Jalankan Program Langit Biru, Damri Hadirkan Bagasi untuk Penumpang dengan Sepeda

Hidup sehat dengan menggendarai sepeda di masa pandemi semakin banyak dilakukan oleh masyarakat. Untuk memudahkan hal ini Perum Damri kemudian menyediakan layanan bus sehat bagi penumpangnya yang membawa sepeda. Damri menyediakan layanan tersebut selain memperkuat jaringan transportasi juga sejalan dengan program Langit Biru.

Baca juga: Pandemi Belum berakhir, Damri Jalin Sinergi dengan ASDP dan Dukung Angkutan Haji/Umrah di Arab Saudi

Di mana program ini adalah milik pemerintah Indonesia dengan tujuan mengendalikan dan mencegah penyebaran udara serta mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak seperti industri maupun sumber bergerak yakni kendaraan bermotor.

“Bus sehat yang disediakan Damri memberi pelayanan terbaik yang tidak hanya aman, namun juga nyaman. Untuk area Kota Bandung, Damri menyediakan ruang khusus di kabin bus yang diperuntukkan bagi pelanggan yang hendak menuju kantor menggunakan sepeda maupun berolahraga,” ujar Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan Damri Sidik Pramono yang dikutip KabarPenumpang.com dari bisnis.com.

Ada beberapa rute layanan yang dilewati Damri bagi penumpang yang membawa sepeda mereka di Bandung yakni dari Leuwi Panjang ke Ledeng PP dengan tarif Rp5.000, Cicaheum-Cibeureum PP dengan tarif sebesar Rp4.000, Jatinangor Elang PP dengan tarif sebesar Rp4.000, Leuwi Panjang-Cicaheum PP dengan tarif sebesar Rp5.000. Kemudian, Kebon Kalapa-Cibiru PP dengan tarif sebesar Rp6.000, Leuwi Panjang Dipatiukur PP dengan tarif sebesar Rp5.000.

Rute Jatinangor-Elang via Tol Moh.Toha PP dengan tarif sebesar Rp10 ribu, Alun-alun Kota Bandung-Ciburuy PP dengan tarif sebesar Rp10 ribu, Kebon Kelapa-Tanjung Sari PP dengan tarif sebesar Rp10 ribu. Kota Bandung Parahyangan-Alun-alun kota Bandung PP dengan tarif sebesar Rp10 ribu, Jatinangor-Dipatiukur, via Tol Moh. Toha PP dengan tarif sebesar Rp10 ribu.

“Layanan tersebut bisa dinikmati mulai pukul 06.00 WIB hingga 17.00 WIB,” kata Sidik.

Sedangkan layanan jenis ini untuk Jabodetabek Residence Connexion (JRC), Damri menyediakan bagasi khusus untuk pelanggan di daerah Jabodetabek dengan rute layanan yakni Botani, Bogor–Senayan dengan waktu keberangkatan dari Botani pukul 05.30 WIB, sedangkan dari Senayan pukul 17.00 WIB. Tarif yang dikenakan sebesar Rp50 ribu.

Layanan rute Kemang Pratama–Stasiun Gambir dengan waktu keberangkatan dari Kemang Pratama jam 05.30 WIB, sedangkan dari Stasiun Gambir pukul 17.00 WIB. Tarif yang dikenakan sebesar Rp15 ribu serta Grand Wisata, Bekasi–Epicentrum Walk Kuningan dengan waktu keberangkatan dari Grand Wisata jam 05.30 WIB, sedangkan dari Epicentrum jam 17.00 WIB. Tarif yang dikenakan sebesar Rp25 ribu.

Baca juga: Tak Lagi Repot ke Loket, Beli Tiket Bus Damri Bisa Pakai Damri Apps

Seluruh operasional Damri dijalankan sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 17 Tahun 2021 tanggal 9 Februari 2021 tentang Perpanjangan Perlakuan Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dengan Transportasi Darat Pada Masa Pandemi Covid-19. Beberapa ketentuan tersebut di antaranya adalah memperhatikan secara ketat pelanggan dan petugas Damri untuk selalu menerapkan 3 M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.

Pelanggan wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif RT-PCR atau negatif Rapid Test Antigen yang diambil dalam kurun waktu maksimal 3×24 jam sebelum keberangkatan.

Ngeri, UFO Ngebut 650 Kilometer Per Jam Nyaris Tabrak Pesawat American Airlines

Unidentified flying object (UFO) kembali muncul di Amerika Serikat (AS). Bukan hanya sekedar muncul, UFO yang digambarkan sebagai benda silinder menyerupai rudal itu juga bergerak sangat cepat mencapai 406 mil atau 650 km per jam dan nyaris menabrak pesawat Airbus A320 American Airlines.

Baca juga: Ngeri! Pesawat Singapore Airlines Nyaris Tabrakan dengan UFO

Kemunculan UFO tersebut memang agak berbeda dengan temuan sebelum-sebelumnya, dimana bukti kemunculannya hanya berupa rekaman audio, bukan video. Namun, tetap saja ini menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Dilansir thesun.co.uk, UFO disebut muncul di ketinggian 36.000 kaki di atas langit New Mexico, AS. Saat itu, pesawat Airbus A320 American Airlines dengan nomor penerbangan 2292 tengah melintas tak jauh dari lokasi tersebut saat menempuh perjalanan dari Cincinnati ke Phoenix, AS, pada tanggal 21 Februari lalu.

