Berkaca dari Insiden Boeing 777 United Airlines, Inilah Perbedaan Kegagalan Mesin Terkendali dan Tidak?

Mesin pesawat Boeing 777-200 United Airlines terbakar dan meledak saat di udara. Tak hanya itu, puing-puing mesin tersebut juga jatuh ke pemukiman warga. Beruntung tak sampai ada korban jiwa dalam insiden ini, entah itu akibat kecelakaan pesawat sebagai buntut dari kerusakan mesin maupun akibat puing-puing itu sendiri.

Baca juga: Inilah Perbedaan Airlines dan Airways di Dunia Penerbangan

Sebelum mulai beroperasi dan mengangkut penumpang, pesawat terlebih dahulu harus melalui serangkaian tes rumit untuk mendapatkan sertifikasi laik terbang. Di antaranya ialah sertifikasi Extended-range Twin-engine Operational Performance Standards (ETOPS).

Di sini, pesawat disimulasikan dalam keadaan darurat, dimana salah satu dari dua mesinnya rusak. Dalam keadaan seperti itu, pesawat dituntut untuk tetap bisa terbang. Adapun durasi terbangnya cukup beragam, bergantung pada kemampuan pesawat itu sendiri.

Pada Februari dua tahun lalu, misalnya, pesawat A330-900 berhasil lulus tes sertifikasi ETOPS 285 menit oleh European Aviation Safety Agency (EASA). Itu berarti, pesawat sudah teruji mampu terbang selama empat jam 45 menit (285 menit) hanya dengan menggunakan satu mesin saja. Dengan begitu, pesawat bisa mencari bandara terdekat untuk melakukan pendaratan.

Dikarenakan pesawat Boeing 777-200 United Airlines -yang belum lama ini mesin sebelah kanannya terbakar- juga pernah melewati uji sertifikasi ETOPS, tentu pesawat ini masih dimungkinkan untuk mendarat dengan selamat. Itulah jawaban mengapa insiden yang kemarin terjadi tidak berujung pada hilangnya 231 penumpang dan 10 awak yang menumpangi pesawat tersebut.

Dilihat dari jenisnya, kebakaran mesin atau biasa juga disebut kegagalan mesin (engine failure) ada dua; terkendali dan tidak terkendali.

Dikutip dari Simple Flying, menurut Skybrary, kegagalan mesin terkendali bisa dibilang tidak sampai menyebabkan komponen-komponen mesin lepas dan puing-puingnya jatuh tanpa terkendali sehingga membahayakan orang-orang di darat.

Terbayang bukan, bila puing-puing mesin membentur badan atau bagian lain pesawat, yang notabene kabinnya bertekanan, bisa saja membuat lubang, terjadi dekompresi eksplosif, serta membuat pesawat kehilangan ketinggian.

Poinnya, kegalalan mesin terkendali tidak membahayakan penerbangan dan orang-orang yang berada di darat karena komponen mesin tidak lepas secara sporadis.

Berbeda dengan kegagalan mesin terkendali, kegagalan mesin tidak terkendali kondisinya jauh lebih rumit. Komponen-komponen mesin lepas dan jatuh ke daratan. Selain itu, komponen yang lepas secara sporadis juga masih dimungkinkan untuk membentur badan pesawat sehingga membayakan penerbangan.

Baca juga: 7 Persamaan dan Perbedaan First Class dengan Business Class

Pada kegagalan mesin tidak terkendali, biasanya disebabkan oleh banyak komponen sehingga kondisinya tidak terkendali.

“Kegagalan mesin yang tidak terkendali kemungkinan besar akan menjadi berbahaya, dan bisa jauh lebih serius karena puing-puing mesin bertebaran dengan kecepatan tinggi ke arah lain, menimbulkan potensi bahaya pada struktur pesawat bertekanan, mesin yang berdekatan, sistem kontrol, dan mungkin (menimbulkan bahaya) langsung ke penumpang pesawat,” tulis Skybrary.

Inilah Bandara Yakutsk, Bandara dengan Suhu Terdingin di Bumi

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa wilayah atau kota terdingin di bumi adalah kota-kota di Alaska, Greenland, Kanada (Arktik), ataupun Antartika. Meski masih terdapat banyak perdebatan, namun, banyak sumber menyebut bahwa kota dengan suhu paling dingin di bumi adalah Yakutsk, ibu kota dari Sakha Republik, Rusia.

Baca juga: Unik! Qamdo Bangda Airport Punya Runway Terpanjang di Dunia dengan Cuaca Ekstrem Hampir Sepanjang Tahun

Kota ini termasuk salah satu dari tiga kota di Rusia yang ada pada zona permafrost, atau area paling dingin di dunia atau di muka bumi, bersama Norilsk dan Krasnoyarsk.

