“Ogah Rugi, Cari Paling Murah dan Tidak Ada Pilihan,” Jadi Momok Pemumpang Pesawat di Indonesia
Lebih dari satu bulan, nama Boeing 737 MAX menjadi sorotan publik dunia, pasca dua kecelakaan maut yang menyeret nama Ethiopian Airlines dan Lion Air sebagai operatornya. Upaya demi upaya, jawaban demi jawaban telah dilontarkan pihak Boeing yang terus diberondong pertanyaan hingga pernyataan negatif terkait kapabilitas dari pesawat jenis ini. Apabila pesawat jenis ini kembali mengudara di masa yang akan datang, akankah Anda mempercayakannya kembali?
Baca Juga: Hasil Pertemuan dengan Boeing, Garuda Indonesia Ingin Tukar Pesanan 737 MAX 8
Tentu saja ini bukan pertanyaan yang mudah untuk di jawab – terlebih apabila Anda merupakan seorang yang cermat dalam menyikapi sesuatu. Apabila Anda termasuk seseorang yang punya trauma tersendiri terhadap suatu kejadian, mungkin Anda bisa lebih cermat sebelum memesan tiket perjalanan. Anda bisa menggali informasi lebih dalam tentang perjalanan yang hendak Anda lakukan di situs resmi maskapai terkait – seperti mencari informasi tentang jenis pesawat yang akan digunakan.
Sialnya, prinsip ogah rugi, cari yang paling murah, dan tidak ada pilihan – sudah terlalu mengakar bagi kebanyakaan orang Indonesia. Tidak bermaksud ofensif, namun tiga prinsip ini memang terlihat seperti telah ‘menggadaikan’ rasa takut bahkan pada nyawanya sekalipun.
Ogah Rugi
Poin pertama, siapa sih diantara Anda yang ingin merugi? Tentu tidak ada. Lalu, apakah Anda akan melakukan refund jika ternyata tiket penerbangan yang sudah Anda beli (sialnya) menggunakan jenis pesawat yang sama dengan yang tengah ramai dibicarakan di media – sebut saja Boeing 737 MAX. Hampir dapat dipastikan, Anda akan lebih sayang dengan kompensasi penalti 20 hingga 25 persen yang dikenakan pihak OTA (Online Travel Agent) atau pihak maskapai ketimbang keselamatan diri Anda sendiri. Betulkah begitu?
Cari paling murah
Lalu poin kedua tentang pilihan yang paling ‘bersahabat dengan dompet’. Lagi, terkadang kebanyakan orang enggan keluar uang sedikit lebih banyak untuk menggunakan maskapai yang lebih kredibel ketimbang maskapai lain yang sebut saja baru tertimpa satu masalah atau terlibat dalam suatu kecelakaan. Tanpa bermaksud untuk menyudutkan satu atau lebih banyak pihak, namun stigma ini seolah tidak bisa dihapus begitu saja oleh sebagian kalangan masyarakat.
Tidak ada pilihan transportasi lain
Dan poin terakhir adalah tentang tidak punya pilihan. Ya, sebenarnya poin ini masih berkorelasi dengan poin kedua, namun lebih bermain ke arah institusi. Ambil contoh, apabila Anda hendak pergi dari Jakarta menuju Jayapura, terdapat tiga pilihan maskapai yang melayani penerbangan direct; Lion Air (raksasa LCC Indonesia), Batik Air (bagian dari Lion Air Group), dan Garuda Indonesia (flag carrier Indonesia), maskapai mana yang Anda pilih?
Mungkin sebagian dari Anda akan lebih memilih untuk menggunakan Batik Air atau bahkan Garuda Indonesia, dengan dalih trauma dengan Lion Air yang memiliki track record tidak terlalu gemilang di sektor aviasi nasional – tapi percayalah, tidak sedikit juga yang akan tetap menambatkan pilihan terhadap Lion Air dengan mengedepankan pakem ekonomis. Lalu, apalah arti dari trauma yang selama ini digaungkan?
Baca Juga: Boeing 737 MAX 7, Pecahkan Rekor Internal Penjualan Pesawat Tercepat Sepanjang Sejarah!
Namun kembali lagi, pilihan ada di tangan Anda. Sebagai pencerahan, banyak jenis pesawat di luar sana yang telah mencatat tinta hitam di dalam sejarah kedirgantaraan global – melebihi 737 MAX yang tercatat baru mengalami dua kecelakaan saja.