Dari rekaman suara di kokpit yang diintersep oleh ahli radio interceptor, Steve Douglass, pilot tampak seperti melihat benda misterius bergerak cepat di atas pesawat dan memberitahukan hal itu ke petugas ATC.

“Aku benci mengatakan ini, tapi itu tampak seperti benda silinder panjang yang hampir tampak seperti sejenis rudal jelajah bergerak sangat cepat tepat di atas kita,” ujar pilot.

Douglass mengklaim, saat itu, tidak ada pesawat militer manapun yang melintas di daerah tersebut. Pun demikian, tidak ada laporan terkait uji coba rudal dari otoritas setempat. Bila pun ada, pasti Notice To Airmen atau NOTAM sudah dikeluarkan agar tak ada pesawat komersial yang melintas.

Hanya saja, insiden kemunculan UFO kali ini sangat dekat dengan jangkauan White Sands Missile, sebuah area pengujian militer yang dibangun pada tahun 1945. Meski demikian, sekali lagi, saat itu tak ada informasi terkiat uji coba rudal atau aktivitas militer lainnya. Beruntung, UFO tersebut tidak sampai menabrak pesawat hingga berhasil mendarat dengan selamat di Phoenix, AS.

Juru bicara American Airlines sendiri tak ambil pusing. Ia mengaku bahwa pihaknya tidak memiliki rekamanan seperti itu pada penerbangan tersebut.

UFO memang kerap muncul di AS. Pada September lalu, sebuah objek asing berhasil terekam jelas melesat dengan cepat di siang bolong. Objek asing berwarna biru metalik berbentuk piring terbang itu direkam oleh seorang penumpang pesawat udara di atas langit Philadelphia, Amerika Serikat (AS). Rekaman tersebut pun viral usai diunggah di Channel YouTube The Hidden Underbelly 2.0 pada awal bulan ini.

Pada tahun 2015, DailyMail pernah mewartakan peristiwa penumpang pesawat melihat UFO yang juga sempat menggemparkan publik. Saat itu, seorang penumpang maskapai American Airlines dari San Jose, California menuju Houston, Texas, dilaporkan tak sengaja memotret sebuah foto.

Baca juga: Ada Jejak UFO di Bali, Sempat Bikin Penerbangan Dilarang Lewat Gegara Takut Turbulensi

Kala itu, ia mengaku sedang memotret pemandangan saat sedang bosan. Namun ia tak sadar bahwa ternyata pesawat yang ditumpanginya tersebut berada di sebuah wilayah perbatasan dekat pangkalan militer rahasia, Area 51.

Yang paling menggemparkan tentu April lalu, dimana Pentagon (kantor utama angkatan bersenjata Amerika Serikat) merilis tiga video rahasia Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang diduga banyak pihak merupakan penampakan pesawat alien (UFO/unidentified flying object). Video yang direkam melalui kamera infrared tersebut terlihat menampilkan UFO yang terbang secara cepat. Angkatan Laut sebelumnya mengakui kebenaran video itu pada September 2019.

Hindari Mabuk, Volvo Kembangkan Teknologi “Soundtrack” Agar Penumpang Mobil Otonom Nyaman

Volvo baru-baru ini membuat sebuah proyek bersama mitra mereka dan menyimpulkan bahwa kendaraan otonom mungkin membutuhkan soundtrack untuk menenangkan penumpang dalam perjalanannya. Di mana mereka membuat penumpang membangun kepercayaan pada sistem otonom serta cara menggunakan suara untuk menghindari mabuk perjalanan.

Baca juga: Volvo Siap Rilis Mobil Otonom Super Mewah Tanpa Bangku Baris Depan

Dilansir KabarPenumpang.com dari slashgear.com (10/2/2021), dari proyek dua tahun ini menghasilkan resep untuk jiwa sonik yang dapat membuat transportasi di masa depan berbeda dari yang sekarang. Dengan tambahan yang lebih baru adalah peredaman kebisingan aktif yang diandalkan beberapa kendaraan untuk membantu mengusir kebisingan jalan dan angin. Yang paling kontroversial adalah peningkatan kebisingan yang terkadang disalurkan ke kabin untuk menekankan suara mesin, dengan asumsi bahwa karena itu kami akan menganggap mobil itu lebih sporty.

Kendaraan yang sepenuhnya otonom (AV), bagaimanapun, memiliki tingkat interaksi yang berbeda dengan penumpangnya. Sebagian besar upaya teknis yang dilakukan pada kendaraan otonom adalah tentang bagaimana mereka memandang jalan dan pengguna jalan lainnya, menavigasi daerah perkotaan dan jalan raya dengan aman dan efisien.

Pada tahun 2018 Volvo menghadirkan 360c, visi mengemudi otonom yang ditawarkannya sebagai alternatif penerbangan lintas negara. Daripada naik pesawat, Anda akan memanggil pod 360c yang dapat mengemudi sendiri, masuk ke kursi santai atau tempat tidurnya yang dapat diubah sementara AV mengantar Anda semalaman ke tujuan.