Sebetulnya, Yakutsk, secara geografi, masih bisa dikalahkan oleh wilayah-wilayah paling utara atau yang berada di cilce kutub Utara atau Arktik. Sebab, kota ini terletak kurang lebih 280 mil dari Arctic Circle. Namun, faktanya, Yakutsk memiliki suhu musim dingin paling buruk -64 derajat Celsius sepanjang musim. Karena itu, kota Yakutsk dimanfaatkan pemerintah sebagai destinasi unik di Rusia untuk orang-orang yang ingin menikmati bagaimana rasanya hidup di zaman es.

Gambaran Bandara Yakutsk saat di musim dingin. Foto: AskYakutsk.com



Saking dinginnya, kota ini bukan hanya terkenal sebagai kota es, namun di kalangan ilmuan, dalam hal ini ilmuan penerbangan di Boeing, juga terkenal sebagai kota yang menantang untuk menguji kekuatan pesawat dan mesin pesawat dalam melawan simulasi terbang, mendarat, dan lepas landas di tengah cuaca dingin ekstrem.

Di kalangan traveler, Permafrost Kingdom Ice Museum mungkin sangat dikenal di Yakutsk, namun, tetap saja, sebelum sampai ke sana, traveler harus berkenalan terlebih dahulu dengan Bandara International Yakutsk.

Dilansir Routes Online, bandara ini pertama kali dibangun pada tahun 1931 dan terminal yang saat ini ada dibangun pada tahun 1996. Seiring tingginya minat wisatawan mancanegara dalam mencicipi suhu ekstrem dan terdingin di muka bumi, bandara yang merupakan hub sembilan maskapai, di antaranya Aeroflot, S7, Yakutia, Polar Airlines, dan Alrosa ini harus menambah terminal baru. Namun tidak demikian dengan runway-nya yang masih hanya satu.

Jarak pandang sangat minim kala musim dingin. Foto: AskYakutsk.com



Meski demikian, bandara ini tergolong cukup luas dengan ketersediaan parking stand di apron bandara mencapai 38 pesawat plus empat helikopter. Di samping itu, dengan berbekal runway kelas satu yaitu 3400 x 60m, Bandara International Yakutsk juga bisa didarati pesawat widebody tanpa batasan berat lepas landas ataupun penerbangan malam karena pencahayaan yang bagus dan berstandar interasional.

Baca juga: Bandara Tribhuvan Kathmandu, Salah Satu Bandara Terburuk di Dunia

Meski terletak jauhTimur Jauh Rusia, bandara ini memiliki konektivitas tinggi, dimana ada 35 rute direct flight atau rute langsung dari bandara ini ke kota-kota besar di Rusia, termasuk Moskow.

Selain itu, bandara yang juga menangani penerbangan penumpang, kargo, dan pos udara ini juga melayani penerbangan direct flight internasional dari beberapa negara federasi Rusia. Menariknya, sekalipun sangat berisiko tinggi untuk pesawat mendarat dan lepas landas di sini, belum pernah terjadi satupun kecelakaan fatal yang menimbulkan korban jiwa.

Harga Minyak Dunia Naik, Avtur Ikut Naik, Maskapai Penerbangan Makin Tercekik!

Industri penerbangan sangat terpukul akibat pandemi virus Corona yang tak kunjung usai. Bak jatuh tertimpa tangga, belum lama ini, harga minyak dunia terkoreksi naik satu persen dan diperkirakan akan terus naik mengingat produksi terhambat lantaran diterjang gelombang dingin ekstrem di Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Campur Biofuel dan Avtur, United Airlines Sukses Layani Penerbangan Trans-Atlantik Terlama!

Kenaikan itu tentu saja menyeret Avtur untuk juga ikut naik dan mencapai harga tertinggi sejak 13 bulan terakhir. Muara dari itu, sudah pasti, industri penerbangan, dalam hal ini maskapai penerbangan, akan dibuat pusing.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada tahun 2018 silam pernah memprediksi bahwa jumlah penumpang yang bepergian melalui udara akan mencapai 8,2 miliar pada tahun 2037. Sebelum Covid-19 mewabah, 40,3 juta penerbangan dijadwalkan lepas landas di seluruh dunia pada tahun 2020, meskipun pada akhirnya harus turun menjadi sekitar 23,1 juta dan diperkirakan akan tetap rendah di 2021.

