perjalanan kereta dengan menunjukkan hasil tes Covid-19. Jadi masih belum diberlakukannya kelonggaran untuk perjalanan menggunakan kereta api jarak jauh. Sementara ini yang tidak perlu menggunakan syarat tes PCR atau Rapid Antigen hanya perjalanan kereta api lokal atau jarak menengah.

Namun jika pemerintah menetapkan perubahan persyaratan maka dengan tentu PT KAI akan senantiasa mematuhi kebijakan tersebut dan akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat pelanggan kereta api terkait dengan pemberlakuan aturan tersebut.

Baca juga: Bus Kota di Australia Barat ‘Disulap’ Menjadi Laboratorium Uji Covid-19 

Dihapusnya syarat menunjukkan hasil tes Covid-19 sebelumnya disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Pelonggaran itu diberikan untuk masyarakat yang sudah menjalani vaksin Covid-19 sampai dosis kedua maupun booster. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Masih Aman, Tarif KRL Jabodetabek Tidak Jadi Naik Sampai Lebaran 2022

Penumpang KRL Jabodetabek patut berbangga, karena usulan kenaikan tarif KRL ditunda sampai Hari Raya Lebaran. Penumpang masih bisa merasakan tarif reguler seperti biasa dengan harga Rp3.000 per 25 kilometer dilanjut harga Rp1.000 untuk 10 kilometer selanjutnya. Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengungkapkan, wacana kenaikan ini akan diundur hingga setelah Hari Raya Idul Fitri 2022.

Baca juga: Terungkap! Ini Alasan Tarif KRL Jabodetabek Naik Tahun Ini 

Tapi tiket KRL akan dikaji kembali setelah Lebaran atau tepatnya pada Mei 2022 dan melihat situasi dan kondisi masyarakat juga. Kasubdit Penataan dan Pengembangan Jaringan Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, Arif Anwar menjelaskan, usulan kenaikan tarif KRL merupakan hasil kajian kemampuan membayar (ability to payment) dan kesediaan pengguna untuk membayar (willingness to pay) kereta api perkotaan.

Sebelumnya bahwa tarif KRL Commuter Line direncanakan naik dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 per 1 April 2022. Kenaikan tarif KRL Rp2.000 ini untuk perjalanan 25 kilometer pertama. Lalu untuk 10 kilometer selanjutnya tetap dikenakan tambahan tarif sebesar Rp1.000. Jadi, perjalanan awal dengan KRL untuk 25 km pertama Rp5.000, jika sampai 35 km maka jadi Rp6.000, jika sampai 45 km jadi Rp7.000 dan seterusnya. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Jadi Pesawat Tersukses dalam Sejarah, Dekade 90-an Jadi Periode Tersulit Boeing 737! 2.700 Pesawat Digrounded

27 Januari 2002 silam, Boeing 737 berhasil mencatatkan diri sebagai pesawat pertama dalam sejarah penerbangan dunia yang berhasil membukukan 100 juta lebih jam terbang. Meski begitu, Boeing 737 bukan tanpa masalah. Di dekade 90-an, keluarga Boeing 737 mengalami masalah besar pada rudder pesawat dan menyebabkan dua kecelakaan fatal.

Baca juga: Ini Deretan Maskapai Pertama yang Operasikan Setiap Tipe Boeing 737, Ada Maskapai Indonesia!

Perjalanan Boeing 737 mencapai 100 juta lebih jam terbang dimulai pada April 1967 saat Boeing 737-100 atau generasi pertama melakoni penerbangan perdana. Disusul debut perdananya bersama Lufthansa pada Februari 1968 dan United Airlines pada keesokan harinya menggunakan seri yang lebih panjang, 737-200.

Adapun seri klasik 737-300 dan -400 pertama kali terbang mulai Februari 1984, diikuti seri klasik berikutnya Boeing 737-500. Lambat laun, Boeing 737 terus mendapat tempat terbaik di hati penumpang dan maskapai.

