Usai Flight to Nowhere, Qantas Luncurkan “Flight Mystery,” Apa Itu?

Setelah sukses jalankan penerbangan tanpa tujuan atau flight to nowhere, Qantas belum lama ini meluncurkan flight mystery atau penerbangan misterius. Sebagaimana namanya, flight mystery ialah penerbangan yang merahasiakan tempat tujuan. Tak hanya itu, setibanya di lokasi tujuan, Qantas juga mengatur agenda penumpang sampai kembali ke bandara semula. Mirip seperti paket tour, bukan?

Baca juga: Foto-foto Menakjubkan Penerbangan Tanpa Tujuan Boeing 787 Qantas Selama 8,5 Jam

“Pelanggan kami memberi tahu kami bahwa ke mana mereka boleh dan tidak bisa melakukan perjalanan di Australia telah menjadi misteri akhir-akhir ini,” kata Chief Customer Officer (CCO) Qantas, Stephanie Tully.

“Selain membantu membawa lebih banyak orang kembali bekerja, penerbangan misterius ini adalah cara lain untuk mendukung operator pariwisata di wilayah regional khususnya, yang sangat terpukul oleh beberapa gelombang pembatasan perjalanan,” lanjutnya, seperti dikutip dari Simple Flying.

Penerbangan misterius Qantas nantinya akan tersedia di tiga kota, Sydney, Brisbane, dan Melbourne. Brisbane akan memulai keberangkatan penerbangan misterius terlebih dahulu pada tanggal 27 Maret, disusul Sydney pada 18 April, dan Melbourne pada hari Sabtu, 1 Mei 2021. Seluruhnya menggunakan pesawat Boeing 737-800.

Meski tak memberi tahu tujuan penerbangan misteri ini, tetap Qantas memberi tahu kluenya ke para penumpang; seperti informasi untuk membawa sandal jepit, pakaian ganti, dan lain sebagainya. Maskapai nasional Australia itu juga memberi klue lain dimana penerbangan dari masing-masing kota menuju ke sebuah tempat sejauh dua jam perjalanan.

Alih-alih mendapat petunjuk yang mengarah ke tempat dimana penerbangan misterius Qantas menuju, calon penumpang malah dibuat makin penasaran. Secara teori, penerbangan dua jam dari kota masing-masing mungkin akan mengarah ke sedikit tempat.

Selain itu, Qantas juga memberikan klue bahwa mereka akan mengajak penumpang menuju daerah tropis, erat dengan air asin, dan makan siang di sepanjang pantai. Itu berarti, menurut calon penumpang, beberapa tempat seperti Cairns, Noosa, dan Hamilton Island adalah tujuannya.

Untuk keberangkatan dari Brisbane, penerbangan dua jam akan mengarah ke suatu tempat bernuansa pedesaan, makanan dan wine rumahan, dan alam terbuka yang menyenangkan. Klue tersebut setidaknya mengantarkan calon penumpang pada pedalaman Queensland, New South Wales, Mildura, dan Griffith.

Sedangkan keberangkatan dari Melbourne, Qantas menyebut penumpang akan dibawa ke alam bebas yang menakjubkan, harus berjalan kaki menuju lokasi, makanan dan wine rumahan, serta pasar tani yang seluruhnya fresh alias baru dipanen dari para petani lokal. Klue itu setidaknya mengantarkan netizen terbayang ke Hobart dan Salamanca.

Baca juga: Korean Air Batalkan Program Flight to Nowhere, Gegara Covid-19?

Selama di lokasi tujuan, Qantas mengatur seluruh aktivitas penumpang sampai kembali ke bandara untuk penerbangan pulang menuju kota keberangkatan awal. Seluruh aktivitas tersebut, termasuk makan, minum, dan games, sudah include tiket.

Harga tiketnya sendiri dibanderol AU$737 atau sekitar Rp8,2 juta (kurs 11.075) untuk kursi kelas ekonomi dan AU$1579 atau sekitar 17,5 juta (kurs 11.075). Seluruh tiket mulai dijual pada 4 Maret mendatang. Tertarik mencoba?

Inilah Six Pack, Enam Instrumen Dasar Penerbangan, Pilot Pemula Wajib Tau!

Pilot wannabe tentu sudah terbayang bahwa ada begitu banyak panel di kokpit yang terbagi ke dalam dua instrumen, yaitu flight instrument (instrumen penerbangan) dan flight control (kontrol penerbangan). Masing-masing dari dua itu tentu fungsinya cukup krusial terhadap keselamatan penerbangan.

Baca juga: 5 Kesalahan Populer Pilot Pemula Saat Taxi, Nomor Tiga Butuh Insting Tajam

Di antara banyak instrumen, dalam hal ini instrumen penerbangan, setidaknya, ada enam instrumen penerbangan dasar atau biasa disebut ‘six pack’ yang harus dikuasai pilot pemula dan tentu saja pilot senior.