Proyek terbaru Volvo bekerja sama dengan lembaga penelitian RISE dan spesialis produksi audio Pole Position Production mengeksplorasi suara dalam AV. SIIC, atau Sound Interaction in Intelligent Cars, berfokus pada bagaimana audio dapat digunakan, baik untuk membangun kepercayaan penumpang dan membantu menghindari mabuk saat  berkendara.

“Ide utama di balik kerangka SIIC adalah serangkaian tipe suara atau lapisan suara. Kami menggunakan istilah lapisan alih-alih jenis suara karena suara yang kami rekomendasikan untuk digunakan dalam mobil tanpa pengemudi bukanlah jenis lonceng suara tradisional yang Anda temukan di ponsel cerdas Anda, tetapi harus lebih halus dan lebih kontinu. Selain itu, beberapa lapisan suara dapat aktif pada saat yang sama karena itu dinamai lapisan nama,” ujar para peneliti.

Dr. Pontus Larsson, Desainer Suara Interaktif di Volvo Cars mengatakan, Di mobil saat ini, ini lebih seperti suara reaktif, peringatan tabrakan.

“Pendekatan kami menjadi lebih proaktif, menginformasikan sebelumnya dengan cara yang lebih halus, sehingga Anda tidak merasa bahwa saya perlu melakukan sesuatu,” kata dia.

SIIC membayangkan serangkaian suara yang dapat secara sadar atau tidak membentuk pengalaman penumpang tentang kendaraan otonom. Suara emosional, misalnya, mungkin yang diputar saat Anda memasuki AV atau menyalakannya, dirancang untuk menunjukkan bahwa ia mengenali dan memahami Anda.

Baca juga: Kursi Belakang Volvo S60 Bisa Muat Kursi Anak dan Bayi yang Diletakkan

Jenis penumpang yang berbeda mungkin memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dalam hal informasi. Volvo membawa kendaraan uji ke lintasan untuk melihat apakah itu benar, menemukan bahwa bahkan dengan satu speaker dan suara dasar, hal itu sebenarnya dapat mengurangi laporan mabuk kendaraan. Kemudian, mereka menambahkannya dengan memfaktorkan secara bergiliran.

Mengapa Banyak Merger dan Akuisisi Maskapai di AS dalam 20 Tahun Terakhir? Ini Jawabannya

Merger dan akuisisi tentu lumrah dalam bisnis, tak terkecuali bisnis penerbangan. Merger dan akuisisi di dunia penerbangan tercatat pertama kali terjadi sejak tahun 1928, dimana dua maskapai AS, Pan Am merger dengan Aviation Corporation of the Americas atau biasa juga disebut American International Airways.

Baca juga: Sejarah Merger Boeing dengan McDonnell Douglas, Sempat Ditentang Eropa sampai Presiden AS Turun Tangan

Maskapai-maskapai AS memang terkenal akrab dengan merger dan akuisisi. Bahkan, merger dan akuisisi maskapai terbanyak juga datang dari AS, yaitu Delta Airlines, dengan total 15 kali. Sampai saat ini, merger dan akuisisi juga seolah masih melekat.

Tengok saja sejak tahun 2000 silam, setidaknya sudah ada tujuh kali merger antar maskapai AS. Tahun 2001, maskapai legendaris AS, Trans World Airlines, diakuisisi oleh American Airlines. 12 tahun kemudian, American Airlines lanjut mengakuisisi US Airways.

Pada tahun 2008, Delta Airlines mengakuisisi Northwest Airlines di bawah perjanjian multi-miliar dolar. Lewat perjanjian ini, logo dan brand Northwest Airlines menghilang sementara brand Delta Airlines tetap eksis. Pada tahun yang sama, Southwest Airlines tercatat mengakuisisi maskapai yang berbasis di Indianapolis, ATA Airlines.

Tak ingin tertinggal dari tiga kompetitor utama, United Airlines kemudian merger dengan Continental Airlines dua tahun berselang. Ini menjadi salah satu merger yang cukup populer di AS.

Pada tahun 2016, budaya merger dan akuisisi maskapai AS berlanjut ke Alaska Airlines, dimana maskapai tersebut mengakuisisi Virgin America. Di tahun yang sama, Frontier Airlines merger dengan Midwest Airlines. Ini menjadi merger dan akuisisi terakhir selama 20 tahun dengan total tujuh aksi korporasi. Pertanyaannya, mengapa bisa sebanyak itu?

Dilansir Simple Flying, ada begitu banyak alasan di balik semua ini. Tetapi, semuanya bermuara pada kekuatan maskapai layaknya hukum rimba, dimana maskapai kuat mencaplok maskapai lemah. Bagi maskapai lemah, terus bertahan dan bersaing di industri yang cukup ketat dan cepat berubah tentu akan sangat merugikan bila tidak didukung dana besar.