Namun, sedang jaya-jaya di pangsa pasar pesawat narrowbody global, bersaing dengan keluarga Airbus A320, Boeing 737 mendapat ujian berat dengan serangkaian kasus. Dua di antaranya adalah kecelakaan fatal pada United Airlines flight 585 pada 3 Maret 1991 dengan 23 korban jiwa dan USAir flight 427 pada 8 September 1994 dengan total 132 korban jiwa.

Dilansir Simple Flying, usai investigasi FAA terhadap dua kecelakaan tersebut, disimpulkan bahwa kerusakan pada valve atau katup membuat rudder pesawat rusak dan bergerak sendiri tanpa intervensi pilot atau dikenal dengan istilah hardover rudder.

Dua tahun berselang atau pada tahun 1996, Boeing mengakui bahwa masalah rudder Boeing 737 dapat membahayakan penerbangan dan meminta untuk menggrounded serta memeriksa seluruh pesawat tersebut, baik seri awal atau generasi pertama, klasik, maupun NG.

Dampak dari perintah FAA tersebut tidak main-main. Sedikitnya, 2.700 unit pesawat keluarga Boeing 737 di seluruh dunia terpaksa digrounded sebelum Boeing melakukan berbagai langkah-langkah menjamin keamanan pesawat.

Hardover rudder sendiri adalah kondisi dimana rudder, yang berfungsi untuk membelokkan pesawat serta terhubung dengan sistem landing gear, berada pada posisi ke kanan sekali atau ke kiri sekali. Andai hardover rudder ini terjadi di ketinggian dan kecepatan rendah, pesawat bisa terjun bebas tanpa bisa dicegah pilot dan itulah yang terjadi pada dua insiden di atas.

Ketika itu, pada 3 Maret 1991, pesawat Boeing 737-291 United Airlines flight 585 terbang reguler dari Denver ke Colorado Springs, Colorado, Amerika Seriat, membawa 20 penumpang dan 5 kru. Pesawat berusia sembilan itu mengalami kecelakaan tepat sebelum mendarat akibat rudder memaksa pesawat berbelok ke kanan tanpa perintah pilot.

Sayangnya, penyelidikan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) tidak menemukan adanya cacat rudder. Disimpulkan bahwa hembusan angin misterius menyebabkan pesawat kecelakaan.

Baca juga: Berapa Banyak Pesawat Boeing 737 All Series yang Masih Terbang dan dalam Pesanan?

Barulah pada kecelakaan USAir flight 427, masalah pada rudder pesawat keluarga Boeing 737 terungkap. Kebalikan dari United Airlines flight 585 yang banting setir ke kanan, flight 427 dilaporkan tiba-tiba berbelok ke kiri dan masuk ke jurang.

Setelahnya Boeing diminta untuk mendesain ulang rudder dan kecelakaan tidak terulang, menandakan bahwa hardover rudder benar-benar menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Tips Agar Perjalanan yang Ditunda Menjadi Lebih Istimewa

Pelancong di masa pandemi harus menunda banyak perjalanan mereka seperti bulan madu, acara keluarga bahkan hanya untuk liburan singkat. Namun, ketika perjalanan kembali dibuka, akhirnya banyak yang bisa kembali menikmati perjalan mereka.

Baca juga: Tips – Mau ke Luar Negeri Saat Pandemi? Harus Siap dengan Rencana Cadangan

Jika Anda berencana melakukan perjalanan yang tertunda pasti ingin menjadikannya istimewa. KabarPenumpang.com dari washingtonpost.com (2/3/2022), ada beberapa tips dari para ahli dan pelancong lainnya untuk perjalanan di masa pandemi ini.

Manjakan diri dengan sedikit mewah
Karena menunda perjalanan, Anda bisa merasakan yang sedikit lebih mewah meski ada anggaran lebih yang dikeluarkan. Walau begitu, dengan menikmati yang sedikit lebih dari perjalanan awal, Anda akan bisa lebih leluasa dan setidaknya apa yang tertunda bisa terbayarkan dengan lebih baik lagi.