Meski pesawat modern sudah menggunakan glass cockpit atau electronic cockpit, yaitu kokpit yang instrumen-instrumennya berupa layar monitor yang menampilkan berbagai informasi secara terkomputerisasi, tetapi bukan berarti pilot wannabe melupakan ‘six pack’ bukan? Dikutip dari aviatorshq.com, berikut enam instrumen dasar penerbangan.

1. Altimeter

Altimeter adalah suatu instrumen yang dipakai untuk mengetahui ketinggian pesawat terhadap suatu landasan atau tinggi pesawat terhadap permukaan laut.

Altimeter atau pengukur tinggi yang kita bicarakan dikenal dengan nama barometer altimeter atau pressure altimeter. Pressure altimeter sebetulnya adalah sebuah barometer atau pengukur tekanan atau pengukur perbedaan tekanan yang hasil pengukurannya dinyatakan dalam satuan panjang bukan dalam satuan tekanan (feet).

Untuk dapat menggunakan altimeter dengan baik adalah penting untuk mengetahui prinsip bekerjanya dan efek dari pada tekanan barometrik pada altimeter.

2. Indikator Kecepatan Udara (Pitot Static System)

Airspeed Indicator atau Indikator Kecepatan data mungkin tak asing bagi avgeek di Indonesia. Sebab, ini kerap dihubungkan dengan penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX Lion Air JT610.

Indikator kecepatan sendiri adalah bagian dari sistem instrumen pitot-static. Tabung pitot adalah alat pengukur tekanan pada aliran fluida untuk menentukan kecepatan dari pesawat udara serta kecepatan udara dan gas.

Tabung ini merekam tekanan pada sayap dan permukaan bagian depan pesawat. Data ini kemudian dibandingkan dengan data tekanan yang didapat dari static-port pada bagian lain pesawat.

3. Indikator Kecepatan Vertikal (Sistem Statis Pitot)

Vertical Speed Indicator atau Indikator Kecepatan Vertikal Instrumen ini menampilkan kecepatan pendakian/penurunan pesawat setiap waktu (dinyatakan dalam feet/minute). Jika bernilai positif, artinya pesawat sedang melakukan pendakian (climbing), sebaliknya jika negatif artinya pesawat sedang menurun (descending).

4. Attitude Indicator

Attitude Indicator atau biasa juga dikenal sebagai Gyro Horizon atau Artificial Horizon adalah instrumen yang berfungsi untuk menunjukkan letak pesawat terhadap garis horison. Instrumen ini dapat memberi informasi ketinggian nose pesawat terhadap garis horison saat sedang mengudara sehingga dapat menghindari peristiwa stall akibat nose yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Baca juga: Inilah Para Pengguna Augmented Reality di Industri Dirgantara

5. Heading Indicator (Gyroscopic System)

Heading Indicator atau Giro Direksi merupakan instrumen yang menunjukkan heading dari pesawat relatif terhadap arah utara berdasarkan letak geografis dari bumi. Instrumen ini dikalibrasi berdasarkan arah utara kutub magnet bumi (dari Magnetic Compass) untuk meningkatkan kepresisian penunjukan arah.

Pada pesawat-pesawat jet saat ini, Heading Indicator digantikan oleh HSI (Horizontal Situation Indicator) yang selain menampilkan informasi heading juga menampilkan informasi navigasi (VOR/ILS).

6. Turn Indicator (Gyroscopic System)

Turn Indicator menampilkan pergerakan aileron dan rudder yang digunakan untuk membelokkan pesawat.

Boeing 727 Bekas Japan Airlines Tiba, Realisasi Kantor ‘Terbang’ di Inggris Makin Dekat

Pada November tahun lalu, dunia terkejut dengan rencana gila pengusaha asal Bristol, Inggris, Johnny Palmer, untuk membuat kantor ‘terbang’ dari bekas pesawat Japan Airlines. Kini, setelah beberapa bulan berproses, rencana tersebut kian terang. Terlebih, usai pesawat itu tiba di Bristol.

Baca juga: Boeing 727 Bekas Japan Airlines Ingin Disulap Jadi Kantor ‘Terbang’

Pesawat trijet itu sebelumnya dibiarkan mangkrak di Bandara Cotswold, Gloucestershire, sebelah Barat London, Inggris. Usai bertahun-tahun mangkrak, pesawat yang dikenal sebagai PYTCHAir itu akhirnya menemui rumah baru di kawasan industri Bristol.