Sebaliknya, bagi maskapai besar, membangun kekuatan tambahan dari jaringan, infrastruktur, dan pasar penerbangan yang sudah ada akan lebih efisien ketimbang membangun entitas baru dari awal ataupun membangun jaringan baru secara mandiri tanpa bantuan dari maskapai lain sekalipun bisnisnya lebih kecil.

Dengan begitu, tak mengherankan bila pada akhir tahun 2020 lalu, maskapai American Airlines tercatat mengoperasikan sebanyak 855 pesawat, menjadikannya sebagai maskapai terbesar di dunia dari segi armada.

Demikian juga dengan United Airlines dan Delta Airlines yang masing-masing mengoperasikan 819 dan 775 pesawat, menjadikan keduanya sebagai maskapai kedua dan ketiga terbesar di dunia dari segi armada. Di posisi keempat dalam daftar itu juga bertengger maskapai AS lainnya, Southwest Airlines dengan jumlah armada sebanyak 753.

Dari segi jumlah penumpang per tahun, keempat maskapai AS itu juga menempati urutan teratas daftar maskapai terbesar di dunia, dimana posisi puncak ditempati oleh American Airlines dan diikuti oleh Delta Airlines, Southwest Airlines, dan United Airlines.

Baca juga: Hari Ini, 37 Tahun Lalu, Pertama Kali Dalam Sejarah Dua Maskapai Barter Pesawat

Dari segi pendapatan juga demikian, tiga maskapai AS masih memuncaki empat besar, dimana Delta Airlines di posisi pertama serta American Airlines dan United Airlines di posisi kedua dan keempat. Terselip di antara keduanya, ada maskapai asal Jerman, Lufthansa Group.

Dengan terbukti berhasilnya program merger dan akuisisi oleh maskapai AS, akankah aksi korporasi itu terus terjadi di AS sampai tahun-tahun mendatang? Menarik ditunggu.

Ikut IIMS Hybrid 2021, Mazda Hadirkan Produk Baru

Di masa pandemi hampir semua pameran dan berbagai hal dilakukam secara online ataupun virtual. Salah satunya adalah Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2021. Nah Bagaimana kabar IIMS 2021 sejak pameran dimulai beberapa hari lalu? Ternyata banyak merek mobil dan motor yang ikut ambil bagian memberikan berbagai promo.

Baca juga: IIMS Hybrid 2021, Agen Pemegang Merek Otomotif Jualan Secara Virtual

Para Agen Pemegang Merek juga menghadirkan kendaraan atau perlengkapan otomotif terbaru mereka di ajang pameran IIMS virtual. Salah satu yang ikut dalam pameran virtual IIMS 2021 adalah Mazda.

Dikutip KabarPenumpang.com dari kompas.com (24/2/2021), Mazda mengatakan akan meluncurkan produk baru mereka pada IIMS kali ini. Hal tersebut langsung dikatakan oleh Head of Department Public Relations and Media Communications PT Eurokars Motor Indonesia Fedy Dwi Parileksono.

Dia mengatakan pada 25 Februari, Mazda akan melakukan penyegaran pada salah satu produk sedannya. Selain itu, di bulan Maret juga akan ada line up produk baru. Sayangnya, Fedy tidak mengatakan produk apa yang akan diluncurkan bulan depan itu.

“Untuk produknya apa? Ditunggu saja,” ucap Fedy.

Hingga saat ini mobil pabrikan Jepang tersebut masih mengandalkan series CX sebagai tonggak penjualan mereka. Di mana series ini ada CX-3, CX-5, CX-8 dan CX-9.

“Kita masih mengandalkan CX series sebagai backbone, yakni CX-3, CX-5, CX-8, CX-9, itu adalah line up kita. Dan yang paling terbaru itu ada CX-30, di mana sudah mengadopsi teknologi terbaru seven G dari Mazda,” kata Fedy.

Baca juga: IIMS Hybrid 2021 Resmi Dibuka, Gairahkan Kembali Dunia Otomotif Nasional

Dari kabar yang beredar, Mazda akan menghadirkan series CX-3 terbaru yang akan mengusung jantung pacu baru. Untuk diketahui, IIMS 2021 melakukan kerja sama dengan Shopee dan akan berlangsung hingga 28 Februari mendatang.

Angkasa Pura I Dukung Rencana Penerapan GeNose di Bandara

PT Kereta Api Indonesia (KAI) sukses menerapkan penggunaan GeNose sebagai alat pendeteksi Covid-19 bagi penumpang kereta. Ini kemudian membuka jalan pada moda transportasi lainnya untuk menjadikan GeNose sebagai pilihan lain alat pendeteksi Covid-19 agar memudahkan penumpang ketika bepergian.

Baca juga: GeNose, Alat Cek Covid-19 Buatan UGM Siap Diproduksi Massal, Termasuk Akan Digunakan PT KAI

Salah satunya adalah di bandara, sehingga penumpang pesawat bisa melakukan tes yang lebih murah dibandingkan harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk PCR Swab atau Rapid Antigen. Tak hanya itu, kehadiran GeNose sepertinya lebih tenang bagi penumpang karena hidung ataupun tenggorokan mereka tidak perlu di colok untuk mendapat hasil negatif atau positif Covid-19.