Diperkirakan, paling cepat, jumlah penumpang akan kembali ke titik itu pada 2024 mendatang, dimana penerbangan domestik akan lebih dahulu kembali normal dibanding penerbangan internasional.

Kondisi tersebut tentu saja memukul kinerja keuangan maskapai. Andai tak ada langkah strategis dari pemerintah di seluruh dunia, bukan tak mungkin akan ada banyak maskapai bangkrut.

Sampai akhir Desember 2020 lalu, laporan allplane.tv, sudah ada 30 maskapai bangkrut. Laporan CNBC International bahkan lebih besar, dimana 40 maskapai di seluruh dunia dinyatakan bangkrut. Angka itu pasti akan bertambah seiring ketidakjelasan masa depan penerbangan global.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) sendiri akhir Desember lalu memprediksi maskapai penerbangan global bakal merugi hingga US$157 miliar atau sekitar Rp2.219 triliun lebih (kurs Rp14.135) sepanjang 2020 dan 2021. Parahnya lagi, perkiraan itu ialah hitungan kasar dan bisa jadi jauh lebih buruk.

Kendati traffic penumpang sudah mulai meningkat seiring vaksinasi massal di seluruh dunia, tetapi, angkanya masih belum cukup untuk membuat keuangan maskapai kembali sehat. Hanya saja, belum juga bernapas lega karena traffic penumpang berangsur pulih, maskapai harus menelan kenyataan pahit, yaitu harga minyak dunia naik.

Dilansir oilprice.com, harga aviation turbine fuel (Avtur) bahkan mencapai yang tertinggi sejak 13 bulan belakangan pada pekan lalu imbas dari kenaikan harga minyak dunia.

Baca juga: Bukan Cuma Corona, Krisis Minyak Tahun 1973 Juga Bikin Industri Penerbangan Global Rugi Besar

Disebutkan, kendati permintaan Avtur turun lantaran pergerakan pesawat menurun, lantas bukan berarti harga Avtur ikut turun mengikuti supply and demand. Harga Avtur tetap mengikuti harga minyak dunia. Itulah mengapa bahan bakar pesawat ini ikut naik ketika minyak dunia merangkak naik.

Minyak dunia merangkak naik diketahui akibat serangan gelombang dingin Arktik yang melanda sebagian wilayah agak hangat di AS. Gelombang dingin ini pun menyebabkan gangguan dalam skala besar dalam proses produksi dan penyulingan karena terjadi instalasi dan minyak membeku. Pemadaman listrik pun melengkapinya menjadi sebuah bencana besar bagi maskapai penerbangan dan tentu saja industri lain.

Mau Ikut Pameran Virtual? Cek Tips di Bawah Ini Yuk

Saat sebuah pameran terjadi secara nyata, pengunjungnya hanya akan datang dari kota tempat diadakannya acara. Sedangkan di masa pandemi, meski acara tetap berlangsung di satu tempat, tetapi pengunjung yang datang langsung dibatasi sedangkan bila mengikuti secara virtual tidak dibatasi sehingga bisa diikuti pengunjung dari kota maupun negara manapun mereka berada.

Baca juga: Singapura Hadirkan Tur Virtual Untuk Mudahkan Pelancong

Seperti Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) Hybrid 2021 yang diselenggarakan oleh professional Exhibition & Event Organizer Dyandra Promosindo pada 18-28 Februari 2021. IIMS 2021 diadakan saat ini memberikan peluang bagi pengunjung di Indonesia maupun negara lainnya karena selain pameran langsung, Dyandra menyelenggarakannya juga secara virtual yang bisa diakses melalui website.

Nah ada beberapa tips yang bisa digunakan pengunjung untuk menikmati pameran secara virtual. Berikut KabarPenumpang.com merangkum tips dari beberapa laman sumber.

1. Daftar pameran
Sebelum menikmati pameran secara online terkhususnya IIMS 2021, Dyandra mengajak pengunjung mendaftar pada website mereka yakni www.indonesianmotorshow.com. Kemudian setelah akun terdaftar, pengunjung bisa mengunjunginya.

2. Cek media sosial penyelenggara
Bila pengunjung tidak sempat mengikuti melalui website, bisa juga menengok Instagram atau YouTube, di mana penyelenggara melangsungkannya secara virtual.

3. Tentukan pameran yang akan diikuti
Jika Anda ingin melihat pameran otomotif dan melihat hal baru, IIMS 2021 bisa menjadi salah satu pilihan.