Boeing 747-100/200/300: 26 peristiwa fatal
Airbus A300 (semua model): 10 peristiwa fatal
Airbus A318 / A319 / A320 / A321: 14 peristiwa fatal
Boeing 737-600/700/800/900: 9 peristiwa fatal
[Update] Tips Aman Buat Wanita Penumpang Taksi Online, “Jangan Tidur Bila Sendirian”
Banyaknya masyarakat yang kini memilih menggunakan transportasi online ternyata tidak juga menghindarkan diri dari kejahatan. Apalagi biasanya korban kejahatan lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Baca juga: Sering Gunakan Layanan Ride-Sharing? Baca Tips Ini Agar Tetap Aman!
Beberapa waktu lalu, KabarPenumpang.com pernah menuliskan tentang tips naik transportasi online, khususnya taksi online dengan aman. Nah, kali ini ada beberapa update atau pembaharuan terkait tips agar aman menggunakan taksi online tersebut.
Direktur Tata Kelola Aptika Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Maria Fatimah Barata menyebutkan setidaknya ada sembilan tips yang beberapa diantaranya sudah dibahas dalam artikel sebelumnya. Berikut ini beberapa hal yang terbaru.
1. Tidak memesan langsung dari tempat tinggal
Maria mengatakan, sebagai seorang pengguna transportasi online untuk menghindari kejahatan, penumpang bisa memesan tidak langsung dari rumah atau dari areal sekitar rumah. Hal ini pun berlaku untuk pengantaran penumpang ke rumah, sebab selain menghindarkan kejahatan, penumpang perempuan juga bisa sedikit lebih aman bila kurang percaya dengan pengemudi.
“Biasanya beberapa penumpang transportasi online itu tidak langsung memesan dari rumahnya atau turun tepat di depan rumah. Saya sendiri bila memesan atau pulang naik transportasi online biasanya di gang komplek rumah,” ujar Maria yang ditemui KabarPenumpang.com di kantor Komnas Perempuan, Rabu (24/4/2019).
2. Gunakan Maps
Dengan menggunakan aplikasi maps di ponsel pintar, Anda bisa memastikan rute perjalanan benar atau tidak untuk tiba di tujuan. KabarPenumpang.com pernah merasakan salahnya jalur yang dipilih. Bahkan yang seharusnya hanya 45 menit bisa menjadi 1 jam 30 menit.
3. Capture pesanan
Sebagai penumpang yang memang sering menggunakan transportasi online, bisa meng-capture pesanan dan mengirimkannya ke keluarga agar tidak khawatir. Selain merasa aman, bila terjadi sesuatu keluarga bisa langsung mengambil tindakan. Namun, beberapa aplikasi transportasi online sendiri sudah bisa membagikan data pengemudi ke keluarga pemesan sengan pilihan share.
“Data pengemudi terlihat jelas dan penumpang yang mengirim ke keluarga bisa sedikit merasa aman,” ujar Maria.
4. Gunakan barang tidak berlebihan
Untuk menghindari kejahatan dalam kendaraan barang berharga seperti perhiasan digunakan seperlunya alias tidak berlebihan.
5. Tidak tidur bila sendirian
Maria menambahkan, setiap penumpang transportasi online yang bepergian sendiri baiknya hindari tertidur. Sebab Anda tidak tahu apa yang akan terjadi bila anda lelap dalam perjalanan.
Baca juga: Ternyata di Ride Hailing Banyak Kecurangan yang Dilakukan Pengemudi Online
6. Berbicara seperlunya
Banyak penumpang atau pengemudi yang sok akrab. Hal ini bisa menjurus ke kejahatan karena pengemudi tahu tentang diri Anda. Bila ingin bercengkrama baiknya seperlunya seperti seputar perjalanan menuju tujuan.
Setelah Alpha One Vahana, Kini Giliran P2 Xcursion yang Uji Terbang
Setelah pemberitaan terakhir seputar moda udara berdaya listrik dihuni oleh uji coba penerbangan yang sukses dilakoni oleh Alpha One Vahana, kini perkembangan moda semacam ini juga merambah belahan dunia lainnya. Kali ini ada Equator Aircraft dengan mahakaryanya, P2 Xcursion yang juga dikabarkan berhasil melakukan uji coba penerbangan perdananya baru-baru ini. Setelah serangkaian proses terkait perijinan berhasil dilewati oleh perusahaan dengan mulus, kini pencapaian tersendiri juga telah ditorehkan oleh Equator Aircraft.
Baca Juga: [VIDEO] Uji Penerbangan Alpha One Vahana yang Berikan Gambaran Moda Transportasi Futuristik
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com (22/4/2019), uji penerbangan yang dilakukan pada 29 Maret 2019 kemarin ini dilakukan di Eggemoen Technology Park, Norwegia. Uji penerbangan ini pun masih dikendalikan oleh Eskil Amdal, pilot uji yang juga pernah menerbangkan moda ini sebelumnya di ketinggian rendah. Bedanya, kali ini Eskil harus menerbangkan prototipe dari P2 Xcursion pada tingkat ketinggian yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
Kendati sudah pernah melakukan penerbangan dengan menggunakan moda yang mampu menampung satu orang penumpang ini sebelumnya, namun Eskil masih saja merasa nervous ketika hendak menjalani penerbangan ini. Adapun inti dari uji penerbangan ini adalah untuk melihat kemampuan P2 Xcursion untuk melakukan kontrol yang sempurna, serta sejumlah poin yang berkaitan dengan stabilitas dan dinamika pesawat.