Jauhkan ponsel
Ketika kembali memulai perjalanan, sebagai pelancong, baiknya jauhkan ponsel Anda. Ini adalah reward untuk menikmati liburan yang tertunda. Jika Anda berlibur untuk acara penting seperti pernikahan atau yang lainnya, lebih baik menyewa fotografer dari tempat Anda berlibur dibandingkan harus menggunakan kamera ponsel utnuk mengabadikan momen.

Mencoba hal baru
Beberapa negara melonggarkan peraturan bagi pelancong di masa pandemi ini. Manfaatkan semua yang ditawarkan dan keluar dari zona nyaman untuk menikmati yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya. Seperti menjelajah tempat baru, mencoba scuba diving atau helikopter bila tempat Anda berlibur menawarkan hal tersebut.

Aturan yang tiba-tiba
Di masa pandemi, aturan perjalanan kerap kali berubah dengan pemberitahuan yang singkat. Ini membuat Anda sebagai pelancong harus tetap fleksibel, karena rintangan terduga dapat berakhir dengan hasil yang baik. Bila ada salah sedikit dalam menikmati perjalanan di masa pandemu, ini bahkan bisa menciptakan cerita dan kenangan yang tidak dapat dirasakan dengan cara lain.

Hadiah tersembunyi dari perjalanan
Karena menikmati liburan di masa pandemi, Anda harus memiliki kesabaran yang cukup ekstra. Ini disebabkan destinasi dan bisnis lokal yang belum kembali seperti biasa. Bahkan beberapa atraksi mungkin akan lebih sulit dikunjungi dari biasanya. Meski begitu terkadang hal yang hanya bisa dilakukan sesaat justru menjadi hal terindah dan kenangan di masa pandemi.

Baca juga: Mau Hemat Pengeluaran Saat Melancong? Cek Tips Ini

Hormati batasan
Virus corona yang sampai saat ini masih ada, Anda bisa mempertimbangkan tingkat kenyamanan dan faktor risiko yang diterima. Tetap gunakan masker ketika bepergian dan jangan lupa membawa handsanitizer sebagai pengganti cuci tangan bila tidak disediakan wastafel. Baiknya juga Anda menjauhi kerumuman yang padat sehingga bisa memproteksi diri dalam berlibur.

Operasi Gangga, Totalitas India Pulangkan 15 Ribu Warganya dari Ukraina

Ketika perang Rusia dan Ukraina berkecamuk usai Presiden Vladimir Putin mengizinkan pengerahan kekuatan penuh ke Ukraina, 15 ribu warga India terjebak di dalamnya. Namun, di bawah Operasi Gangga, India berhasil memulangkan ribuan warganya dengan lebih dari 12 penerbangan repatriasi per hari dari Ukraina.

Baca juga: Lima Dampak Perang Rusia-Ukraina yang Bikin Maskapai Internasional Pusing

Dilansir Simple Flying, Ukraina adalah rumah bagi sekitar 19.000 warga India, cukup banyak dibanding WNI yang hanya berjumlah ratusan orang. Namun, jumlah tersebut sangat sedikit dari total 1,38 miliar populasi penduduk India.

Mayoritas 19.000 warga negara India di Ukraina adalah mahasiswa kedokteran. Saat Rusia-Ukraina terlibat perang pada 24 Februari, masih ada 15 ribu warga India yang berada di sana.

Pemerintah India pun bergerak cepat dengan melancarkan Operasi Gangga serta mengerahkan pesawat dari maskapai penerbangan nasional dan pesawat Angkatan Udara untuk membawa mereka pulang.

Di awal, misi repatriasi yang terinspirasi dari sungai terpanjang dan tersuci di India tersebut pada 22 Februari lalu, hanya bisa menerbangkan beberapa penerbangan repatriasi.

Namun, seiring banyaknya warga India yang mencapai perbatasan Ukraina, seperti Polandia, Hongaria, Rumania, dan Slovakia, India mulai melakukan belasan penerbangan repatriasi untuk mengangkut ribuan orang setiap hari.