4. Promo menarik
Selain pameran virtual, bila ini adalah pameran penjualan barang, biasanya akan ada promo menarik dengan barang yang dipamerkan. Promo barang yang dijual dalam pameran biasanya penyelenggara bekerja sama dengan ecommers. Seperti IIMS 2021 yang bekerja sama dengan Shopee dalam penjualan barang milik agen pemegang merek ataupun Perkumpulan Pengusaha Aksesoris Mobil Indonesia.

Baca juga: National Railway Museum di Inggris Buka Studio Virtual

5. Lebih mudah
Pameran virtual membuat pengunjung tidak lagi perlu menghabiskan tenaga. Sebab, pengunjung bisa menontonnya melalui ponsel pintar atau hanya duduk di depan layar monitor sembari menyusuri pameran virtual tersebut.

Hari Ini, Bocah SD Berusia 9 Tahun Jadi Pilot Termuda dalam Sejarah yang Terbang Solo

Pada hari ini, 38 tahun lalu, bertepatan dengan 24 Februari 1983, bocah sembilan tahun 316 hari atau nyaris berusia 10 tahun, Cody A. Locke, berhasil terbang solo menggunakan pesawat Cessna 150. Atas keberhasilannya itu, ia pun berhasil mencatatkan diri di Guinness Book of World Records sebagai pilot termuda yang terbang solo dalam sejarah penerbangan dunia.

Baca juga: Begini Kisah Pilot dalam Penerbangan 9 Hari Keliling Dunia Non Stop! Sempat Mau Mati Gegara Dehidrasi

Dilansir Los Angeles Times, informasi terkait tahapan awal sampai pesawat mendarat dan Cody resmi berhasil mencatatkan rekor sangat terbatas. Bahkan, di situs Guinness Book of World Records sendiri, catatan rekor Cody A. Locke juga tidak ada, kecuali hanya sedikit saja, dimana bocah sembilan tahun itu melakukan penerbangan solo tersebut pada tahun 1983 di Mexicali, Meksiko.

Selebihnya, seperti berapa lama durasi terbang, bagaimana persiapan awal, ketika dalam penerbangan solo, jarak dan titik yang dituju, sampai akhirnya mendarat dengan selamat, tidak ada informasi terkait hal itu.

Informasi lengkap terkait pilot termuda yang berhasil terbang solo justru cukup banyak atas nama Tony Aliengena. Bocah yang duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar ini diketahui mencatat rekor tersebut pada usia 9 tahun 295 hari, berjarak sekitar 21 hari dari Cody A. Locke, pada 14 Maret 1988.

Disebutkan, sekalipun hanya terbang 3 menit 25 detik, namun Don Taylor, pejabat dari National Aeronautics, yang hadir dalam penerbangan di Bandara Kota Oceanside, Pesisir Selatan California, Amerika Serikat (AS) menggunakan pesawat ultralight Eipper Quicksilver GT, tetap mencatat itu sebagai rekor dan secara resmi mengeser Cody A. Locke dari gelar sebagai pilot termuda di dunia yang terbang solo.

Dalam misi mencetak rekor, sebetulnya Tony sudah mengajukan untuk terbang menggunakan pesawat yang sama dengan Cody A. Locke, yaitu Cessna 150. Namun, karena terbentur peraturan Regulator Penerbangan Sipil AS (FAA), dimana ia harus mempunyai lisensi solo serta harus berusia minimal 16 tahun, penerbangan tersebut pun akhirnya menggunakan pesawat ultralight.

Menurut sang ibu, Susan, sejak kecil, Tony memang menonjol di sekolah dalam bidang atletik. Saat ia mendengar ada bocah lain berusia 11 tahun, John Kevin Hill, berhasil mencatat rekor penerbangan melintasi AS, ia pun bersikukuh untuk mencetak rekor juga sebagaimana bocah tersebut. Padahal, ketika itu, ia sama sekali belum pernah menerbangkan pesawat, sekalipun sang ayah bisa menerbangkan pesawat dan mempunyai pesawat Cessna Model 210 Centurion.

Baca juga: Mengenal Yvonne Pope Sintes, Mantan Pramugari yang Jadi Pilot Maskapai Wanita Pertama Inggris

“Kami tidak ingin memaksanya untuk melakukan itu, tetapi kamu tahu bagaimana anak-anak bisa menjadi (memaksa) ketika mereka menginginkan sesuatu darimu dan menginginkan sesuatu (hal lain),” katanya.

Setelah mencatat rekor tersebut, Tony rupanya belum berpuas diri. Pada tanggal 22 Juli 1989 atau ketika berusia 11 tahun, Tony Aliengena berhasil mecatatkan diri sebagai pilot termuda yang berhasil terbang keliling dunia, setelah pesawat milik ayahnya, Cessna 210 Centurion, yang ditumpanginya berhasil kembali ke Bandara John Wayne di Orange County, California, AS, menempuh jarak sejauh 21.567 mil atau 34.708 km selama tujuh hari.