Ketika uji penerbangan ini berlangsung, prototipe hanya terbang dengan menggunakan mesin ENGIRO M97 dengan kapasitas 97 kW yang ditenagai oleh baterai lithium-ion dengan berat 100 kg (220 lb), sehingga memberikan daya tahan penerbangan total sekitar 35 menit. Namun pihak perusahaan mengatakan akan mengubah pesawat ini ke versi yang baru sehingga dapat mengudara selama kurang lebih 105 menit.
Baca Juga: Peneliti University of Michigan: Kendaraan VTOL Listrik Lebih Ramah Lingkungan Ketimbang Mobil Listrik
Jika dilihat spesifikasinya, adapun bobot dari P2 Xcursion ini mencapai 750 kg dan mampu mengangkut beban hingga seberat 240 kg. Sedangkan untuk masalah teknis, P2 Xcursion ini mampu melesat hingga kecepatan jelajah maksimum 130 knot (150 mph, 241 km/jam), dengan jangkauan maksimum hingga 845 nm (972 mi, 1.565 km).
“Ini merupakan momentum berharga bagi perusahaan, dan kami sangat-sangat menantikan waktu dimana pesawat kami dapat mengudara secara komersial,” tutur CEO dari Equator Aircraft, Tomas Brødreskift.
“Kami senang dapat melihat pesawat ini terbang sesuai dengan ekspektasi sebelumnya, dan kami tidak sabar untuk kembali melakukan uji penerbangan di waktu yang akan datang – tentu saja dengan versi yang lebih baru.” tutupnya.
Gara-Gara Balon Helium, Perjalanan Kereta di Inggris Rugi 1 juta Poundsterling
Balon helium atau balon yang diisi gas, biasanya menjadi pilihan anak-anak untuk bermain karena memiliki warna yang cukup menarik atau bentuk yang beraneka ragam. Tak hanya itu, balon helium juga kerap kali diterbangkan oleh pasangan pengantin, kelulusan siswa baik di sekolah maupun universitas sebagai tanda parayaan.
Baca juga: Balon Udara, Teror Si Bulat Warna-Warni Untuk Dunia Aviasi
Tapi siapa yang sangka, balon helium ini membawa petaka dalam perjalanan kereta api? Dilansir KabarPenumpang.com dari laman railway-technology.com (18/4/2019), Network Rail mempersalahkan balon helium dalam keterlambatan keberangkatan kereta api di Inggris.
Pasalnya banyak balon helium ini yang terlepas dan pengikatnya tersangkut di jaringan listrik kereta serta membuat kusut. Menyoroti masalah ini, Network Rail mengatakan pihaknya telah mencatat 619 insiden terkait balon pada tahun 2018 lalu di Inggris, Skotlandia dan Wales.
Balon itu menjadi kusut di kabel overhead tegangan tinggi yang menyebabkan penundaan dan gangguan listrik. Hal ini pun membuat saluran atau jaringan listrik dimatikan untuk membersihkan dari kabel kusut balon helium yang tersangkut.
Hal ini juga terjadi di Stasiun Smethwick Rofle Street di West Midlands ketika balon helium melilit kabel overhead. Peristiwa ini dari data yang ada telah menunda ratusan penumpang kereta api. Adanya masalah ini bukan hanya menunda keberangkatan penumpang tetapi juga menyebabkan kerugian hingga sekitar 1 juta poundsterling per tahun.
“Jika Anda berada di platform stasiun kereta api dengan balon foil yang diisi dengan helium pada seutas tali dan ia bersentuhan dengan kabel overhead yang membawa 25.000V, yang dapat menyebabkan besar cedera atau kematian. Idealnya, kami meminta orang untuk tidak membawa balon ke stasiun kami sama sekali. Sebagai alternatif, bawa mereka ke dalam tas agar risiko mereka mengambang ke atas diminimalkan,” ujar Network Rail London North Western chief chief operating officer James Dean.
Asosiasi Nasional Seniman dan Pemasok Balon (NABAS) juga menyuarakan dukungannya terhadap keprihatinan yang diangkat oleh Network Rail. Ini telah meluncurkan kampanye untuk melarang balon foil terbang, lampion dan benda udara serupa dengan tali plastik atau pita yang terpasang.