Bahkan PT Angkasa Pura I (AP I) menyambut baik rencana penggunaan GeNose tersebut pada 1 April 2021 mendatang. Dikutip KabarPenumpang.com dari siaran pers, AP I mengatakan, kehadiran GeNose menumbuhkan optimisme di sektor penerbangan di mana dengan adanya layanan tes Covid-19 dengan harga terjangkai berpotensi meningkatkan trafik penumpang pesawat.

Saat ini, Angkasa Pura I tengah melakukan persiapan uji coba penggunaan GeNose C-19 sesuai Surat Direktur Keamanan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara nomor AU.201/4/12/DJPU.DKP-2021 perihal persiapan dan percobaan penggunaan peralatan GeNose C-19. Pada tahap uji coba ini Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo akan dijadikan bandara percobaan pelaksanaan uji coba penggunaan GeNose C-19.

“Angkasa Pura I sangat menyambut baik rencana penggunaan alat tes Covid-19 GeNose C-19 di bandara pada 1 April mendatang. Hal ini merupakan sentimen positif bagi sektor aviasi di mana layanan tes Covid-19 dengan harga terjangkau berpotensi meningkatkan trafik penumpang pesawat udara,” ujar Direktur Utama AP I Faik Fahmi.

Pada fase persiapan ini, Angkasa Pura I akan berkoordinasi dengan pihak penyedia alat GeNose C-19 untuk meyediakan 40 alat GeNose C-19, menyiapkan area lokasi layanan GeNose C-19 di YIA, menyiapkan prosedur alur pemeriksaan Covid-19 menggunakan GeNose C-19, dan kemudian melakukan simulasi pemeriksaan Covid-19 menggunakan  GeNose C-19 pada minggu ketiga Maret 2021.

Pada tahap awal, layanan tes Covid-19 menggunakan GeNose C-19 akan diimplementasikan pada YIA dan secara bertahap akan diterapkan di seluruh bandara Angkasa Pura I. Layanan GeNose C-19 di bandara Angkasa Pura I dikhususkan bagi masyarakat yang sudah memiliki tiket penerbangan. Untuk harga layanan GeNose C-19 di bandara Angkasa Pura I akan diinformasikan kemudian menjelang penerapan GeNose C-19 di bandara pada 1 April 2021 mendatang.

Baca juga: Biar Nggak Bingung, Ini Bedanya Rapid Tes Antibodi, Rapid Tes Antigen dan Swab PCR

“Dengan adanya layanan GeNose C-19 nanti  di bandara, akan menambah pilihan layanan tes Covid-19 selain swab antigen dan PCR. Hal ini akan semakin memudahkan pengguna jasa bandara yang ingin melakukan perjalanan udara,” tambah Faik Fahmi.

Sukhoi Modifikasi SJ100 Jadi Jet Pribadi, Gegara Tak Laku?

Sukhoi dikabarkan akan mulai menggarap pelanggan VIP dan korporat. Pabrikan asal Rusia itu berencana masuk ke pasar jet pribadi melalui pesawat Superjet 100 atau SJ100 yang dimodifikasi. Langkah ini digadang imbas dari tidak lakunya pesawat yang terbang perdana pada 19 Mei 2008 di pasar pesawat penumpang.

Baca juga: Hari Ini! 7 Tahun Lalu Sukhoi SJ100 Jatuh di Gunung Salak

Dilansir Simple Flying, modifikasi pesawat yang cukup familiar di Indonesia lantaran pernah terlibat kecelakaan fatal akibat menabrak lereng Gunung Salak, Kabupaten Bogor, pada 9 Mei 2012 silam tersebut, akan mencakup beberapa hal.

Di sisi sayap, Sukhoi akan menambahkan wingtip berupa sharklets. Dari segi jangkauan, versi VIP dari SSJ100 ini akan lebih jauh dari kemampuan saat ini yang hanya mencapai 4.500 km. Selain itu, tangki bahan bakar juga akan ditingkatkan, ditambah kapasitas penumpang yang lebih sedikit.

Meskipun belum ada keterangan harga yang pasti untuk satu unit SSJ-VIP, tetapi para pejabat Rusia memastikan bahwa harganya akan lebih terjangkau dari pesawat-pesawat kompetitor. Namun, banyak spekulasi bahwa, harga Sukhoi SJ100 versi VIP mungkin akan sama atau lebih rendah sedikit dari harga Sukhoi SJ100 versi standar, yaitu US$50 juta.

Harga segitu sebetulnya bisa dibilang mahal bila dibanding jet pribadi lainnya, seperti Embraer Praetor 500 atau Legacy 500, yang hanya dibanderol sebesar US$ 16-18 juta. Sekalipun kapasitas penumpang jauh lebih sedikit, tetapi, jangkauannya mencapai 6.000 km. Tetapi, bila disandingkan dengan jet pribadi Airbus A220ACJ, tentu Sukhoi SJ100 versi VIP masih lebih murah.

Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, Denis Manturov, mengungkapkan, SSJ-VIP saat ini sudah dilirik oleh perusahaan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Namun, pembicaraan lebih jauh baru dilaksanakan beberapa hari mendatang.