Intip Keseruan di Airbus A330 Bekas Thai Airways yang Disulap Jadi Kedai Kopi Perang

Thai Airways belakangan banyak dibicarakan karena tengah berjuang menghindari kebangkrutan melalui prosedur ‘anti bangkrut’ di Pengadilan Kepailitan Pusat Thailand. Meski begitu, perusahaan tetap berjalan dengan menerbangkan penerbangan flight to nowhere, membuka restoran, jasa penyewaan flight simulator, sampai pelatihan menjadi pramugari.

Baca juga: Usai Bangkrut, Thai Airways Kini Bisnis Restoran Khas Hidangan Pesawat! Pelayannya ‘Pramugari’

Akan tetapi, di luar itu, Thai Airways rupanya juga banyak dibicarakan oleh publik Thailand setelah kemunculan Coffee War atau Kedai Kopi Perang. Alih-alih membuka ruko seperti pada umumnya, 331 Station Coffee War ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat karena berada di dalam pesawat Airbus A330 bekas Thai Airways.

Selain kursi, jendela, dan kompartemen bagasi, pengelola Kedai Kopi Perang tidak mempertahankan keaslian pesawat, seperti mesin, sayap, landing gear, dan kokpit. Foto: Getty Images

Dilansir Simple Flying, kedai kopi yang terletak sekitar 160 kilometer tenggara pusat kota Bangkok, Thailand, ini bahkan pernah ditutup. Bukan karena tidak laku, tetapi karena diserbu masyarakat dan menciptakan kerumunan di masa pandemi Covid-19 setelah viral di media sosial.

Kedai kopi milik Damri Sangtang, mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Thailand, ini memang cukup unik karena berada di dalam pesawat Airbus A330 bekas Thai Airways. Meski bekas, pesawat ini tergolong masih cukup bagus sekalipun dibeli dengan harga sangat murah, yaitu US$333.000 atau sekitar Rp4,6 miliar (kurs 14.088). Padahal, harga pesawat baru A330-300 berada dikisaran US$240 juta atau sekitar Rp3,3 triliun (kurs 14.088). Cukup jauh bukan?

Tak disebutkan dengan jelas kapan pembelian itu terjadi. Demikian juga dengan 331 Station Coffee War itu sendiri, tak jelas kapan pertama kali dibuka.

Kedai Kopi Perang ini diketahui, saking begitu happeningnya, bisa melayani sampai ribuan pengunjung dalam sehari. Selain karena daya tarik konsep kedai kopi di pesawatnya yang bikin masyarakat penasaran, harganya juga tergolong murah, mulai dari sekitar 60 baht atau sekitar Rp25 ribuan.

Kursi bekas first class dan kelas bisnis jadi favorit pengunjung Kedai Kopi Perang. Foto: Getty Images

Dengan harga segitu, pengunjung kedai kopi perang ini bisa bebas memilih tempat duduk dimanapun. Pengunjung yang datang lebih dahulu tentu akan sangat beruntung mengingat mereka bisa memilih tempat duduk, entah itu di kursi kelas ekonomi dengan konfigurasi 3×3 dekat jendela, kursi kelas bisnis di pinggir untuk pasangan dan di tengah untuk empat orang, kursi kayu untuk pasangan, serta kursi custom untuk keluarga.

Tentu, kebanyakan dari mereka tentu lebih memilih duduk di bekas kursi kelas bisnis. Dengan harga yang sama, namun sensasi yang didapat berbeda.

Spot ini menjadi salah satu spot favorit pengunjung Coffee War. Foto: Getty Images

Normalnya, pesawat A330 mampu menampung 250-290 penumpang. Namun, di kedai kopi ini, karena pengelola tidak memaksimalkan kapasitas melainkan kenyamanan, hanya bisa menampung sebanyak 60 orang.

Baca juga: Dear ‘FA Wannabe,’ Thai Airways Bantu Wujudkan Mimpi Jadi Pramugari dengan Mahar Rp1,3 Jutaan

Selain furniture asli pesawat, pengelola Kedai Kopi Perang juga menghadirkan furniture lain. Foto: Getty Images

Menariknya, saking membludaknya jumlah pengunjung, masing-masing dibatasi hanya selama 40 menit. Waktu tersebut sudah termasuk berfoto-foto. Jadi, jika tidak sedang memesan meja di dalam kedai kopi ini, pengunjung tidak boleh berfoto di dalam ataupun di area tangga.