Memindahkan pesawat dengan panjang hampir 33 meter dan berat sekitar 40 ribu kg tentu bukan perkara mudah. Kendati menempuh perjalanan tak terlalu jauh, nyatanya truk pengangkut pesawat itu beberapa kali kesulitan dan tak jarang membentur sesuatu. Sudah begitu, jalanan harus diblokir dan dikawal kepolisian setempat. Kadang kala, truk juga harus beberapa kali mengalah dan membiarkan ambulans lewat selama perjalanan.

“Membawa PYTCHAir ke Bristol merupakan tantangan besar dan ada beberapa momen yang sulit! Seperti ketika polisi menolak kami untuk menggunakan rute yang direncanakan, ketika itu tergores di bawah jembatan jalan raya, dan ketika layanan darurat (ambulans) harus melewati kami,” kata Johnny Palmer, seperti dikutip dari Simple Flying.

Penampakan kantor ‘terbang’ Boeing 727 bekas Japan Airlines sebelum benar-benar resmi menjadi kantor ‘terbang’ pada Maret mendatang. Foto: Johnny Palmer | PYTCH

Sepanjang perjalanan, dari mulai di bandara sampai di Bristol, tak terhitung berapa banyak pasang mata yang terpana dengan pemandangan burung besi di atas truk tersebut. Pun demikian ketika pesawat diturunkan.

Pesawat itu nantinya akan dimodifikasi dan digabungkan dengan kontainer untuk membentuk kantor dengan konsep shipping cointainer architecture atau bangunan yang menggunakan kotak bekas kontainer atau kargo sebagai material utamanya.

Paduan Boeing 727 bekas dengan kontainer pun dilengkapi dengan mural atau lukisan awal sebagai latar belakang dan membuatnya tampak terlihat terbang. Itulah mengapa pesawat itu kerap disebut sebagai kantor ‘terbang’.

Disebutkan, tak semua bagian pesawat dipertahankan. Sayap dan mesin dibuang agar membuat harga beli pesawat bekas itu jadi lebih murah. Adapun sisanya dipadupadankan dengan kontainer dan equipment lainnya. Nantinya, bangunan baru dari perpaduan itu akan dijadikan beragam fungsi, seperti kantor, tempat makan malam private, kantor, hingga event space atau ruang serbaguna untuk berbagai kegiatan.

Baca juga: Dijual! Rumah Lengkap Dengan Bandara Plus Dua Antonov An-2

Bila tak ada aral melintang, proyek menyulap pesawat mangkrak menjadi venue keren multifungsi itu selesai dikerjakan pada Maret 2021 mendatang.

Modifikasi pesawat tentu bukan pertama kali dilakukan di dunia. Sebelumnya, di Swedia, Boeing 747 pernah dijadikan hotel dan yang terbaru, pesawat Airbus A330 bekas Thai Airways disulap jadi Kedai Kopi Perang di Thailand. Tetapi, modifikasi pesawat Boeing 727 menjadi kantor ‘terbang’ dan studio virtual adalah pertama kalinya dilakukan di Eropa.

Kapal Ferry Berbahan Aluminium Berkecepatan Tinggi Buatan Filipina Tiba di Norwegia

Belum lama ini, Hull 419 telah berhasil dikirimkan oleh Austal Filipina ke Fjord Line of Norway. Ini adalah kapal ferry katamaran berkecepatan tinggi dengan panjang 109 meter dan memiliki dua dek untuk kendaraan.

Baca juga: Sungai Chao Phraya di Bangkok Kini Dilayani Kapal Ferry Bertenaga Listrik

Ferry katamaran tersebut dinamakan FSTR karena ini merupakan sebuah kapal aluminium terbesar yang pernah dibuat di Filipina. Bahkan ini juga menjadi kapal ferry terbesar berdasarkan volume yang akan dibangun oleh Autsal di salah satu galangan kapalnya di seluruh dunia.

KabarPenumpang.com melansir dari laman marinelog.com (2/3/2021), kapal ferry ini nantinya bisa mengangkut penumpang sekitar 1.200 orang dengan kecepatan hingga 40 knot. Selain itu dengan panjang 109 meter dan lebar 30,5 meter FSTR mampu mengangkut sekitar 404 mobil untuk dibawa pada dua dek kapal tersebut.

Uniknya, kapal ini memiliki beberapa inovasi desain utama yang mampu meningkatkan kinerja operasi dan kenyamanan penumpang. Salah satunya adalah bentuk lambung baru yang dioptimalkan akan meminimalkan konsumsi bahan bakar dan wake wash saat beroperasi di Laut Skagerrak antara Hirtshals di Denmark dan Kristiansand di Norwegia.

Pada penyerahan kapal yang diadakan di galangan kapal Balamban Cebu, Presiden Austal Filipina Wayne Murray mengatakan pengiriman FSTR hanyalah yang pertama dari tiga ferry berkecepatan tinggi besar yang akan dibangun di galangan kapal perusahaan yang baru diperluas.