Baca juga: Terbangkan Balon Udara di Jawa Tengah, Tradisi Sejak Zaman Belanda
“Balon membawa kesenangan dan warna dan rasa pada setiap perayaan, tapi tolong terbangkan balon dengan tanggung jawab, dan jangan pernah melepaskan balon ke atmosfer. Hormati lingkungan dan cegah bahaya dan penundaan yang tidak perlu,” ujar Ketua NABAS George Oustayiannis mengatakan.
Rampung Pembaruan Software 737 MAX, Boeing Siap Serahkan Hasilnya ke FAA Guna Sertifikasi
Setelah melakukan pembenahan perangkat lunak (software) pada pesawat Boeing 737 MAX beberapa waktu yang lalu, kini perusahaan yang berbasis di Negeri Paman Sam tersebut menargetkan persetujuan dari Federal Aviation Administration (FAA) bisa keluar pada awal minggu ketiga bulan Mei 2019 mendatang. Selain itu, dua sumber dari pihak produsen pesawat ini juga mengatakan bahwa mereka akan mulai menerbangkan kembali pesawat-pesawat jenis ini pada pertengah Juli.
Baca Juga: ‘Curi’ Pasar Boeing, Airbus Genjot Produksi A321XLR
Tanggal yang dirilis oleh Boeing tersebut merupakan timeline sementara dari perusahaan yang pada kesempatan sebelumnya telah menggelar pertemuan dengan sejumlah maskapai dan otoritas terkait guna membahas pembenahan software tersebut. Ya, sebagaimana yang kita ketahui bersama, software masuk pada bagian navigasi ini memegang peranan penting dalam dua kecelakaan yang dialami oleh Lion Air di Tanjung Karawang pada akhir tahun 2018 lalu dan Ethiopian Airlines di Addis Ababa pada awal Maret 2019 kemarin.
Kendati telah menentukan tanggalan di atas, namun pihak Boeing masih belum menyerahkan pembaruan software tersebut ke pihak FAA dengan dalih yang tidak diutarakan. Kedua sumber dari internal Boeing ini mengaku tidak punya kewenangan untuk membeberkan fakta lanjutan terkait pemberitaan terbaru ini.
“Kini perusahaan tengah berfokus untuk mengembalikan 737 MAX kembali ke layanannya seperti sedia kala – tentu saja dengan komponen software yang sudah diperbaharui,” tutur seorang juru bicara dari Boeing.
Baca Juga: Pesanan ‘Kering,’ Boeing Alihkan SDM Untuk Perbaharui Sistem 737 MAX
Sementara itu, CEO Boeing, Dennis Muilenburg mengatakan pada minggu lalu bahwa pihaknya telah menyelesaikan uji penerbangan dengan software yang sudah diperbaharui sebelum pada akhirnya pembaruan tersebut akan diserahkan kepada pihak FAA guna mendapatkan sertifikasi.
Dikutip KabarPenumpang.com dari laman cnbc.com (23/4/2019), selain sertifikasi dari FAA, satu hal lain yang harus dilalui oleh Boeing sebelum mengembalikan pesawat ini ke layanan adalah melakukan pelatihan kepada para pilot tentang pembaruan software ini, dimana ini merupakan tahapan tambahan yang dianjurkan oleh para regulator internasional.
Komnas Perempuan Gandeng Grab Indonesia Tangani Kekerasan Perempuan di Transportasi Online
Moda transportasi online telah menjamur di seluruh Indonesia. Hal ini membuat semakin tingginya tingkat kriminalitas baik pada pengemudi maupun penumpangnya. Apalagi bagi penumpang dan pengemudi wanita, kejahatan kerap kali terjadi baik itu pelecehan seksual ataupun yang lainnya.
Baca juga: Grab Hadirkan Fitur Telepon Pengemudi Tanpa Pulsa
Hal ini kemudian membuat Komisi Nasional Perlindungan HAM (Komnas HAM) Perempuan mengambil sikap. Ketua Komnas Perempuan Azriana R Manalu mengatakan, pihaknya mencatat ada dua kasus kekerasan seksual yang diadukan. Dia mengatakan pengaduan itu dilakukan oleh dua orang penumpang transportasi online.
“Dua orang itu penumpang, mereka mendapat sentuhan-sentuhan dari pengemudi,” ujarnya Azriana kepada KabarPenumpang.com yang ditemui di Kantor Komnas Perempuan, Rabu (24/4/2019).
Bahkan pihaknya mengatakan akan memberi perhatian pada tren meningkatnya kekerasan terhadap perempuan. Azriana menambahkan, apalagi kini dengan teknologi yang semakin maju, sehingga pihaknya kini yang bekerja sama dengan Grab Indonesia pun membantu menangani bila terjadi pada pengemudi maupun penumpang dari penyedia aplikasi.