Belasan penerbangan repatriasi dengan mengangkut ribuan warga India melibatkan maskapai nasional negara itu, IndiGo. Maskapai tersebut sebelumnya diketahui sudah terbang ke kota-kota tetangga Ukraina, ini juga menjadi satu keuntungan tersendiri dalam kemudahan Operasi Gangga.

Disebutkan, IndiGo menyumbang 51 persen penerbangan repatriasi dalam Operasi Gangga, dengan rincian 14 kali penerbangan repatriasi dari Rzeszow, Polandia, 13 penerbangan repatrasi dari Budapest, Hongaria, serta bandara-bandara lainnya di kota kecil di Suceava, Rumania, Kosice, Slovakia, dan masih banyak lagi.

Adapun penerbangan repatriasi lainnya dilakukan menggunakan pesawat-pesawat Angkatan Udara India dan maskapai lainnya.

Menariknya, India tidak memaksakan warganya untuk berkumpul di satu atau dua titik di perbatasan Ukraina. Negeri Anak Benua tersebut memberikan kelonggaran untuk menyelamatkan diri dan menunggu penerbangan repatriasi di banyak titik di perbatasan Ukraina.

Ini tentu berbeda dengan proses pemulangan ratusan WNI yang berada di Ukraina oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, terlebih terkait responsibilitas atau kecepatan melakukan penerbangan repatriasi, sekalipun India mengemban misi lebih berat dengan memulangkan lebih banyak warganya.

Pada 3 Maret lalu, Kemenlu diketahui berhasil memulangkan 80 dari 153 WNI yang berada di Ukraina. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno LP Marsudi, mengungkapkan, tim penjemput dari Jakarta berangkat menuju Bucharest, Rumania dari Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (02/03/2022) pukul 18.40 WIB dan tiba di Bandara Henri Coanda, Bucharest, Kamis (03/03/2022) pukul 15.10 waktu setempat.

Baca juga: Dikabarkan Hancur di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Antonov An-225 Mriya Aman! Tapi Dikuasai Rusia

Pesawat penjemput kembali diberangkatkan dari Bucharest menuju Jakarta pada pukul 20.23 waktu setempat atau 5,5 jam setelah mendarat.

“Rute perjalanan yang ditempuh adalah Bucharest – Madinah – Jakarta dengan waktu tempuh kurang lebih 17 jam,” ujarnya.

Satu Tahun Beroperasi, KRL Yogya – Solo Layani 2,2 Juta Penumpang dan Terbitkan 250 Ribu KMT

Tak terasa satu tahun sudah kereta rel listrik (KRL) Yogya – Solo melayani penumpang. Selama setahun ini KRL tersebut sudah melayani 2,2 juta penumpang. Selain itu sudah sebanyak 250 ribu Kartu Multi Trip (KMT) diterbitkan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI).

Baca juga: Berbagai Gangguan yang Dialami Penumpang KRL Solo – Yogya

Penggunaan KMT sendiri karena, mendukung sistem pembayaran eletronik bagi pengguna KRL Yogya – Solo dan juga mendominasi transaksi elektornik KRL tersebut. Selain KMT, aplikasi LinkAja juga cukup banyak digunakan untuk pembayaran elektronik oleh penumpang KRL. Baru sisanya menggunakan pembayaran via kartu perbankan.

“Jadi KMT mengambil peranan 50 persen dalam pembayaran elektronik. Sementara LinkAja 26 persen. Baru sisanya sebanyak 24 persen menggunakan kartu-kartu perbankan,” ungkap Plt Direktur KAI Commuter, Roppiq Lutzfi Azhar.

KRL Yogya – Solo hadir dan beroperasi untuk menggantikan kereta api Prambanan Ekspres atau yang dikenal dengan Prameks. Selain itu juga memodernisasi perkertaan lokal dari kereta diesel menjadi kereta listrik aliran atas. Kehadiran KRL Yogya – Solo ini pun diapresiasi oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri.

“Saya menyampaikan apresiasi kepada PT KCI selaku operator yang telah memberikan layanan terbaik. Meski di tengah masa pandemi, nyatanya KRL Yogya – Solo mampu melayani hingga lebih dari dua juta penumpang,” kata Zulfikri dalam webinar, Senin (7/3/2022).