“Dengan pengiriman FSTR, kami sekarang mempersiapkan peluncuran Hull 395, Bañaderos Express; sebuah kapal ferry trimaran 118 meter sedang dibangun untuk Fred. Olsen Express dari Kepulauan Canary. Mengikuti dari belakang itu, kami memiliki 115 meter Express 5 yang sedang dibangun untuk Molslinjen dari Denmark,” kata Murray.

Baca juga: Francisco, Kapal Ferry Wisata dengan Kecepatan 51,8 Knot!

“Kami baru saja mengirimkan ferry berkecepatan tinggi terbesar yang pernah dibuat di Filipina dan sebenarnya, ferry berkecepatan tinggi terbesar yang dibangun oleh galangan kapal Austal mana pun, di mana pun di dunia. Dan segera, kami akan melakukannya lagi, saat kami menyelesaikan Express 5 untuk Molslinjen. Kami memang pembuat rekor dan pemecah rekor galangan kapal,” tambahnya.

Tiga Alasan Mengapa India Tidak Cocok Bagi Maskapai Full Service

Dari tiga jenis maskapai penerbangan, yaitu full service, medium service, dan no frills atau low cost carrier (LCC), maskapai-maskapai full service diakui banyak pihak cenderung sulit bersaing di pasar India. Sebaliknya, maskapai LCC dan regional terus berjaya selama bertahun-tahun.

Baca juga: Tingkat Pelecehan Seksual di Udara Meningkat, Dua Maskapai India Perkenalkan “Pink Rows”

Data pada Desember 2019, sebelum pandemi virus Corona menghancurkan industri penerbangan, misalnya, menunjukkan maskapai LCC SpiceJet berhasil membukukan load factor tertinggi di Negeri Zamrud Khatulistiwa, sebesar 92,7 persen dan maskapai LCC lainnya IndiGo berada di posisi kedua, merengkuh load factor 91,5 persen. Bisa dibilang, hampir sepanjang tahun penerbangan selalu disesaki penumpang.

Bandingkan dengan dua maskapai full service di India, Vistara dan Air India. Vistara tercatat hanya membukukan load factor sebesar 81,1 persen dan maskapai nasional India, Air India sebesar 80,8 persen. Masih cukup tinggi memang, namun trennya terus menurun.

Dilansir Simple Flying, setidaknya ada tiga faktor yang mendorong terjadinya hal ini. Agar lebih lebih lengkap, berikut tiga alasan mengapa India tak cocok bagi maskapai full service.

1. Sensitif dengan harga

Layakanya di Indonesia, masyarakat di India juga sensitif dengan harga dibanding layanan. Singkatnya, masyarakat di sana menginginkan layanan bagus tapi murah. Bila tak dapat keduanya, harga murah lebih penting ketimbang layanan bagus. Perbedaan harga sekecil apapun pasti akan mempengaruhi pilihan penumpang terhadap maskapai.

Melengkapi hal itu, para penumpang pesawat di India juga disebut tak terlalu royal dengan satu maskapai. Selama maskapai tersebut terus menawarkan harga murah, ia akan selalu diburu, bahkan ketika maskapai murah tersebut memberikan layanan yang tak terlalu memuaskan.

Saat itu terjadi (layanan tak memuaskan), mungkin, sesaat maskapai akan ditinggalkan penumpang. Setelah itu, penumpang akan kembali dan menikmati harga murah ketimbang layanan memuaskan.

2. Regulasi tak mendukung

Regulasi menjadi syarat mutlak untuk maskapai penerbangan bertahan di industri yang cukup dinamis ini. Sayangnya, regulasi industri penerbangan di India tidak terlalu mendukung.

Dari segi perpajakan, pajak tinggi terhadap suku cadang dan lain sebagainya menjadikan maskapai terus tertekan. Pajak tinggi juga dilengkapi dengan tingginya harga avtur. Menurut The Economic, avtur dan pajak tinggi di India menyumbang sepertiga harga tiket atau dua kali lipat lebih tinggi dari standar global yang hanya sebesar 12-16 persen.

Baca juga: Heboh Maskapai Indonesia Diminta Tutup Fasilitas Toilet di Pesawat, Ternyata di India Sudah Duluan

Selain itu, kebijakan India’s open skies agreement yang tidak dibarengi dengan langkah penyelamatan maskapai dalam negeri juga membuat maskapai full service sulit. Kebijakan itu mengizinkan maskapai asing dari Timur Tengah untuk melayani lebih banyak penerbangan dari dan ke India.