“Ini ruang baru yang harus di pantau bagi perempuan untuk menangani pelecehan seksual. Penyedia aplikasi membangun sistem pencegahan ini harus di apresiasi. Kami menerima pengaduan kasus-kasus yang terjadi dan menangani secara potensial,” jelasnya.
Azriana menambahkan, ruang baru dalam penggunaan transportasi online ini untuk terjadinya kekerasan tidak hanya ketika layanan aplikasi digunakan tetapi juga sesudahnya dimana penyalahgunaan nomor kontak dan identitas korban oleh pelaku.
“Saat ini Grab Indonesia sudah meningkatkan kapasitas untuk mencegah dan menangani kasus dugaan kekerasan seksual,” ujar Presiden Direktur Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.
Ridzki mengatakan saat ini pihaknya meningkatkan kapasitas internalnya seperti pilot training yang hadir untuk menangani anti kekerasan seksual bagi mitra pengemudi. Pelatihan penerimaan aduan kekerasan seksual untuk Customers Experience leaders.
Baca juga: Wajib Selfie, Jadi Syarat Naik Grab di Malaysia
Tak hanya itu Grab juga membentuk satgas anti kekerasan seksual dan menyempurnakan proses tindakan bagi pelanggaran kode etika. Selain pelopor fitur-fitur keselamatan bagi penumpang seperti Share My Ride, Tombol Darurat, Panic Button, Penyamaran nomor telepon, VoIP Call yang berdasar Roadmap Technology Keselamatan.
“Sebelum bekerja sama dengan Komnas Perempuan, Grab juga sudah melakukan hal ini dari awal pertama berdirinya di Indonesia. Apalagi transportasi onlilne saat ini menjadi pilihan penumpang perempuan, sehingga baik pengemudi maupun penumpang dilindungi dan membantu gandeng mitra dalam menangani kekerasan seksual yang terjadi,” jelas Ridzki.
Pembangunan Transit Oriented Development di Malaysia, Ternyata Juga Tidak Mudah
Transit Oriented Development (TOD) salah satu konsep yang lumrah untuk pengembangan area dekat dengan pusat transportasi. Indonesia yang kini memiliki MRT Jakarta juga tengah berupaya membuat TOD tersebut.
Baca juga: Bangun Apartemen di Kawasan Stasiun Bogor, Proyek TOD Masih Terganjal Izin
Lantas, bagaimana dengan negara tetangga Malaysia yang sudah lebih dahulu punya MRT dan pembangunan TOD nya? Dilansir KabarPenumpang.com dari beberapa laman sumber, ternyata dalam pembangunan TOD di Malaysia juga tak semudah di Indonesia. Tak hanya konstruksi tanah, tetapi masalah keberatan masyarakat juga menjadi salah satunya karena infrastruktur yang tidak memadai.
Seorang pakar pemerintah daerah, Derek Fernandez mengatakan bahwa tidak semua tanah dalam radius 400 meter dari stasiun cocok untuk lokasi TOD. Apalagi rencana pembangunan TOD harus memiliki sembilan prinsip yakni menyediakan perumahan terjangkau bagi konsep bisnis, pengembangan area dengan kepadatan tinggi, bangunan ramah lingkungan, jalur pejalan kaki, pesepeda, fasilitas umum hingga bus pengumpan.
“Stasiun KLCC dan KL Sentral adalah contoh sukses TOD. Sebab ada manfaat ekonomi di sekitar daerah ini. Kita perlu memiliki proyek yang sukses di Petaling Jaya untuk membuktikan konsep TOD berjalan ini sini,” kata Fernandez.
Presiden Institut Perencana Malaysia Ihsan Zainal Mokhtar setuju bahwa konsep TOD itu baik dan harus didasarkan pada multi-mode dan penggunaan transportasi umum yang saling berhubungan. Dia mengatakan dewan lokal harus terlibat dengan pemilik tanah dan masyarakat untuk merencanakan, serta mencari bantuan dari perencana profesional tentang bagaimana TOD seharusnya.
“Satu pengembangan saja tidak bisa disebut TOD. Itu harus komprehensif berdasarkan lingkungan, dan pandangan semua orang penting,” ujarnya.
Bahkan MRT di rute Sungai Buloh-Kajang yang sudah hampir dua tahun beroperasi pun perkembangan TOD nya terlihat bermunculan di sepanjang jalur 51 km. Hingga saat ini, sebanyak 24 proyek TOD telah diluncurkan di sepanjang 31 stasiun jalur MRT perdananya di negara tersebut dengan dua lagi di dalam rencana. Salah satu proyek terbaru yang diluncurkan adalah Parkland Residence @ Cheras South yang terletak di sebelah stasiun MRT Cheras Batu 11.