Modifikasi Sukhoi SJ100 menjadi SSJ-VIP tentu mengejutkan banyak pihak. Sebab, pesawat penumpang produksi pertama yang diproduksi di Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet itu sudah kadung dikenal sebagai pesawat regional. Banyak pihak menduga bahwa Sukhoi terpaksa memasuki pasar bisnis jet pribadi lantaran pasar jet penumpang melempem. Tahun lalu, Sukhoi bahkan tak mendapat satu pun pesanan pesawat SJ100.

Sebetulnya, Sukhoi Superjet 100 memiliki pesanan jangka panjang dari maskapai penerbangan nasional dan terbesar di Rusia, Aeroflot. Maskapai itu diketahui telah menandatangani kontrak kerjasama pada tahun 2018 lalu untuk menyewa sekitar 100 Sukhoi Superjet 100 antara tahun 2019-2026.

Selain itu, maskapai yang didirikan pada tanggal 9 Februari 1923 atau sejak era Uni Soviet, itu seharusnya akan mendapat tambahan 17 pesawat Sukhoi Superjet 100 tahun ini, melengkapi barisan armada Sukhoi Superjet 100 yang sudah terlebih dahulu bergabung sebanyak 54 pesawat.

Baca juga: Antara Merpati Air, Kim Johanes Mulia dan Sukhoi SJ100

Sayangnya, entah apa yang terjadi, Reuters menyebut Sukhoi Superjet 100 tak memiliki satupun pesanan pesawat selama 2020. Mirisnya, maskapai penerbangan swasta terbesar di Rusia, S7, Utair, dan Ural Airlines mengaku juga tak berminat membeli pesawat buatan Sukhoi. Rumitnya perawatan serta keterlambatan pengadaan suku cadang jadi beberapa penyebab sepinya peminat.

Akan tetapi, Sukhoi menegaskan, masuknya perusahaan ke pasar pesawat jet pribadi lebih didasarkan pada tingginya permintaan di pasar tersebut. Sebab, di masa pandemi virus Corona seperti sekarang ini, miliarder dan triliuner di seluruh dunia memillih untuk terbang lebih aman menggunakan jet pribadi ketimbang terbang bersama maskapai paling mewah di kelas yang paling mewah.

Insinyur NASA: Helikopter Akan Gantikan Manusia Jelajahi Planet Mars

Rover robotika milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Perseverance, berhasil tiba di Planet Mars Jumat (19/2) waktu Indonesia. Tak hanya itu, NASA juga membawa helikopter mini bernama Ingenuity untuk melakukan penelitian.

Baca juga: Usai Kirim Foto Pertama dari Mars, Robot NASA Bakal Cetak Rekor Ini

Ingenuity nantinya akan mencatatkan rekor sebagai kendaraan dengan baling-baling pertama di dunia yang mengudara di planet lain.

Lebih penting dari sekedar rekor, Dr. Adams, insinyur sistem pesawat ruang angkasa untuk misi Dragonfly NASA ke Titan, bulan Planet Saturnus, berpandangan bahwa ke depan akan lebih banyak helikopter yang digunakan untuk penelitian di Mars, terlepas dari berhasil tidaknya helikopter Ingenuity melakukan penerbangan di Mars selama dua tahun ke depan.

Dilansir csmonitor.com, sebelum benar-benar bisa terbang dan resmi mencetak rekor, helikopter seberat 1,8 kg, tinggi 48 cm, dan bentang rotor mencapai 1,2 meter yang disembunyikan dalam ‘perut’ Perseverance ini, harus melewati sejumlah rintangan.

Mars diketahui memiliki atmosfer sekitar satu persen volume Bumi. Artinya, segala apapun yang ada di Mars mengalami tekanan yang jauh lebih sedikit daripada di Bumi. Gravitasi di Mars juga kira-kira sepertiga dari yang ada di Bumi.

Menyikapi tantangan tersebut, tim robotik Ingenuity telah menguji desain helikopter di Bumi ruang bertekanan khusus yang disimulasikan mirip lingkungan di Mars. Terkait masalah gravitasi, Ingenuity sudah dilengkapi tambatan ke bagian atas helikopter untuk mengurangi bobotnya. Selain itu, helikopter ini juga dibuat dengan bahan-bahan ringan serta rotor yang lebih panjang, rigid, dan berputar lebih cepat dari yang biasa dilakukan di bumi.

Ketika beroperasi, helikopter Ingenuity mengandalkan sistem navigasi optik. Kita tahu, Planet Mars belum memiliki jaringan satelit yang mengorbit sehingga mustahil untuk menghubungkan jaringan GPS Ingenuity.

Sistem navigasi optik berarti Ingenuity mengandalkan kamera canggih untuk mengambil gambar di sekeliling, mendeteksi, dan mengidentifikasi gambar-gambar tersebut sebagai sebuah data untuk mencapai tujuan programnya.

Tantangan lain adalah seberapa kuat helikopter Ingenuity bertahan di udara. Helikopter ini memang bisa menyerap tenaga dari sinar matahari atau dibekali dengan panel surya. Tetapi, berbeda dengan rover Perseverance, yang berada di daratan Mars, Ingenuity berada di udara dan butuh kekuatan lebih agar tetap bisa bertahan.