3. Persaingan ketat

Perang tarif di India membuat maskapai saling berusaha menawarkan harga tiket termurah. Saat itu terjadi, kenaikan harga tiket sekecil apapun pasti akan ditinggal penumpang. Pun demikian dengan maskapai yang sejak awal memasang harga tinggi, sudah pasti akan ditinggalkan, kecuali oleh para pebisnis untuk rute-rute internasional jarak jauh, yang tak bisa dijangkau oleh maskapai LCC yang rute internasionalnya hanya sampai ke Timur Tengah dan Asia Timur.

Gegara Bayi Tak Gunakan Masker, Semua Penumpang Maskapai ini Batal Berangkat

Sebuah kekacauan terjadi di Bandara Internasional Miami karena Frontier Airlines membatalkan penerbangannya menuju Bandara LaGuardia pukul 19.00 waktu setempat. Pembatalan tersebut terjadi setelah sekelompok besar penumpang menolak untuk menggunakan masker.

Baca juga: Akibat Anak Tak Gunakan Masker, Satu Keluarga dan Penumpang Disebelah Dipaksa Keluar Pesawat

Tetapi saksi mata mengatakan bahwa satu keluarga yang menggunakan masker dan bayi berusia 18 tanpa masker untuk meninggalkan pesawat. Keributan awalnya terjadi di dalam kabin pesawat Frontier Airlines F92878 dengan tujuan LaGuardia dari Miami.

KabarPenumpang.com melansir nypost.com (1/3/2021), keributan tersebut kemudian memaksa semua penumpang untuk turun dari pesawat dan menjadwal ulang penerbangan mereka keesokan harinya.

“Beberapa orang, termasuk beberapa orang dewasa, diminta berulang kali untuk memakai masker mereka dan menolak untuk melakukannya. Berdasarkan penolakan terus menerus untuk mematuhi mandat topeng federal, penolakan untuk turun dari pesawat dan agresi terhadap awak pesawat, penegakan hukum setempat dilibatkan,” kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.

Namun seorang penumpang bernama Hershey Greenbaum mengatakan, bahwa bayi 18 bulan tersebut menjadi alasan pemindahan keluarga itu.

“Kami semua berada di pesawat ketika mereka [pramugari] datang dan melihat bayi berusia 18 bulan tanpa masker,” kata Greenbaum.

Dalam rekaman video kejadian tersebut, sang ayah terlihat menjelaskan bahwa anak tersebut berusia di bawah dua tahun. Greenbaum mengatakan penumpang lain datang untuk membela keluarga dan menjadi “gaduh” saat mereka di-boot. Orang tua bayi itu memberi tahu petugas bahwa mereka akan mencoba memasang penutup pada bayi, menurut Greenbaum, tetapi itu tidak menghentikan mereka untuk mengambil tindakan.

“Semua orang di pesawat menjadi sangat marah dan gaduh karena, apa yang akan kamu lakukan? Itu adalah bayi berusia 18 bulan. Kebanyakan dari mereka mengatakan ‘Jangan biarkan mereka melakukan ini padamu. Sebagian besar orang menentangnya, Yahudi atau bukan Yahudi, mengapa Anda memilih anak berusia 18 bulan?,” kata Greenbaum.

Frontier Airlines mengatakan untuk masalah ini tidak berasal dari seorang anak di bawah usia dua tahun. Meski begitu seorang penumpang yang merekam kejadian tersebut membagikannya di Twitter.

“Apa yang kamu capai?” kata satu orang.

“Anda akan membayar konsekuensinya,” terdengar penumpang lain berkata.

Baca juga: Pakai Masker Bisa Jadi Masalah Bagi Penderita Asma Kronis, Namun Awak Maskapai ini Tak Paham

“Ini Nazi Jerman,” teriak orang ketiga.

Greenbaum mengatakan sekitar 15 petugas polisi menanggapi insiden tersebut. Penumpang dilaporkan melanjutkan perjalanan mereka dengan maskapai alternatif.

Gegara Banyak Penumpang Batuk Mendadak Jelang Pesawat Lepas Landas, Penerbangan Ditunda

Wabah virus Corona telah menjangkiti lebih dari 115 juta warga dunia, dimana 2,5 juta di antaranya meninggal. Setelah setahun lebih mengancam nyawa miliaran orang di seantero bumi, Covid-19 belum juga mereda. Malah makin mengganas.

Baca juga: Ahli Virologi Ini Yakin Tertular Corona Lewat Mata dalam Penerbangan yang Penuh Sesak

Tak ayal, banyak orang masih sangat khawatir kapanpun dan dimanapun; tak terkecuali di pesawat. Terlebih, ketika secara tiba-tiba penumpang pesawat batuk-batuk dan mengalami sesak napas yang dikhawatirkan disebabkan akibat virus Corona. Seperti yang terjadi baru-baru ini.