Direktur cabang MegaHarta, Joseph Teh mengatakan kepada bahwa proyek TOD di sepanjang dua jalur MRT telah mendapatkan perhatian dari pembeli properti, terutama pembeli muda, karena kemudahan untuk bekerja dari tempat mereka tinggal, dan fasilitas yang mudah diakses.
“Tidak diragukan lagi, ada beberapa hal negatif terhadap proyek TOD, karena polusi suara dan kurangnya kepercayaan terhadap efisiensi sistem transportasi umum Malaysia. Tapi itu tampaknya telah berubah setelah peluncuran jalur MRT SBK karena orang-orang mulai menyadari bahwa itu tidak terlalu berisik dan sangat nyaman untuk pergi bekerja di pusat kota menggunakan MRT,” kata Teh.
Menurut Google Maps, berkendara antara Jalan Bukit di Kajang dan pusat kota Kuala Lumpur bisa memakan waktu hampir dua jam selama jam sibuk pagi, dibandingkan dengan sekitar 40 menit menggunakan jalur SBK MRT.
“Kami melihat pembeli perlahan mengadopsi konsep hidup TOD terutama mereka yang berusia 20-an sampai 30-an. Ada juga beberapa berpenghasilan tinggi dan pembeli setengah baya yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang proyek TOD,” tambah Teh.
Pengembang properti dan pembuat kebijakan mencari untuk mengambil keuntungan dari jalur kereta api dan karenanya orang dapat mengharapkan lebih banyak TOD untuk muncul di Lembah Klang. Pembeli dan investor tertarik dengan kenyamanan transportasi umum dan pertumbuhan modal yang tinggi yang dicatat oleh TOD di Hong Kong dan Singapura sementara para pengembang didorong oleh tingginya minat dalam TOD, katanya mencatat.
Baca juga: Bangun TOD di Lebak Bulus, MRT Jakarta Lalukan Studi Pengembangan dengan Wijaya Karya
Selain itu, beberapa insentif yang ditawarkan oleh otoritas lokal untuk TOD seperti rasio plot yang lebih tinggi, juga telah mendorong pengembang untuk memanfaatkan pertumbuhan infrastruktur kereta api dan mengaitkan ke lokasi strategis stasiun transit, katanya.
Dua Pilot Cathay Pacific Kehilangan Pandangan Saat Mengudara, Ada Apa?
Awal tahun 2019 ini, dikabarkan dua pilot di penerbangan yang berbeda dari maskapai Cathay Pacific mengalami masalah kesehatan yang hampir sama ketika tengah mengudara. Dikabarkan, pandangan dari kedua pilot ini kabur dan memaksa kopilot untuk mengambil alih sisa perjalanan. Beruntung, kedua kopilot berhasil mendaratkan pesawat ini dengan selamat dan tidak memakan korban sama sekali. Poin uniknya adalah, mengapa kedua pilot ini mengalami gejala kesehatan yang hampir serupa, namun pada waktu yang berbeda?
Baca Juga: Cathay Pacific Hong Kong, Ternyata Didirikan oleh Orang Australia dan Amerika
Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman scmp.com (24/4/2019), informasi di atas dirilis oleh otoritas penerbangan Hong Kong pada Selasa (23/4/2019) kemarin. Salah satu pilot yang menderita gangguan kesehatan ini merupakan kapten penerbangan Cathay Pacific dengan nomor penerbangan CX170 yang pada tanggal 21 Februari lalu terbang dari Perth, Australia menuju Hong Kong.
Kala itu, sang pilot menginformasikan kepada kopilot bahwa dirinya merasa sesak nafas dan pandangannya kabur untuk sementara waktu. Merasa tidak aman untuk melanjutkan tugasnya, akhirnya pilot tersebut menyerahkan tugasnya kepada kopilot dan melanjutkannya. Penerbangan itu sendiri menggunakan pesawat jenis Airbus A350 dengan memboyong 270 penumpang dan 13 awak kabin.
Setelah mendapatkan informasi bahwa kapten penerbangan tidak mamppu untuk melanjutkan tugasnya, ia langsung mendapatkan pertolongan pertama dengan diberi oksigen dan kondisinya pun berangsur pulih. Beruntung, salah satu dari penumpang penerbangan itu merupakan seorang ahli medis yang mampu melakukan diagnosa awal. Begitu pesawat masuk ke teritori Hong Kong, pesawat langsung meminta pendekatan prioritas ke pihak kontrol lalu lintas udara – karena dinilai mereka tengah mengalami situasi darurat.
Berbeda dengan penerbangan sebelumnya, dimana pada tanggal 26 Januari kemarin, kapten dalam penerbangan Boeing 777-300 Cathay Pacific CX583 yang kala itu membawa 348 penumpang dan 16 awak kabin secara tiba-tiba kehilangan ketajaman visualnya selama kurang lebih 30 menit. Adapun rute penerbangan yang kala itu tengah dilakoni adalah Sapporo (Jepang) – Hong Kong dan uniknya – kedua pilot ini mengantongi sertifikat medis kelas 1.