Dia mengatakan, kehadiran KRL ini pada peresmiannya 1 Maret 2021 lalu oleh Presiden Joko Widodo disambut antusias oleh masyarakat. Zulfikri menambahkan, kehadiran KRL juga menjadi angkutan massal yang memiliki banyak keunggulan.

Di mana ini berhasil mengubah kebiasaan masyarakat di kawasan tersebut dalam bertransportasi. Kemudian KRL memiliki emisi yang rendah, kehandalan layanan dalam jangka panjang, efisiensi pergerakan, kapasitas angkutan yang tinggi dan memperkuat struktur tata ruang.

Baca juga: KRL Yogya-Solo Gunakan Kereta Produksi PT INKA

Untuk diketahui, ada sebelas stasiun pemberhentian dengan sepuluh keberangkatan dari Solo dan sepuluh dari Yogyakarta pada hari kerja. Bahkan kedepannya, elektrifikasi KRL akah diperluas hingga wilayah aglomerasi Bandung Raya dan Surabaya Raya.

Bandara Hostomel, Saksi Bisu Kehancuran Pesawat Angkut Terbesar Antonov An-225 Mryia

Nama Bandara Hostomel (Gostomel) di Ukraina mendadak menarik perhatian dunia, pasalnya bandara yang melayani penerbangan kargo internasional itu menjadi saksi bisu dari kehancuran pesawat angkut (kargo) terbesar di dunia, Antonov An-225 Mryia. Setelah netizen mereka-reka nasib An-225 lewat citra foto satelit, maka kini telah dipastikan An-225 mengalami total lost setelah hanggarnya terbakar akibat serangan rudal udara ke permukaan yang dilancarkan Rusia.

Baca juga: Citra Satelit Tunjukkan Antonov An-225 Mriya Selamat dari Serangan Rusia, Tidak Hancur Total!

Lepas dari kesedihan atas hancurnya maha karya dirgantara yang dibuat oleh Antonov Aircraft, nama Hostomel kadung populer, dikabarkan selain An-225, turut hancur akibat serangan udara Rusia adalah dua pesawat angkut An-124 Ruslan dan satu unit pesawat angkut turboprop terbesar An-22 Antei.

Nah, bagaimana dengan sosok Bandara Hostomel, sehingga selama ini dipercaya sebagai home base bagi An-225. Hostomel selama ini dikenal sebagai Bandara Antonov dengan kode IATA – GML dan kode ICAO – UKKM. Dimiliki oleh pemerintah Ukraina, Bandara Hostomel selama ini menjadi basis fasilits pengujan dan kargo internasional Ukraina. Lokasi bandara ini berada di pinggiran barat laut kota Kiev.

Bandara Hostomel dibangun pada era Soviet, yakni pada tahun 1959. Awalnya Hostomel dibangun sebagai pangkalan Pengujian dan Peningkatan Penerbangan rahasia untuk pesawat Antonov. Tak heran bila pada bandara ini dilengkapi dengan peralatan khusus untuk itu (seperti artificial lightning generator) dan diberikan test flight zone.

Namun, operasional layanan kargo di bandara ini baru berjalan menjelang runtuhnya Soviet pada 1989, sekaligus menandakan demiliterisasi dan komersialisasi Antonov Design Bureau.

Rupanya bagi Rusia Hostomel dianggap sebagai fasilitas strategis yang harus dieliminasi dalam skenario invasi. Pada fase awal serangan 24 Februari 2022, Bandara Hostomel diserang oleh pasukan Rusia dan Garda Nasional Ukraina disebut mempertahankan mati-matian bandara ini.

Baca juga: Antonov, Warisan Uni Soviet Milik Ukraina, Bukan Rusia!

Meski nama bandara ini kadung lekat dengan label Antonov, namun, fasilitas produksi pesawat Antonov ternyata digarap di bandara lain, yaitu di Bandara Sviatoshyn, yang lokasinya justru berada di dekat kota Kiev.