Dilansir radio.com, sebuah penerbangan United Airlines dari Fort Myers, Florida ke Newark, New Jersey belum lama ini terpaksa ditunda lantaran penumpang tiba-tiba mengalami batuk-batuk jelang pesawat lepas landas. Tak hanya itu, beberapa dari mereka juga mengaku sesak napas, mirip gejala pasien positif Covid-19.

Tak ayal, melihat kejadian itu, pramugari pun mengabarkan ke pilot hingga akhirnya diputuskan untuk kembali ke apron dan seluruh penumpang diturunkan.

Beruntung, alih-alih penumpang serempak mendadak batuk-batuk dikarenakan virus Corona, ternyata itu terjadi akibat pepper spray atau semprotan merica yang secara tak sengaja disemprot oleh salah satu penumpang.

Peristiwa bermula saat penumpang tersebut duduk manis di bangku depan tak jauh dari pintu keluar. Saat pesawat taxiing, entah apa yang dilakukan, ia tanpa sengaja menyemprotkan pepper spray ke udara. “Oh, saya tidak sengaja menekan semprotan ini di gantungan kunci saya,” kata penumpang tersebut.

Sejurus kemudian, banyak penumpang dalam pesawat dengan nomor penerbangan 1061 tersebut batuk-batuk dan merasa tenggorokannya panas. Tak sedikit dari mereka yang mengidap asma juga merasa sesak napas.

Atas kejadian ini, Administrasi Keselamatan Transportasi (TSA) mengaku kecolongan membiarkan masuk semprotan merica ke dalam pesawat. Setelah ini, agensi itu mengaku akan menggembleng petugas untuk lebih selektif memeriksa barang-barang terlarang yang tidak disembunyikan ataupun disembunyikan penumpang.

Sementara itu, pihak United Airlines mengaku, penumpang yang mengalami batuk-batuk, tenggorakan panas, dan sesak napas, diberi pilihan untuk tetap ikut penerbangan 1061 atau beralih ke penerbangan selanjutnya dengan konsekuensi harus menunggu beberapa waktu.

Adapun penerbangan 1061, disebutkan, tak lama setelah penumpang turun dan diberi pilihan, pesawat berhasil diberangkatkan.

Baca juga:Pilu! Inilah Curhatan Savannah Phillips, Penumpang Pesawat yang di Bully Karena Tubuhnya

Semprotan merica atau pepper spray sendiri termasuk ke dalam jenis gas air mata atau lachrymatory agent. Senyawa kimia yang terkandung pada lachrymatory agent dapat menyebabkan air mata keluar dan rasa sakit pada mata.

Selain itu, semprotan yang diciptakan pada akhir tahun 1970-an oleh kepolisian Amerika itu juga mengandung capsaicin, yang secara alami ditemukan pada cabai dan bertanggung jawab atas rasa pedas khas yang timbul ketika kita memakan cabai. Itulah mengapa, ketika pepper spray disemprot ke udara, butir-butir halus yang tersebar membuat mata perih seperti medidih, sesak napas, tenggorokan pedas, batuk-batuk, dan lain sebagainya.

Cina Punya Rel Kereta Menembus Apartemen, Jepang Ternyata Punya Jalan Tol Menembus Gedung

Cina memiliki jalur kereta api yang melintas dan menembus apartemen. Tapi bagaimana bila jalan tol yang menembus gedung? Apakah Ada? Ya jalan tol ini bisa dilihat di Jepang, di mana negara ini selalu memiliki inovasi dalam banyak hal salah satunya adalah infrastruktur.

Baca juga: Wow, Ada Kereta Melintas di ‘Dalam’ Pusat Grosir Surabaya!

KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, bangunan yang ditembusi jalan tol adalah Gate Tower Builing yang mana ini sebuah gedung perkantoran berlantai 16 di Fukushima-ku, Osaka, Jepang. Bahkan gedung tersebut juga dijuluki sarang lebah karena tampilannya sebagai sebuah tempat sibuk.

Gate Tower Building ini dilalui oleh Hanshin Expressway yang melintas di antara lantai kelima hingga ketujuh. Sehingga bisa dikatakan Hansin Expresway merupakan penyewa dari lantai di Gate Tower Buliding. Bahkan lift pun dari lantai empat lanjut terus ke lantai delapan tanpa berhenti di tiga lantai tersebut.

Uniknya jalan tol tersebut tidak menyentuh fisik bangunan, tetapi ditopang oleh jembatan yang terpasang pada Gate Tower Building. Jalan tersebut dikelilingi sejenis struktur supaya bangunan yang ditembus tidak ikut bising dan bergetar.

Ternyata ada kisah dibalik pembangunan jalan tol yang menembus gedung tersebut. Usut punya usut, tahun 1983 lalu, pemerintah Osaka memutuskan untuk melakukan pembangunan kembali wilayah tersebut. Sayangnya tidak semua orang merelakan tanahnya.