Menanggapi kejadian ini, otoritas penerbangan Hong Kong masih mendalami apa yang sebenarnya terjadi pada kedua pilot ini. Namun satu yang pasti, otoritas terkait mengatakan bahwa ini merupakan kasus serius yang harus sesegera mungkin dicari penyebab dan solusi terbaiknya.
Baca Juga: Cathay Pacific Hibahkan Boeing 777-200 Perdana Ke Museum Dirgantara di Arizona
“Kami akan terus mengumpulkan dan mempelajari semua informasi yang relevan untuk menentukan keadaan dan penyebab dari insiden serius ini,” ujar salah satu juru bicara dari otoritas penerbangan Hong Kong.
“Investigasi dan analisis yang lebih mendalam harus dilakukan sebelum kesimpulan dapat diambil,” tandasnya.
Senada dengan pernyataan dari otoritas penerbangan Hong Kong, pihak Cathay Pacific pun mengatakan bahwa dirinya akan turut serta membantu investigasi agar dapat sesegera mungkin menyimpulkan apa yang sebenarnya tejadi.
“Keselamatan penumpang merupakan prioritas utama kami dan insiden semacam ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” ujar pihak Cathay Pacific.
Minta Tebusan Rp20Juta dan Parasut, Inilah Kronologi Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia
Meski berlangsung di Bandara Don Mueang, Bangkok, kasus pembajakan pesawat paling terkenal di Indonesia adalah yang melibatkan pesawat Garuda Indonesia “Woyla” dengan nomor penerbangan 206 pada Maret 1981. Namun faktanya, Woyla bukan kisah pembajakan pesawat pertama yang menerpa maskapai asal Indonesia. Ternyata kasus pembajakan pesawat pertama di Indonesia terjadi pada 15 April 1972, yaitu menimpa Vickers Viscount Merpati Airlines dengan nomor penerbangan MZ-171.
Baca Juga: Jerman Datangkan Saksi Bisu Pembajakan Lufthansa 1977, Indonesia Juga Punya Sejarah Yang Mirip
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, pesawat yang tengah melayani rute penerbangan Manado – Makassar – Surabaya – Jakarta ini dibajak oleh seorang penumpang dan dipaksa mendarat di Bandara Adisucipto Yogyakarta. Fakta lain yang lebih mencengangkan lagi adalah kasus pembajakan ini dilakukan oleh seorang desertir KKO (Korps Marinir) TNI AL yang bernama Hermawan Hardjanto.
Kisah menyeramkan ini berawal ketika pesawat Vickers Viscount buatan Inggris yang menggunakan livery Merpati Airlines hendak mengudara dari Bandara Juanda, Surabaya sekitar pukul 13.30 WIB. Sebelumnya, pesawat ini telah dengan selamat melakukan penerbangan dari Manado – Makassar dan Makassar – Surabaya.
Ketika pesawat sudah siap untuk melanjutkan perjalanannya menuju Jakarta, tiba-tiba sebuah mobil sedan melaju ke arah pesawat dan mengisyaratkan untuk minta ditunggu. Benar saja, ada seorang penumpang yang lalu ikut dalam penerbangan tersebut, sehingga total penumpang yang ada di dalam pesawat berjumlah 29 orang.
Setelah pesawat tinggal landas dari Surabaya dan diperkirakan berada di atas Pekalongan, Soleh Sukarnapradja selaku ko-pilot (pilot flying) meminta ijin kepada Kapten Hindiarto untuk ke toilet. Alangkah terkejutnya Soleh ketika ia keluar toilet, ada seorang pria yang mengenakan masker dan meminta untuk masuk ke dalam ruang kokpit – yang dibarengi oleh sebuah ancaman.
“Kasih saya masuk ke dalam kokpit kalau tidak ini bisa saya ledakkan,” tutur pria yang membawa sebuah ransel dan di tangannya terlilit sebuah rantai anjing.
Ya, pria yang mengancam tersebut adalah Hermawan – si penumpang paling akhir yang masuk pesawat dan ternyata biang kerok dari kasus pembajakan ini. Hermawan mengancam untuk meledakkan dua buah granat buatan Cina apabila ia tidak diijinkan untuk masuk ke dalam ruang kokpit.
Di dalam ruang kokpit, dua penerbang ini disandera dan Hermawan memerintahkan untuk mendaratkan pesawat di Yogyakarta. Mendengar kabar yang disiarkan Kapten Hindiarto melalui radio komunikasi pesawat, semua pihak yang mendengar kabar ini tidak percaya dan menganggap Kapten Hindiarto tengah berkelakar.