Karena masih di masa pandemi Covid-19, pengunjung tetap diwajibkan menggunakan masker ketika sedang tidak menyantap hidangan makanan dan minuman, mencuci tangan, dan dicek suhu. Selain itu, pengelola juga rutin mendisinfeksi Kedai Kopi Perang di pesawat A330 bekas Thai Airways ini.

Helm Tail-Light-Packin Didukung dan Diaktifkan oleh Cahaya Sekitar

Makin hari hal baru bukan hanya ada pada transportasi umum, tetapi di kendaraan pribadi seperti sepeda. Salah satu yang paling mencolok dan mulai terus dikembangkan adalah helm untuk melindungi kepada pengendara. Nah apa saja sih yang dikembangkan di helm?

Baca juga: TorchONE – Helm Sepeda dengan Lampu LED yang Bisa Dipasang dan Dilepas

Saat ini yang paling umum teknologi yang dikembangkan pada helm adalah lampu dan meski umum kebanyakan masih disambungkan ke pengisi daya. Tak hanya itu, pengguna masih harus menghidup dan mematikannya secara manual sesuai kebutuhan. KabarPenumpang.com melansir laman newatlas.com (16/2/2021), Omne Eternal baru saja mengumumkan helm dengan cahaya untuk semua hal yang bisa membantu pengendara.

Omne Eternal ini diproduksi oleh perusahaan Swedia POC. Helm Omne Eternal memiliki fitur built-in tail light, motion sensor, ambient light sensor, battery dan lapisan atas dari material photovoltaic yang dikenal sebagai Powerfoyle serta yang terakhir adalah produk tipis dan fleksibel yang dibuat oleh perusahaan teknologi Swedia Exeger.

Ini adalah jenis unik sel surya yang peka pewarna. Bahkan diklaim sangat efisien dalam mengubah semua jenis cahaya baik di dalam atau di luar ruangan untuk menjadi listrik. Di antara bahan aktif, ada lapisan atas nanopartikel titanium dioksia yang dilapisi dengan pewarna penyerap cahaya dan lapisan bawah terbuat dari bahan konduktif berpemiliki dengan nama Electrofly.

Sehingga saat helm Omne Eternal terkena cahaya, Powerfoyle akan mengisi daya baterai onboard, yang pada gilirannya memberikan tenaga ke lampu belakang dan sensor. Sensor cahaya sekitar secara otomatis menyalakan lampu belakang saat di luar gelap, dan mematikannya dalam kondisi terang. Sedangkan sensor gerak, sementara itu mematikan semuanya setelah helm tidak bergerak beberapa saat.

“Saat digunakan di luar ruangan, pada hari-hari biasa dengan awan bercampur, baterai helm akan memperoleh sekitar dua kali energi yang digunakan untuk menyalakan lampu,” kata Damian Phillips dari POC.

Dia mengatakan, cara lain untuk mencontohkannya adalah bahwa energi yang dikonsumsi saat bersepeda selama satu jam untuk bekerja di pagi yang gelap dapat dengan mudah dipulihkan dengan meninggalkan helm selama satu jam di jendela yang terang. Phillips menambahkan bahwa tidak ada pilihan untuk mengisi baterai helm secara manual melalui kabel listrik, karena paparan cahaya sudah cukup.

Baca juga: Pengemudi Ojek Sepeda di Kigali Wajib Pakai Helm

Sebagai bagian dari upaya POC untuk menjaga kesederhanaan, juga tidak ada tombol on atau off. Rencananya, Omne Eternal akan tersedia secara komersial di Eropa mulai Juni, dan di Amerika Utara pada akhir tahun dengan harga yang dibanderol €250 atau sekitar US$303.

Waymo Uji Coba Robo Taxi dengan Penumpang Karyawan di San Francisco

Waymo mulai pengujian kendaraan terbatas dengan sukarelawan karyawan di San Francisco untuk mendapat umpan balik dan meningkatkan teknologi robo taxi. Ini nantinya menjadi perluasan pertama dari layanan pemesanan kendaraan anak perusahaan Alphabet di luar Phoenix Metropolitan Area. Nantinya para karyawan yang ikut dalam uji coba akan menggunakan aplikasi Waymo One untuk mendapatkan tumpangan.

Baca juga: Dua Bulan Uji Coba, Waymo Menjadi Pemimpin Perjalanan Kendaraan Otonom di California

Kemudian mereka akan diminta untuk menentukan titik penjemputan dan pengantaran sebelum diberi perkiraan waktu kedatangan. Seperti aplikasi pemesanan kendaraan pada umumnya, pengguna bisa menilai dengan menggunakan skala hingga bintang lima. KabarPenumpang.com melansir laman venturebeat.com (17/2/2021), pada 2019, Waymo memiliki 153 mobil dan 268 pengemudi keselamatan di California.