Saat ini, helikopter Ingenuity tengah bersiap untuk melakukan lima tes atau pengujian, dimana tiga di antaranya berkaitan dengan kemampuan penerbangan dan navigasi dasar. Adapun sisanya mendorong Ingenuity mencapai batas maksimalnya di Planet Mars untuk kepentingan pengembangan helikopter lainnya di masa mendatang.

Dr. Adams menyebut, berhasil atau tidaknya helikopter Ingenuity terbang serta dalam misi membantu rover Perseverance dalam mengumpulkan data dan mencari tanda-tanda kehidupan kuno di kawah Jezero Crater, yang dulu merupakan sebuah danau pada 3,9 miliar tahun silam, itu tidak akan jadi masalah.

Menurutnya, di masa mendatang, penelitian di Mars akan lebih banyak dihiasi oleh helikopter. Bahkan, bila teknologi yang ada masih cukup sulit untuk mengirim manusia pertama ke Mars, helikopter bisa menjadi pengganti manusia untuk mempelajari Planet Merah itu lebih jauh.

Baca juga: NASA Andalkan Roket Nuklir Kirim Manusia ke Mars di 2035

Pola akan hal itu sudah pernah terjadi di masa lalu. Pada tahun 1997, rover Sojourner milik NASA di bawah misi Mars Pathfinder berhasil menjelajah planet itu untuk pertama kalinya dalam sejarah. Ketika itu, rover Sojourner sebetulnya tidak terlalu bersinar. Sebab, Sojourner hanya melakukan perjalanan sekitar 100 meter.

Meski demikian, itu berhasil memantik penelitian lain untuk menjelajah Mars lebih jauh, melebihi capaian rover Sojourner, sampai detik ini.

Inilah Grand Central Terminal, Stasiun Kereta Terbesar di Dunia, Punya 67 Line!

Anak kereta (Anker) relasi Jakarta-Bogor, Bogor-Tanah Abang, ataupun relasi lainnya pasti kereta yang ditumpangi seringkali tertahan sinyal masuk Stasiun Manggarai. Begitu juga dengan sinyal masuk Stasiun Jakarta Kota.

Baca juga: Miniatur “Grand Central Station” Dirusak, Rod Stewart Berikan Donasi 10 Ribu Poundsterling

Padahal keduanya sekilas tampak memiliki cukup banyak platform, line, atau jalur dimana Stasiun Manggarai memiliki sembilan dan tengah dikembangkan menjadi 14 jalur serta Jakarta Kota memiliki 12 jalur.

Akan tetapi, keduanya tentu belum seberapa bila dibanding stasiun tersibuk di dunia, Stasiun Shinjuku, Tokyo, Jepang, yang melayani 3,6 juta orang melewati stasiun setiap hari, ataupun dibanding dengan Stasiun Gare du Nord, Paris, Perancis, yang melayani sekitar 214 juta penumpang pertahun. Dengan jumlah penumpang sebanyak itu, dua stasiun tersebut memiliki masing-masing 35 dan 36 platform. Cukup banyak, bukan?

Ilustrasi kesibukan di peron Stasiun Terbesar di Dunia, Grand Central Terminal. Foto: Getty Images

Hanya saja, dari segi jumlah platform terbanyak, salah satu dari keduanya tidak menempati urutan pertama. Justru Stasiun Grand Central Terminal-lah juaranya. Stasiun yang berada di Midtown Manhattan, New York City, Amerika Serikat (AS), diketahui memiliki total platform sebanyak 67, dimana 41 platform berada di tingkat atas dan sisanya 26 platform di tingkat bawah. Seluruhnya berada di bawah tanah.

Jumlah tersebut pun diakui oleh Guinness Book of World Records sebagai stasiun terbesar di dunia berdasarkan total platform.

Dilansir guinnessworldrecords.com, Stasiun Grand Central Terminal dibangun sejak tahun 1879. Setelah itu, pada 2 Februari 1913, Grand Central Terminal di New York dibuka untuk pertama kalinya dibuka setelah direnovasi selama hampir 10 tahun dari 1903.

Stasiun Grand Central Terminal juga memiliki jam Tifany terbesar di dunia. Foto: Shutterstock

Sejak dibuka kembali pada 1913, stasiun ini resmi berganti nama menjadi Grand Central Terminal dari sebelumnya Grand Central Station. Alasannya, dahulu Grand Central Station adalah nama sebuah kantor pos di dekat stasiun. Di samping itu, nama itu juga identik dengan operasional kereta api.

Dikarenakan kereta api sudah digantikan dengan kereta listrik, dan sang insinyur stasiun tersebut, Cornelius Vanderbilt, ingin menjadikan Grand Central sebagai landmark, menyaingi Penn Station sebagai pintu gerbang megang ke jantung negara yang berkembang pesat saat dunia sekitarnya semakin saling terhubung, akhirnya nama stasiun pun diubah untuk membawa semangat baru.

Dengan menghabiskan dana sekitar US$ 4 miliar, sangat besar untuk ukuran kala itu, cita-cita Vanderbilt untuk menjadikan Stasiun Grand Central Terminal sebagai landmark Kota New York pun terwujud.