Baca Juga: Pembajakan Pesawat Terlama, 39 Hari Kelam Penumpang El Al Flight 426
Hingga menjelang final approaching di Bandara Adisucipto, Merpati Airlines MZ-171 hampir saja bertabrakan dengan pesawat Garuda Indonesia karena berada pada jarak yang relatif dekat. Setibanya di darat, Hermawan meminta uang tebusan senilai Rp20 juta dan satu buah parasut. Lagi, ancaman dari Hermawan keluar manakala ia merinci skenario apabila tuntutannya tersebut tidak terpenuhi.
Singkat cerita, otoritas keamanan berupaya mengatasi pembajakan ini. Strategi yang diusung adalah dengan memberikan uang tebusan kepada pembajak. Dari babak inilah, drama pembajakan dapat diakhiri.
Adalah IPDA Bambang Widodo yang ditugasi untuk mengantarkan paket uang tebusan lewat jendela kokpit. Seperti terlihat dalam foto di atas, IPDA Bambang Widodo naik ke arah jendeka kokpit menggunakan tangga. Saat membawa uang tebusan yang jumlahnya tidak mencapai Rp20 juta, Bambang Widodo ternyata juga memberikan pistol kepada dua penerbang. Lewat fase yang menegangkan, semua penumpang berhasil kabur sebelum Kapten Hindiarto memuntahkan tiga peluru yang melumpuhkan si pembajak.
Akhirnya, kasus pembajakan perdana di Tanah Air berujung manis – kendati meninggalkan trauma yang cukup mendalam bagi para saksi sejarah di sektor aviasi nasional.
“Bebas,” Jadi Film Pertama yang Dibuat dengan Latar MRT Jakarta
Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang mulai mengular pada awal April 2019 ternyata tak hanya di tunggu oleh masyarakat ibukota dan daerah penyangga. Tetapi ternyata di tunggu juga oleh para sutradara Indonesia yang bangga dengan kehadiran moda transportasi baru ini.
Baca juga: Resmi Ganti Nama dari Sisingamangaraja Menjadi ASEAN, Stasiun MRT Ini Juga Terintegrasi Halte
Pasalnya baru-baru ini Miles Film melakukan produksi film yang berjudul Bebas di stasiun MRT. Dalam proses produksi film yang disutradarai oleh Riri Riza ini, pemain dan kru film tampak gembira. “MRT ini sudah lama ditunggu oleh warga Jakarta. Melalui film ini, kami ingin memperlihatkan kebanggan kita terhadap MRT yang saat ini telah beroperasional,” ujar Riri yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman bisnis.com (23/4/2019). Syuting film Bebas yang di produseri Mira Lesmana mengambil lokasi syuting di Stasiun MRT Lebak Bulus. Bahkan Mira mengaku ada satu adegan yang berkesan dalam film tersebut. “Ada satu adegan paling berkesan dalam film ini yaitu adegan yang menggambarkan tokoh utama cerita di masa lalu naik kereta dan tokoh yang sama di masa kini melakukan hal yang sama. MRT merupakan representasi yang pas untuk bisa menggambarkan perubahan keadaan Jakarta di masa kini yang sesuai drngan film cerita,” ujar Mira. Tak hanya Mira yang bangga, tetapi Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar ikut menyambut hangat dengan proses syuting film Bebas ini. “Kami senang Mira Lesmana dan Riri Riza memilih MRT Jakarta dalam salah satu adegan film terbaru mereka. MRT Jakarta hadir untuk menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat dan kami berharap adegan MRT Jakarta dapat menjadi contoh nyata bagi masyarakat untuk #UbahJakarta,” kata William. Namun, dengan syuting ini apakah mengganggu pengoperasian MRT Jakarta? Ternyata saat KabarPenumpang.com menghubungi pihak humas MRT, tidak ada masalah dengan syuting maupun operasional kereta. “Tidak ada blocking area, kami hanya bilang kalau mau syuting silahkan. Kalau tidak mengganggu cari jam-jam tidak sibuk untuk syutingnya. Kru juga tidak membawa peralatan yang banyak untuk syuting, jadi mengalir seperti penulpang biasa,” ujar salah satu humas MRT Jakarta Tomo. Baca juga: Komikus Jepang Kritik Hutang Pembangunan, MRT Jakarta: “Tidak Ada yang Namanya Terlambat Bayar” Pemeran film Bebas yakni Marsha Timothy, aktris pemenang piala citra tahun lalu untuk pemeran wanita terbaik, Maizura, Sheryl Sheinafia, Baskara Mahendra, Agatha Pricilla, Lutesha, Zulfa Maharani, Susan Bachtiar, Indy Barends, dan Widi Mulia