Hal ini juga dilakukan oleh pemilik gedung yang merupakan seorang pengusaha batu bara dan kayu. Di mana mereka sudah memegang hak properti atas lahan tersebut sejak awal periode Meiji, tetapi pengalihan ke sumber bahan bakar lain mengakibatkan terabaikannya bangunan milik perusahaan.

Bahkan saat itu pemerintah menolak untuk memberikan izin mendirikan bangunan disitu karena sebuah jalan bebas hambatan akan dibangun ditempat yang sama. Pemegang hak properti menolak menyerah dan bernegosiasi dengan Hanshin Expressway Corporation agar memberi waktu lima tahun untuk mencari solusinya.

Hingga akhirnya sebuah kesepakatan terjadi dan sebuah peraturan baru dibuat tahun 1989 untuk mengizinkan sistem jalan multilevel yang memungkinkan integrasi pembangunan jalan dan bangunan di lahan yang sama. Sistem ini awalnya dirancang untuk memfasilitasi pembangunan jalan lingkar kedua di dekat Toranomon, Minato-ku, Tokyo, tetapi pada akhirnya tidak diterapkan di sana.

Baca juga: Permudah Transportasi Urban, Tiongkok Bangun Rel Kereta di Apartemen

Sistem ini malah diterapkan pada pembangunan Gate Tower Building dan menjadi gedung pertama di Jepang yang ditembus jalan bebas hambatan. Normalnya, jalan bisa dibangun di bawah tanah gedung dan menembus gedung seperti ini jarang dilakukan.

Hari Ini, Bandung Jadi Saksi Pesawat DC-3 KNILM ‘Senilai’ Rp212 Miliar Ditembak Jatuh Jepang

Pada hari ini, 79 tahun yang lalu, bertepatan dengan 3 Maret 1942 atau tiga hari sebelum Jepang menguasai Bandung, pesawat Dakota DC-3 PK-AFV “Pelikaan” milik maskapai pertama di Hindia-Belanda, Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM), ditembak jatuh tentara Jepang di Carnot Bay, 80 km (50 mil) utara Broome, Australia Barat.

Baca juga: PK-KKH, Sang Pendahulu N250 yang Lebih Awal Pamer Pesawat Indonesia di Eropa

Pesawat ini sebetulnya sama seperti pesawat DC-3 pada umumnya. Tetapi, Pangkalan Udara Andir yang pada 17 Agustus 1952 diubah namanya menjadi Lanud Husein Sastranegara dan sekarang berubah lagi menjadi Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, menjadi saksi bahwa PK-AFV Pelikaan KNILM merupakan pesawat sangat mahal, mungkin termahal di zamannya, karena muatan misterius setara 10 juta dolar Australia atau sekitar Rp212 miliar lebih (kurs 11.155).

Dikutip dari ozatwar.com, kemunculan Jepang sebagai salah satu kekuatan mematikan di masa Perang Dunia II membuat Belanda dan sekutu ciut. Tak sedikit dari mereka yang bermukim di Hindia Belanda mencoba melarikan diri; termasuk para staf KNILM serta tentara NEI-AF beserta keluarganya yang menumpangi Dakota DC-3 PK-AFV.

Saat itu, pesawat ini dikemudikan oleh kapten pilot Ivan “Turc” Smirnoff, kopilot Johan “Neef” Hoffman, dan operator radio John “Jo” Muller, membawa sembilan penumpang, lima di antaranya pilot Angkatan Darat dan Angkatan Laut Hindia Belanda, empat sipil, dan satu bayi.

Sebelum berangkat sekitar pukul 1.15 malam waktu Bandung, Mr. Wisse, manajer Pangkalan Udara Andir, menitipkan kotak cerutu tanpa memberitahu isinya, ke pilot. Ketika itu, ia hanya menyebut bahwa kotak cerutu ini nanti akan dijemput pihak Australian Bank saat tiba di Broome.

Pesawat lepas landas dengan mulus dari Bandung menuju ke arah tenggara, tepatnya ke Broome, Australia Barat. Namun sayang, saat memasuki garis pantai Carnot Bay, 80 km (50 mil) utara Broome, Jepang baru saja selesai menggempur habis pangkalan militer di sana. Nahasnya lagi, tiga pesawat temput Jepang masih wara-wiri di sekitaran lokasi dan menemukan Pelikaan.

Walau sempat memberi kode bahwa DC-3 PK-AFV Pelikaan membawa penumpang sipil, namun Jepang tak menggubris dan memberondong tembakan ke pesawat. Meski sempat menghindar, sayap dan mesin pesawat terkena tembakan, termasuk sang pilot naturalisasi dari Rusia. Beruntung, pesawat berhasil mendarat dararut di pantai Carnot Bay.