Selain karena kemegahan dan keindahan arsitekturnya (bahkan disandingkan dengan Stasiun Antwerpen-Centraal di Belgia sebagai salah satu stasiun terindah di dunia), stasiun ini tentu saja dicintai karena statusnya sebagai stasiun terbesar di dunia berdasarkan jumlah platform serta memiliki jam Tiffany terbesar di dunia.

Grand Central Terminal. Foto: Shutterstock

Tak cukup sampai di situ, stasiun ini juga sangat dicintai warga Kota New York dan warga AS pada umumnya juga karena bersejarah.

Baca juga: Inilah Stasiun Jeongdongjin, Stasiun Kereta Paling Dekat dengan Laut di Dunia

Disebutkan, stasiun yang berdiri di lahan seluas 19 hektar ini memiliki platform rahasia di bawah hotel Waldorf Astoria, di sebelah Stasiun Grand Central Terminal. Tak disebutkan dengan jelas berapa jumlah platform rahasia itu. Tetapi, platform rahasia itu diyakini dibuat khusus untuk Presiden Franklin D. Roosevelt untuk meninggalkan hotel (setelah memberikan pidato) tanpa diketahui publik.

Meskipun saat ini platform tersebut tidak lagi aktif digunakan secara reguler, tetapi, pihak pengelola stasiun tetap merawatnya, selain dijadikan sebagai gudang serta loading barang oleh pihak pengelola hotel.

NTSB Sebut Metal Fatigue Jadi Penyebab Mesin Boeing 777 United Airlines Terbakar

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB) menyebut penyebab kerusakan berujung mesin pesawat Boeing 777 United Airlines terbakar dan meledak saat di udara adalah metal fatigue. Setidaknya itulah laporan awal KNKT-nya Negeri Paman Sam itu.

Baca juga: Berkaca dari Insiden Boeing 777 United Airlines, Inilah Perbedaan Kegagalan Mesin Terkendali dan Tidak?

Pesawat jet Boeing 777 United Airlines yang diusung mesin seri Pratt & Whitney PE4000 mengalami kerusakan mesin dan menyebabkan mesin terbakar dan meledak di udara, tak lama setelah lepas landas dari Denver menuju Honolulu Sabtu kemarin. Seorang penumpang merekam saat mesin tersebut mengobarkan api.

Video detik-detik mesin pesawat tersebut terbakar dan puing-puingnya beterbangan pun viral. Puing-puing pelindung mesin diketahui berjatuhan di pemukiman warga dekat Denver.

Meskipun nampak seperti akibat dari kegagalan mesin, namun, laporan awal NTSB baru-baru ini menyebut bahwa kebakaran mesin Boeing 777 United Airlines lebih disebabkan oleh metal fatigue atau kelelahan (kehausan) logam.

Kesimpulan awal ini berdasarkan investigasi pada black box flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) pesawat tersebut.

“Ada kerusakan ringan pada badan pesawat tetapi tidak ada kerusakan struktural,” kata ketua NTSB, Robert Sumwalt, seperti dilaporkan Reuters. Menariknya, sumber agency media kenamaan yang sudah berusia 170 tahun itu menyebut, kendati mesinnya dibuat oleh Pratt & Whitney, namun, casingnya dibuat oleh Boeing. Ini menjadi salah satu temuan penting NTSB dalam penyelidikan ini.

“NTSB akan melihat mengapa penutup mesin terpisah dari pesawat serta mengapa ada kebakaran meski ada indikasi bahan bakar ke mesin telah dimatikan,” jelas Sumwalt.

Hanya saja, ia belum bisa memastikan apakah metal fatigue PW4000 yang terbakar dan meledak pada Sabtu memiliki kesamaan dengan kasus serupa yang juga dialami United Airlines pada 2018 silam.

“Yang penting kita benar-benar memahami fakta, keadaan, dan kondisi di sekitar peristiwa khusus ini sebelum kita dapat membandingkannya dengan peristiwa lain,” tambahnya.

Selain fokus pada data-data black box dan casing mesin yang dibuat oleh Boeing, bukan oleh Pratt & Whitney selaku produsen mesin, NTSB juga akan memfokuskan penyelidikan pada bilah mesin pesawat. Hal itu berkaca pada insiden tahun lalu.

Sebelumnya, pesawat Boeing 777 milik Japan Airlines (JAL) yang juga menggunakan mesin PW4000 mengalami kerusakan pada Desember 2020. Badan Keselamatan Transportasi Jepang melaporkan dua bilah kipas rusak, salah satunya retak akibat kelelahan logam atau metal fatigue.

Baca juga: Apa Saja yang Bisa Bikin Mesin Pesawat Mati? Simak Jawabannya di Sini!

Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) mengatakan pihaknya akan mempelajari laporan kerusakan bilah kipas Boeing 777 yang terjadi di Jepang sebagai pembanding.

Meski terkesan mengalami kerusakan parah sampai mesin terbakar, meledak, dan puing-puingnya berjatuhan ke pemukiman warga, namun, NTSB menyebut bahwa insiden itu masih tergolong pada kerusakan mesin terkendali.