Waymo gunakan aplikasi Waymo One untuk pemesanan (venturebeat.com)

Perusahaan menolak untuk mengungkapkan ukuran armadanya saat ini di San Francisco, tetapi Waymo mengatakan musim panas lalu bahwa mereka mengerahkan minivan otonom untuk melayani di Bay Area, awalnya untuk mengirimkan paket untuk organisasi nirlaba setelah penghentian terkait pandemi dalam pengujian.

“Kami mulai dengan jumlah mobil dan pengendara yang terbatas dan akan meningkat seiring waktu. Wahana ini ditawarkan dengan satu operator kendaraan,” kata juru bicara Waymo.

Dia mengatakan, program awal dimulai minggu ini dan akan berlangsung selama beberapa waktu serta berencana untuk dikembangkan seiringnya waktu. Juru bicara tersebut menyebutkan, Waymo tidak memiliki jadwal khusus untuk dibagikan tentang kapan dan di mana mereka menawarkannya dalam layanan publik.

“Perlu diingat bahwa ini adalah untuk pengujian produk awal dan peningkatan berkelanjutan, dan ada banyak langkah lebih lanjut yang harus kami lalui sebelum kami dapat menerapkan layanan ke publik,” jelas juru bicara Waymo.

Layanan pemesanan kendaraan Waymo belum berkembang di luar Phoenix sampai sekarang, tetapi mereka bergerak secara bertahap menuju peluncuran yang lebih luas. Waymo One memberikan tumpangan dengan jaringan lebih dari 600 mobil otonom dari lokasi area Phoenix 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.

Tak lama setelah mengumumkan kemitraan dengan Lyft, Waymo mengungkapkan bahwa sebagian dari taksi nirawaknya tidak lagi memiliki pengemudi yang aman di belakang kemudi. Selain itu, perusahaan berada di jalur yang tepat untuk menambah hingga 62 ribu minivan Chrysler Pacifica ke armadanya, dan menandatangani kesepakatan dengan Jaguar Land Rover untuk melengkapi 20 ribu SUV listrik I-Pace dengan sistemnya.

Baca juga: Waymo Pastikan Penumpang Mobil Otonom Aman Dengan Teknologi Ini

Waymo secara aktif memetakan Los Angeles untuk mempelajari kemacetan dan memperluas pengujian ke jalan raya di Florida antara Orlando, Tampa, Fort Myers, dan Miami saat melakukan pilot di Death Valley, California; El Paso, Dallas, dan Houston di Texas; dan berbagai kota di Michigan, Arizona, Georgia, dan Ohio serta di sepanjang Interstates 10, 20, dan 45.

 

 

Spektakuler! Video Kereta Cepat Shinkansen Terabas Salju di Stasiun Kurikoma-Kogen

Negara yang memiliki empat musim harus memiliki moda transportasi yang mendukung di setiap musimnya. Hal ini agar kendaraan tersebut bisa terus beroperasi tanpa ada masalah apapun dan penumpang yang diangkut tidak terlambat serta tiba di tujuan tanpa kendala.

Baca juga: Kekurangan Tenaga Kerja, Jepang Canangkan Operasional Shinkansen Tanpa Masinis

Salah satu negara yang memiliki empat musim yakni Jepang. Di Negeri Sakura ini, angkutan umum yang paling banyak digunakan penumpang adalah kereta, sehingga kuda besi ini harus bisa bertahan di musim panas, musim gugur, musim semi dan musim dingin.

Awal Februari 2021, video kereta berkecepatan tinggi yang melintasi Stasiun Kurikoma-Kogen Tohoku Shinkansen diunggah ke YouTube. Kereta dengan kecepatan sekitar 320 km per jam tersebut melintasi jalur yang tertutup salju.

Mungkin bagi kereta biasa, tumpukan salju sepertinya akan sulit dilewati. Bahkan petugas kereta api harus membersihkan salju yang ada di atas rel supaya perjalanan kereta tidak terganggu dan aman ketika dilintasi.

KabarPenumpang.com menelaah dari tayangan YouTube milik 鉄道だっちゃ! It’s railway!, kereta berkecepatan tinggi shinkansen mampu melintasi salju di rel. Saat melintasi rel tersebut, seakan salju yang berada di Stasiun Kurikoma-Kogen seperti pasir atau bulu ringan.