Usai mendarat darurat Jepang masih memberondong dengan tembakan dari langit. Penumpang dan awak pesawat yang sedang berusaha melarikan diri, khususnya sang pilot yang diamanahkan kotak cerutu berharga, coba berlindung di dalam air.

Baca juga: Bandara Pondok Cabe, Ternyata Pernah Jadi Basis Pertahanan Penting Sekutu di Era Perang Dunia II

Percobaan itu berhasil dan Jepang pun pergi. Sayangnya, kotak cerutu itu terhempas ombak dan tak ditemukan sampai waktu yang lama. Setelah insiden itu, barulah diketahui bahwa kotak cerutu itu berisi berlian yang jika diasumsikan dengan kurs saat ini bernilai 10 juta dolar Australia atau sekitar Rp212 miliar.

Berlian itu kemudian ditemukan di beberapa tempat. Tetapi, hanya sebagian kecil berlian yang ditemukan dan sisanya masih belum ditemukan sampai saat ini dan menjadi salah satu misteri harta karun terbesar nan berharga.

Gegara Batu di Runway, Body Pesawat Boeing 747 Singapore Airlines Berlubang

Pasca mendarat di Bandara Internasional Brussels, pesawat Boeing 747 Singapore Airlines ditemukan berlubang atau rusak di bagian bawah pesawat dekat landing gear. Meski belum ada kepastian penyebab rusaknya bagian bawah pesawat, namun, hasil penyelidikan awal menemukan, insiden itu besar kemungkinan disebabkan oleh bebatuan yang berada di runway.

Baca juga: Dihantam Bird Strike, Hidung Airbus A380 Singapore Airlines Berlumuran Darah

Pada 26 Februari, pesawat kargo Singapore Airlines Boeing 747-400F lepas landas dari runway 36R Bandara Internasional Dallas-Fort, Amerika Serikat (AS) menuju Brussel, Belgia. Pesawat dengan nomor penerbangan SQ7951 itu dilaporkan menjalani penerbangan sembilan jam dengan mulus tanpa adanya gangguan apapun, seperti turbulensi, dan lain sebagainya.

Di hari yang sama, tepatnya pukul 16.20 waktu Belgia, pesawat berhasil mendarat juga dengan mulus di runway 25R tanpa adanya gangguan apapun. Setelah mendarat, pesawat melewati taxiway A6 dengan kecepatan tinggi sebelum meluncur ke apron. Sampai di sini, semuanya tampak biasa-biasa saja.

Akan tetapi, ketika diinspeksi oleh petugas, ditemukan sekitar empat lubang dengan diameter beragam. Lubang terbesar diperkirakan berdiameter 50 cm. Seluruhnya berada di bagian kanan belakang landing gear.

Setelah dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), kesimpulan awal dilaporkan, besar kemungkinan lubang tersebut akibat bebatuan yang ada di runway. Bebatuan tersebut diketahui terjatuh tanpa disengaja dari truk para pekerja konstruksi. Bebatuan ini kemudian menempel di roda saat pesawat mendarat dalam kecepatan tinggi dan terhempas ke segala arah serta membuat bagian bawah pesawat hancur berlubang.

Laporan Aviation Herald yang dikutip Simple Flying, menurut data ADS-B pesawat, tidak ada masalah di runway dan taxiway Bandara Internasional Dallas-Fort dan Bandara Internasional Brussels. Pun demikian dengan NOTAM (notice to airmen) taxiway A6 serta runway 07L dan 25R. Atas dasar itulah, kemudian penyelidikan mengarah ke bebatuan dari truk pekerja konstruksi yang melewati runway.

Meskipun pesawat diketahui sudah berusia lebih dari 16 tahun serta baru saja melakoni penerbangan keliling dunia, dimulai dari Bandara Changi, Singapura, pada 21 Februari, berlanjut ke Bandara Internasional Hong Kong, Bandara Internasional Ted Stevens Anchorage di Alaska, Bandara Internasional Los Angeles di AS, Bandara Internasional Dallas-Fort, dan mengakhiri perjalanan di Bandara Internasional Brussels, tetapi, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan lubang di pesawat.

Baca juga: Pesawat Rusak Sebelum Take-Off, Penumpang Diminta Patungan Untuk Tutupi Bea Reparasi

Setelah ditemukan lubang tersebut, data menunjukkan, pesawat tertahan hampir dua hari untuk perbaikan sebelum kembali ke langit.

Singapore Airlines sendiri memang cukup mengandalkan Queen of the Skies di pasar kargo. Data dari Planespotters.net menunjukkan bahwa maskapai nasional Singapura ini memiliki tujuh 747-400 kargo. Secara kolektif, pesawat memiliki usia rata-rata 17,3 tahun, dengan usia termuda 15 tahun dan tertua 20,5 tahun.