Baca juga: Kecepatan Kereta Ternyata Faktor Utama Pembunuh Satwa Liar di Taman Nasional Banff dan Yoho 

Untuk diketahui, Stasiun Kurikoma-Kogen merupakan satu-satunya stasiun di Jepang dengan kondisi dipenuhi salju ketika musim dingin. Sehingga penumpang yang berada di stasiun tersebut baiknya menghindari peron saat kereta shinkansen melintas dan menerabas tumpukan salju di rel.

Menentang Kudeta Militer, Pekerja Kereta Api Myanmar Mogok di Atas Rel

Di kala dunia masih berjaga terhadap penyebaran pandemi, masyarakat Myanmar justru melakukan demonstrasi massal yang menentang penggulingan pemerintah sipil oleh militer. Demonstran menentang pengambilalihan militer Myanmar dan kembali ke jalan pada Kamis (17/2/2021) malam.

Baca juga: Cegah Kereta Mogok, LRT Ottawa Siapkan 9 Gardu dan Power Supply di Stasiun

Bahkan pada malam itu, di kawasan Mandalay tempat para pekerja kereta api negara, polisi mengamuk dan berkonflik dengan pengunjuk rasa serta pemeirntahan militer baru yang semakin terfokus pada bisnis dan lembaga pemerintahan yang menopang perekonomian. Dilansir KabarPenumpang.com dari voanews.com (18/2/2021), para pekerja kereta api telah melakukan pemogokan sejak hari Minggu (14/2/2021).

Mereka bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil yang terorganisir secar longgar (CDM) yang diprakarsai oleh pekerja medis dan merupakan tulang punggung perlawanan terhadap kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintah sipil terpilih.

“Banyak pekerja dan warga Myanmar percaya bahwa CDM sangat efektif untuk membuat junta gagal. Itulah mengapa kesehatan, pendidikan, transportasi, berbagai departemen pemerintah dan pegawai bank berpartisipasi dalam CDM bersama-sama,” ujar seorang buruh yang tak disebutkan namanya.

Adanya pemogoka kereta api ini juga sudah mendapat dukungan dari warga biasa yang telah menempatkan diri mereka di rel untuk menghentikan kereta yang dikomandoi oleh militer. Upaya warga Mandalay memblokir jalur kereta api pada Rabu (16/2/2021) ternyata memicu aksi balas dendam di malam itu.

Sebab kurang dari satu jam setelah jam 20.00 waktu setempat, suara tembakan terdengar lebih dari dua lusin pria berseragam polisi yang lengkap dengan tameng dan helm. Mereka berbaris dalam formasi ketat di dekat perumahan pekerja kereta api.

Dalam video yang diposting di media sosial menunjukkan kilatan saat tembakan terdengan. Beberapa diantaranya terlihat menembakkan ketapel dan melempar batu ke gedung. Seruan “kiri, kanan, kiri, kanan” bisa terdengar bersamaan dengan teriakan “tembak, tembak”.

Tak hanya itu, beberapa laporan dan foto orang terluka yang diklaim disebabkan oleh peluru karet pun tersebar. Adapula laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan beberapa pekerja kereta api telah ditangkap.

Anggota Junta Myanmar mengatakan pihaknya mengambil alih untuk mencegah parlemen bersidang dan menahan pemimpin terpilih negara Aung San Suu Kyi dan lainnya karena pemilu November dinodai oleh penyimpangan pemungutan suara. Ini menggantikan komisi pemilihan yang menegaskan bahwa partai Suu Kyi menang telak dan mengatakan akan mengadakan pemilihan baru dalam waktu satu tahun.

Hal ini membuat pemerintah Biden di Amerika telah memberlakukan sanksi baru Amerika Serikat terhadap Myanmar karena kudeta tersebut, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta pemerintah negara lain telah menyerukan agar pemerintah terpilih Suu Kyi dipulihkan. Para penentang kudeta juga mendesak bisnis asing untuk memutuskan hubungan mereka dengan operasi Myanmar yang mereka yakini menguntungkan militer.

Baca juga: Staf Keamanan Mogok Kerja, Delapan Bandara Jerman Ditutup

Sekitar 200 orang berdemonstrasi pada hari Kamis di dekat Kanbauk, di selatan negara itu, di luar tempat yang terlibat dalam operasi pipa besar yang memompa gas dari ladang lepas pantai untuk diekspor. Para demonstran bergerak di antara lokasi Total Prancis, PTTEP Thailand dan Petronas Malaysia dan kemudian bergabung dengan demonstrasi anti-kudeta yang lebih besar di Kanbauk.